Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “HAJI”. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Al Islam 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali
sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji
sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya
adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri
kepada Allah Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu’an, Ibadah haji menambahkan jiwa
tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak
yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi
umat yang satu karena memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental,
kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik
yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala
godaan dan rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda,
jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan
kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia,
yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka’bahlah yang menjadi
simbol kesatuan dan persatuan.
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat ibadah haji pada dasarnya adalah suatu tindak mujahadah (upaya jiwa yang
sungguh-sungguh) untuk memeperoleh kesadaran musyahadah (penyaksian). Yakni proses
kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana bertemu (liqa’) dengan Tuhan.
Ibadah Haji adalah simbol kepulangan manusia kepada Tuhan yang Maha Mutlak. Oleh karena
itu, niatkan haji hanya semata-mata karena Allah Swt. Pakailah pakain kejujuran dan buang jauh-
jauh sifat keangkuhan, kebanggaan dan semua atribut (label) yang biasa melekat pada diri.
Manusia harus menjadikannya titik orientasinya hanya kepada Allah (QS. Al-An’am:162- 163),
sebagaimana yang digambarkan ketika sedang thawaf. Bahwa kita bagian dari seluruh jagad raya
yang selalu tunduk dan patuh kepada Tuhan. Sekaligus gambaran akan larut dan leburnya
manusia dalam hadirat Ilahi (al-fana’fi Allah). Saat menyembelih kurban niatkan untuk
menyembelih “nafsu kebinatangan” yang ada dalam diri. Sifat egoisme, dehumanisme, sifat
kerakusan, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat buruk lainnya. Keberhasilan ibadah haji bukan
dilihat dari berapa kalinya seseorang menunaikannya. Akan tetapi lebih ditentukan oleh
kesadaran musyahadahnya kepada Tuhan. Karena musyahadah inilah yang akan membentuk visi
kemanusiaan, keadilan dan solidaritas sosial. Kesadaran yang demikian akan membentuk
manusia yang arif. Yakni manusia yang mampu memberikan kesejukan, kecintaan, kebenaran
dan keadilan di muka bumi sehingga mampu membersihkan dari unsur-unsur duniawi dan
membangunnya di atas batin yang tulus dan suci. Dengan demikian, keadilan kejujuran dan
kemanusiaan sejati akan mudah tersemai di bumi.
Sejarah Haji dalam Islam bermula dari ribuan tahun yang lalu. Pada masa Nabi Ibrahim
AS (1861 – 1686 SM), yang merupakan keturunan Sam Bin Nuh AS (3900 – 2900 SM).
Literatur-literatur yang ada dalam khasanah Islam menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS lahir di
Ur-Kasdim, sebuah kota penting di Mesopotamia, selanjutnya Nabi Ibrahim tinggal di sebuah
lembah di negeri Syam.
Ketika sudah memasuki usia senja, Nabi Ibrahim belum juga dikaruniai keturunan. Sang
istri (Sarah) sangat sedih melihat keadaan ini dan meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar.
dari Hajar inilah Allah mengkaruniai Ibrahim seorang anak bernama Ismail. Dan Sarah tidak
mampu memendam rasa pilunya karena tidak mendapatkan keturunan sepanjang perkawinannya
dengan Nabi Ibrahim AS. Kemudian mengadukan permasalahannya kepada Allah. Lalu Allah
perintahkan Nabi Ibrahim membawa Ismail bersama Hajar untuk menjauh dari Sarah. Nabi
Ibrahimpun bertanya : “Yaa Allah, kemana aku harus membawa keluargaku ?”
Allah berfirman : “Bawalah ke tanah Haram-Ku dan pengawasan-Ku, yang merupakan daratan
pertama Aku ciptakan di permukaan bumi yaitu Mekkah.”
Lalu malaikat Jibril AS turun kebumi membawa kendaraan cepat. Kemudian Jibril
membawa Hajar, Ismail dan Nabi Ibrahim AS. Setiap kali Nabi Ibrahim AS melewati suatu
tempat yang memiliki ladang kurma yang subur, ia selalu meminta Jibril untuk berhenti sejenak.
