Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PATOLOGI REPRODUKSI WANITA “CA CERVIX”


Dosen Pengampu : dr. Leny Candra Kurniawan, MM

Disusun Oleh :
Kelompok 5 (2B)

1. Anisah Ma’rufah Al-Mahbubah (195047)


2. Delsa Azaria Sasri (195053)
3. Dyah Citra Resmi (195055)
4. Nungky Prasiwi Indah W. (195071)
5. Nora Oktavinta Yuliono (195086)

PROGRAM STUDY D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS DR .SOEPRAOEN

KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG


TAHUN AJARAN 2020/202 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih atas segala bentuk dukungan data dari berbagai referensi demi kelangsungan
penyelesaian makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan tugas makalah yang berjudul


“PATOLOGI REPRODUKSI WANITA CA CERVIX”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi dan Patofisiologi.

Penyusun berterimakasih kepada pihak yang sudah membantu hingga selesainya


makalah ini. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna,
penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah di lain waktu bisa
lebih baik lagi.

Malang, 02 April 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Penyebab Ca Cervix....................................................................................................3
2.2 Gejala Ca Cervix.........................................................................................................4
2.3 Pemeriksaan Ca Cervix...............................................................................................6
2.4 Pengobatan Ca Cervix.................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kanker serviks (kanker leher rahim) merupakan keganasan yang berasal dari
serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Penyebab
utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)
terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini terjadi pada transformasi c sel epitel serviks,
pada mulanya terjadi lesi pre kanker kemudian menjadi frank cancer (Hyacinth et al.,
2012).

Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus1 . Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010. Per
tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun
1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000
diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang berkembang.

Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke7 secara


global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara maju
atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua
dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan
insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.

Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker serviks di


Indonesia sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani
sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga kesehatan
yang ada.

1
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya
dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan
oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya penanganan kanker serviks,
terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap
pihak yang terlibat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penyebab penyakit kanker serviks?
2. Apa saja gejala penyakit kanker seviks?
3. Apa saja pemeriksaan untuk penyakit kanker serviks?
4. Bagaimana pengobatan untuk penyakit kanker serviks?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab penyakit kanker serviks
2. Untuk mengetahui gejala penyakit kanker serviks
3. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk penderita penyakit
kanker serviks
4. Untuk mengetahui apa saja pengobatan yang dilakukan untuk penderita penyakit
kanker serviks

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Ca Cervix
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. HPV adalah virus yang
ditularkan melalui kontak alat kelamin, terutama vaginal dan anal. Adapun faktor
risiko terjadinya kanker serviks antara lain:
1. Merokok
2. Aktivitas seksual pada usia muda
3. Berhubungan seksual dengan multipartner. Wanita yang sering berganti partner
seksual beresiko lebih besar untuk terkena kanker serviks. Dan juga wanita yang
pasangannya sering berganti pasangan. Hal ini disebabkan karena kedua
kelompok tersebut rentan terhadap infeksi HPV.
4. Mempunyai anak banyak Melahirkan lebih dari 5 kali meningkatkan resiko
terkena kanker serviks lebih tinggi.
5. Sosial ekonomi rendah
6. Penyakit menular seksual
7. Gangguan imunitas
8. Pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif). Penggunaan pil KB jangka
panjang (5 tahun atau lebih) dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
9. DES (diethylstilbestrol), bila DES diberikan kepada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko terkena kanker serviks dengan jenis yang langka pada anak
perempuan yang dikandungnya. Pada saat ini DES sudah tidak diberikan kepada
ibu hamil.
10. Tidak melakukan tes Pap Smear secara berkala. Hal ini berhubungan dengan
deteksi dini terhadap kanker serviks.
2.2 Gejala Ca Cervix
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyakit kanker yang
menyerang leher rahim dan disebabkan oleh human papilloma virus atau HPV. Pada
awal diderita, kanker serviks kerap tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali
baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut.
Meski demikian, beberapa hal bisa menjadi bagian dari ciri-ciri kanker
serviks, seperti:
1. Pendarahan vagina yang tidak normal

