Anda di halaman 1dari 17

Tumbuh Kembang pada Bayi Normal

Ruth Anthea Airin Simanjuntak

102014210

D3

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 KebonJeruk, Jakarta Barat

ruth.2014fk210@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Bayi yang baru lahir perlu dilakukan berbagai pemeriksaan agar jika terjadi kelainan-kelainan
dokter dapat segera menanganinya. Pemeriksaan yang umumunya dilakukan adalah APGAR
Skor dan antropometri. Kemudian pemberian imunisasi juga penting adanya bagi kesehatan
bayi, agar bayi bisa terproteksi dari beberapa penyakit yang mungkin berbahaya. Edukasi
juga harus diberikan kepada ibu agar ibu dapat menjaga dan merawat dengan baik bayi
tersebut. Edukasi yang paling penting adalah nutrisi yang seimbang. karena nutrisi yang baik
akan berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi dewasa.

Kata kunci : Anamnesis, APGAR skor, Antropometri, imunisasi, gizi seimbang bayi
baru lahir

Abstract

The newborn is necessary to the various examinations in order in case of abnormalities


doctor can immediately handle. Examination umumunya do is Apgar Score and
anthropometry. Then immunization is also important for the health of their baby, so the baby
can be protected from some diseases that may be dangerous. Education should also be given
to the mother so that she can maintain and take good care of the baby. The most important
education is balanced nutrition. because good nutrition will affect the baby's growth and
development into adulthood.

Keywords: History, Apgar scores, Anthropometry, immunization, balanced nutrition


newborn

1
Pendahuluan

Pertumbuhan pada masa bayi adalah salah satu masa yang sangat penting pada suatu
individu, hal ini akan sangat memengaruhi individu tersebut kelak pada hari dewasanya.
Pertumbuhan pada masa bayi bisa dikatakan cukup cepat, kemudian berangsur melambat dan
kemudian mengalami percepatan kembali saat masa remaja. Kurangnya perhatian terhadap
masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat membawa dampak yang buruk, di mana
dapat timbulnya berbagai hal-hal yang tidak diinginkan, baik itu pada fisik maupun mental
individu tersebut. Karena itu, pada dasarnya ada suatu kepentingan bagi suatu profesi seperti
dokter untuk memberikan penyuluhan kepada para orang tua untuk menyadari pentingnya
pemberian hal-hal yang sangat dibutuhkan anak mereka demi tercapainya suatu proses
tumbuh-kembang yang optimal.1

Anamnesis
Berdasarkan sesuai skenario yaitu, seorang bayi lahir dari seorang ibu yang tidak
memiliki komplikasi selama kehamilan dan selama ini sehat serta aktif. Kita mengambil data
secara alloanamnesis dikarenakan yang bersangkutan harus memberikan informasi dengan
bantuan ibunya yang kita kumpulkan datanya adalah sebagai berikut :
1. Identitas seperti nama, tempat tanggal lahir dan usia
2. Riwayat kehamilan
Dalam hal ini dapat ditanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan kehamilan ibu bayi
tersebut, seperti :
 Apakah saat mengandung banyak terjadi benturan?
 Apakah nutrisi ibu saat mengandung cukup?
 Apakah saat mengandung ibu melakukan cek-up rutin kedokter atau tidak?
 Apakah saat mengandung ibu mengalami sakit yang cukup paraah? Jika iya, apa
jenis penyakitnya dan berapa lama sakitnya.
 Apakah saat mengandung mengkonsumsi obat? Jika iya, apa jenis obatnya dan
berapa lama mengkonsumsinya?
3. Riwayat nutrisi
Dalam hal ini dapat ditanyakan mengenai nutrisi yang diberikan oleh ibu kepada bayinya
setelah lahir, apakah diberikan ASI eksklusif atau tidak.
4. Riwayat tumbuh kembang
Pada riwayat ini dapat ditanyakan kepada ibunya mengenai bagaimana proses
pertumbuhan dan perkembangan bayinya setiap bulannya.