Tetapi Jibril selalu menjawab, “teruskan lagi” dan “teruskan lagi”. Sehingga akhirnya sampailah
di Mekkah dan Jibril mereka di posisi Ka’bah, dibawah sebuah pohon yang cukup melindungi
Hajar dan anaknya Ismail dari terik matahari. Selanjutnya Nabi Ibrahim AS bermaksud pulang
kembali ke negeri Syam menemui Sarah istri pertamanya. Hajar merasa sedih karena akan
ditinggalkan oleh suami tercintanya. “Mengapa menempatkan kami disini. Tempat yang sunyi
dari manusia , hanya gurun pasir, tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan ?” tanya Hajar sambil
memeluk erat bayinya, Ismail. Ibrahim menjawab: “Sesungguhnya Allah yang memerintahkanku
menempatkan kalian di sini”.
Lalu Ibrahim beranjak pergi meninggalkan mereka. Sehingga sampai di bukit Kuday
yang mempunyai lembah, Ibrahim berhenti sejenak dan melihat kepada keluarga yang
ditinggalkannya. Dia lalu berdoa, seperti yang diabadikan dalam Al Qur’an. Allah berfirman
mengulangi doa Nabi Ibrahim AS : ” Yaa Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah
Engkau (Baitullah) yang dihormati. Yaa Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
Setelah Nabi Ibrahim AS pergi, tinggallah Hajar bersama bayinya Ismail. Ketika sinar
matahari mulai menyengat, bayi Ismail menangis kahausan. hajarpun panik mencari air. naluri
keibuannya berusaha gigih mencari air. Awalnya hajar naik ke bukit Shafa, tetapi tidak
menemukan air. Lalu ia pergi lagi ke bukit Marwa dan disanapun tidak menemukan air. Hajar
mulai panik dan putus asa sehingga tidak menyadari bahwa telah tujuh kali berlali bolak balik
antara bukit Shafa dan Marwa. Namun ia tetap tidak menemukan air diantara dua tempat
tersebut.
Akhirnya dari bukit Marwa, hajar melihat ke arah Ismail. Dia heran, bayinya tiba-tiba
berhenti menangis. Hajarpun melihat air mengalir dari bawah kaki Ismail. Hajar berlari dengan
girang ke arah tempat bayinya. Dia berusaha menggali pasir, membendung air yang mengalir
tersebut sambil melafazkan kalimat “ZAM … ZAM” (menampung). Sejak saat itu hingga
sekarang, mata air tersebut dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai sumur Zam Zam.
Berselang beberapa waktu kemudian, lewatlah kabilah Jurhum di sekitar tempat itu.
Ketika berada di bukit Arofah, mereka melihat kerumunan burung-burung beterbangan di atas
udara. Mereka yakin disana pasti ada sumber air. Mereka segera mendekati tempat tersebut.
Setelah sampai, mereka terkesima melihat seorang wanita bersama bayinya duduk di
bawah pohon dekat sumber air tersebut. Kepala suku Jurhum bertanya kepada Hajar : “Siapakah
anda dan siapakah bayi mungil yang ada dalam gendongan anda itu ?” Hajar menjawab : ” Saya
adalah ibu dari bayi ini. Ia anak kandung dari Ibrahin AS yang diperintahkan oleh Tuhannya
menempatkan kami di wadi ini.” Lalu kepala suku Jurhum meminta izin tinggal berseberangan
dengannya. Hajar menjawab : ” Tunggulah sampai Ibrahim datang. Saya akan meminta izin
kepadanya“.
Tiga hari kemudian, Nabi Ibrahim AS datang melihat kondisi anak dan istrinya. Hajar
meminta izin kepada Ibrahim agar Kabilah Jurhum bisa menjadi tetangganya. Nabi Ibrahimpun
memberi izin dan Kabilah Jurhum menjadi tetangga Hajar dan Ismail di tempat itu. Pada
kesempatan berziarah selanjutnya, Ibrahim menyaksikan tempat itu sudah ramai oleh keturunan
bangsa Jurhum dan Nabi Ibrahim merasa senang melihat perkembangan itu.
Hajar hidup rukun dengan bangsa Jurhum hingga Ismail mencapai usia remaja.
Selanjutnya Allah SWT memerintahkan kepadaIbrahim untuk membangun Ka’bah pada posisi
Qubah yang telah Allah turunkan kepada nabi Adam AS. Tetapi Nabi Ibrahim tidak mengetahui
posisi Qubah itu, karena Qubah tersebut telah diangkat lagi oleh Allah ketika terjadi peristiwa
banjir besar di bumi pada masa Nabi Nuh AS. Kemudian Allah mengutus Jibril untuk
menunjukkan kepada Ibrahim posisi Ka’bah. Kemudian Jibril datang membawa beberapa bagian
Ka’bah dari surga. Dan pemuda Ismail membantu ayahandanya mengangkat batu-batu dari bukit.
Kemudian Nabi Ibrahim dan Ismail bekerja membangun Ka’bah sampai ketinggian 7
hasta. Jibril lalu menunjukkan kepada mereka posisi Hajar aswad. Kemudian Nabi Ibrahim
meletakkan Hajar Aswad pada posisinya semula. lalu Ibrahim membuatkan 2 pintu ka’bah. Pintu
pertama terbuka ke timur dan pintu kedua terbuka ke barat. Ketika selesai pembangunan Ka’bah,
Nabi Ibrahim dan Ismail melakukan ibadah haji. Pada tanggal 8 Dzulhijjah Jibril turun menemui
dan menyampaikan pesan kepada Ibrahim. Jibril meminta Nabi Ibrahim mendistribusikan air
zam zam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah. Maka hari itu disebut dengan dengan hari
“Tarwiyyah” (pendistribusian air). Setelah selesai pembangunan Baitullah dan pendistribusian
air tersebut, maka Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah yang tercantum dalam Al Qur’an :
” Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa : ” Yaa Tuhanku. jadikanlah negeri ini negeri yang
aman sentosa dan berikanlah riski dari buah-buahankepada penduduknya yang beriman di antara
mereka kepada Allah dan hari kemdian. Allah berfirman : ” Dan kepada orang yang kafirpun aku
beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah : 126)
Sejak itu,kaum Muslimin melaksanakan ritual haji untuk berziarah ke Ka’bah setiap
tahun. Ini mengikuti risalah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta risalah para Nabi dan
Rosul setelah keduanya. Ritual suci ini berlangsung terus seperti pelaksanaan yang pernah
dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail. Namun pada periode tokoh Mekkah ‘Ammarbin Luha, ritual
haji mulai terkotori dengan kahadiran patung dan berhala.Keberadaan Berhala di Sekitar Ka’bah
Tokoh ‘Ammar bin Luhay merupakan orang yang pertama kali menyebarkan ajaran menyembah
berhala di seluruh Jazirah Arab. Dialah yang bertanggung jawab merubah ajaran tauhid menjadi
menyembah berhala. Sejak itu, orang-orang Arab meletakkan patung dan berhala yang mereka
anggap sebagai tuhan di sekitar Ka’bah. Bahkan sebagian kabilah Mekkah mempunyai mata
pencaharian sebagai pembuat patung dan berhala.
Mereka tetap memperbolehkan kabilah atau kelompok lain untuk menunaikan haji ke
Baitullah, tanpa membedakan agama dan kepercayaan. Para pemeluk agama tauhid termasuk
agama Masehi, masih terus menjalankan ritual haji ke Ka’bah. Saat itu, kondisi Ka’bah sangat
memprihatinkan. Dindingnya dipenuhi puisi dan lukisan. Bahkan lebih dari 360 berhala terdapat
di sekitar Ka’bah.
Selama periode haji itu, suasana di sekitar Ka’bah layaknya seperti sirkus. Laki-laki dan
perempuan mengelilingi Ka’bah dengan telanjang. Mereka menyatakan harus menampilkan diri
dihadapan Allah dalam kondisi yang sama seperti saat lahir. Doa mereka menjadi bebas tak lagi
tulus mengingat Allah. Bahkan berubah menjadi serangkaian tepuk tangan,bersiul, dan meniup
terompet dari tanduk hewan.
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
Ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS.Al-Hajj :37)
Para peziarah bebas bernyanyi, minum arak, melakukan zina, dan perbuatan amoral
lainnya. Lomba puisi adalah bagian utama dari seluruh rangkaian haji. Dalam kompetisi
ini,setiap penyair akan memuji keberanian dan kemegahan sukunya. Mereka menyampaikan
cerita yang berlebihan,kepengecutan, dan kekikiran suku-suku lainnya. Ada juga kompetisi
dalam “kemurahan hati”. Masing-masing kepala suku akan menyediakan kualibesar dan
memberi makan para peziarah. Tujuannya agar bisa menjadi terkenal karena kemurahan hati
mereka.
