01 GDL Galihjatik 1289 1 Galihja S
01 GDL Galihjatik 1289 1 Galihja S
SKRIPSI
“Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Galih Jati Kurniawan
NIM. S11016
i
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di Program
skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan yang
sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
penyusunan skripsi.
penyusunan skripsi.
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK
2.1.2 Pengetahuan………………………………………………. 16
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 23
BAB IV HASILPENELITIAN……………………………………………… 32
4.3.Hasil Penelitian……………………………………………………….. 34
BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………. . 42
Kegawatdaruratan…. ........................................................................... 43
Kegawatdaruratan… ........................................................................... 44
Kegawatdaruratan……………………………………………………. 47
Kegawatdaruratan…………………………………………………… 49
vii
5.6.Mengidentifikasi manajemen Exposure Terhadap Penanganan
Kegawatdaruratan………………………………………………….. .. 50
BAB VI PENUTUP…………………………………………………………… 51
6.1.Kesimpulan……………………………………………………………. 51
6.2.Saran…………………………………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Abstrak
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu
ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan
tindakan pertolongan pertama berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan
pemeriksaan primary survey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan perawat tentang primary survey pada penanganan kegawatdaruratan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan 3 orang Perawat IGD RSUD
Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan tehnik indepth interview,
dengan menggunakan analisis model Colaizzi.
Pengetahuan perawat tentang primary survey diperoleh tema deskripsi
primary survey yang terdiri dari pengkajian awal dan indikasi primary survey.
Pemeriksaan airway diperoleh tema aspek pengkajian airway dan tema
manajemen airway. Pemeriksaan breathing terhadap penanganan
kegawatdaruratan diperoleh tema indikasi oksigenasi dan tema manajemen
breathing. Pemeriksaan disability terhadap penanganan kegawatdaruratan
diperoleh tema penilaian status kesadaran yang terdiri dari gangguan motorik,
gangguan neurologis dan pengkajian GCS. Pemeriksaan exposure terhadap
penanganan kegawatdaruratan diperoleh tema pengkajian exposure yang terdiri
dari pengkajian head to toe dan log roll.
Pengetahuan perawat tentang primary survey pada penanganan kegawatdaruratan
di IGD RSUD kabupaten karanganyar sudah sesuai dengan SOP ( Standart Operasional
Prosedur) di rumah sakit.
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Abstract
Someone who had stopped breathing or cardiac arrest is not exactly death;
they still can be helped, by doing the first aid measures such Cardiac Pulmonary
Resuscitation (CPR) and the primary inspection survey. The aim of this research
is to know the knowledge of nurse about primary survey in emergency treatment.
This study uses qualitative research with phenomenological approach. The
sampling technique used in this research is purposive sampling. The numbers of
participants were 3 nurses of emergency and accident department in RSUD
Karanganyar. This research used in-depth interview technique by using colaizzi
model.
Knowledge of nurse about primary survey was obtained from description
theme of primary survey consisting of the initial assessment and the primary
indication survey. From the airway assessment was obtained the aspects of airway
assessment and airway management theme. Breathing assessment toward
emergency treatment was obtained indication of oxygenation and airway
management theme. Disability assessment toward emergency treatment was
obtained assessment of consciousness status themes consisting of motor disorders,
neurological disorders and GCS assessment. Exposure examination toward
emergencies treatment was obtained exposure assessment theme consisting of
head-to-toe assessment and log roll.
Knowledge of nurse about primary survey in emergency treatment at
emergency and accident department RSUD Karanganyar had followed the SOP
(Standard Operating Procedure) at the hospital.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah
pikirkan suatu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat
sampai pasca kejadian cedera (Rahmanta, 2007). Penanganan gawat darurat ada
filosofinya yaitu Time Saving it’s Live Saving. Artinya seluruh tindakan yang
dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan
efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan
nyawa hanya dalam hitungan menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu
dengan efektif. Pemeriksaan primary survey berdasarkan standar A-B-C dan D-E,
dengan airway (A: jalan nafas), breathing (B: pernafasan), circulation (C:
1
2
et al, 2009). Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya
kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat
komperhensif di berikan pada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
pada resusitasi, syok, trauma dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya, dan
salah satu tempat untuk pasien gawat darurat adalah di Instalasi Gawat Darurat
kasus gawat darurat, seperti panas dan muntah-muntah, diare berat kecelakaan,
Jumlah serata dengan 2,2% dari seluruh jumlah kematian di dunia dan menempati
urutan kesembilan dari sepuluh penyebab kematian. Angka kecelakaan lalu lintas
di dunia selalu meningkat dan pada tahun 2020, diperkirakan kecelakaan lalu
lintas akan menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah jantung iskemik dan
depresi dengan proyeksi kecelakaan dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta
3
pada tahun 2020. Prosentasi keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan di jalan,
sebanyak 70% dan 30% roda empat (Badan Intelijen Nasional, 2013).