2
Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda,
akan tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan petumbuhan.
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat
kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi
dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitik
beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk
perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan,
pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif.2

Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Tumbuh Kembang


Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak,
yaitu (1)Faktor genetic, faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.
Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya. (2)
Faktor lingkungan, yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam
hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
3
sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh
kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh
kembangnya. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”) yang meliputi pangan/gizi, perawatan
kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan,
pemukiman yang layak, kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan, pakaian, rekreasi dan
kesegaran jasmani
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”) Kasih sayang dari orang tua akan
menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental, atau psikososial
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”) Stimulasi mental mengembangkan
perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya. Baik dirumah,sekolah maupun lingkungan asah bisa dilakukan.

3
Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh
kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. 3

Riwayat Kehamilan
Ikatan awal dan kelekatan yang terus berkembang yang merupakan cirri khas
hubungan bayi-pemberi perawatan memiliki dasar biologi yang kuat. Seperti dijelaskan oleh
Bowlby, bayi baru lahir dan orang tua mereka telah terprogram secara genetic untuk
membentuk kelekatan yang kuat antara satu sama lain. Bayi muda lebih memilih berespons
pada bayangan wajah manusia dan pada suara bernada tinggi milik seorang ibu. Sebaliknya,
pemberi perawatan memiliki ketertarikan alami terhadap “magnetism” senyum seorang bayi
dan urgensi tangisannya. Perilaku kelekatan mendasar ini telah ditemukan dalam beragam
konfigurasi keluarga dan melewati suatu rentang budaya yang luas. Dengan demikian, jika
seorang anak kecil dan pemberi perawatannya saling memahami satu sama lain, interaksi
mereka akan bersifat adaptif. Selama tahun-tahun awal kehidupan seorang bayi, sejumlah
besar tanggung jawab untuk mendorong suatu hubungan yang harmonis terletak pada
kemampuan pemberi perawatan membaca sinyal serta respons bayi secara benar. Apabila
respon pemberi perawatan berkontak dapat diramalkan dan sejalan dengan perasaan bayi,
anak kecil tersebut akan mengalami perasaan awal berupa keamanan, keefektifan personal,
dan rasa berharga yang positif. Hal ini menghasilkan apa yang disebut sebagai “kepercayaan
dasar” oleh Erikson, atau fenomena yang kemampuan diramalakan dari luar menyebabkan
rasa pasti dari dalam. Bagi orang tua kemampuan membaca sinyal dari bayi mereka
merupakan pengalaman yang luar biasa dan tidak perlu mendapat bimbingna dari
professional, tapi adakalanya juga mengalamai kesulitan karena bayi mereka yang tidak
mampu untuk merespon atau pun susah di baca karena premature, gangguan neurologi,
penyakit kronis, maupun gaya tempramen yang ekstrem. Selama 6 bulan pertama kehidupan,
sebagian besar bayi berespon secara positif terhadap siapapun, pada 6 bulan kedua, mereka
mulai mencari kedekatan dengan pemberi perawatan primer mereka, dan setelah 2 tahun,
anak akan mulai melakukan pelepasan secara bertahap terhadap pemberi perawatan mereka,
dan mulai menyadari keadaan terpisahnya dan memperlihatkan berbagai derajat perilaku
kecemasan terhadap keadaan terpisah ini, dan setelah 3 tahun mereka sudah mulai dapat
mentolerir ketidakadaan pemberi perwatan primer dan mulai bisa menerima kehadiran orang
dewasa yang tidak dikenal tanpa banyak kesulitan.

