Anda di halaman 1dari 7

Part 15 .

Back To
School
Marseille, Perancis 

P
erancis adalah salah satu negara yang maju
pendidikannya diantara beberapa negara Eropa
lainnya. Perancis juga telah menjadi tujuan
pendidikan di dunia sehingga didatangi oleh ribuan
bahkan jutaan orang mahasiswa dari seluruh penjuru dunia
seperti China, Jerman, Korea, dan Italia. Selain itu,
Perancis juga dikenal sebagai kota model karena setiap
hari bahkan setiap jam lahir model-model baru, terutama
fashion, cosmetics, and accessories.
Hari ini merupakan minggu keempat mereka masuk
ke sekolah setelah libur panjang selama sebulan penuh.
Waktu libur yang dipadati jadwal manggung dan
menghadiri acara orang-orang penting membuat sudah
menjadi kebiasaan petinggi dan orang-orang penting
seperti pengusaha, seleb, dan lain-lain. Dengan
kembalinya siswa/i dan mahasiswa ke sekolah membuat
tempat pendidikan kembali ramai, dipadati siswa/i dan
mahasiswa yang menempuh sekolah di sana seperti
Dominique School.
Dominique School terdapat lima jenjang, yaitu
maternelle, école primaire, collège, lycée professionnel et
supérieur. Dominique School berdiri pada tahun 1980, di
bangun pada tahun dengan kelahiran Albert. Dominique
School terakreditasi secara resmi oleh menteri penelitian
dan pendidikan tinggi di Perancis. Untuk menjadi siswa/i
atau mahasiswa di sekolah ini harus melalui berbagai
macam tahapan sesuai dengan jenjang dan jurusan yang
dipilih. Tentu saja tahapannya tidak mudah, banyak calon
siswa/i bahkan mahasiswa mengeluh dipertengahan test
karena tidak mampu melalui berbagai macam ujian
tersebut.
Visi dan misi Dominique School ialah melahirkan
siswa/i dan mahasiswa yang berprestasi dan mampu
bersaing di lapangan kerja. Tidak hanya itu, mereka juga
menerapkan hidup sehat untuk siswa/i dan mahasiswa
yang menempuh pendidikan di Dominique School. Oleh
sebab itu, berbagai macam fasilitas yang tersedia di
sekolah ini seperti perpustakaan, kantin sehat, fasilitas
olahraga, dan sebagainya.
Beruntung sekali orang-orang yang bisa menempuh
pendidikan di Dominique School seperti Aubree, Darla,
Joanna, dan Estrella. Keempat perempuan itu menjadi
pusat perhatian di sekolah. Apa yang membuat mereka
tertarik? Tentu saja kecantikan, body, dan profesi yang
melekat pada diri mereka.
“Good bye,” kata Joanna saat mereka melalui kelas
perempuan itu. Aubree, Darla, dan Estrella menghentikan
langkah mereka untuk mengucapkan salam perpisahan
kepada Joanna walau mereka akan bertemu lagi saat jam
istirahat. Lalu kembali melangkahkan kaki mereka menuju
kelas selanjutnya.
“Apa kita akan belajar aktif hari ini?” tanya Estrella
kepada Aubree.
“Aku tidak tahu, Estrella,” kata Aubree singkat.
Dominique School khususnya lycée professionnel
menyediakan tiga jurusan, yaitu littéraire (L), économique
et social (ES) et scientifique (S). Aubree dan Darla
memilih kelas économique et social (ES), Joanna memilih
littéraire (L), sedangkan Estrella scientifique (S).
Pemilihan jurusan itu berdasarkan dengan minat mereka
masing-masing. Joanna dan Estrella belum mengenal
Aubree dan Darla pada saat itu, maka dari itu jurusan yang
mereka berbeda. Sedangkan Aubree dan Darla memilih
jurusan karena faktor lingkungan.
‘‘See you in organization,’’ pamit Estrella kepada
Aubree dan Darla.
‘‘Okay, see you,’’ balas Aubree dan Darla
bergantian.
‘‘Aubree, aku ingin pergi denganmu ke Hamburg,’’
pinta Darla kepada Aubree.
Gadis itu menggeleng pelan. Bukannya tidak ingin
memberi tumpangan kepada Darla, tetapi Aubree pergi
menggunakan jet pribadi Albert. Aubree takut Darla tidak
nyaman dengan bodyguard keluarganya yang mengawal
secara besar-besaran hari ini dengan alasan Hamburg
merupakan kota yang berbahaya untuk keluarga mereka.
‘‘Never mind.’’


Li Wei Ying merupakan putra pertama dari


pasangan Li Jimmy Lin dan Li Dongyu Yifei. Usianya
17 tahun. Dia memiliki adik perempuan yang bernama Li
Hongyi Yang. Keluarga Li berasal dari China, tetapi
mereka pindah ke Perancis karena Tn. Li melanjutkan
bisnis keluarga. Selain aktif di dunia bisnis, keluarga Li
juga aktif di dunia bela diri yaitu Wing Tsun (Ving Tsun).
Hal tersebut terbukti dari mereka memiliki balai bela diri
pribadi yang dipenuhi dengan orang-orang yang berasal
dari China, tetapi menetap di Perancis.
Li Wei Ying atau yang sering dipanggil Wei Ying
adalah seorang ketua di ekstrakurikuler Wing Tsun. Dia
selalu sibuk di dunia bela diri hingga tidak mempedulikan
perasaannya yang menyukai seseorang yang telah lama
didambakan. Siapakah dia? Kalian akan mengetahuinya
sebentar lagi. Kini dia keluar dari mobil sport
kesayangannya yang berwarna abu metalik. Kacamata
hitam bertengger di hidung mancungnya, padahal pukul
07.30am (waktu Perancis) masih gelap.
Walau masih gelap, tetapi sudah banyak siswa/i
bahkan mahasiswa yang stay di sekolah. Waktu sekolah di
Perancis dan Indonesia memang sangat berbeda. Di
Perancis pukul 08.30am (waktu Perancis) baru masuk
kelas, sedangkan di Indonesia 07.00am atau 07.15am
(waktu Indonesia) sudah terlambat, apalagi pukul 07.30am
(waktu Indonesia) pintu gerbang sudah di tutup bahkan di
kunci.
“Kak!” kesal Hongyi Yang karena orang-orang yang
berada di sekitar mereka memperhatikan kakaknya.
Perempuan itu sangat malu diperhatikan, tidak seperti
kakaknya yang suka diperhatikan.
“Ada apa, Hongyi Yang?” tanya Wei Ying dengan
wajah polosnya karena laki-laki itu tidak menyadari
dirinya menjadi pusat perhatian.
“Kakak menjadi pusat perhatian mereka,” kata
Hongyi Yang seraya memberi kode melalui sudut
matanya.
Wei Ying tertawa seperti mendengar dan melihat
lelucon. Wajah Hongyi Yang merah padam menahan malu
karena tingkah kakaknya. Dia berjalan lebih dulu,
meninggalkan Wei Ying sendirian di area parkir. Wei
Ying mengejar adik perempuannya lalu memegang
pundak adiknya.
“Iya . . iya, kakak sudah melepas kacamatanya,”
kata Wei Ying, tidak ingin wajah adiknya bertambah
merah hingga menyebabkan perempuan itu menangis.
Dengan cepat Hangyi Yang melangkahkan kakinya,
meninggalkan Wei Ying. “Adek!” teriak Wei Ying dengan
suara lantang, tanpa sadar karena selama di mansion dia
selalu memanggil Hangyi Yang dengan nada tinggi.
“Kakak,” lirik Hangyi Yang.
Wei Ying memaki dirinya karena kelepasan. Orang-
orang melihat drama kakak beradik tersebut
menggelengkan kepala mereka, dan ada juga yang tidak
peduli. Begitulah Wei Ying, selalu membuat drama, tetapi
dia tahu tempat untuk serius. Seperti pertandingan,
melatih, dan memimpin anggotanya. Dia memilih
memasuki kelas daripada membujuk Hangyi Yang di
tengah lapangan.
“Hallo Wei Ying, silakan duduk di sebelahku,” kata
Reiza Olivier kepada Wei Ying yang baru saja memasuki
kelas.
“Di mana Vinzent?” tanya Wei Ying kepada Reiza.
Reiza menaikkan salah satu alisnya, heran. “Dia
mengambil kelas scientifique. Apa kau lupa, kita sudah
enam bulan berada di kelas ini,’’ katanya.
Raut wajah Wei Ying seperti orang linglung.
‘‘Lupa.’’
Reiza menghela napas lelah seraya menggelengkan
kepalanya. ‘‘Apa yang kau lakukan selama libur semester
dan natal?’’
‘‘Berlatih Wing Tsun sepanjang hari,” jawab Wei
Ying santai seraya duduk di tempatnya. Apakah rasa cinta
Wei Ying kepada Wing Tsun sebesar itu hingga lupa
lingkungan sekitar?


Anda mungkin juga menyukai