3
Ketika wanita menderita kanker serviks, gejala yang biasanya muncul
adalah perdarahan yang tidak normal pada vagina. Perdarahan yang dialami bisa
lebih banyak atau pun lebih sedikit dari menstruasi biasanya.
Selain itu, perdaharan juga dapat terjadi di antara periode menstruasi,
terjadi pada wanita yang sudah menopause, atau saat sedang berhubungan seksual.
2. Keputihan yang tidak biasa
Ciri-ciri kanker serviks lainnya adalah keputihan yang tidak normal.
Lendir pada keputihan akan mengalami perubahan warna, memiliki aroma yang
tidak sedap atau bau, serta terjadi perubahan tekstur dan konsistensi cairan vagina.
Meski demikian, keputihan yang tidak biasa ini juga bisa disebabkan oleh
penyakit lain, sehingga Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter saat
mengalaminya.
3. Nyeri saat berhubungan intim
Pada stadium lanjut, tanda yang muncul dapat lebih beragam, salah
satunya adalah nyeri panggul saat berhubungan intim. Nyeri ini menimbulkan rasa
tidak nyaman sewaktu berhubungan intim.
Jika Anda merasakan keluhan ini, segera periksakan diri ke dokter guna
memastikan penyebabnya. Pasalnya, selain dikaitkan dengan penyakit kanker
serviks, keluhan ini juga dapat dipicu oleh penyakit lain, seperti endometriosis
atau fibroid.
4. Frekuensi buang air kecil meningkat
Sakit saat buang air kecil dan tidak bisa menahan keinginan untuk buang air
kecil juga menjadi gejala atau ciri-ciri kanker serviks.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sel kanker yang tumbuh mengelilingi
leher rahim, lalu menyebar hingga ke kandung kemih. Namun gejala ini juga bisa
muncul akibat infeksi saluran kemih (ISK), sehingga Anda perlu untuk ke dokter
untuk memastikannya.
5. Mudah lelah
Ciri lain yang akan muncul saat Anda menderita kanker serviks adalah
mudah lelah. Kondisi ini terjadi akibat perdarahan yang tidak normal pada vagina,
sehingga lama kelamaan tubuh mengalami kekurangan sel darah merah (anemia)
yang menyebabkan munculnya rasa lelah. Rasa lelah yang dirasakan biasanya
akan berlangsung setiap saat dan tidak hilang meskipun Anda telah beristirahat
cukup.

4
6. Pembengkakan di salah satu tungkai
Ketika kanker serviks memasuki stadium lanjut, biasanya akan
menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satunya adalah pembengkakan pada
tungkai. Kondisi ini dapat terjadi ketika sel kanker menekan pembuluh darah di
panggul, sehingga menghambat sirkulasi darah ke tungkai. Akibatnya, terjadi
penimbunan cairan yang membuat tungkai menjadi bengkak.
7. Kehilangan nafsu makan
Ciri-ciri kanker serviks berikutnya adalah penurunan atau kehilangan nafsu
makan. Hal ini dikarenakan penyebaran sel kanker dapat membuat metabolisme
tubuh berubah sehingga berpengaruh terhadap nafsu makan Anda. Selain itu,
penurunan berat badan drastis yang tidak diketahui penyebabnya, juga perlu
dicurigai sebagai gejala kanker.
8. Sembelit
Jika kanker serviks telah menyebar hingga ke usus besar, akan berpotensi
menyebabkan konstipasi atau sembelit. Kondisi ini dapat terjadi saat kanker
serviks sudah memasuki stadium lanjut.
9. Bercak darah di urine (hematuria)
Jika sedang berkemih dan melihat urine bercampur darah, segera
konsultasikan ke dokter. Bisa jadi itu merupakan salah satu tanda Anda terkena
kanker serviks.
10. Keluar urine atau fases dari vagina
Kanker serviks dapat juga memengaruhi fungsi vagina. Saat sudah
memasuki stadium lanjut, kanker servis dapat menimbulkan kebocoran urine atau
keluarnya tinja dari vagina. Hal ini bisa terjadi akibat terbentuknya fistula antara
vagina dan saluran kemih, atau fistula ani antara vagina dan anus, sehingga urine
dan fases dapat melewati vagina.
2.3 Pemeriksaan Ca Cervix
Pemeriksaan Penunjang di gunakan untuk Ca Servic adalah
1. Cystoscopy
Cyastoscopy adalah  tindakan medis untuk melihat kondisi saluran kemih
pasien secara detail dengan memasukkan selang kecil yang dilengkapi lampu ke
kandung kemih melalui uretra
2. Colposcopy

5
Colposcopy adalah pemeriksaan untuk mencari kelainan sel di leher rahim.
Sama seperti skrining kanker serviks, kolposkopi dilakukan dengan membuka
vagina menggunakan spekulum. Kemudian, dokter akan menggunakan mikroskop
kecil yang dilengkapi lampu di ujungnya (kolposkop) untuk melihat kondisi leher
rahim.
3. Biopsi cervic
Biopsi Servik adalah tindakan ginekologi untuk mengambil sampel
jaringan dari serviks atau leher rahim. Kemudian, sampel akan diperiksa dengan
mikroskop untuk mencari kelainan dan tanda penyakit.
4. Pap Smear
Pap smear adalah salah satu metode pemeriksaan skrining kanker serviks
yaitu dengan pengambilan apusan sel epitel serviks yang akan diperiksa .memakai
mikroskop untuk mendeteksi lesi prakanker dan kanker serviks.
5. Pap Net
Pap net adalat alat yang lebih canggih dari pemeriksaan pap smear untuk
mendeteksi sel-sel abnormal jauh lebih dini. Pada pap net pemeriksaanya lewat
bantuan komputer canggih sehingga dapat mengidentifikasi sel-sel abnormal atau
sel-sel pra kanker walau dalam jumlah yang sangat sedikit sekalipun
6. Thin Prep Pap Test
Thin Prep pap test adalah Pap smear cara baru, yang mana getah leher
rahim diambil seperti biasa dengan cytobrush, tetapi tidak langsung dibuat
sediaan apus diatas kaca objek, melainkan dicelupkan atau direndam dalam
botol kecil berisi cairan fiksasi/pengawet.Cara ini memastikan sel – sel yang
terkumpul pada cytobrush lebih mudah dilepaskan ke dalam cairan pengawet dan
dapat tertampung seluruhnya sehingga tidak ada sel yang hilang.
7. Servikografi
Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran
porsio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh bidan.
Hasil foto serviks dikirim ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk
menilai).
8. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi.

6
9. Pollar probe
Pollar probe merupakan alat opro- elektronik untuk mengukur biofisik dan
respons optik dengan stimulasi elektrik jaringan serviks. Akan dihasilkan energi
listrik dan gelombang ringan bila ada prakanker dan kanker.
10. Tes DNA HPV (genotyping / hybrid capture)
Tes DNA HPV adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi HPV (human
papilloma virus) tipe risiko tinggi pada wanita. Infeksi HPV tipe ini dapat memicu
perubahan abnormal pada sel serviks yang berpotensi menjadi kanker serviks atau
jenis kanker lainnya, seperti kanker vagina dan kanker anus.
Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan mengambil sampel sel dari
leher rahim (serviks). Sampel tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk
diketahui apakah terdapat materi genetik (DNA) dari HPV di dalam sel serviks.
2.4 Pengobatan Ca Cervix
Pengobatan kanker serviks terdiri dari pembedahan, kemoterapi dan
radioterapi, dimana pengobatan kemoterapi dan radioterapi dapat menimbulkan efek
samping berupa status fungsional, bekerja, perawatan diri, peran keluarga dan sosial,
munculnya rasa takut, tidak berdaya, rendah diri, sedih dan lebih mudah mengalami
kecemasan. Serta dilakukan tindakan operasi dapat menimbulkan rasa sakit, gangguan
aktivitas, serta ketidaknyamanan pada bagian tubuh yang dilakukan pembedahan.
Pemilihan metode pengobatan kanker serviks bergantung pada beberapa
faktor, misalnya:
a. Stadium kanker
b. Jenis kanker
c. Usia pasien
d. Kondisi medis lain yang mungkin sedang dihadapi
Pengobatan kanker serviks berdasarkan stadium dibagi menjadi dua. Pertama,
operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau kombinasi
keduanya. Kedua, penanganan kanker serviks stadium akhir, yaitu radioterapi
dan/atau kemoterapi. Kadang operasi juga perlu dilakukan.
1. Pengangkatan Sel-Sel Prakanker
Penanganan sel prakanker dibutuhkan apabila hasil pap smear
memerlihatkan adanya perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker di
kemudian hari. Berikut tindakanya :
a. Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal.

7
b. Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang abnormal
melalui prosedur operasi.
c. Large loop excision of transformation zone(LLETZ): sel-sel abnormal
dipotong memakai kawat tipis dan arus listrik.
2. Penanganan dengan Radioterapi
Pada kanker serviks stadium akhir, radioterapi akan dikombinasikan
dengan kemoterapi untuk mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri. Prosedur
radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Eksternal. Mesin radioterapi akan menembakkan gelombang energi tinggi ke
bagian panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker.
b. Internal. Implan radioaktif akan dimasukkan di dalam vagina dan leher rahim
pasien. Radioterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi
seringkali juga menghancurkan jaringan yang sehat.
Efek samping prosedur ini antara lain:
1) Perdarahan dari vagina dan rectum
2) Diare
3) Mual
4) Merusak kandung kemih sehingga pasien kehilangan kontrol buang air besar
dan kecil
5) Merusak ovarium, berakibat pada menopause
6) Perih pada kulit panggul
3. Pengobatan dengan Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan mengurangi gejala
yang muncul. Kemoterapi memakai obat-obatan yang berfungsi untuk menghancurkan sel
kanker.
Pengobatan ini memberi dampak pada seluruh tubuh. Obat kanker serviks
yang digunakan dalam kemoterapi akan menghancurkan sel yang tumbuh dengan
cepat, terutama sel kanker. Sayangnya, sel sehat yang tumbuh dengan cepat juga
terpengaruh.
Kemoterapi bisa dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau
kombinasi obat-obatan. Pengobatan kemoterapi diberikan melalui infus pada
pasien rawat jalan. Pasien diperbolehkan pulang setelah menerima pengobatan
sesuai dosis.

8
Pasien yang menjalani pengobatan dengan kemoterapi harus melakukan
tes darah rutin. Ini dilakukan untuk memeriksa kesehatan ginjal, karena beberapa
obat-obatan kemoterapi bisa merusak ginjal.
Efek samping yang paling sering terjadi setelah kemoterapi, antara lain:
a. Mengalami sariawan
b. Hilang nafsu makan
c. Merasakan kelelahan
d. Mual dan muntah
e. Rambut rontok
Penggunaan kondom dapat melindungi Anda dari HPV saat berhubungan
seks. Meski demikian, hal ini tidak selalu efektif mencegah terjadinya infeksi.
Saat terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh mencegah virus untuk melukai
rahim.
Namun pada sebagian wanita, virus bisa menetap selama bertahun-tahun.
Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada di permukaan leher rahim berubah
menjadi sel kanker.
Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko kanker sudah tersedia.
Vaksinasi HPV yang saat ini tersedia adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18;
vaksin kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9
jenis HPV yaitu 4 jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.
4. Operasi Pengangkatan Kanker Serviks
Ada tiga prosedur operasi pengangkatan kanker serviks:
a. Radical Trachelectomy
Prosedur ini bertujuan mengangkat serviks, jaringan sekitarnya, dan
bagian atas dari vagina, tanpa mengangkat rahim.
b. Histerektomi
Prosedur ini adalah operasi pengangkatan rahim.Biasanya dilakukan
untuk kanker serviks stadium awal. Ada dua jenis operasi histerektomi:
1) Histerektomi sederhana.
Prosedur di mana yang akan diangkat adalah leher rahim dan rahim. Pada
beberapa kasus, ovarium dan tuba falopi bisa juga turut diangkat. Prosedur
ini bisa dilakukan untuk kanker serviks stadium awal.
2) Histerektomi radikal.

