Anda di halaman 1dari 31

GAMBARAN PERAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TK


(STUDY LITERATURE)

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
NAMA : NUR RESKY AWULIYA SAPAR
NIM : 01703017

YAYASAN AMANAH MAKASSAR SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASSAR

PRODI D-III KEPERAWATAN GIGI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsiuntuk

mengunyah, berbicara dan memepertahankan bentuk muka. Mengingat

kegunaannya yang sangat penting maka perlu untuk menjaga

kesehatan gigi dan mulut agar dapat bertahan lama dalam rongga

mulut, dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan

bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak

dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum. (Avoanita Yosa,

Erni Gultom, 2016).

Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2016 tentang

kesehatan, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat, diselenggarakan dalam upaya kesehatan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen dari

kesehatan secara umum dan juga merupakan faktor yang penting

dalam pertumbuhan normal dari anak.Masalah kesehatan mulut dapat

memengaruhi perkembangan umum anak-anak, kesehatan tubuh

secara umum dan juga dapat berdampak negatif terhadap kualitas


hidup.Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada

anak-anak yaitu karies gigi.Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi

tetap, tetapi gigi sulung lebih rentan terhadap karies karena struktur dan

morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. (Heny Noor

Wijayanti, Puspito Panggih Rahayu, 2019).

Fankari menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah gigi dan

mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap

mengabaikan kebersihan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut

dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan

gigi dan mulut.(Rara Warih Gayatri, Desi Ariwinanti, 2017).

Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan

pengetahuan, sikap, dan perilaku. Lingkungan sangat berperan dalam

pembentukan sikap dan perilaku untuk anak usia prasekolah (anak usia

TK). Lingkungan terdekat dimana anak usia prasekolah berada adalah

keluarga (orang tua dan saudara) dan lingkungan sekolah. Peran orang

tua dan guru sangat menentukan dalam melakukan perubahan sikap

dan perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.(Made

Ayu Lely Suratri, et.al., 2016).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, angka kejadian

karies gigi pada anak 60% -90%.3 Di Indonesia, prevalensi karies gigi

menurut kelompok usianya, usia 3 tahun 60%, usia 4 tahun 85% dan

usia 5 tahun 86,4%. hal ini menunjukkan bahwa prevalensi karies anak

usia prasekolah masih cukup tinggi 4 Laporan Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) tahun 2013, Kalimantan Selatan merupakan salah satu

dari tiga provinsi yang mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang

cukup tinggi yaitu 36,1%. Banjarmasin memiliki prevalensi penduduk

yang bermasalah dalam kesehatan gigi dan mulut sebanyak 38,2% dan

pada anak-anak usia 5-9 tahun sebanyak 28,6% mengalami masalah

gigi dan mulut. (Risti Afiati, dkk., 2017).

Pengetahuan adalah hasil ranah tahu dan ini terjadi karena

seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, melalui

panca indera manusia. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi anak

menjadi hal keharusan bagi seorang ibu demi perkembangan dan

pertumbuhan gigi – geligi anak yang baik.Pengetahuan ibu yang

merupakan orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan

kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap dan

perilaku anak. Anak-anak usia taman kanak-kanak umumnya tidak tahu

dan belum mampu untuk menjaga kesehatan rongga mulut mereka,

sehingga orang tualah bertanggung jawab untuk mendidik mereka

dengan benar.(Christian Rompis,dkk.,2016).

Orang tua dianggap memiliki pengetahuan untuk mengajarkan

anaknya berbagai hal dasar mengenai menjaga kesehatan tubuh.

Penanaman perilaku kesehatan gigi dan mulut seharusnya dimulai

sejak usia dini dan dimulai dari lingkungan keluarga. Masa anak-anak

merupakan awal dari pembentukan perilaku, oleh sebab itu diharapkan


orang tua dapat mendidik anaknya untuk berperilaku yang benar

memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.(Rizaldy dkk., 2017).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

gambaran peran pengetahuan ibu tentang kebersihan gigi pada anak

TK?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran peran pengetahuan ibu tentang kebersihan

gigi dan mulut pada anak TK.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui peran pengetahuan ibu tentang kebersihan gigi

dan mulut pada anak TK.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu anakdan anak

a. Memberikan informasi kepada ibu anak dan anak serta

menambah tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan

mulut. Sehingga ibu anak menyadari akan pentingnya kebersihan


gigi dan mulut, serta mengubah berbagai perilaku yang kurang

baik.

b. Memberikan informasi kepada anak yang bersangkutan, dan pihak

terkait mengenai kebersihan gigi sehingga diharapkan dapat

memicu sekolah atau yang bersangkutan untuk memberikan

pengetahuan tentang kebersihan gigi pada ibu anak TK.