4
Riwayat Persalinan

Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya. Namun setelah
berjalan beberapa hari kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak 20 cm. Bulan pertama ini
bayi akan memulai adaptasinya dengan lingkungan baru dan Memiliki gerakan refleks alami,
Memiliki kepekaan terhadap sentuhan, Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian
tubuh yang disentuh, Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum, Komunikasi yang digunakan
adalah menangis. Arti dari tangisan itu sendiri akan Anda ketahui setelah mengenal
tangisannya, apakah ia lapar, haus, gerah, atau hal lainnya. Peka terhadap sentuhan jari yang
disentuh ke tangannya hingga ia memegang jari tersebut. Tiada hari tanpa menghabiskan
waktunya dengan tidur.4

Factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Factor genetic, Factor genetic ditentukan oleh pembawa factor keturunan yang terdapat
dalam sel tubuh. Gen akan diwariskan orang tua kepada keturunannya dan Faktor
Lingkungan, Factor lingkungan yang berperan pada proses pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak dapat beraneka ragam, antara lain tempat tinggal, lingkungan pergaulan, sinar
matahari yang diterima, status gizi, tingkat kesehatan orang tua, serta tingkat emosi dan
latihan fisik.

Riwayat Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi bertujuan
untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga
dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.7 Berdasarkan proses atau mekanisme
pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi
pasif. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar
terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Sedangkan imunisasi pasif
merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Keberhasilan

5
pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya terdapat tingginya
kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein diperlukan
untuk mensintesis antibodi. Adapun jenis-jenis imunisasi adalah:
1. Imunisasi BCG, Bacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit
TBC, orang bilang flek paru. BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan
uji tuberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan IDAI) untuk mengetahui apakah anak
telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk
penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu anak baru
lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Pemberian suntikan bisa diulang pada usia 10-
13 tahun, jika dianggap perlu. Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi
kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan, maksudnya
disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Setelah disuntik, pada tempat bekas
suntikan biasanya akan timbul semacam bisul kecil yang akan mengering dengan
sendirinya. Apabila terjadi reaksi lokal di tempat suntikan, maka perlu dilakukan evaluasi
lebih lanjut.
2. Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang
diwajibkan. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan.
Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB) sangat mungkin terjadi sirosis atau
pengerutan hati. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B,
biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa
virus atau tidak.Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah
masuknya virus hepatitis B. Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan
antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Usia Pemberian sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi
stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan
usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb
dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24
jam. Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada
bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar).
Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin
3. Polio, Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering
dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. sedangkan yang kedua inactivated polio
vaccine, ini yang disuntikkan. Bila yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati rute

6
penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. sedangkan yang injeksi efek proteksi lebih
baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Vaksin polio injeksi hanya ditujukan
pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya
lemah. Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang
saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh, penderita
akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan
permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat
menggerakkan otot pernapasan. Virus polio menular secara langsung melalui percikan
ludah penderita atau makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya dengan
dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi.
4. DPT, Deskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke
dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Difteri (kuman yang dapat membentuk selaput abu-
abu atau hitam di tenggorokan), tetanus (infeksi yang menyebabkan kejang otot kuat yang
bisa mematahkan tulang), dan pertusis (penyakit menular yang menyebabkan penyakit
parah, batuk tak terkendali, yang dikenal sebagai batuk rejan). Potensi vaksin per dosis
tunggal sedikitnya 4 IU pertusis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Dosis dan Cara
Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus
disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Pada setiap
penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril. Imunisasi DPT harus
dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis
berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat
diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG,
Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.
5. Campak, Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari
ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun
sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit
campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali
terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita
sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena
lagi. Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita
yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-
12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,