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan
pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak – hak pasien.
(Mubarak dan Nur Chayatin, 2009). Menurut Wijaya (2005) mengatakan bahwa
upaya pelayanan kesehatan utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika
untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin
meningkat. Perawat dituntut memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat
(Maryuani, 2009).
didapatkan pada bulan Desember 2014 diketahui bahwa pasien masuk Instalasi
Gawat Darurat sebanyak 102 pasien diantaranya 10% penyakit gawatdarurat dan
kegawatdaruratan.
Karanganyar
kegawatdaruratan
kegawatdaruratan.
kegawatdaruratan
5
kegawatdaruratan.
kegawatdaruratan.
tindakan yang baik untuk pasien yang dating dan dapat memprioritaskan
kegawatadaruratan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kegawatdaruratan
dengan trauma yang tidak dapat di duga sebelumnya serta penyakit lainnya
(Krisanty, 2009).
a. Mempertahankan hidup
c. Meningkatkan pemulihan
6
7
a. Mengkaji sesuatu
lain
a. Persiapan
b. Triase
d. Resusitasi
2. Penanganan definitif
a. Primary Survey
1). Airway
gawat darurat, oleh karena itu hal pertama yang harus dinilai adalah
kelancaran jalan nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat
disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula atau
maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat timbul secara
mendadak dan total, perlahan – lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau
seperti : reposisi, chin lift, jaw thrust, atau melakukan penyisipan airway
Dalam hal ini dapat dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw thrust.
Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan nafas
a. Head tilt
dan horizontal, kecuali pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan
2007).
b. Chin lift
arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir
belakang gigi seri (incisor) bawah dan, secara bersamaan, dagu dengan
leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi patah
c. Jaw thrust
pada mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada
angulus mandibula, jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri berada
pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan kiri berada pada
pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-
faring dari tragus (anak telinga) sampai ke sudut bibir. Masukkan pipa
Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan kedua
dengan hati-hati sampai bagian yang keras dari pipa berada diantara
gigi atas dan bawah, terakhir lakukan fiksasi pipa orofaring. Periksa
dan pastikan jalan nafas bebas (Lihat, rasa, dengar). Fiksasi pipa oro-
faring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa,
e. Nasopharingeal Airway
Patikan jalan nafas sudah bebas (lihat, dengar, rasa) ( Arifin, 2012).
sisi dada.
1. Breathing
terus-menerus (Dewi. 2013). Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien
dapat bernafas dengan baik pula (Dewi, 2013). Menjamin terbukanya airway
13
efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah satu
petugas dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik (ATLS, 2004).
bila sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak
ada kebocoran)
kepala pasien
dipasangkan
14
bersama-sama)
(squeeze-bag)
2. Circulation
2009). Oleh karena itu penting melakukan penilaian dengan cepat status
a) Tingkat kesadaran
b) Warna kulit
c) Nadi
dan irama.
Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara cepat
2013) :
(1) Jika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah
(2) Jika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah
(3) Jika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah
(4) Jika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan darah
3. Disability
neurologis secara cepat. Hal yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil. Tanda-tanda lateralisasi dan tingkat (level) cedera spinal (ATLS,
metode yang lebih rinci dalam mengevaluasi status neurologis, dan dapat
AVPU, yaitu:
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
4. Exposure
yang cukup hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan
2.1.2 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
(2011), pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan
& Dewi, 2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
17
Dewi, 2011).
lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. Cara kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
b. Memahami (Comprehension)
seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
18
kegawatdaruratan.
c. Aplikasi (Aplication)
d. Analisis (Analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
e. Sintesis (Sinthesis)
bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
19
kegawatdaruratan sesuai dengan teori yang telah ada dan telah dipelajari.
f. Evaluasi (Evaluation)
a. Sosial ekonomi
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agam yang dianut.
c. Pendidikan
hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.
d. Pengalaman
banyak.
