Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

MAKALAH

YANG DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

 MUHAMMAD SIDQI TASLIM


 ANITA BAHAR
 YULIANA HANDRIANI
 ROSVITA INDRIAWATI
 DWI ANDRIANTO
 HARDIANA SABARIAH
 ADITYA SAFITRA RAMDHANI
 LESTARI ISMAWATI PUTRI

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk


memperbaiki hidupnya dan bersikeras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa
tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai
apa yang diinginkannya. Sebaliknya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan
alternatif  untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya
karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan keputusasaan.
Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Untuk
individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus menggunakan resiko bunuh diri. Setiap
orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya.

Ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan


mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi
terakhir atau yang baru saja terjadi. Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan
merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap
kejadian atau situasi tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan ketidakberdayaan
2. Bagaiamana konsep asuahan keperawaran keputusasaan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien ketidakberdayaan
dan keputusasaan

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Ketidakberdayaan

1) Pengertian
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa tindakan
seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali
terhadapsituasi saat ini atau situasi yang akan terjadi. Menurut Wilkinson (2007)
ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi
terakhir atau yang baru saja terjadi. Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan
merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol
terhadap kejadian atau situasi tertentu. Jenis ketidakberdayaan terbagi menjadi dua yaitu
Ketidakberdayaan Situasional ( spesifik dan singkat ) dan Ketidakberdayaan Dasar (trait
powerlessness). menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan.

 Batasan karakteristik:
a. Bergantung pada orang lain
b. Depresi
c. Frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya
d. Kurang berpartisipasi dalam perawatan
e. Kurang rasa kendali
f. Malu
g. Merasa asing
h. Ragu tentang penampilan peran

 Tanda dan gejala ketidakberdayaan dibedakan menjadi 3 :


o Ringan
o Menengah
o Berat

3
 Respon terhadap stress:
o Kognitif : kurang konsentrasi, ambivalensi, dll
o Afektif : sedih, rasa bersalah, dll
o Fisiologis : penuruanan berat badan.
o Perilaku : agitasi, perubahan tingkat aktivitas
o Respon social : patisipasi sosial berkurang.

 Faktor predisposisi:
 Biologis (nutrisi = > masa otot berkurang)
 Psikologis (cemas dengan keadaan penyakit)
 Sosiokultural (hubungan dan interaksi mengalami hambatan)
 Spiritual (hambatan dalam beribadah)

 Patofisiologi:

stress

Korteks serebral kode bahaya ke hipotalamus

Menstimulus saraf simpatik respon perubahan

Sinyal ditangkap oleh liblik (status emosional)

Gangguan pada sistem limbik menyebabkan hambatan


emosional, perubahan perilaku dan kepribadian

 Mekanisme atau sumber koping:


o Personal ability; kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang baik
o Sosial support; hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga,
o Material asset; penghasilan kurang

4
o Positive belief; tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang memiliki motivasi,
o Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat

 Intervensi Keperawatan
A. Intervensi Untuk Klien
1. Tujuan umum
Klien mampu mengatasi rasa ketidakbeerdayaan yang dialaminya.
2. Tujuan khusus
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c) Modifikasi pola kognitif yang negative
d) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan perawatanya
sendiri
e) Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
SP 1 PASIEN : Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar  klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi
a) Mengucapkan salam terapiutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu dengan klien.
SP 2 PASIEN: Bantu pasien mengenali dan mengekspresikan emosinya
a) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukan respons emosional dan
menerima klien apa adanya.
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(misalnya rasa marah, frustasi, dan simpati )
c) Sediahkan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnyaa suportif, beri
waktu klien untuk berespon.
d) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, dan klarifikasi.

5
e) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
f) Bantu klien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidakberdayaan.
g) Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan.
SP 3 PASIEN: Bantu pasien memodifikasi pola kognitif yang negative
a) Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi
atau substitusi
b)  Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
c)  Efaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien
d)  Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatannya yang
tidak rasional
e)  Kurang penilaian klien yang negative terhadap dirinya
f)  Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya batu perilakunya atau perubahan
yang terjadi
SP 4 PASIEN:  Bantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan keperawatanya sendiri
a) Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai.
Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya
b) Berikan klien prifasi sesuai yang dibutuhkan
c) Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil
melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk mempertahankan
penampilan/ kegiatan tersebut.
SP 5 PASIEN:  Memotivasi klien untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
a)  Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawaatan, berikan penjelasan
untuk pilihan ini. Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistic. Fokuskan
kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.
b) Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya.
Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi klien

6
c) Identifikasi cara-cara yang dapat dicapaai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi
dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untuk partisipasi dan
pencapainnya.
d) Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan. Libaatkan klien
daalaam membuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan alasan setiap
perubahan perencanaan perawatan kepada klien.
e)  Adakan suatu konferensi multi disiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan
perawatan rutin klien.