Mereka telah meninggalkan, menodai dan menyelewengkan ajaran suci Nabi Ibtahim as
yang mengajak menyembah Allah semata. Keadaan menyedihkan itu berlangsung selama kuarng
lebih dua ribu tahun.
Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak
kalimat ia berkata, "Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu,
kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan
kamu sekalian…” Sepenggal cerita tentang Khutbah ‘Arafat dalam pelaksanaan Haji Rasulullah
yang terakhir yang sering disebut sebagai ibadah haji perpisahan' yang lain menyebutkan 'ibadah
haji penyampaian' ada lagi yang mengatakan 'ibadah haji.
Islam’.Nama-nama itu memang benar semua. Disebut 'ibadah haji perpisahan' karena ini
yang penghabisan kali Muhammad melihat Mekah dan Ka'bah. Dengan 'ibadah haji Islam,'
karena Tuhan telah menyempurnakan agama ini kepada umat manusia dan mencukupkan pula
nikmatNya. 'Ibadah haji penyampaian' berarti Nabi telah menyampaikan kepada umat manusia
apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya. Tiada lain Muhammad hanya memberi
peringatan dan pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman.Sebagaimana ayat yang
dibacakan oleh Nabi Muhammad kala itu "Hari inilah Kusempurnakan agamamu ini untuk kamu
sekalian dengan Kucukupkan NikmatKu kepada kamu, dan yang Kusukai Islam inilah menjadi
agama kamu."(QS. Al Maa Idah Ayat 3).
Abu Bakar As Sidiq ketika mendengarkan ayat itu ia menangis, ia merasa, bahwa risalah
Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya Nabi hendak menghadap Tuhan.Maka tidaklah
berlebihan jika pada saat pelepasan jamaah yang hendak berangkat menjalankan rukun islam
yang kelima itu akan terasa haru biru, sampaisampai banyak sekali yang menggambarkan
kesedihan melepas anggota keluarga yang menjalankan ibadah haji hampir sama rasaya dengan
akan melepas jenazahorang tercinta yang hendak dimakamkan. Ibadah haji bukanlah sekedar
ibadah yang membutuhkan keyakinan semata, akan tetapi ibadah yang juga membutuhkan
pengorbanan harta benda bahkan sampai jiwa dan raga sekalipun.Menjadi tamu Allah sebagai
jamaah haji adalah sebuah kerinduan dan keingina setiap umat Islam beriman dimanapun berada,
meski harus berkorban harta, jiwa dan raga nyataya jumlah jamaah haji tidak pernah berkurang
dan selalu bertambah, walaupun penambahan kuota sudah dilakukan setiap tahunnya, nyatanya
antrian keberangkatan ibadah haji Indonesia sudah mencapai lima tahunan lebih, ini
membuktikan kerinduan menjadi tamu Allah berziarah ketanah tempat dinama Nabi Muhammad
SAW dilahirkan disebarkan dan dimakamkan serta mengharapkanpredikat haji yang mabrur.
Kata mabrur sendiri beasal dari kata al-birr yang berarti kebaikan. Maksudnya, seseorang
yang mabrur hajinya akan memperoleh kebaikan yang berlipat ganda dari Allah swt. Menjadi
haji mambrur bukanlah sesuatu yang mudah, karena kemabruran hajinya seseorang bukan sebuah
oleh-oleh yang didapat dari sebuah perjalanan sepiritual saja, akan tetapi sebuah hasil yang
didapat dari perjuangan untuk senantiasa berupaya untuk meraih kebaikan yang diridhoi Allah
SWT.Setidaknya ada beberapa hal yang hendaknya dilaksanakan jika seseorang menghendaki
haji yang mabrur, secara teoritis perjalana haji harus melewati tahapantahapan sebagai berikut
Pertama, ketika seseorang akan berniat melaksanakan Ibadah haji hendaknya membayar
Ongkos Naik Haji dari harta yang harus benar-benar harta yang terhindar dari sesuatu yang
haram ataupun subhat, ini guna menjaga kebarokahan dari perjalanan ke tanah haram dimana
tidak ada orang yang merasa dirugikan secara financial oleh sicalon haji yang dipakai untuk
menuanikan haji. Kedua, pentingnya memiliki kemampuan keilmuan yang sesuai, inilah
pentingnya kenapa seseorang yang hendak melaksanakan ibadah haji hendaknya mengikuti
pelatihan maasik haji baik yang dilakukan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)
ataupun yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama sebagai penyelenggaran. Ini menjadi
sangat penting karena haji merupakan ibadah yang dilakukan dalam waktu tertentu saja, dan
tidak bisa dilakukan pada waktu-waktu yang lain serta adanya tata cara dan runtutan pekerjaan
ibadah haji yang telah ditetapkan berikut larangan-larangannya.Dengan mengikuti bimbingan
atau pelatihan prahaji ini diharapkan pelaksanaan perjalanan ibadah haji akan sesuai dengan
syarat dan rukunnya yang menjadikan hajinya seseorang itu senjadi sah secara syariat yang telah
digariskan.Selain itu, selama menjalankan ibadah haji dan berada di Tanah Suci Haramain
(Mekah dan Medinah), hendaklah seseorang yang sedang melaksanakan ibdah haji mampu
mengoptimalkan ibadahnya, melakukan ibadah-ibadah yang disunatkan dan meninggalkan apa-
apa pekerjaan yang sifatnya sia-sia, jadikan perjalanan itu menjadi perjalanan ibadah dan
menghindari niat dari perjalanan wisata dan belanja saja.
Haji adalah perjalanan keimana dan ketaqwaan bagi setiap muslim diseluruh penjuru
dunia, maka hendaknya dilaksanakan dengan ketentuan yang telah disyariatkan oleh Allah.
Hendaknya tidak menjadikan haji sebagai prestise social yag hanya akan membuat kesia-siaan
saja terlebih biaya ibadah haji yang tidak sedikitditengan kenyataan perekonomian dan
kemiskinan yang melanda Indonesia.Al Baqarah Ayat 197 Artinya: (Musim) haji adalah
beberapa bulan yang dimaklumi barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang
menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh) berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah taqwa (Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri
dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji) dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal.
Kakbah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai 'Rumah Allah'. Walau bagaimana pun
haruslah dipahami bahwa bukanlah Allah itu bertempat atau tinggal di situ. Sesungguhnya Allah
itu ada di mana-mana. Kakbah dikatakan sebagai 'Rumah Allah' karena mengambil apa yang
diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s.: orang yang mengerjakan haji adalah merupakan tetamu
istimewa Allah. Dan, sudah menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat layanan yang istimewa
dari tuan rumah. Rasulullah bersabda: "Orang yang mengerjakan haji dan orang yang
mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka
meminta kepada-Nya, niscaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun, niscaya diterima-Nya
doa mereka. Dan, jika mereka meminta syafaat, niscaya mereka diberi syafaat." (Ibnu Majah)
Di kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahwa ibadah
haji adalah ke puncak ujian dari Allah Swt. Ini disebabkan jumlah orang yang sama-sama
mengerjakan ibadah tersebut adalah terlalu ramai hingga menjangkau angka jutaan orang.
Rasulullah bersabda: "Bahwa Allah Azza wa jalla telah menjanjikan akan 'Rumah' ini, akan
berhaji kepadanya tiap-tiap tahun enam ratus ribu. Jika kurang, niscaya dicukupkan mereka oleh
Allah dari para malaikat." Sabda Rasulullah lagi, "Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua
menjadi penebus dosa yang terjadi di antara keduanya, sedangkan haji yang mabrur (haji yang
terima) itu tidak ada balasannya kecuali surga." (Bukhari dan Muslim)
3. Membersihkan Dosa
Mengerjakan ibadah haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun
kepada Allah. Terdapat beberapa tempat dalam mengerjakan ibadah haji itu merupakan tempat
yang mustajab untuk berdoa dan bertaubat. Malah ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan
sempurna tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji, maka Allah akan mengampunkan
dosa-dosanya sehingga dia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini. Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan
keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat
bayi baru lahir daripada perut ibunya." (Bukhari Muslim)
4. Memperteguhkan Iman
Ibadah haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari seluruh
pelusuk dunia. Mereka terdiri atas berbagai bangsa, warna kulit, dan bahasa pertuturan. Hal ini
membuka pandangan dan pikiran tentang kebenaran Alquran yang diterangkan semua dengan
jelas dan nyata. Firman -Nya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal." (Al-Hujurat 13)" Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu."
(Ar-Rumm 22)
Tanah suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan
peristiwa-peristiwa bersejarah. Di antaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para sahabat Rasulullah,
para tabiin, tabi’ut tabiin dan salafus saleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa
tersebut boleh diambil iktibar atau pengajaran untuk membangun jiwa seseorang. Rasulullah
bersabda: "Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang di langit, jika kamu mengikut sahabat-
sahabatku, niscaya kamu akan mendapat petunjuk."
- Pertemuan di antara Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa di Padang Arafah.
- Siti Hajar dan Nabi Ismail a.s. ditinggalkan di tengah padang pasir yang kering kerontang di
antara Bukit Safa dan Marwah.
- Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. menyembelih Nabi Ismail a.s. sebagi menurut perintah Allah.
- Lahirnya seorang anak yatim yang miskin dan serba kekurangan. Tidak tahu membaca dan
menulis, tetapi mempunyai akhlak yang terpuji hingga mendapat gelaran Al-Amin.
- Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang kepada kegigihan Rasulullah dan
para sahabat menegakkan agama Allah.
Bagi orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan mengikuti
perhimpunan ratusan ribu manusia yang berkeadaan sama tiada beza. Itu semua dapat dirasai
ketika mengerjakan haji. Perhimpunan di Padang Arafah menghilangkan status dan perbedaan
hidup manusia sehingga tidak dapat kenal siapa kaya, hartawan, rakyat biasa, raja, dan
sebagainya. Semua mereka sama dengan memakai pakaian seledang kain putih tanpa jahit.
Firman Allah Swt.: "Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah siapa yang paling
taqwa." (Al-Hujurat-13)
Ibadah Haji adalah merupakan syiar perpaduan umat Islam. Ini kerana mereka yang pergi
ke Tanah Suci itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu menunaikan perintah Allah atau
kewajiban Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut mereka melakukan
perbuatan yang sama, memakai pakaian yang sama, mengikut tertib yang sama. Malah boleh
dikatakan, semuanya sama. Ini menggambarkan perpaduan dan satu hati umat Islam. Dan,
gambaran inilah yang semestinya diamalkan dalam kehidupan seharian umat Islam apabila
mereka kembali ke negara asal masing-masing.
Haji adalah ibadah yang sangat monumental dalam kehidupan seorang muslim. Sebab
tidak semua muslim bisa melaksanakannya. Sebagai ibadah yang paripurna, Haji melibatkan
semua aspek, mulai dari materi, fisik maupun psikis. Orang yang tidak memiliki tiga hal tersebut
tidak bisa melakukan ibadah haji. Betapa banyak orang yang dari segi fisik mampu tapi materi
tidak cukup. Atau punya harta yang cukup tapi fisik tak mendukung. Bahkan, ada orang yang
memiliki kemampuan finansial dan fisik tapi psikisnya terganggu, juga tidak bisa melaksanakan
ibadah haji. Sebuah ‘simbol’ Ali Syariati dalam bukunya Hajj: Reflection on its Rituals
memberikan refleksi bahwa Haji adalah sebuah “simbol”. Semakin dalam engkau menyelami
lautan ini, semakin jauh engkau dari tepiannya. Haji adalah samudera tak bertepi. Artinya haji
sarat dengan makna spiritual yang mendalam di balik ritual simboliknya.
Pertama, Thawaf, yakni mengitari Kakbah sebanyak tujuh kali melawan arah jarum jam.
Thawaf adalah simbol bahwa alam ini tidak berhenti bergerak. Ini dilambangkan dengan
mengelilingi Kakbah. Manusia yang ingin eksis adalah yang manusia yang selalu bergerak.
Maknanya, bergerak adalah entitas kehidupan, sebab berhenti bergerak sama dengan kematian.
Kualitas seseorang ditentukan oleh bergeraknya ia ke arah yang memberi gerak. Bergerak ke
pusat orbitnya. Dalam konteks kehidupan kita, seseorang yang haji adalah pribadi yang bergerak
dalam mengejewantahkan nilai-nilai ketuhanan di muka bumi. Bergerak dari perilaku yang
penuh dengan maksiat menuju perilaku yang penuh rahmat. Karena dengan bergerak ke arah
ketuhananlah kita akan selamat dalam kehidupan ini. Sebab berhenti bergerak adalah statis dan
itu sejatinya mati,walau tanpa dikebumi.
Kedua, Sa’i yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwa. Hal ini dilakukan ketika
Siti Hajar sangat membutuhkan air di padang yang tandus. Berdua dengan anak yang masih kecil
di tempat yang tidak dikenal dan tidak ada sumber kehidupan. Sebuah tantangan kehidupan yang
teramat berat. Berkali-kali Siti Hajar berlari-lari mencari sumber kehidupan. Ketika sampai di
Marwa, ia melihat air di Safa, ketika sampai di Safa, ia melihat air di Marwa. Ternyata gambaran
air itu adalah fatamorgana. Tanpa disangkanya muncullah air di kaki Ismail, air yang dikenal
dengan nama air Zam-Zam. Perilaku Siti Hajar itu memberikan gambaran kepada kita bahwa
untuk hidup perlu usaha, usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal. Kendati ia isteri nabi tapi
Siti Hajar tidak ujug-ujug minta kepada Allah Swt sebelum berusaha. Kendatipun usaha telah
maksimal, keputusan akhir ada di tangan Allah Swt. Terkadang dalam kehidupan kita merasakan
bagaimana usaha telah maksimal tapi hasil tak memuaskan. Sejatinya itu menunjukkan bahwa
yang menentukan hasil adalah Allah. Manusia tak satupun yang punya kuasa.
Ketiga, Melontar jumrah. Sebuah ibadah yang didasarkan kepada perilaku Nabi Ibrahim
as yang melempar setan ketika ia ingin menunaikan perintah Allah Swt. Setan adalah simbol
menggagalkan manusia untuk mentaati Allah. Dan itu harus dilawan dan dikeluarkan dari diri
manusia. Setan di dalam diri manusia terkadang muncul dengan berbagai personifikasi. Bagi
orang yang kaya setannya adalah perilaku Qarun. Orang yang memiliki kekuasaan adalah sifat
Fir’aun dan bagi yang intelektual adalah perilaku Bal’am. Untuk menjadi orang yang selamat
bergerak dalam kehidupan mesti setan-setan itu dilempar dari kehidupan kita. Dan ini harus
dimiliki seorang yang haji.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat ibadah haji pada dasarnya adalah suatu tindak mujahadah (upaya jiwa yang
sungguh-sungguh) untuk memeperoleh kesadaran musyahadah (penyaksian). Yakni proses
kegigihan seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana bertemu (liqa’) dengan Tuhan.
Kata mabrur sendiri beasal dari kata al-birr yang berarti kebaikan. Maksudnya, seseorang
yang mabrur hajinya akan memperoleh kebaikan yang berlipat ganda dari Allah swt. Menjadi
haji mambrur bukanlah sesuatu yang mudah, karena kemabruran hajinya seseorang bukan sebuah
oleh-oleh yang didapat dari sebuah perjalanan sepiritual saja, akan tetapi sebuah hasil yang
didapat dari perjuangan untuk senantiasa berupaya untuk meraih kebaikan yang diridhoi Allah
SWT.
Adapun hikmah Haji dalam berbagai aspek diantaranya adalah menjadi tetamu Allah,
mendapat tarbiah langsung dari Allah, membersihkan dosa, memperteguh iman, iktibar dari
peristiwa orang-orang shaleh, merasa bayangan padang mahsyar, syiar perpaduan umat islam.
Haji adalah samudera tak bertepi. Artinya haji sarat dengan makna spiritual yang
mendalam di balik ritual simboliknya.
3.2 Saran
Dengan kerendahan hati, kami merasakan tulisan ini sangat sederhana dan jauh dari
sempurna. Saran dan kritik sangat diperlukan demimkesempurnaan tulisan ini. Demikian pula,
perlu penyempurnaan pada tulisan ini agar menjadi lebih lengkap dan bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
journal.iainkudus.ac.id
elhasanatour.com
https://m.republika.co.id/amp/pukkfq313
https://ihram.co.id/amp/qi5y1f440/sejarah-haji
lampung.kemenag.go.id
www.antaranews.com
https://aceh.tribunnews.com/amp/2015/09/04/maknaspiritalhaji