Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DHF (Dengue Hemmorhagic Fever)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ns. Siti Riskika, M.Kep

Disusun Oleh :

Cici Riskiana (NIM.190371400 )

Revita Tiara Sari (NIM.19037140044)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2020-2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia–nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik .Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatandengan baik dan menjadi salah satu mata kuliah wajib di
program studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Mata kuliah Manajemen Keperawatanmerupakan mata kuliah yang


mempelajari tentang Ronde Keperawatan di dunia keperawatan penulis yakin
adanya bantuan dari semua pihak , maka tugas ini tidak akan dapat selesai dengan
baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuana Agustin , SKM, M.kes sebagai Ketua Progaram Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso
2. Ibu Ns. Siti Riskika, M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan


imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulis makalah ini.

Bondowoso, 27 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau biasa yang dikenal dengan
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus,
genus flavivirus, famili flaviviridae. DBD dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti, atau Aedes albopictus.
Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh manusia diberbagai kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan
kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. (Kementerian Kesehatan RI,
2016)
Virus dengue (DEN) terdiri dari empat serotipe yang berbeda (DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Genotipe yang berbeda telah diidentifikasi dalam setiap serotipe,
menyoroti keragaman genetik yang luas dari serotipe dengue. Di antara
mereka, genotipe “Asia” dari DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan
penyakit berat yang menyertai infeksi dengue sekunder. (WHO, 2014)
Bentuk klasik dari Demam Berdarah Dengue ( DBD ) diawali dengan
demam mendadak tinggi, berlangsung 2-7 hari. Pada hari ke-3 mulai terjadi
penurunan suhu namun perlu hati-hati karena dapat sebagai awal syok. Fase
kritis mulai terjadi pada hari ke 3-5. DBD dapat disertai dengan muka
kemerahan, dapat juga terjadi keluhan sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi
dan juga sering ditemukan mual dan muntah. (Arsin, 2013)
Indonesia sudah ditetapkan menjadi salah satu negara dengan penyakit
endemik demam berdarah, karena Indonesia merupakan negara tropis dengan
curah hujan yang cukup tinggi. DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) telah
menjadi masalah terbesar di Indonesia selama 47 tahun terakhir sejak tahun
1968. Angka Incidence rate ( IR ) penyakit DHF dari tahun 1968 – 2015
cenderung terus mengalami peningkatan. (InfoPusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RIDatin, 2016). Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia
kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah
tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun
ke tahun. (Karyanti & Hadinegoro, 2009)
Kejadian penyakit DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) pada tahun 2018
Incidence Rate (IR) tertinggi di Bali yaitu kabupaten Klungkung sebesar 82,4
per 100.000 penduduk, lalu yang kedua yaitu Kabupaten Badung sebesar 55,7
per 100.000 penduduk, dimana kedua kabupaten ini memiliki IR ( Incidence
Rate ) melampaui target nasional yaitu < 49 per 100.000 penduduk. (Dinkes,
2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi DHF ?
2. Apa Manifestasi Klinis dari DHF?
3. Apa Klasifikasi dari DHF ?
4. Apa etiologi DHF?
5. Bagaimana Patofisiologi dan WOC DHF?
6. Apa Komplikasi DHF?
7. Bagaimana Penatalaksanaan DHF ?
8. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik DHF ?
9. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang DHF ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi DHF
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis DHF
3. Untuk mengetahui Klasifikasi DHF
4. Untuk mengetahui etiologi dari DHF
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC DHF
6. Untuk mengetahui Komplikasi DHF
7. Untuk mengetahui penatalaksanaa DHF
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik DHF
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang DHF
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di
seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan
oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat
lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis,
dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan
urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).
DHF adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang
disebab kan oeh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Atropod Born
Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus. ( Lestari : 2016).

2.2 Manifestasi Klinis

Penyakit DHF ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekie atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis,
sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan
lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014).
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak
menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,
dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014).

Gejala klinis untuk diagnosis DHF, sebagai berikut :

a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa
sebab jelas.
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniquet positif
dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya
petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau
hematemesis.
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai
kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar
mulut.

Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan,


pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.

I. Gejala awal termasuk:

a. Nafsu makan menurun


b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah

II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:

a. Bercak darah di bawah kulit


b. Bintik-bintik kecil darah di kulit

III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:

a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat


b. Berkeringat

2.3 Klasifikasi
Menurut T. Lestari (2016), DHF di klasifikasikan menjadi :
a. Derajat 1 : Demam disertai dengan gejala klinis lain atau perdarahan
spontan, uji torniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Derajat 2 : Derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan di kulit ataupun
perdarahan lain
c. Derajat 3 : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
teraba dingin lembab, gelisah
d. Derajat 4 : Renjatan berat denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Yang disertai dengan dengue shock sindrom

2.4 Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun
di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus
demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).

2.5 Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma
yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya
hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal
pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu,
pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah
berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan
jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga
pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan
mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan
pemberian transfusi guna menambah semua komponenkomponen di dalam
darah yang telah hilang.
Pathway DHF

Arbo virus (melalui Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue


nyamuk aedes aegypti) darah (viremia)

Membentuk dan Mengaktifkan sistem


PGE2 Hipotalamus melepaskan zat C3a, komplemen
C5a

Peningkatan reabsorpsi Permeabilitas membran


HIPERTERMIA Na+ dan H2O meningkat

Kerusakan endotel Resiko syok


pembuluh darah hipovolemik

Merangsang dan Renjatan hipovolemik


mengaktivasi faktor dan hipotensi
pembekuan

Kebocoran plasma
DIC

Perdarahan

RESIKO keekstravaskuler
KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN

Paru-paru Abdomen

POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF Efusi pleura Ascites

RESIKO DEFISIT
Mual , muntah
NUTRISI
2.6 Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni
dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel
tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi
pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup
dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan
perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular,
perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan
yang dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang
terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak
sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang
mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan
adanya dipsnea.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Marni, (2016 ) prinsip penatalaksanaan pada penyakit DHF yaitu
simptomatis dan suportif. Penanganan pertama pada penyakit ini diantaranya
memenuhi kebutuhan cairan, yaitu dengan memberikan cairan oral 1-2 liter
per hari untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus akibat demam tinggi. Selain
air putih dapat diberikanteh manis, susu, sirup , jus buah dan oralit. Pasien
yang mengalami demam dapat dikompres dengan air hangat. Selain itu dapat
diberikan antipiretik dari golongan asetaminofen (parasetamol) jangan berikan
asetosal atau ibuprofen karna akan merangsang terjadinya perdarahan.
Demam tinggi pada anak anak akan mengakibatkan terjadinya kejang.
Untuk mengatasi kejang, dapat diberikan antikokonvulsi misalnya diazepam,
stesolid, fenobarbital dan obat konvulsi lainnya. Jika syok dalam kondisi
berat/parah maka dapat diatasi atau dicegah dengan memberikan resuistasi
cairan parenteral infus 10-20 ml/kg BB/ jam. Jika tidak ada perbaikan klinis
tetapi hematocrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan untuk memberi
transfuse darah, jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi
perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar) jumlah cairan dikurangi hingga
10 ml/kg BB/ jam dalam 24 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.( Ariani, 2016 )

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada setiap
penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang disangka
menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan
trombosit setiap 2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12
jam sesuai dengan pengawasan selama perjalanan penyakit. Misalnya dengan
dilakukan uji tourniquet.
1. Uji tourniquet
Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan
cara mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang
kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu
keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga
Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit.
Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering
berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka
test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif.
Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh
distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif
juga.
2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan
bermacammacam cara yaitu dengan cara sahli dan sianmethemoglobin.
Dalam laboratorium cara sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak
dipakai karena dilihat dari hasilnya lebih akurat disbanding sahli, dan lebih
cepat. Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl.
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau
sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling
awal yang dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang
biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah
dan disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria
40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. penetapan hematocrit dapat dilakukan
sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu
kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan klinis yang
menjurus kepada tindakan darurat.
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan
penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan
nilai hematocrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi
akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi
berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan
kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan,
umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada
penderita DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF,
pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu
dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala
ikut menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan
intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu
atau tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang
tepat untuk menghentikan cairan intravena dan menentukan saat
yang tepat untuk memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat
pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh
cara menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000 –
400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif
tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya
sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit
dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan
tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi
laboratorium, baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi
antibodidengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA
dalam serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-time terbalik
transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut spesimen
serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus
tidak dapat diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase
sembuh diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk
membuat diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan
IgM antibodi-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya
dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus,
terdeteksinya antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau
terdeteksinya antibody yang spesifik pada serum pasien.

2.9 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah

1. Pada demam Dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga
2. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokosentrasi
atau meningkatnya nilai hematocrit dan pemeriksaan tourniquet.
3. Pada pemeriksaan kimia darah : hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan pH darah meningkat .

b. Urine Mungkin ditemukan albuminuria ringan.( T. Lestari, 2016 : 19)


BAB III

ASKEP TEORI

3.1 Pengkajian
a. Identitas Penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Panas atau demam.

c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai


menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah


mengalami serangan ulang DHF. (Brunner & Suddart, 2015).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF


sebelumnya.

d. Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
e. Kondisi lingkungan.
sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan
baju dikamar ).
f. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum Berdasarkan tingkatan (grade) DHF
keadaan umum adalah sebagai berikut :
a.Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum
lemah, tanda – tanda vital dan nadi lemah.
b. Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan
umum lemah, ada perdarahan spontan petekia, perdarahan
gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c.Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun.
d. Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital :
nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak
teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak
sianosis

2) Kepala dan leher.

a. Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar


mata, lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata
nyeri.
b. Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, (kadang-kadang) sianosis.
c. Hidung : Epitaksis
d. Tenggorokan : Hiperemia
e. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut
atas rahang daerah servikal posterior.
3) Dada (Thorax)

Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.


Pada Stadium IV :

Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.

Perkusi : Suara paru pekak. Didapatkan suara nafas vesikuler


yang lemah.

4) Abdomen (Perut).

Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan


dehidrasi turgor kulit dapat menurun.

5) Pemeriksaan laboratorium.

Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb dan


PCV meningkat ( ≥20%), Trambositopenia (≤100.000/ml),
Leukopenia. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia, Urium dan Ph
darah mungkin meningkat.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia b/d PGE2 Hipotalamus
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan b/d Kebooran plasma,
Keekstravaskuler
3. Resiko Defisit Nutrisi b/d Mual dan Muntah
4. Pola Napas Tidak Efektif b/d Efusi Pluera
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Hipertermia Setelah di lakukan tindakan Manajemen Hipertermia


(D.0130) keperawatan selama 3x24 (I.15506)
jam masalah keperawatan
Observasi
dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil : - Identifikasi penyebab
Termoregulasi (L.14134) hipertermia (mis.
- Suhu Tubuh 5 Dehidrasi, terpapar
(Membaik) lingkungan panas,
- Suhu kulit 5 (Membaik) penggunaan incubator)
- Kadar glukosa darah 5 - Monitor suhu tubuh
(Membaik) - Monitor kadar elektrolit
- Tekanan darah 5
Terapeutik
(Membaik)
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermiaatau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Resiko Setelah di lakaukan Manajemen Cairan (I.03098)
Ketidakseimbang tindakan keperawatan
Observasi
an Cairan selama 3x24 jam masalah
(D.0036) keperawatan dapat teratasi - Monitor status hidrasi
dengan kriteria hasil : (mis. Frekuensi
nadi,kekuatan nadi, akral,
Keseimbangan Cairan
pengisian kapiler,
(L.03020)
kelembapan mukosa,
- Asupan Cairan 5 turgor kulit, tekanan
(Meningkat) darah.
- Kelembaban membran
Terapeutik
mukosa 5 (Meningkat)
- Tekanan darah 5 - Berikan asupan cairan,
(Membaik) sesuai kebutuhan
- Membran mukosa 5 - Berikan airan intravena,
(Membaik) jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
diureti, jika perlu.

3. Resiko Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)


Nutrisi (D.0032) keperawatan selama 3x24
Observasi
Jam masalah keperawatan
dapat teratasi dengan - Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil : - Monitor asupan makanan
Manajemen Nutrisi - Monitor berat badan
(L.03030) - Monitor hasil pemeriksaan
- Pengetahuan tentang laboratorium
standar asupan nutrisi
Kolaborasi
yang tepat 5 (Meningkat)
- Berat badan 5 - Kolaborasi dengan ahli
(Membaik) gizi untuk menentukan
- Frekuensi makan 5 jumlah kalori dan jenis
(Membaik) nutrien yang di butuhkan,
jika perlu

4. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Napas (I.01011)


Efektif (D.0005) keperawatan selama 3x24
Observasi
jam masalah keperawatan
dapat teratasi dengan - Monitor pola napas
Kriteria Hasil : (frekuensi, kedalaman,
Pola Napas (L.010044) usaha napas)
- Kapasitasi vital 5 - Monitor bunyi napas
(Meningkat) tambahan (mis.gurgling,
- Frekuensi napas 5 mengi, wheezing, ronkhi
(Membaik) kering)
- Kedalaman napas 5
Terapeutik
(Membaik)
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan airan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik,
jika perlu.

3.4 Implementasi
Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Hipertermia (D.0130) Observasi


.
- mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis.
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor kadar elektrolit

Terapeutik

- Menyediakan lingkungan yang dingin


- Melakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
hipotermiaatau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

Edukasi

- Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

2 Resiko Observasi
. Ketidakseimbangan
- Memonitor status hidrasi (mis. Frekuensi
Cairan (D.0036)
nadi,kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah.

Terapeutik

- Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan


- Memberikan airan intravena, jika perlu

Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian diureti, jika perlu.

3 Resiko Defisit Nutrisi Observasi


. (D.0032)
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Memonitor asupan makanan
- Memonitor berat badan
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

Kolaborasi

- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
di butuhkan, jika perlu

4 Pola Napas Tidak Efektif Observasi


. (D.0005)
- Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
- Memonitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)

Terapeutik

- Melakukan fisioterapi dada, jika perlu

Edukasi

- Menganjurkan asupan airan 2000 ml/hari, jika


tidak kontraindikasi

Kolaborasi

- Mengkolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran,mukolitik, jika perlu.

BAB IV

PENUTUP
4.2 Kesimpulan

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus


dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di
seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan
oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih
rendah.

4.2 Saran

Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan, mahasiswa/i dapat


menerapkan teori dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga
dapat terjadi kesinambungan dan keterikatan yang erat antara teori dan praktek
nyata pada pasien di rumah sakit juga diharapkan agar mahasiswa/i dapat
mengadakan pembaharuan melalui pendidikan tinggi keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai