Anda di halaman 1dari 12

Penyakit Varicella pada Usia Dewasa

Riama Sihombing / 102012185


Bryan Raka Alim / 102013145
Felysia Margaret Giovani / 102013211
Wilis / 102014010
Silvia Gunawan / 102014043
Evalusty Karunia Paulus / 102014093
Graciela Anjanette Putri Lunita / 102014138
Ruth Anthea Airin Simanjuntak / 102014210
Lim Kee Zhen / 102014237
D1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Telp : (021) 5694-2061

Pendahuluan

Di Indonesia dan negara tropis lainnya, morbiditas varisela masih tinggi, terutama pada
masa anak dan dewasa muda (masa pubertas). Varisela ini tidak menyebabkan kematian dan
dapat sembuh sendiri. Namun, varisela termasuk penyakit yang kontagius (menular) dan
penularan tersebut terjadi dengan cepat secara airborn infection, terutama pada orang serumah
dan pada orang dengan imunokompremais. Pada orang dengan imunokompremais dan kelompok
tertentu biasanya gejalanya menjadi lebih berat dan mudah mengalami komplikasi. Infeksinya
sendiri disebabkan oleh virus varisela-zooster yang menyerang kulit dan mukosa, manisfetasi
klinis didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh. Berbagai jenis obat antivirus berguna menghambat replikasi virus varisela-zooster,
misalnya asiklovir, valasiklovir, famsiklovir, dan foskarnet. Obat antivirus bermanfaat bila
diberikan dalam waktu 24 jam setelah muncul erupsi kulit. Imunisasi vaksin varisela di Indonesia
tidak termasuk imunisasi yang diharuskan.1

Anamnesis

1
Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya, termausk
alasan berobat. Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien.
Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (sintom) dan
tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan
diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan
selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dalam melakukan
anamnesis terdapat sejumlah pertanyaan rutin yang harus diajukan kepada semua pasien,
misalnya pertanyaan tentang identitas, keluhan utama, keluhan penyerta,riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit menahun, dan riwayat penyakit sekarang yang spesifik terhadap
diagnosa sementara.

Hasil anamnesis :

• Keluhan Utama : Ada bintil-bintil pada badan sejak 1 hari yang lalu

• Riwayat Penyakit Sekarang : Gatal, dan semakin banyak

Flu dan Demam ringan 1 minggu yang lalu

• Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat Pengobatan

• Riwayat Sosial2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang paling pertama harus dilakukan duduk adalah TTV ( Tanda-
Tanda Vital) yaitu dengan menghitung pernafasan,nadi, menghitung suhu dan mengukur tekanan
darah. Selanjutnya pemeriksaan fisik di tepi tempat tidur atau meja periksa meliputi inspeksi dan
palpasi dilakukan pada kulit dimulai dari observasi wajah dilanjutkan dengan identifikasi adanya
lesi, perhatikan lokasi, distribusi, susunan tipe, dan warnanya. Lanjutkan pada pengkajian kulit
saat memeriksa bagian tubuh lain. Dalam kasus ini, pada pemeriksaan fisik ditemukan macula,

2
papula, vesikle, dan crustae (susunan tipe lesi) yang berkelompok dan multiforme (distribusi)
pada muka yang menjalar ke seluruh tubuh dengan sebaran lesi sentrifugal (lokasi).

Pemeriksaan fisik varisela pada imunokompeten menunjukan kedaan umum dan


tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, dsb) dapat memberikan petunjuk tentang
berat ringannya penyakit. Pada infeksi varisela pada anak-anak, erupsi kulit terutama berbentuk
vesikular. Seringkali beberapa kelompok lesi vesikular timbul 1-2 hari sebelum erupsi meluas.
Lesi biasanya mulai dari kepala atau badan berupa makula eritematosa yang cepat berubah
menjadi vesikel. Dalam beberapa jam sampai 1-2 hari lesi membentuk krusta dan mulai
menyembuh. Lesi menyebar secara sentrifugal (dari sentral ke perifer) sehingga dapat ditemukan
lesi baru di ekstremitas, sedangkan di badan lesi sudah berkrusta. Jumlah lesi bervariasi, mulai
dari beberapa sampai ratusan. Umumnya pada anak-anak lesi lebih sedikit, biasanya lebih
banyak pada bayi (usia < 1 tahun), pubertas dan dewasa. Kadang-kadang lesi dapat berbentuk
bula atau hemoragik. Selaput lendir sering terkena, terutama mulut, dapat juga konjungtiva
palpebra, dan vulva. Pada imunokompromais ditemukan gambaran varisela yang lebih berat,
progresif, dan dapat menimbulkan kematian. Lesi kulit lebih banyak, lebih besar, lebih dalam,
cenderung monomorf, hemoragik, nekrotik, sering mengenai telapak tangan dan kaki, serta
berlangsung lebih lama (> 2 minggu). Alat viseral sering terkena. Varisela dengan komplikasi,
infeksi sekunder ditandai dengan demam 4-5 hari setelah terkena varisela, pada lesi dapat
ditemukan pus dan atau eksudat. Bronkopneumonia timbul 1-6 hari setelah erupsi kulit. 3

Pemeriksaan Penunjang

Untuk pemeriksaan penunjang pada pasien varicella dapat dilakukan dengan percobaan
Tzanck dengan membuat sediaan apus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari
kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak. Percobaan ini belum bisa
membedakan virus varicella zooster dengan herpes simpleks virus. Untuk membedakan kedua
virus itu, biasanya digunakan Direct Fluorescent Assay (DFA). Kemudian, jika dilakukan biopsi
kulit, tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada
dermis atas dijumpai lymphocytic infiltrate. Uji serologi bisa digunakan untuk mengkonfirmasi
infeksi masa lalu untuk menilai status kerentanan pasien. Ini akan membantu menentukan
pencegahan yang diperlukan untuk remaja dewasa atau yang telah terekspos varicella. Secara

3
komersial, tes latex agglutination (LA) dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)cukup
sensitif. PCR juga dapat digunakan.

Varisela harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi gambaran monomorf
dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki.
Selain itu, diagnosis banding untuk penyakit ini adalah dermatitis kontak, Enteroviral Infections,
Herpes Simplex Virus Infection, Impetigo dan Urtikaria. Anak-anak dengan suhu tinggi dan
tanda-tanda pernafasan harus mendapatkan radiografi dada untuk mengkonfirmasi ada tidaknya
pneumonia.4

Diagnosis Kerja

  Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya vesikel-vesikel yang berukuran milier


generalisata. Tanda khas penyakit varisela adalah terdapat bermacam-macam stadium erupsi.
Tanda khas lainnya adalah lesi timbul mula-mula di dada lalu ke muka, bahu, dan anggota gerak
disertai perasaan gatal. Hal ini menunjukkan tanda yang sama pada pemeriksaan fisik dimana
lesi ditemukan di seluruh tubuh dengan sebaran lesi sentrifugal (menjauhi pusat).

Varisela memiliki periode inkubasi 13-17 hari. Penyakit ini menyebar secara kosmopolit,dan
transmisinya secara aerogen.Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya
gejala kulit. Gejala klinis berupa demam yang tidak terlalu tinggi,malese dan nyeri
kepala.Kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam beberapa
jam berubah menjadi vesikel dengan bentuk seperti tetesan embun.Vesikel akan berubah menjadi
pustule dan menjadi krusta.5

Diagnosis Banding

1. Herpes Zooster

disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita varisela. Herpes
Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan
terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa
pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal.

4
Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan imun yang rentan (immunocompromised), penyakit
ini juga umum pada orang dewasa dari pada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri
pada kulit.

2. Variola (smallpox)

Variola adalah suatu penyakit akut menular dengan gejala umum yang berat yang disebabkan
oleh virus variola. Penyakit ini ditularkan secara langsung dan airbone. Masa inkubasi biasanya
12 – 14 hari. Mula – mula terdapat stadium prodromal dengan gejala nyeri kepala, rasa
menggigil, nyeri di punggung dan tungkai, panas tinggi dan gejala timbul mendadak serta timbul
kemerah – merahan yang sukar dibedakan dengan morbili. Rasa nyeri berkurang waktu macula
menjadi papula, suhu menjadi normal sampai pada fase pustule dan timbul vesikel yang cekung
ditengahnya.6

3. H.F.M.D ( Hand Foot Mouth Disease )

Flu singapura atau yang dikenal juga dengan istilah hand foot and mouth disease
(HMFD) merupakan suatu infeksi oleh virus ringan yang sering ditemukan pada anak-anak dan
sangat menular. Sesuai dengan namanya, penyakit ini terutama menyerang mulut, tangan dan
kaki. Pada mulut, muncul vesikel-vesikel yang kemudian pecah  membentuk luka bergaung
(seperti sariawan) pada lidah, gusi, dan pipi bagian dalam. Luka ini terasa nyeri sehingga anak
menjadi sulit menelan dan tidak mau makan. Penderita campak biasanya tidak memperlihatkan
adanya kelainan pada mulutnya seperti pada penderita flu singapura. Pada tahap awal, penyakit
flu singapura ini akan memberikan gejala seperti gejala infeksi virus lainnya, yaitu demam, nafsu
makan menurun, badan terasa lemas dan sakit tenggorokan. Luka di mulut biasanya muncul 1-2
hari setelah demam, dan diikuti oleh kelainan pada kulitnya. Penyakit ini biasanya akan
membaik sendiri dalam 7-10 hari ketika antibodi sudah terbentuk. Penyakit ini ditularkan melalui
cairan secret hidung, tenggorokan, ludah, cairan dari lesi gelembung di kulit atau dari tinja
penderita yang tertelan melalui mulut.Dari mulut, virus akan menyebar ke kelenjar getah bening
dan kulit. Karena dapat sembuh sendiri, tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini. Yang
penting untuk dilakukan adalah pencegahan penularan infeksi virus dengan menjaga kebersihan
diri dan lingkunga, yaitu dengan selalu mencuci tangan secara bersih dan teratur.7

Etiologi

5
Varicella zooster atau cacar disebabkan oleh virus varicella zooster (VZV) yang
merupakan salah satu dari delapan virus yang diketahui menjangkiti manusia dan vertebrata
lainnya. VZV sering menyebabkan cacar air pada anak-anak, juga penyakit sinanaga (herpes
zoster) dan postherpetic neuralgia (sakit saraf kulit) pada orang dewasa. Virus ini dapat
diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian
dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa
berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih
(intranuclear eosinophilic inclusion bodies). VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes
Zoster. Kedua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama
dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan
sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang
menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi
reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster. Virus ini ditularkan melalui
percikan ludah penderita (droplet) atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan
dari vesikel. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai vesikel
yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita
diisolasi (diasingkan). Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki
kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam
tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.

Epidemiologi

Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi
paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan
persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan
musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya.
Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada
balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi
penularan dari virus ini berkisar 65%-86%. Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat
pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim
peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela dapat menjadi
penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat,

6
ataupun menyebar di dalam satu sekolah. Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10
tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak
terjangkit setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan
ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Individu
dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat
infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar
5 hari.8

Patofisiologis

Virus Varicella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa traktus respiratorius bagian atas
(orofaring) kemudian mengalami multiplikasi awal dan diikuti penyebaran virus ke pembuluh
darah dan saluran limfe, keadaan ini disebut viremia primer. Viremia primer menyebabkan virus
ke sel retikuloendotelial dalam limfe, hati, dan organ lainnya, ini terjadi pada hari ke-4 sampai
hari ke-6 setelah inkubasi awal. Viremia sekunder terjadi setelah satu minggu, meluas ke kulit
dan sistem viscera menyebabkan lesi tipe vesikel. Viremia ini juga menyebarkan virus ke sistem
respirasi, CNS, dan liver. Viremia ke sistem respirasi menyebabkan adanya transmisi virus
Varicella Zoster pada orang yang belum terinfeksi. Viremia sekunder menyebabkan timbulnya
demam dan malaise. Setelah terbentuk vesikel, leukosit masuk ke daerah tersebut sehingga
terbentuk pustula yang pecah dan akan membentuk krusta.

Krusta akan lepas dalam waktu 1 sampai 3 minggu. Lepasnya krusta meninggalkan bekas
cekungan kemerahan yang berangsur-angsur akan hilang, terkadang meninggalkan bercak
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan
dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan secara airborne
droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat
terjadi herpes Zooster. Patogenesis virus ditentukan oleh interaksi sel dan virus sehingga
menentukan asal mula atau tempat masukknya virus, angka replikasi dan penyebaran virus, cara
penyebaran infeksi pada organ atau jaringan sasaran, tempat virus dikeluarkan ke dalam
lingkungan.

Transmisi atau penyebaran Varicella adalah:

7
 Melalui droplet pernafasan yang mengandung virus

 Kontak langsung dengan penderita saat lesi berupa papula atau vesikel

 Anak-anak dengan Leukemia/Limfoma yang belum mendapat vaksinasi dan belum


pernah menderita Varicella

 Penderita HIV, AIDS, dan gangguan imunodefiiensi

 Individu yang menerima obat imunosupresan (steroid)

 Wanita hamil

 Individu immunocompromised yang belum ada riwayat menderita Varicella.9

Gejala Klinis

Masa inkubasi 11-12 hari, biasanya 13-17 hari. Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium,
yaitu:

1. Stadium prodromal

Stadium ini berlangsung 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala
panas, perasaan lemah(malaise), anoreksia Dan kadang-kadang nyeri abdomen ringan
terjadi 24-48 jam sebelum ruam muncul. Kenaikan suhu biasanya sedang, berkisar dari
100-102OF, tetapi mungkin setinggi 106OF; demam dan gejala sistemik lainnya menetap
selama 2-4 hari pertama setelah ruam mulai muncul. Kadang-kadang terdapat suatu
kelainan scarlatlatinaform atau morbiliform.

2. Stadium erupsi
Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel
yang berisi cairan jernih dan mempunyai eritematous. Permukaan vesikel tidak
memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Isi vesikel berubah menjadi keruh
dalam waktu 24 jam. Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh.
Dalam 3-4 hari erupsi tersebar; mula-mula di dada lalu ke muka, bahu, dan anggota
gerak. Erupsi ini desertai perasaan gatal. Pada suatu saat terdapat bermacam-macam

8
stadium erupsi ini merupakan tanda khas penyakit varisela. Vesikel tidak hanya terdapat
dikulit, melainkan juga diselaput lendir mulut. Bila terdapat infeksi sekunder, maka akan
terjadi limfadenopatia umum.

Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 %
dari neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan gejala varisela kongenital pada waktu
dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat
dihantarkan transplasental dalam bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga
jarang mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada 4-5 hari
sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala verisela kongenital pada
umur 5-19 hari Disini perjalanan varisela sering berat dan menyebabkan kematian pada 25-30 %
karena mereka mendapatkan virus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan
antibodi yang dikirimkan transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat
menderita hipoksia dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus.

Penatalaksanaan

- Non Medikamentosa

Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin.
Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol
atau fenol. Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering
mungkin dengan air dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap
kering dan bersih. Bedak salisilat 1% mencegah infeksi sekunder.

o Isolasi untuk mencegah penularan.

o Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).

o Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat

o Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air
mandi

9
o Upayakan agar vesikel tidak pecah dengan cara jangan menggaruk vesikel, kuku jangan
dibiarkan panjang, bila hendak mengeringkan badan cukup tepal-tepalkan handuk pada
kulit dan jangan digosok.

- Medikamentosa

Mengurangi rasa gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri atau infeksi sekuder diberikan
antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Untuk menurunkan
demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena aspirin dapat memberikan efek
samping yang buruk pada anak-anak. Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia
lebih dari 2 tahun.

Asiklovir adalah obat pilihan untuk varisela dan herpes zoster. Setiap penderita yang mempunyai
tanda-tanda VVZ termasuk pneumonia, hepatitis, trombisitopenia, atau ensefalitis harus
mendapat pengobatan segera dengan asiklovir intravena.

Terapi asiklovir diberikan dalam 72 jam utuk mencegah varisela progresif dan penyebaran
visceral pada penderita resiko tinggi; dosis 500mg/m 2 setiap 8 jam, diberikan selama intravena
selama 7 hari atau sampai tidak ada lesi baru yang tampak selama 48jam. Asiklovir oral
menghilangkan gejala-gejala klinis varisela pada anak, remaja dan dewasa lainnya yang sehat
bila diberikan 24 jam sesudah munculnya lesi kulit awal.10

Komplikasi

Komplikasi jarang pada anak-anak dan lebih sering pada dewasa, berupa ensefalitis, pneumonia,
glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah
(beberapa macam purpura). Infeksi pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan
kelainan kongenital, sedangkan pada beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan
varisela kongenital pada neonatus.

Prognosis

Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan
jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Pada anak-anak sehat, prognosis varisela lebih
baik dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus dan anak yang menderita leukemia,

10
imunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi sehingga angka kematian meningkat. Pada
neonatus kematian umumnya disebabkan karena gagal napas akut, sedangkan pada anak dengan
degenerasi maligna dan immunodefisiensi tanpa vaksinasi atau pengobatan antivirus, kematian
biasanya disebabkan oleh komplikasinya. Komplikasi tersering yang menyebabkan kematian
adalah pneumonia dan ensefalitis. Dan sebagian orang dewasa meninggal akibat komplikasi dari
pneumonia. Angka fatalitas kasus dapat menjadi 15% pada pasien immunicompromised dan
hingga 30% pada varisela neonatal berat bila tidak diobati dengan tepat.

Pencegahan

1. Imunisasi Aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (liveattenuated) yang berasal
dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dantingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-
100% serta mungkin lebih lama. Dapat diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia,
imunodefisiensi. Untuk penderita pasca kontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam
dengan maksud sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit. Dosis yang dianjurkan ialah
0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata cukup aman. Dapat diberikan bersamaan
dengan MMR dengan daya proteksi yang sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan.

2. Imunisasi Pasif

Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun Plasma (ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer antibody yang tinggi dan
yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes zoster. Dosis Zoster Imuno
Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan sebanyak 5mL dalam 72 jam setelah
kontak. Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau penyakitkeganasan lainnya,
pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak menyebabkan pencegahan yang sempurna, lagi
pula diperlukan Zoster Imun Globulin (ZIG) dengan titer yang tinggi dan dalan jumlah yang
lebih besar.11

11
Kesimpulan

Varisela merupakan penyakit akut, yang menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput
lendir yang disebabkan oleh virus-varicella-zoster. Varisela sangat mudah menyebar yaitu
melalui percikan ludah dan kontak. Dapat mengenai semua golongan umur, termasuk neonatus
namun yang tersering pada anak. Biasanya seumur hidup, varisela hanya diderita satu kali.
Varisela dapat disembuhkan dengan pemberian obat-obat tertentu – yang paling banyak
digunakan adalah asiklovir. Jika tidak segera ditindak, maka akan menjadi herpes zoster, yang
lebih berbahaya daripada varisela zoster. Cara pencegahannya adalah dengan melakukan vaksin
dan hindari kontak dengan para penderita varisela.

Daftar Pustaka

1. Boediardja SA, Handoko R. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2016. h.128-31.

2. Gleadle Jonathan. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta: Erlangga; 2007. h.143-6

3. Davey Patrick.At a Glance Medicine.Jakarta:Erlangga;2006.h.409-14

4. Dacre J, Kopelman P. Keterampilan Klinis. Jakarta: EGC; 2007.h.257-263.

5. Mohlan HJ, Robert. Major Diagnosis Fisik.Jakarta:EGC;2005.h.94.

6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2006.h. 1446-7

7. Sudoyo AW, Setiyohadi B. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.25-
8.

8. Djuanda A.Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI;2011.h.129-50.

9. Elisabeth JC. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC;2009.h.122-4

10. Deglin,Judith Hopfer.Pedoman Obat untuk Perawat.Jakarta:EGC;2004.h.8-9

11. Cahyono SB. Vaksinasi. Yogyakarta: Kanisius; 2010.h.89.

12

Anda mungkin juga menyukai