9
Proses pengangkatan leher rahim, rahim, jaringan di sekitarny, Nodus
limfa, ovarium, dan tuba falopi. Efek samping jangka pendek dari operasi
histerektomi misalnya perdarahan, infeksi, risiko cedera pada kandung
kemih, ureter, dan rektum serta penggumpalan darah. Sedangkan
komplikasi jangka panjangnya, meliputi pembengkakan pada lengan dan
kaki karena penumpukan cairan. Komplikasi lainnya adalah roduksi cairan
vagina akan berkurang dan menyebabkan hubungan seksual bisa terasa
tidak nyaman.
c. Pelvic exenteration
Prosedur operasi besar yang dilakukan untuk mengangkat leher rahim,
jaringan sekitarnya serta bagian atas vagina. Namun, rahim tidak ikut
diangkat.
5. Penanganan dengan Radioterapi
Pada kanker serviks stadium akhir, radioterapi akan dikombinasikan
dengan kemoterapi Untuk mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri. Prosedur
radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Eksternal. Mesin radioterapi akan menembakkan gelombang energi tinggi ke
bagian panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker.
b. Internal. Implan radioaktif akan dimasukkan di dalam vagina dan leher rahim
pasien. Radioterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi
seringkali juga menghancurkan jaringan yang sehat.
Efek samping prosedur ini antara lain:
1) Perdarahan dari vagina dan rectum
2) Diare
3) Mual
4) Merusak kandung kemih sehingga pasien kehilangan kontrol buang air besar
dan kecil
5) Merusak ovarium, berakibat pada menopause
6) Perih pada kulit panggul

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks (kanker leher rahim) merupakan keganasan yang berasal dari
serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Penyebab
utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)
terutama pada tipe 16 dan 18.
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. HPV adalah virus yang
ditularkan melalui kontak alat kelamin, terutama vaginal dan anal.

3.2 Saran
Diharapakan mampu meningkatkan pengetahuan tentang kanker serviks tidak
hanya kepada wanita saja tetapi juga pada laki-laki agar nantinya juga mendukung
saudara wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth Tara, MD, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Kanker Pada Wanita,
Jakarta: Ladang Pustaka dan Inti Media.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indinesia (KMK RI) Nomor


HK.01.07/MENKES/349/2018: 2018. Pedoman Nasional Pelayananan Kedokteran Tata
Laksana Kanker Serviks. Kementerian Kesehatan RI

Klikdokter. (2021). Pengobatan Kanker Serviks. Retrieved from klik dokter web site :
https://www.klikdokter.com/penyakit/kanker-serviks
Pedoman Pelayanan Medik Kanker Ginekologi, Kanker Serviks, ed-2,2011, hal 19-28

Setiawati, D. (2014). Human papilloma virus dan kanker serviks. Al-Sihah: The Public
Health Science Journal, 6(2).

Yanti, D. A. M., & Kholimah, S. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pengobatan
Kanker Serviks. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(9).

12

Anda mungkin juga menyukai