7
demam), mata kemerahan dan berair. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-
bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare satu-dua
hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik. Usia dan Jumlah Pemberian
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian
campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR
(Measles Mump Rubella).
6. MMR, Vaksinasi pertama diberikan pada umur 15 bulan dan sekali lagi pada usia antara 5
sampai 6 tahun. Vaksin anak MMR ini juga kadang dikombinasikan dengan vaksin virus
cacar air. Vaksin virus MMR ini ditujukan untuk melindungi anak terhadap tiga virus
berbahaya, yaitu campak, gondok dan rubella atau campak Jerman. Campak dapat
menyebabkan demam tinggi dan ruam tubuh-lebar. Gondok menyebabkan rasa sakit
wajah, pembengkakan kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan kemandulan pada
laki-laki. Sedangkan rubella atau campak Jerman dapat menyebabkan cacat pada janin dari
ibu hamil yang tertular atau pernah tertular penyakit ini jika infeksi terjadi selama
kehamilan.
7. Hib, Penyakit Hib adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Penyakit ini merupakan penyebab utama radang selaput otak (meningitis)
yang pada umumnya menyerang anak di bawah umur 5 tahun. Vaksin diberikan pada
umur 2, 4, 6 dan antara 5-18 bulan. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam
tinggi dan kemerahan pada bekas suntikan.
8. Varicella, Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ini ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan yang secara perlahan mengering dan
membentuk koreng yang akan mengelupas. Dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik
pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada anak yang berusia di atas 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Efek samping dari vaksin ini
biasanya berupa demam dan pembengkakan di tempat penyuntikan.
9. Tifoid, Vaksin Tifoid polisakarida diberikan pada umur 2 tahun.Vaksin ini diberikan
untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan
yang didapat hanya bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun saja. Oleh karena itu perlu
dilakukan vaksin ulang kembali setiap 3 tahun. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2
jenis, yaitu imunisasi oral dan suntikan. Imunisasi oral berupa kapsul diberikan selang
sehari selama 3 kali. Hal ini biasanya dilakukan untuk anak yang sudah dapat menelan

8
kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan hanya satu kali. Tidak ada efek samping
yang didapat pada imunisasi ini.5
Tabel 1. Imunisasi.

Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Pertumbuhan (Antropometri)
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan
waktu. Selama pertumbuhan terjadi perubahan ukuran fisik. Ukuran fisik tidak lain adalah
ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya. 1,2 Ukuran fisik
manusia dapat diukur.  llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu 
dikenal dengan sebutan antropometri. Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit,
sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara antropometri
akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan ukuran berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, lemak di bawah kulit dan lingkar lengan atas. Berat badan untuk umur
(BB/U) , panjang badan untuk umur (PB/U) , berat badan untuk panjang badan (BB/PB) dan
IMT.4 Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Berat badan adalah salah satu parameter yang
memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur.

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

9
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

3. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Pada tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB,
karena menghilangkan factor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar,
khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran
anak. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang.

5. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)


lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.

6. Pengukuran IMT
Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena
dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena
itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa
disimbolkan dengan IMT/U. IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi
badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi
badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :
Berat badan (kg)
        IMT = ----------------------------------------------
Tinggi badan 2 (meter)

Setelah melakukan pengukuran masing-masing indikator, maka langkah selanjutnya


adalah membaca grafik ( WHO Child Growth Standards) dan melakukan penilaian , untuk
menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), harus dibandingkan dengan standar
WHO. Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah
dengan Z-skor atau persentil.
Klasifikasi dapat dilakukan menurut berbagai lembaga. Klasifikasi WHO agak sedikit
berbeda dengan klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI. Klasifikasi status gizi yang
dihitung dengan menggunakan Z-skor menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Indikator Pertumbuhan.

10
- Pemeriksaan Perkembangan (Denver)
Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi
dengan dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu
petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak seusia dini. Denver
Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan
secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. 5 Nama “Denver”
menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di
Denver. Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain Menilai tingkat
perkembangan anak sesuai dengan usianya; Menilai tingkat perkembangan anak yang
tampak sehat; Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala
kemungkinan adanya kelainan perkembangan; memastikan anak yang diduga mengalami
kelainan perkembangan; Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.

Tujuan pokok DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir gangguan


perkembangan anak, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan demikian, tes ini
tidak memiliki kriteria kesimpulan hasil perkembangan anak “abnormal”, yang ada hanyalah
“normal”, “tersangka” dan “tak dapat diuji”. Denver II terdiri atas 125 item tugas
perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut
tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu: (1) Sektor personal-
sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi, (2) Sektor motorik halus-
adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-
benda kecil, serta pemecahan masalah., (3)  Sektor bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan
menggunakan bahasa dan (4) Sektor motorik kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan

11
gerakan umum otot besar lainnya. Setelah menyelesaikan tes Denver II, kita perlu melakukan
tes perilaku untuk membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif, dan
memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.

Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, kita
perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver
II, pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan
terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam
penerapan Denver II antara lain, benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka
kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kubus (dengan rusuk 2,5 cm)
berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah, botol kecil
berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik (dalam penerapannya, ada
yang mengganti manik-manik dengan kismis atas pertimbangan tertentu), lonceng kecil dan
bola tenis. Adapun formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas
perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu
pada halaman belakang. Pada baris horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia
dalam bulan dan tahun yang dimulai dari anak lahir hingga 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan,
jarak 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda
adalah 3 bulan. Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai
perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini
terlebih dahulu kita harus mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita
dapat mengikuti langkah-langkah berikut. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tes
adalah item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan, misalnya sektor
personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan sektor motorik halus-adaptif. Item yang
lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, juga saat ia mampu menyelesaikannya tetapi kurang tepat. Ini ditujukan agar
anak tidak segan untuk menjalani tes berikutnya. Dengan menggunakan skala pada lembar
tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku
sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak
selama tes dengan perilaku sebelumnya. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, atau
marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan
dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.6

- Tanda Tanda Vital

12
Pemeriksaan fisik umum lainnnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksa tanda-
tanda vital diantaranya dengan hitung frekuensi napas, pemeriksaan frekuensi napas ini
dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini
dikatakan normal pada bayi apabila frekuensinya antara 24-35 kali per menit, tanpa adanya
retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi. Hitung denyut jantung dengan stetoskop,
pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal,
perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 120 kali per menit. Serta pemeriksaan nadi permenit dikatakan normal
pada bayi adalahh 120-130 x/mnt. Serta pemeriksaan suhu tubuh karena hipotalamus bayi
belum sempurna, sehingga suhu tubuh belum stabil, terutama jika bayi terpapar udara yang
dingin. Bayi mempertahankan suhu tubuh dengan sikap fleksi serta meningkatkan frekuensi
pernafasan dan aktivitasnya. Kisaran suhu normal pada bayi adalah 36,50 C-37,50 C.
Tabel 3. Pemeriksaan Fisik Umum.7

Penatalaksanaan
Menyusui merupakan praktik pemberian makanan pada bayi yang dipengaruhi oleh
berbagai factor social, budaya, ilmiah, dan komersial, telah sangat bervariasi selama separuh
abad ini. Ketrsediaan makanan/susu formula bayi yang dari segi gizi cukup baik telah
member orang tua lebih banyak pilihan dan keleluasaan dalam member makan bayi mereka.
Namun bagaimanapun, keunggulan gizi, imunologik, dan psikologik ASI tetap tidak
tergoyahkan. Keputusan utnuk memberikan ASI atau susu botol biasanya dibuat sebelum
bayi lahir sehingga hal ini menjadi topic yang penting untuk didikusikan selama kunjungan
prenatal. Dokter harus mempromosikan manfaat menyusui dengan memberikan informasi,
menyingkirkan kesalahan anggapan dan membatu orang tua memperjelas perasaan serta sikap
mereka mengenai pemberian makan bayi.

13
Pengisapan oleh neonates akan merangsang hipofisis ibu mengeluarkan prolaktin
serta oksitosin, yang kemudian merangsang produksi dan pelepasan ASI. Kadar prolaktin
dipertahankan oleh drainase payudara yang adekuat dan mungkin dipengaruhi secara negative
oleh berbagai factor misalnya pemakaian obat tertentu, kelelahan orang tua, dan stress.
Pengeluaran oksitosin dan reflex ejeksi susu selanjutnya terjadi sebagai respons terhadapap
pengisapan oleh bayi dan ditingkatkan oleh istirahat, rasa hangat, atmosfer yang tenang, dan
kesenangan ketika menatap dan mendengar suara bayi. Pengeluaran oksitosin mungkin
dihambat oleh rasa nyeri, malu, teralihnya perhatian, dan rasa lelah.

Selama beberapa hari pertama postpartum, bayi mendapat kolostrum dalam jumlah
sedikit tetapi kaya mengandung antibody. Rutinitas menyusui yang suboptimal selama
periode ini jarang menggangu keberhasilan akhir penyusuan. Orang tua yang ingin sekali-
sekali memberikan suplementasi penyusuan dengan susu botol sebaikknya menunggu
beberapa minggu sampai pola menyusui sudah terbentuk. Gerakan mulut dan lidah yang
digunakan dalam menyusui berbeda dan lebih intensif daripada ketika meminum susu dari
dot. 8

Non Medika mentosa

Kebutuhan dasar anak digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)


Meliputi:
 Pangan/gizimerupakan kebutuhan terpenting
 Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalu sakut.
 Papan/pemukiman yang layak
 Higine perorang, sanitasilingkungan
 Sandang
 Kesegaran jasmani dan rekreasi

2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)


Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras secara fisik, mental maupun psikososial. Berperannya ibu sedini

14
mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik
(kulit atau mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan meyusui bayi secepat
mungkin segera setelah lahir.
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehdupan mempunyai
dampak negative pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi
yang disebut dengan “sindrom diprivasi maternal”.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi
mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan
keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, dan
produktivitas.9

Pemberian makanan formula, vitamin, dan peningkatan ke makanan padat

Bagi orang tua yang memilih untuk tidak menyusui anaknnya, tersedia beragam susu/
makanan formula. Orangtua harus diberi tahu mengenai kemiripan serta perbedaan di antara
berbagai formula, penyiapan , dan penyimpanan yang benar, dan apa yang diharapkan dalam
hal frekuensi serta jumlah pemberian.

Sebagian besar formula komersial yang dirancang berasal dari susu sapi, yang terdiri
dari susu skim yang direkonstruksi atau susu sapi, yang terdiri atas susu skim dengan
tambahan protein whey. Sumber karbohidrat adalah laktosa, meskipun sebagian juga
menambahkan pati, atau karbohidrat kompleks. Kandungan lemak terdiri atas campuran
minyak nabati yang dapat dicernadan diserap secara lebih baik dibandingkan lemak alami
susu. Komposisi formula ini dianggap mampu menjadi alternative gizi yang adekuat terhadap
ASI.

Seperti menyusui, orang tua didorong untuk member makan sesuai keinginan bayi.
Sebagian besar neonates akan meminum 60-90 gram pada setiap 2-3 jam dan jangan
dibiarkan lebih dari 5 jam tanpa minum. Bayi yang mendapatkan susu formula biasanya akan
kehilangan berat badan sebanyak kurang dari 8% berat lahirnya, dan kembali memperoleh
berat mereka pada hari ke tujuh sampai kesepuluh. Bayi pada usia enam bulan setidaknya
sudah meminum kurang dari 900 gram susu formula perhari dalam kombinasi dengan
makanan padat, dan kalori dari susu formula tidak boleh melebihi 65% jumlah asupan total.8

15
Bayi yang sehat tidak dianjurkan untuk mendapatkan suplementasi vitamin rutin
terlebih apabila bayi tersebut tidak memiliki factor risiko spesifik untuk defisiensi. Karena
formula komersial sudah diperkuat dengan vitamin dan mineral, bayi aterm yang mendapat
susu formula tidak memerlukan suplementasi tambahan. Secara alamiah, ASI kaya
mengandung vitamin A serta C. walaupun kadar vitamin D ASI rendah, rakitis jarang terjadi
pada bayi yang mendapat ASI. Suplementasi vitamin D dianjurkan pada bayi yang meminum
ASI apabila ibu kurang mengandung vitamin D atau bayi kurang terpajan pada sinar matahari
karena warna kulit yang sangat gelap atau pemajanan cahaya matahari yang tidak memadai.
Devisiensi vitamin B12 juga dapat terjadi pada bayi yang menapat ASI apabila ibu bayi
merupakan vegetarian yang ketat.8

Apabila bayi tidak mendapat besi dari makanan, bayi aterm mulai kehilangan
simpanan besi mereka pada usia 4 bulan. Bagi semua bayi kecuali yang mendapat ASI
eksklusif, suplementasi besi dari satu atau lebih sumber, misalnya formula bayi, serealia yang
diperkuat besi, atau tetes fero sulfat, harus dimulai pada usia 4 sampai 6 bulan pada bayi
aterm dan 2 bulan pada bayi premature. Walaupun kandungan besi di dalam ASI lebih rendah
daripada dalam susu formula, bayi aterm yang mendapat ASI eksklusif tidak memerlukan
tambahan sumber besi karena sumber besi di dalam ASI memiliki bioavailibilitas yang lebih
besar. Namun, saat makanan padat dimulai dan asupan ASI berkurang, diindikasikan untuk
member makanan yang kaya mengandung besi, seperti pada anak yang mendapat susu
formula. Bayi premature yang mendapat ASI harus mendapat tetes besi setelah 2 bulan.8

Pada 4 bulan pertama, pemberian makanan padat tidak dianjurkan karena enzim-
enzim dalam saluran pencernaan belum cocok mencerna karbohidrat kompleks, pati, dan
protein, dan usus imatur yang memungkinkan melintasnya makromolekul menembus sawar
usus, mungkin menyebabkan bayi mudah alergi di kemudian hari.pada usia 406 bulan kepala
dan control oromotorik bayi sudah cukup berkembang untuk secara aktif ikut serta
menunjukkan kapan mereka lapar atau kenyang. Pada awalnya jumlah makanan yang
dikonsumsi kurang penting dibandingkan pengalaman makan. Waktu untuk makan haruslah
menyenangkan, aman, santai, dan interaktif.

Pada usia 6 hingga 9 bulan, sebagian bayi sudah dapat duduk, memasukkan makanan
ke dalam mulut mereka dan memeganng sendok serta cangkir. Dengan latihan, pemakaian
cangkir dan sendok yang terkontrol biasanya tercapai pada usia 15 sampai 18 bulan.

16
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting
untuk selalu diperhatikan sejak dini. Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat
penting. Selain dapat menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat
menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan
pada anak sejak dini. Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan
mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.
Pemberian imunisasi juga tak kalah penting di antra tujuan jangka pendek dari pelayanan
imunisasi adalah pencegahan penyakit secara perorangan atau kelompok, sedangkan tujuan
jangka panjang adalah eradikasi atau eliminasi suatu penyakit.

Daftar Pustaka
1. Hidayat, Alimul. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba
Medika;2008.h.120-34.
2. Miall L, Rudolf M, Levene M. Paediatrics at a glance. 2nd ed. Victoria: Blackwell
Publishing Asia; 2007; p. 10-42.
3. Khoirunnisa, Endang. Neonatus, bayi, dan balita. Yogyakarta: Nuha
Medika;2010.h.114-21.
4. WHO-MGRS Group .Reliability of anthropometric measurement in WHO
MGRS.Jakarta: EGC; 2006.h.38-46.
5. Berhman E, Arvin AM, Kliegman RM. Ilmu kesehatan anak nelson. Ed ke-18.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.37-56.
6. Hassan R, Alatas H, editor. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-4. Jakarta: Infomedika;
2007. h. 1051-165.
7. Hidayat AA. Asuhan neonatus, bayi, dan balita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007.h.1-17.
8. Rudolph, AM. Buku ajar pediatric Rudolph. Jakarta : Penerbit EGC ; 2006. Hal 3-285
9. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2004.h. 14-7.

17

Anda mungkin juga menyukai