21
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan Perawat
- Tahu (Know)
- Memahami
(Comprehention)
- Aplikasi
(Application) Tindakan Primary Survey :
- Analisis (Analysis) Airway, Breathing, Circulation,
- Sintesis (Synthesis) Disability, Expresure
- Evaluasi
(Evaluation)
Kegawatdarura
Gambar 2.1 Kerangka Teori tan
Sumber : Notoatmojo (2003), Arief dkk (2007)
berikut :
Tabel 2.1
Keaslian Penelitian
Metode
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Putu Sukma Penatalaksanaan Kualitatif Hasil dari ringkasan
Parahita, Putu Kegawatdaruratan Deskriptif penelitian ini adalah
Kurniyanta Pada Cedera Fraktur penanganan awal dalam
Ekstrimitas ruang emergency sangat
penting untuk menyelamat-
kan nyawa dan
penyelamatan ekstremitas
yang mengalami fraktur.
Survey primery
(mengamankan jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi)
METODE PENELITIAN
permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti
orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006.). Penelitian ini
pada kegawatdaruratan.
24
25
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
kecukupan data dan disesuaikan dengan kemampuan peneliti (Yati dan Imami,
pengumpulan data dengan saturasi data. Saturasi data sudah diperoleh jawaban
berdasarkan dari 3 partisipan (P1), (P2), (P3) atau pernyataan yang sama,
26
sehingga data sudah jenuh (Sugiyono, 2007). Dengan kriteria inklusi sebagai
berikut :
1. Instrumen
a. Instrumen inti
2014).
b. Intrumen penunjang
pendidikan.
27
wawancara.
b. Fase pelaksanaan
1. Wawancara mendalam
2. Dokumen
c. Fase terminasi
selesai.
deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Beck 2006), adapun langkah –
diteliti.
pernyataan.
memvalidasi.
yang diteliti.
tema segera setelah proses verbal tim dilakukan dan peneliti tidak
sebagai berikut:
apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai
3. Dependebility (dependabilitas)
4. Confirmability (konfirmabilitas)
istilah ”confirmability”.
berikut:
agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang
responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya
3. Confidentially (kerahasiaan)
tertentu saja.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian secara singkat, bagian yang
Rumah sakit ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin
(RB) bernama RB “Kartini” yang didirikan pada tanggal 21 April 1960. Pada
tanggal 6 juni 1965 RB pindah di Rumah Sakit yang telah dibangun, Rumah
Sakit ini bernama Rumah Sakit Bersalin Kartini. Seiring berjalannya waktu
RSUD ke lokasi yang lebih luas, maka pada tanggal 11 maret 1995 RSUD
33
34
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSU Karanganyar. Sejak tanggal
BLUD penuh.
perempuan dan berkisar antara umur 35-45 tahun dan masing-masing telah
mengikuti kegiatan yang berupa seminar untuk pembaharuan ilmu - ilmu baru
IGD. Tn. A sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar. Tn.
4.3.Hasil Penelitian
7) Pengkajian exposure.
partisipan:
1) Pengkajian awal
kegawatdaruratan
informan:
2. Manajemen airway
daruratan
1. Indikasi oksigenasi
partisipan:
2. Manajemen breating
39
pasien.
daruratan
partisipan:
kegawatdaruratan
gangguan motorik.
kegawatdaruratan
sampai ujung kuku kaki seperti head to toe untuk mengetahui ada
exposure pasien yaitu dengan melihat keadaan pasien dari ujung kaki
PEMBAHASAN
Hasil wawancara dari (P1), (P2), (P3) dapat disimpulkan bahwa deskripsi
survey berdasarkan standart A-B-C dan D-E, dengan airway (A: jalan nafas),
mampuan), dan exposure (E: penerapan) (Krisanty et al, 2009). Hal ini telah
sesuai dengan konsep teori dari Kartikawati (2011) tentang penilaian awal
pasien terutama terdiri atas primary survey dan sekunder survey. Pendekatan
individu yang mengalami multiple trauma secara konsisten dan menjaga tim
43
44
disability, dan exposure hal ini juga telah sesuai dengan konsep teori dari
yaitu dengan melihat obstruksi jalan nafas apakah terdapat sumbatan. Hal ini
telah sesuai dengan konsep teori yang pertama yang harus dinilai adalah
kelancaran airway. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang
dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula, atau
dengan menejemen airway cidera servikal dan manajemen airway non cidera
servikal seperti melakukan posisi jaw trust hal ini telah sesuai dengan konsep
teori dari Musliha (2010) yaitu usaha untuk membedakan jalan nafas harus
harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw
45
bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi leher. Dalam keadaan
patensi jalan nafas harus dipertahankan dengan cara buatan seperti : reposisi,
chin lift, jaw thrust, atau melakukan penyisipan airway orofaringeal serta
oksigen kepada setiap pasien misalnya pasien dengan keluhan sesak nafas. Hal
ini telah sesuai dengan konsep teoi dari Kartikawati (2013) intervensi selama
semua pasien. Bagi pasien dengan volume tidal yang cukup, gunakan non-
2013). Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien dapat bernafas dengan
baik pula (Dewi, 2013). Menjamin terbukanya airway merupakan langkah awal
46
2009).
guna mempertahankan breathing pada pasien. Hal ini telah sesuai dengan teori
trauma terjadi karena kegagalan pertukaran udara, perfusi, atau sebagai akibat
dari kondisi serius pada status neurologis pasien. Untuk menilai pernafasan,
pernafasan dan gerakan naik turunnya dinding dada secara simetris saat
respirasi.
dengan hasil Analisa Gas Darah, (2) untuk menurunkan kerja nafas dan
dapat terkontrol, (2) Tidak terjadi penumpukan CO2, (3) mempunyai tahanan
jalan nafas yang rendah, (4) efisien dan ekonomis, (5) nyaman untuk pasien.
47
penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari
kateter mudah tersumbat. Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman. Kerugian tidak
klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,
Keuntungan konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
penumpukan CO2 jika aliran rendah. Sungkup muka dengan kantong non
terlipat.
semi fowler terhadap kestabilan pola napas, bahwa pasien yang setelah
dalam sirkulasi sangat di pantau guna mengetahui kondisi dimana ada aliran
darah atau oksigen pada pasien yang tersumbat. Hal ini telah sesuai dengan
49
teori dari Kartikawati (2013) penilaian primer mengenai status sirkulasi pasien
Musliha (2010) ada 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi mengenai keadaan hemidinamik ini yakni kesadaran, warna kulit dan
nadi.
kardiogenik.
Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik
neurologi serta pengkajian GCS pasien. Hal ini telah sesuai dengan konsep
teori dari Musliha (2010) pengkajian disability terdiri dari pengakjian tingkat
kesadaran, gerakan ekstremitas, glasgow coma scale (GCS), atau pada anak
tentukan alert (A), respon verbal (V), respon nyeri / pain (P), tidak berespon /
unresponsive (U), dan ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya.
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang,
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
verbal. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
51
ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
melakukan log roll. Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita
tubuh. Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll.
Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan yang
cukup hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan untuk
PENUTUP
6.1.KESIMPULAN
primary survey yang terdiri dari pengkajian awal dan indikasi primary
survey.
nyaman.
52
53
6.2.SARAN
pasien gawat darurat atau tidak dengan cara primary survey : Airway,
keberhasilan tindakan.
evaluasi.
4. Bagi Peneliti
Arikunto, S. (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alkatiri, J., Bakri Syakir. 2007. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S., dkk (editor).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
Arifin, Lukman. 2012. Laporan Kerja Praktek : Pemetaan Resiko Bencana Pasca Erupsi Gunung
Merapi tahun 2010. Penginderaan Jauh dan SIG, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah
Mada : Yogyakarta.
Dewi, K.N. 2013. Buku ajar dasar dasar keperawatan kegawatdaruratan. Yogyakarta: Salemba
Medika
Krisanty P. Dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta: Trans Info Media.
Kartikawati, 2013. Buku Ajar Dasar – Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Salemba Medika.
Jakarta
Krisanty P. Dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta: Trans Info Media.
Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan NANDA,
NIC, NOC. Nuha medika, yogyakarta.
Marye, A, K. 2010. Selamat Berkendara Di Jalan Raya Depok : Raih Asa Sukses
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman
skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Smith, T., Davidson, Sue, 2007. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat, 290- 296.\
Polit & Beck. (2006. Nursing research principle and methods: Lippincott Williams & Wilkins.
Trias, Welas. 2010. Undang Undang Lalu Lintas No 22 Th 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Ankutan Jalan. Yogyakarta: New Merah Putih
Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitaif kualitatif dan R&D . Bandung Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metodelogi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava Media
Sutopo, (2006)..Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Wawan, A & Dewi M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku, dan Perilaku Manusia,
Yogyakarta: Nuha Medika
Yati, A. Imami, N,R. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam riset keperawatan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada