Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSTITUSI UUD 1945

Mahsun

MTsN 1 Kota Blitar


Jln. Cemara x/83 Kota blitar

Abstrak: rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dapat disebabkan antara lain, rendahnya perhatian
siswa dalam mengikuti pelajaran PPKn. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya
jawab, sehingga siswa tidak termotivasi dan merasa jenuh sehingga motivasi untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kreatifnya tidak muncul bahkan tidak akan pernah muncul karena siswa sejak awal
pembelajaran sudah tidak tertarik. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan penerapan pembelajaran PPKn
melalui model Problem Based Learning di kelas VIII-H MTsN 1 Kota Blitar dan mengetahui peningkatan
hasil belajar PPKn. Penelitian yang digunakan adalah PTK yang dilakukan dalam dua siklus tindakan
meliputi tahapan perencanaan, observasi, analitis, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah RPP, tes,
dan format observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan yaitu untuk penilaian afektif
siklus I pertemuan ke-1 63,08%, pertemuan ke-2 66,2%. Pada siklus II pertemuan ke-1 73,53%, pertemuan
ke-2 77,29%. Pada penilaian psikomotorik siklus I pertemuan ke-1 65,38%, pertemuan ke-2 72,47 %.
Selanjutnya pada siklus II petemuan ke-1 72,69%, pertemuan ke-2 78,58%. Begitu juga untuk prestasi
belajar pada siklus I pertemuan ke-1 76.58%, pertemuan ke-2 77,22% dan siklus II pertemuan ke-1 77,33%
dan pertemuan ke-2 82,58%. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penerapan model
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar PPKn materi konstitusi UUD 1945 di MTsN 1
kota blitar.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar

Abstract: The low learning outcomes achieved by students can be caused, among other, by the low attention
of students in participating in PPKn lessons. Teachers often provide lessons in the form of lectures and
question and answer, so that sudents are not motivated and feel bored so that the motivation to develop their
creative thinking skills does not appear even though they will never appear because students from the
beginning of learning are not interested. This research aims to describe the application of PPKn learning
through the Problem Based Learning model in class VIII-H of MTsN 1 in Blitar City and knowing the
increase in PPKn learning outcomes. The research used was PTK which was carried out in two action cycles
including the stages of planning, observation, analysis, and reflection. The instruments used are RPP, test,
and observation format. The results showed that there was an increase, namely for the affective assessment
of the 1st cycle of the 1 st meeting 63.08%, the second meeting 66.2%. In the second cycle of the 1 st
meeting 73.53%, the second meeting was 77.29%. In psychomotor assessment, the first cycle of the first
meeting was 65.38%, the second meeting was 72.47%, then in the second cycle the first meeting was
72.69%, the second meeting was 78.54%. Likewise for learning achievement in the first cycle of the first
meeting 76.58, the second meeting 77.22% and the second cycle meeting 1 77.33% and the second meeting
82.58%. The conclusion that can be drawn from this study is the application of the Problem Based Learning
model to improve the learning outcomes of PPKn material from the 1945 Constitution in MTsN 1 Blitar
City.

Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes


Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiibannya untuk menjadi
warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila
dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa.

Menurut Kemendikbud (2013) dalam Standar Isi 2006, Standar Kompetensi Dan
Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SMP kelas VIII Semester 1 ditegaskan bahwa:
Standar Kompetensi: Menampilkan sikap positif terhadap Konstitusi UUD 1945 UUD 1945. UUD
1945 menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang – undang. Dengan demikian
Pemerintah harus menghindari sistem bertentangan dengan Konstitusi UUD 1945 di Negara
Indonesia. Hak-hak warga Negara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan
yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi organisasi non pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi,
dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip – prinsip demokrasi serta demi peningkatan
martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana
siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk
mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk
berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.

Menurut Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat
berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu
kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan
belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai
salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn.
Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji
penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan hasil belajar materi
Konstitusi UUD 1945 dalam mata pelajaran PPKn.

Menurut kemendikbud (2014) Hasil belajar PPKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran PPKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini
maupun masa yang akan datang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia,
keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan
emosional. Hasil belajar di dapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), untuk kerja
(performance), penugasan (Proyek), hasil kerja(produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Untuk meningkatkan hasil belajar PPKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga
siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih
banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses
Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96
daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara intregratif
dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar.
Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar PPKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode
ceramah).

Menurut Kemendikbud (2013) Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning


(PBL), diharapkan akan tercipta suasana belajar yang aktif, yaitu siswa akan saling berkomunikasi,
saling berbagi, saling memberi dan menerima, siswa yang berkemampuan lebih tinggi diharapkan
dapat membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah dalam memahami pelajaran. Situasi
pembelajaran seperti ini akan menciptakan suasana ketergantungan positif dan menumbuhkan
keaktifan serta tanggung jawab siswa sehingga kelas menjadi lebih hidup.

METODE

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam
penelitian ini merujuk pada pendapat Kemmis & McTaggart (1990) adalah metode penelitian
tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama
untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan
untuk melakukan perbaikan. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu (1) Perencanaan
tindakan (planning), (2) Pelaksanaan tindakan (action), (3) Pengamatan (observation), (d) Refleksi
(reflection).

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (Problem Based Learning) atau PTK.
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat mengajar, dengan
menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran
(Moleong, 2007). Dalam penerapan model PBL ini instrumen yang digunakan: Lembar Observasi
Guru, Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP, Angket siswa.

Penelitian tindakan kelas ini pengumpulan data digunakan dalam setiap variable penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut: a) Observasi, dapat mengukur atau menilai hasil belajar dan proses
belajar, misalnya tingkat laku siswa pada waktu belajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa
dalam simulasi, sikap siswa, kegiatan yang dilakukan, tingkat partisipasi (Sudjana, 2010). b) Tes
kognitif, tes mengenai kemampuan atau pengetahuan, dilakukan dalam bentuk pretes maupun
postes pada setiap akhir tindakan. Dari hasil data tes yang diperoleh dianalisis dan dilakukan
refleksi untuk merencanakan tindakan berikutnya. Tes digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan oleh peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran PPKn yang lainnya. c)
Catatan lapangan, disusun unutk merekam seluruh kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran
melalui pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung. Data yang tercantum dalam catatan
lapangan adalah data yang belum terekam dalam lembar observasi. d) Angket, untuk memperoleh
data pada subjek penelitian yang berupa angket respon siswa. Untuk mengetahui respon, melihat
dan perhatian siswa terhadap pelajaran PPKn model PBL (Arikunto, 2006)
Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96
Tabel 1 Langkah – langkah Problem Based Learning (Ibrahim, 2000)

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan


Orientasi peserta didik pada
1. logistik yang diperlukan, dan memotivasi peserta didik
masalah Konstitusi UUD 1945
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
Mengorganisasi peserta didik Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
2. untuk belajar Konstitusi UUD mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
1945 dengan masalah tersebut.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing pengalaman
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
3. individual/kelompok belajar
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
Konstitusi UUD 1945
masalah.
Guru membantu peserta didik dalam merencakanan
Mengembangkan dan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
4. menyajikan hasil karya kerja
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
kelompok
temannya.
Menganalisis dan mengevaluasi Guru membantu peserta didik untuk melakukan
5. proses pemecahan masalah refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
Konstitusi UUD 1945 dan proses yang mereka gunakan.

HASIL

Kondisi awal adalah kondisi siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model
Problem Based Learning, hasil belajar PPKn siswa kelas VIII-H semester ganjil materi sebelumnya
kurang memuaskan dan kemampuan daya serap para siswa tidak merata. Hal ini disebabkan karena
aktifitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang konvensional seperti ceramah dan
mengerjakan lembar kerja siswa. Akibatnya siswa jadi pasif dalam kegiatan belajar dan menjadi
cepat bosan. Selain itu jika siswa menemukan masalah atau kesulitan dalam belajar, siswa enggan
untuk bertanya pada guru maupun kepada temannya yang bisa atau memahami materi yang
diajarkan. Dengan kondisi seperti ini, aktifitas belajar dan motivasi atau kemampuan belajar siswa
rendah sehingga hasil belajar siswa juga rendah dan jauh dari standar ketuntasan minimal yang
diharapkan harus ada dan sebagainya. Dengan demikian tujuan penelitihan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada siklus II tercapai.

Dalam peningkatan hasil belajar dapat di simpulkan sebagai berikut: (1) Dalam penerapan
model PBL sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII H Semester 1
Tahun 2017 di MTsN 1 Kota Blitar. (2) Dalam pelaksanaan pada Siklus 1 pertemuan ke 1 siswa
masih kurang memahami tentang materi Konstitusi UUD 1945. (3) Dalam pelaksanaan Siklus 1
pertemuan ke 2 siswa sudah banyak peningkatan dari pada siklus 1 pertemuan ke 1 pada materi
Konstitusi UUD 1945. (4) Dalam pelaksanaan siklus II pertemuan 1 dan 2 siswa sudah berhasil
memahami materi yang mereka terima tentang Perumusan Konstitusi UUD 1945.
Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96

Tabel 2 hasil belajar PPKn Materi Perumusan Konstitusi UUD 1945

Pra Siklus Siklus I Siklus II


Ketuntasan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tuntas 10 26 28 85 36 100
Belum Tuntas 26 8 -
Rerata 76,58 77,22 82,58

PEMBAHASAN

Dari penelitian setelah ditemui rumusan maslaah, maka peneliti melakukan penerapan
model Problem Based Learning pada materi Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII-H MTsN 1 Kota Blitar, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: (1) Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan
dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Konstitusi UUD 1945. (2)
Guru membantu peserta didik mendifinisikan dan mengorganesasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah Konstitusi UUD 1945. (3) Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai , melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah. (4) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. (5)
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari
identifikasi yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya. Siswa bersama
guru membuat kesimpulan dari hasil pengamatan. Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif
siklus I pertemuan ke-1.

Penerapan model Problem Based Learning ada peningkatan dari siklus I pertemuan ke-1
80%, siklus I pertemuan ke-2 85%, siklus II pertemuan ke-1 95% dan siklus II pertemuan ke-2
100%, sehingga siswa lebih disiplin, tanggung jawab, dan terbiasa untuk menyampaikan pendapat
maupun menghadapai pendapat orang lain. Hasil belajar dengan menggunakan model Problem
Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa saat individual maupun klasikal dari
siklus I sampai siklus II setelah ada perbaikan pada tiap – tiap siklus. Hal ini tampak dari
peningkatan nilai hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang teramati
pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Rata – rata hasil belajar siswa aspek kognitif
meningkat dari 76,58 siklus I pertemuan ke-1 menjadi 77,22 pada siklus 1 pertemuan ke 2. Dan
siklus II pertemuan ke-1 77,33 dan siklus II pertemuan ke-2 82,58. Pada penilaian aspek afektif
siklus I pertemuan ke-1 dari 63,08 meningkat menjadi 66,08 pada siklus I pertemuan ke-2, siklus II
pertemuan ke-1 73,03 menjadi 7 pada siklus II pertemuan ke-2, sedangkan aspek psikomotorik dari
siklus I pertemuan ke-1 65,38 siklus I pertemuan ke-2 72,09 dan siklus II pertemuan ke-1 73,80
meningkat menjadi 78,54 pada siklus II pertemuan ke-2.

Berdasarkan hasil tersebut diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar
meningkat bila siswa mengalami peningkatan dan perubahan pada sikap, ketrampilan maupun
pengetahuan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Bloom (dalam Suprijono 2009),
Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96
sedangkan penerapan model Problem Based Learning dari perencanaan dan pelaksanaan melalui
beberapa tahap dilaksanakan berdasarkan siklus I pertemuan ke-1, 2 dan siklus II ada peningkatan
berdasarkan hasil observasi, dengan demikian model Problem Based Learning sangat efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berikut kesimpulan dalam penelitian ini: (1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah Konstitusi UUD 1945. (2) Guru membantu peserta didik mendifinisikan dan
mengorganesasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah Konstitusi UUD 1945. (3)
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. (4) Guru membantu peserta
didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. (5) Guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Saran

Sebagai akhir dari penelitian tindakan kelas, yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin
memberikan saran yang mungkin dapat menjadi bahan masukan antara lain sebagai berikut: (1)
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning perlu dilakukan terutama oleh guru karena
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran PPKn. (2) Peneliti yang ingin
menerapkan pembelajaran dengan model Problem Based Learning harus mempersiapkan secara
matang.
Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Volume 3, Nomor 1, September 2018: 1-96
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, N. 2000. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah/PBL. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs PPKn.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Kemendikbud, 2014. Buku Guru PPKn. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud.

Kemmis, S & McTaggart, R. 1990. The Action Research Reader: Third Edition. Deakin University
Press. Victoria

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjana.


2010. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Anda mungkin juga menyukai