C. Intervensi Untuk Keluarga


1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ketidakberdayaan
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
d. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ketidakberdayaan
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
2. Tindakan
SP 1 KELUARGA: Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar keluarga
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
1) Mengucapkan salam terapeautik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu keluarga.
SP 2 KELUARGA :  Bantu keluarga mengenal masalah ketidakberdayaan yang
dialami oleh anggota keluarganya :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian ketidakberdayaan
2) Diskusikan  dengan keluarga tentang tanda dan gejala ketidakberdayaan.
SP 3 KELUARGA:  Diskusikan dan memotivasi keluarga cara merawat anggota
keluarga dengan ketidakberdayaan melalui aktivitas yang dapat meningkatkan
kemampuan klien untuk mengatasi rasa ketidakberdayaan:

7
1) Membuat klien mengekspresikan emosinya
2) Membantu klien memodifikasi pola kognitif yang negative
3) Membantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
4) Memotivasi klien untuk mencapai tujuan yang realistik
SP 4 KELUARGA:  Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi-kondisi dimana pasien
harus dirujuk kefasilitas kesehatan dan bagaimana cara merujuknya.

 Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita lakukan,dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan klien dan keluarga :
Penilaian
No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A Pasien

SP 1 PASIEN : evaluasi Bina


hubungan saling percaya antara
pasien, kluarga dan perawat

SP 2 PASIEN: mengevaluasi pasien


mengenali dan mengekspresikan
emosinya

SP 3 PASIEN: Bantu pasien


memodifikasi pola kognitif yang
negative

SP 4 PASIEN:  Bantu klien


berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan
keperawatanya sendiri

8
SP 5 PASIEN:  Memotivasi klien
untuk aktif mencapai tujuan yang
realistis

B Keluarga

SP 1 KELUARGA: Bina
hubungan saling percaya

SP 2 KELUARGA :  Bantu keluarga


mengenal masalah ketidakberdayaan yang
dialami oleh anggota keluarganya

SP 3 KELUARGA:  Diskusikan dan


memotivasi keluarga cara merawat anggota
keluarga dengan ketidakberdayaan melalui
aktivitas yang dapat meningkatkan
kemampuan klien untuk mengatasi rasa
ketidakberdayaan

SP 4 KELUARGA:  Diskusikan
dengan keluarga tentang kondisi-
kondisi dimana pasien harus
dirujuk kefasilitas kesehatan dan
bagaimana cara merujuknya.

9
2. Keputusasaan

I. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan
atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energi yang dimilikinya (Nanda, 2005).

1. Tanda dan Gejala


a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (”Saya
tidak dapat melakukan sesuatu”)
b. Sering mengeluh dan nampak murung
c. Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan
f. Kontak mata kurang
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh
h. Nampak selalu murung atau blue mood
i. Menurun atau tidak adanya selera makan
j. Peningkatan waktu tidur
k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan
l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan
m. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
n. Dapat merupakan lanjutan ansietas

2. Intervensi Generalis Pada Pasien:


a.Tujuan:
1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya
2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas
3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber daya
b. Tindakan Keperawatan
1) Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa, perasaan/pikiran/perilaku yang
berubah
2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup
3) Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup.

10
SP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui
penemuan harapan dan makna hidup
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa agar
proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
perasaan putus asa
3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/
kesendirian/ keputusasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa
c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap kondisinya
dengan kondisi real kondisi klien
d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa
e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran,
perasaan dan perilaku positif
4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan
mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidup

SP 2 Pasien : Evaluasi keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan


melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup

1) Pertahankan rasa percaya pasien


a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan
3) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
4) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri
5) Latih satu kemampuan positif
6) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harapan dan makna hidup

11
3. Intervensi Generalis Pada Keluarga
a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota keluarganya


2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami keputusasaan
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
keputusasaan

b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara
merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
pasien dengan keputusasaan
3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta
akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa: menumbuhkan harapan
positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan makna
hidup serta melatih kemampuan positif
c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan kemampuan
positif

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow
up

12
a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif
d. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan cara
merujuk pasien
 TAK simulasi untuk PX keputusasaan
. ., sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
., sesi 2 : kemampuan berkenalan
., sesi 3: kemampuan bercakap topik tertentu
., sesi 4: kemampuan bekerja sama
 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi yang dilakukan terhadap
kemampuan pasien keputusaan dan keluarga serta kemampuan perawat dalam
merawat pasien keputusaan

EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

Penilaian
No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A Pasien

SP 1 Pasien
Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir
positif melalui penemuan harapan dan
makna hidup
SP 2 Pasien
Evaluasi keputusasaan, manfaat berfikir
positif, dan latihan melakukan aktivitas
untuk menumbuhkan harapan dan makna
hidup

B Keluarga

SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

13
SP 2 Keluarga
Evaluasi peran keluarga merawat pasien,
cara merawat dan follow up

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa tindakan
seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali
terhadapsituasi saat ini atau situasi yang akan terjadi. Keputusasaan merupakan keadaan
subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan
pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi yang dimilikinya.

14
B. Saran
Tenaga keperawatan baiknya benar-benar paham apa itu ketidakberdayaan dan
keputusasaan, tanda dan gejala, serta dapat mengdiagnosa dengan benar sehingga
langkah-langkah pengobatan yang diambil sesuai dengan prosedur yang belaku agar
pasien dengan vonis ketidakberdayaan dan keputusasaan dapat tertolong.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Helena, N.C.D., dan Farida, P. 2007. Manajemen Keperawatan Psikosisial dan
Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Courese). Jakarta: EGC.

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran :
EGC.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8th Edition. St.
Louis: Mosby.

15
Stuart, G. W, dan Sundeen, S. J. 2002.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St.Louis; Elsevier.

16

Anda mungkin juga menyukai