2. Bagi Stikes Amanah

Penelitian ini juga dapat memberikan tambahan materi bacaan

khususnya yang berkenaan dengan bidang pengetahuan kesehatan

gigi, dan dapat digunakan sebagai bahan pertandingan jika suatu

saat dilakukan penelitian tentang hal yang sama, seta menambah

wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya.

3. Bagi peneliti/mahasiswa

Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan untuk

mempraktekan ilmu yang diperoleh selama mengikuti kuliah dengan

keadaan sesungguhnya di lapangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

pendengaran. (Ragil Retnaningsih, 2016).

Pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, maka dari itu perilaku yang

didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama

dibandingkan perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan

kesadaran. (Ragil Retnaningsih, 2016).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang.Pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Ragil

Retnaningsih, 2016), yaitu :


1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai aplikasi ataupenggunaan hukum-hukum, rumus,


metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaianpenilaian ini didasarkan pada suatu


kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteriakriteria yang telah ada. Dalam penelitian ini, tingkatan

pengetahuan sampai pada tingkat evaluasi. Faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah(Ragil Retnaningsih,

2016):

a) Umur

b) Jenis kelamin

c) Pendidikan

d) Lama kerja

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai

berikut (Ragil Retnaningsih, 2016). :

1) Pendidikan Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan

tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan

rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidakmutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan

nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap objek tertentu.


2) Informasi/media massa Informasi yang diperoleh baik dari

pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan

pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-

macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru.

3) Sosial, budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang

dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga

statussosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta


pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah

dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang

kerjanya.

6) Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap danpola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang akan

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Cara mengukur pengetahuan

Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang tentang memelihara kesehatan.

Pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan meliputi:

pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular,

pengetahuan tentang faktor yang terkait/ mempengaruhi

kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan

yang professional maupun tradisional, dan pengetahuan untuk

menghindari kecelakaan. (drg. Sitti Nurbayani Tauchid, M,Km,

dkk.)
Cara untuk mengukur pengetahuan kesehatan yaitu dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau

melalui pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan

kesehatan adalah tingkat (tinggi-rendah) pengetahuan responden

tentang kesehatan, atau besarnya persentasi kelompok

responden atau masyarakat tentang variable atau komponen

kesehatan.. (drg. Sitti Nurbayani Tauchid, M,Km, dkk, 2016).

2. Kebersihan gigi dan mulut

a. Pengertian

Kebersian gigi dan mulut (Oral Hygiene) adalah upaya

melaksanakan kebersihan rongga mulut, lidah dari semua

kotoran/sisa makanan. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk tidak

menyebabkan bau mulut, kerusakan gigi dan radang gusi, tetapi

juga meningkatkan resiko penyakit jantung dan kesehatan lainnya.

(RSGM.Unhas, 2016).

b. Cara menjaga kebersihkan gigi dan mulut

Adapun beberapa cara yang digunakan untuk menjaga

kebersihkan gigi dan mulut diantaranya (Agus Supriatna, Johnny

Angki, 2017) :

1) Menyikat gigi

Teknik menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan

untuk membersihkan deposit lunak pada pemukaan gigi dan


gusi. Oleh karena itu teknik menyikat gigi harus dimengerti dan

dilaksankan secarah aktif dan teratur. Terdapat tekhnik-tekhnik

yang berbeda-beda untuk membersihkan gigi dan memijat gusi

dengan sikat gigi.Salah satunya adalah Fones tekhnik atau

tekhnik sirkuler ini dianjurkan untuk anak kecil karena mudah

dilakukan.

Cara dari fones tekhnik atau tekhnik sirkuler, yaitu bulu-

bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan

labial dengan gigi dalamkeadaan oklusi. Sikat digerakan dalam

lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas

dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah interpoksimal tidak

diberi perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan

labial disikat, hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih kecil

karena cara ini agak sukar dilakukan di lingual dan palatinal,

dan dapat dilakukan gerakan maju mundur untuk daerah ini.

Tehknik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan didalam

mulut waktu mengunyah.

2) Waktu menyikat gigi

Sebelum tidur malam karena pada waktu tidur, air liur

berkurang sehingga asam yang dihasilakan oleh plak akan

menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak gigi

tentunya lebih besar. Oleh karena itu, untuk mengurangi

kepekatan dari asam plak harus di hilangkan. Sesudah sarapan


pagi karena plak akan mulai terbentuk lagi selama kamu tidur

malam, oleh karena itu rutinitas menyikat gigi harus dilakukan

setiap hari agar plak yang terbentuk tidak.

3) Sikat gigi minimal 2 menit bertambah tebal

Tentunya menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan

efektif membersihkan plak. Menyikat gigi yang tepat paling tidak

membutuhkan waktu minimal dua menit.

4) Sikat gigi dengan urutan yang sama setiap harinya.

5) Rutin mengganti sikat gigi

Apabila buluh sikat gigi sudah mekar alias rusak ataupun

sikat gigi sudah berusia 3 bulan, maka sikat gigi tersebut sudah

hilang kemampuannya untuk membersihan gigi denga baik.

Lakukanlah pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi untuk

mencegah timbulnya plak dan karang gigi yang tertimbun tebal,

karena akan semakin sulit dibersihkan.

6) Penggunaan Dental Floss

Ada beberapa cara untuk menggunakan dental floss dan

dental tape, tanpa atau dengan pemegangan khusus.

a) Dental Floss tanpa pemegangan khusus

Dental Floss atau tape yang dipergunakan kurang lebih

panjang 30 cm, kemudian kedua ujungnya dilingkarkan

kepada kedua jari tengah, atau hanya ujungnya di

tinggkatkan, sedagakan ujungnya yang lainya dipegang


dengan kuat. Jarak antara kedua jari tersebut kurang lebih

7,5 cm dengan telunjuk floss ditempatkan pada saku gusi

distal molar terakhir rahang bawah. Jari telunjuk di letekkan

dekat pada gusi supaya dapat mengontrol gerakanyang

dilakukan. Kemudian permukaan gigi tersebut digosok

dengan gergaji turun naik enam atau tujuh kali. Floss harus

mencapai gingival attachment tanpa melukai jaringan lunak

tersebut. Setelah daerah tersebut dibersihkan, floss diangkat

kemudian bagian floss yang telah dipake digulung pada satu

jari sedangkan ujung lainya diulur sehingga jarak diantara

dua jari ini tetap 7,5 cm.

b) Floss dengan pemegangan khusus.

Dental floss atau tape yang menggunakan pegangan

adalah lebih praktis karena dapat lansung dimasukkan

kedalam daerah interproksimal melalui titik kontak, perlahan-

lahan dengan gerakan gergaji sambil menekan ke

permukaan aproksimal dari gigi yang sedang dibersihakan,

cara-cara selanjutya sama seperti diatas, dimulai dari distal

molar terakhir sampai seluruh permukaan interproksimal

bersih.
c. Bahan Untuk Membersihkan Gigi

Adapun bahan-bahan untuk membersihkan gigi, yaitu (Agus

Supriatna, Johnny Angki, 2017) :

1) Bahan Disclosing Disclosing agent merupakan zat / bahan yang

digunakan memperlihatkan plak agar lebih jelas terlihat oleh

mata. Seperti kita ketahui, lapisan Plak yang menempel pada

permukaan gigi kita mempunyai warna yang sama dengan gigi

kita sehingga kurang kurang terlihat kurang terlihat jelas pada

saat kita melakukaan pemeriksaan klinis(Putri2012). Zat yang

digunakan biasanya yang mempunyai warna yang kontras

dengan warna gigi, biasanya merah. Dengan menggunakan

disclosing atau zat pewarna kita dapat dengan mudah

memberitahu atau mengarahkan pasien akanadanya plak dan

dapat menunjukkan bersih tidaknya penyikatan gigi yang telah

dilakukannya. Dengan demikian, sebaiknya disclosing

diulaskan pada seluruh permukaan gigi dan digunakan atau

diberikan sebelum dan sesudah selesai menyikat gigi atau

sebelum dan sesudah pembersihan karang gigi. Syarat

disclosing agent sebagai zat pewarna plak adalah:

a) Warnanya harus kontras dengan warna gigi dan mulut.

b) Dengan kumur-kumur ringan warnanya tidak mudah hilang.

c) Rasanya cukup enak sehingga disukai anak-anak.


d) Tidak menimbulkan alergi pada mukosa mulut, missal gatal,

rasa panas berlebihan.

e) Sebaiknya mengandung bahan lain, selain memberikan rasa

enak juga mempunyai daya kerja yang efisien dalam

pencegahan pembentukan plak, seberti mengandung bahan

antibaktri, bahan antiseptik, bahan astringent.

2) Pasta Gigi

Pasta gigi biasanya digunakan bersamasama dengan

sikat gigi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan

gigi geligi, serta memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut,

karena aroma yang terkandung di dalam pasta tersebut

nyaman dan menyegarkan. Pasta gigi biasanya mengandung

bahan-bahan yang abrasif, pembersih, bahan penambah rasa

dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan

bahan pengikat, pelembap, pengawet, flour, dan air. Bahan

abrasif dapat membantu melepakan plak dan pelikeltanpa

menghilangkan lapisan email.Bahan abrasif yang biasanya

digunakan adalah kalsium karbonat atau alumunium hidroksida

dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi.


3. Melatih anak untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi sejak

usia dini

Anak adalah pribadi yang unik, iya bukanlah orang dewasa

yang bertubuh kecil. Namun, anak adalah sosok pribadi yang berada

dalam masa pertumbuhan baik secara fisik, mental, dan intelektual.

Mereka mengalami berbagai fase dalam perkembangannya; usia 2

sampai 5 tahun merupakan fase yang paling aktif, terutama pada

perkembangan otak anak. Oleh sebab itu, periode tersebut dikenal

sebagai masa keemasan anak atau golden age.. (drg. Sitti Nurbayani

Tauchid, M,Km, dkk, 2016).

Dalam memberikan pendidikan kesehatan fisik pada anak,

sering kali orang tua dan guru hanya membatasi pada kesehatan

tubuh saja. Pendidikan kesehatan gigi (dental health education)

seringkali menjadi topik yang kurang mendapat perhatian baik di

rumah maupun sekolah. ada beberapa alasan mengapa seringkali

orang tua kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi

anak.alasan yang paling banyak ditemukan yaitu masih banyak

orang tua yang beranggapan bahwa gigi anak adalah gigi susu, jadi

tidak usah dirawat karena nanti juga akan berganti dengan gigi tetap.

padahal sebenarnya justru pada masa gigi susu itulah anak harus

mulai diajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan giginya.

Berikut merupakan alasan pentingnya menjaga kesehatan gigi anak.

(drg. Sitti Nurbayani Tauchid, M,Km, dkk, 2016.):


a. Pada masa gigi susu, sedang terjadi pembentukan gigi tetap di

dalam tulang sehingga jika ada kerusakan gigi susu yang patah

dapat mengganggu proses pembentukan gigi tetapnya. Hal ini

dapat mengakibatkan gigi tetapnya tumbuh tidak normal.

b. mulut merupakan pintu utama masuknya makanan ke dalam perut

dan lokasi pertama yang dilalui makanan dalam proses

pencernaan. Jika terjadi gangguan pada mulut, maka akan

mengganggu kelancaran proses pencernaan.

c. infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi

kesehatan organ di dalam tubuh seperti jantung, paru, ginjal, dan

lain-lain. infeksi dalam mulut dapat menyebar ke dalam organ

tersebut yang disebut dengan vocal infeksi.

d. infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak

menjadi malas beraktifitas dan akan mengganggu proses belajar.

Melihat alasan tersebut, maka saat ini beberapa sekolah tertentu

gencar memberikan pendidikan kesehatan gigi bagi siswa. bahkan

ada yang menjadikan pendidikan kesehatan gigi bersama dengan

pendidikan kesehatan umum sebagai bagian dari kurikulum

sekolah.

Bagi para orang tua di rumah,pendidikan kesehatan gigi sudah

harus dimulai sejak gigi pertama tumbuh dalam mulut anak. Caranya

dengan selalu membersihkan gigi anak setiap selesai minum susu


atau selesai makan. Tidak perlu menggunakan sikat gigi, tetapi dapat

dilakukan menggunakan kain kasa lembut yang dibasahi dengan air

hangat. Sepertinya ini hanya sebuah perlakuan yang biasa

saja,tetapi sesungguhnya hal itu memberikan sebuah pengalaman

baru yang luar biasa pada anak.. (drg. Sitti Nurbayani Tauchid,

M,Km, dkk, 2016)

Ketika ibu membersihkan gigi dengan kain lembut yang

dibasahi air hangat, anak merasa bahwa kegiatan membersihkan

gigi adalah kegiatan yang menyenangkan dan itu akan terekam

dalam memori anak. Dampaknya, ketika anak akan diperkenalkan

dengan sikat gigi pada usia 1 tahun, tidak akan ada keluhan anak

tidak mau menyikat gigi karena takut melihat sikat gigi yang akan

dimasukkan dalam mulut mereka.. (drg. Sitti Nurbayani Tauchid,

M,Km, dkk, 2016).

Ketika anak berusia 2 tahun, jumlah gigi dalam mulut sudah

lengkap yaitu 20 buah. Anak mulai diajarkan menyikat gigi sendiri

dan orang tua tetap mengawasi. Saat sudah dapat berkumur, boleh

ditambah dengan pasta gigi. Ajarkan anak untuk biasa mengonsumsi

sayur atau buah dan mengontrol makanan manis yang dikonsumsi.

Anak bukannya tidak boleh memakan makanan yang manis karena

itu makanan kesukaannya. hanya saja orang tua perlu mengontrol

banyaknya atau macam dari makanan manis yang dimakan oleh

anak. Usia 2 tahun merupakan usia yang tepat bagi anak untuk
belajar mengenal dunia kesehatan gigi.. (drg. Sitti Nurbayani

Tauchid, M,Km, dkk, 2016)

4. Indikator kebersihan gigi dan mulut

a. Debris

Debris adalah sisa makanan yang melekat pada gigi. Oral

debris adalah bahan lunak dipermukaan gigi yang dapat

merupakan plak, material alba, dan food debris. Cara

pemeriksaan debris dapat dilakukan dengan menggunakan

sonde. Dimana sonde digerakkan secara mendatar pada

permukaan gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh

sonde. Periksalah gigi indeks mulai dengan menelusuri dari

sepertiga bagian incisal atau oklusal, jika pada bagian ini tidak

ditemukan debris, lanjutkan terus pada dua pertiga bagian gigi,

jika disini pun tidak dijumpai debris, teruskan sampai ke sepertiga

bagian servikal (Agus Supriatna, Johnny Angki, 2017).

1) Skor penilaian debris

Tabel 2.1

Skor penilaian debris

Skor Kondisi
0 Tidak ada debris atau stain
1 Plak menutupi kurang dari 1/3 permukaan servikal
2 Plak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan gigi yang diperiksa
3 Plak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari
2/3permukaan gigi yang diperiksa
Setelah diperoleh skor debris dari masing – masing gigi

yang diperiksa maka selanjutnya kita menentukan skor indeks

debris. Skor indeks debris ditentukan dengan cara

menjumlahkan seluruh skor debris kemudian membaginya

dengan jumlah segmen gigi yang diperiksa.

Jumlah penilaian debris


Debris Index =
Jumlah gigi yang diperiksa

Gambar 2.1 Rumus skor debris index

2) Kriteria skor debris adalah:

Baik : jika nilainya antara 0,0 – 0,6

Sedang : jika nilainya antara 0,7 – 1,8

Buruk : jika nilainya antara 1,9 – 3,0

b. Kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat

pengendapan garam-garamanorganik yang komposisi utamanya

adalah kalsium korbonat dan kalsium fosfat yang bercampur

dengan debris, mikroorganisme, dan sel – sel epitel deskuamasi.

Cara pemeriksaan kalkulus dapat dilakukan dengan

menggunakan sonde dengan kriteria skor kalkulus adalah sebagai

berikut (Agus Supriatna, Johnny Angki, 2017):

1) Skor penilaian kalkulus


Tabel 2.2

Skor penilaian debris

Skor Kondisi
0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutupi kurang dari 1/3
permukaan servikal
2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi
kurang dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa
3 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3
permukaan gigi yang diperiksa atau seluruh
permukaan gigi

Setelah diperoleh skor kalkulus dari masing – masing gigi

yang diperiksa maka selanjutnya kita menentukan Skor indeks

kalkulus. Skor indek kalkulus ditentukan dengan cara

menjumlahkan seluruh skor kalkulus kemudian membaginya

dengan jumlah segmen gigi yang diperiksa.

Jumlah penilaian kalkulus


Kalkulus Index =
Jumlah gigi yang diperiksa

Gambar 2.2 Rumus skor kalkulus index

2) Kriteria skor kalkulus adalah:

Baik : jika nilainya antara 0,0 – 0,6

Sedang : jika nilainya antara 0,7 – 1,8

Buruk : jika nilainya antara 1,9 – 3,0


c. OHI-S

Setelah diperoleh indeks debris dan indeks kalkulus langkah

terakhir adalah menentukan OHIS. Dimana OHI-S ini diperoleh

dari skor OHI-S. Skor OHI-S adalah jumlah dari skor debris dan

skor kalkulus. Seperti halnya dengan indeks debris dan

kalkulus,OHI-S juga mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti

ketentuan sebagai berikut

OHI-S = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI)

Gambar 2.1 Rumus skor debris index

Kriteria Penilaian OHI-S

Baik : jika nilainya antara 0,0 – 1,2

Sedang : jika nilainya antara 1,3 – 3,0

Buruk : jika nilainya antara 3,1 – 6,0


B. Kerangka Teori

Pengetahuan Ibu

terhadap kesehatan gigi dan mulut anak,


meliputi:

1. Cara menjaga kebersihan gigi dan


Faktor-faktor
mulut yang
2. Bahan untuk membersihkan gigi mempengaruhi
3. Cara melatih anak untuk menjaga pengetahuan:

kebersihan dan kesehatan gigi sejak 1. Pendidikan


dini. 2. Informasi/me
dia
4. Indikator kebersihan gigi dan mulut.
3. Sosial
budaya
4. Lingkungan
5. Pengalaman
belajar
Cara menjaga kebersihan gigi dan 6. Usia

mulut, meliputi:

1. Menyikat gigi
2. Waktu menyikat gigi
3. Sikat gigi minimal 2 menit
4. Sikat gigi denganurutan yang
sama seiap harinya.
5. Rutin mengganti sikat gigi
6. Penggunaan dental floss
Gambar 2.1 Diagram Kerangka teori

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Diagram Alir

Secara sistematis langkah langkah dalam menulis penelitian seperti

gambar berikut ini:

Studi Literatur Literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang Diteliti

Konseptualisasi

Analisa

Kesimpulan dan Saran


Gambar 3.1 Diagram Alir konsep yang diteliti

B. Studi Literatur

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode

studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan


metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta

mengelolah bahan penelitian. Studi kepustakaan merupakan kegiatan

yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang

tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek

manfaat praktis.

Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan

kasus atau permasalahan yang ditemukan.

C. Pengumpulan Data

Data yang digunakan berasal dari jurnal, buku, dan artikel yang

berisikan tentang konsep yang diteliti.

D. Analisa

Memulai dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi

diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara

lain dapat juga, misalnya dengan melihat tahun penelitian diawali dari

yang paling mutakhir, dan berangsung angsur mundur ke tahun yang

lebih lama. Membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk

memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai

dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian. Mencatat bagian

bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian, Untuk

menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat, para peneliti hendaknya

juga mencatat sumber sumber informasi dan mencantumkan daftar


pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penelitian

orang lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun

secara sistematis sehingga penelitian dengan mudah dapat mencari

kembali jika sewaktu - waktu diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriatna, Johnny Angki, 2017, Pengaruh Kebersihan Gigi Dan


Mulut Terhadap Terjadinya Karies Pada Murid Sd Umur 6 – 12 Tahun
Sdn Rappocini Tahun 2017. Jurnal Media Kesehatan Gigi.
Avoanita Yosa, Erni Gultom, 2016, Analisis Pengaruh Penggunaan
Media Komunikasi Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Terhadap
Derajat Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Siswa SDN Way Harong
Kecamatan Way Lima. Jurnal Analis Kesehatan : Volume 5, No. 2
September 2016,
Christian Rompis, dkk., 2016, Hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang kesehatan gigi anak dengan tingkat keparahan karies anak
TK di Kota Tahuna. Jurnal e-GiGi (eG) : Volume 4 No. 1 Januari-Juni
2016.
Drg. Sitti Nurbayani Tauchid, M.KM, 2016, Pendidikan Kesehatan Gigi,
EGC, Jakarta, 60-100.
Ghina Guswan, Satria Yandi, 2017, Hubungan Pengetahuan Dan
Tindakan Ibu Terhadap Indeks Plak Anak Di Taman Kanak-Kanak
Ibnu Akbar Kota Padang. J Ked Gi Unpad. Desember 2017; 29(3); 164-
167.
Heny Noor Wijayanti, Puspito Panggih Rahayu, 2019, Membiasakan Diri
Menyikat Gigi Sebagai Tindakan Utama Dalam Upaya Peningkatan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak, Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Indonesia Vol. 1 No. 2, 2019.
Made Ayu Lely Suratri, 2016, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang
Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Taman
Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi
Banten Tahun 2014, Jurnal Media Litbangkes, Vol. 26 No. 2, Juni 2016,
119 – 126.
Ni Putu Chandra Parama Jyoti, Dkk, 2019, Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Merawat Gigi Anak Terhadap
Kejadian Karies Anak Di Tk Titi Dharma Denpasar. Bdj, Volume 3,
Nomor 2, Juli-Desember 2019: 96-102
Novita Septy Nurfatimah, 2019,Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Jumlah Karies Pada
Anak Balita Di Posyandu Dusun Kebonromo Kulon Progo [Karya Tulis
Ilmiah]. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Oktarina, Dkk, 2016, Korelasi Faktor Ibu Dengan Status Kesehatan
Gigi Dan Mulut Anak Taman Kanak-Kanak Di Kelurahan Kemayoran
Kecamatan Krembang, Kota Surabaya. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan - Vol. 19 No. 4 Oktober 2016 : 226-235.
Rara Warih Gayatri, Desi Ariwinanti, 2016, Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Gigi Anak Sekolah Dasar Negeri Kauman 2 Malang, Jurnal
Preventia : The Indonesian Jurnal Of Public Health, Vol, 1, No. 2
Risti Afiati, dkk., 2017, Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Anak, Jurnal
Kedokteran Gigi : Vol II. No 1. Maret 2017 : 56 – 62.
RSGM.UnHas.(2016).Cara Mudah Menjaga Kebersihan & Kesehatan
Mulut & Gigi. Retrieved Mei 04, 2016, from Artikel RSGM :
UnHas.http://www.rsgm,unhas.ac.id
Rizaldy dkk., 2017, Perilaku orang tua terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi anak pada Sekolah Dasar Negeri Mekarjaya, Jurnal
Kedokteran Gigi Unpad. Agustus 2017; 29(2); 131-137.
Salsabila Muhtar, 2020, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Kesehatan Gigi Dengan Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada
Anak Dikabupaten Barito Kuala. Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol Iv. No 1.
April 2020 : 16 - 20
Sukarsih, Dkk, 2018, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dengan Status Karies Pada Anak Tk
Al-Hikmah Kota Jambi Tahun 2018. Jurnal Bahan Kesehatan
Masyarakat Vol. 2 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai