Anda di halaman 1dari 10

37

KAJIAN ASPEK PENATAAN RUANG


TERHADAP PERKEMBANGAN KOTA TERNATE

Ardi Basri1)

Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas KhairunTernate


Email : arditektur@gmail.com

ABSTRAK

Penataan ruang mengandung arti penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang
sebagai wadah penyelenggaran kehidupan. Dari amanat Undang-Undang 26 tahun 2007
kemudian telah ditetapkan Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate. Didalam RTRW tersebut terkandung didalamnya Visi,
Misi, Tujuan pembangunan serta lingkup Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang Wilayah
yang dibentuk dalam arahan kebijakan sehingga arah pembangunan dapat tercipta secara
efektif sesuai dengan rencana tata ruang.
Kota Ternate memiliki proses perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi
yang cukup pesat, desakan urbanisasi dan pertumbuhan menuntut pembangunan perlu
dilaksanakan untuk mengikuti kebutuhan, baik yang terkait dengan lahan, kebijakan dan
anggaran pembangunan. Melihat kondisi tersebut maka, peneliti melakukan kajian aspek
penataan ruang terhadap perkembangan kota Ternate dengan melihat produk tata ruang
dan kebijakan pembangunan, dengan tujuan mengetahui dampak kebijakan dari produk tata
ruang dan aspek-aspek penting yang mempengaruhi pembangunan dan perkembangan
Kota Ternate.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa Implementasi Produk Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Ternate dilaksanakan pada lingkup prioritas pengembangan seperti
sarana prasarana atau infrastruktur dasar. Sedangkan. Kebijakan pengembangan RTRW
Kota Ternate yang telah di PERDA-kan menjadi pedoman umum dalam rencana
pembangunan baik aspek pendanaan maupun pemanfaatan dan pengendalian ruang
perkotaan.

Kata Kunci: Tata, Ruang, Kebijakan, Pembangunan, Ternate.

1. PENDAHULUAN Tata ruang suatu wilayah pada dasarnya


Penataan ruang mengandung arti merupakan perwujudan hasil proses
penataan segala sesuatu yang berada di perubahan berkesinambungan dalam waktu
dalam ruang sebagai wadah penyelenggaran yang panjang. Karakteristik proses dan
kehidupan. Tata ruang pada hakikatnya manifestasi dalam wujud tata ruang wilayah
adalah merupakan lingkungan fisik yang ditentukan oleh fisiografi dan faktor
mempunyai hubungan fungsional antara kependudukan sebagai faktor internal dan
berbagai macam objek dan manusia yang faktor eksternal. Faktor fisiografi meliputi
terpisah dari ruang-ruang tertentu. Konsep karakteristik totalitas lahan sebagai wadah
tata ruang, menurut foley, bahwa tata ruang kegiatan manusia, dan faktor kependudukan
tidak hanya menyangkut suatu wawasan menentukan wujud ketataruangan wilayah
yang disebut sebagai wawasan spasial, tapi melalui jenis intensitas kegiatan
terkandung pula aspek aspasial. Hal ini pemanfaatan ruang dan sumber daya yang
didasarkan pada kenyataan bahwa struktur terdapat di sekitarnya. Faktor eksternal
fisik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor merupakan pengaruh dan kekuatan dari luar
non fisik seperti organisasi fungsional, pola wilayah yang bersangkutan yang ikut
sosial budaya dan nilai kehidupan. menentukan perkembangan wujud tata

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


38

ruangnya. Dalam pertumbuhan dan (RTRW) Kota Ternate. Didalam RTRW


perkembangan suatu wilayah, kedua faktor tersebut terkandung didalamnya Visi, Misi,
tersebut harus seimbang dan selaras. Tujuan pembangunan serta lingkup
Menurut Howard, bahwa bagian-bagian Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang
kota harus merupakan organisme yang Wilayah yang dibentuk dalam arahan
saling berkaitan antara satu dengan yang kebijakan sehingga arah pembangunan
lain serta ada batasan fungsional sehingga dapat tercipta secara efektif sesuai dengan
perkembangannya mempunyai kaitan rencana tata ruang. Namun regulasi dan
dengan perkembangan kota tersebut secara kebijakan RTRW ini apakah mampu
keseluruhan. Sehingga dapat dikatakan berperan dalam penataan keruangan dan
bahwa segala sesuatu yang ada didalam implementasinya sesuai dengan harapan
struktur kota pada proses pengembangannya dan cita-cita pembangunan. Hal inilah yang
dibutuhkan sinergi dan hubungan sebagai kemudian menjadi permasalahan penting
satu kesatuan fungsi pelayanan, dan perlu dikaji serta diteliti sebagai referensi
pemanfataan dan pengendalian ruang. perencanaan dan pembangunan masa
Pembangunan kota merupakan langkah depan.
perbaikan kualitas hidup manusia dengan
pengembangan aspek fisik, ekonomi dan 2. PERMASALAHAN
sosial budaya yang disusun dengan tahapan Dari deskripsi latar belakang dan
program-program pembangunan. Untuk permasalahan diperoleh beberapa
mendapatkan proses pembangunan tersebut pertanyaan penelitian yaitu:
secara utuh dan berkesinambungan, A. Sejauhmana Produk Tata Ruang Kota
diperlukan konsep perencanaan dan Telah Dilaksanakan Oleh Pemerintah
perancangan kota dengan sistem prioritas, Kota Ternate?
mengingat tingkat kebutuhan pelayanan dan B. Bagaimana Peran Tata Ruang Sebagai
perubahan struktur ruang kota pada setiap Kebijakan Pembangunan Kota Ternate?
daerah berbeda-beda, baik tingkat
pertumbuhan penduduk, ekonomi maupun 3. METODE PEMBAHASAN
kemampuan sumber daya manusia yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
dimiliki. Analisis Pengembangan, yaitu berproses
Kota Ternate memiliki proses secara reflektif (empiris-teori dan teori-
perkembangan penduduk dan pertumbuhan empiris) dan secara aksiologi (untuk apa
ekonomi yang cukup pesat, desakan pengetahuan), penelitian ini berupaya
urbanisasi dan pertubuhan menuntut membantu menguraikan kualitas pemafaatan
pembangunan perlu dilaksanakan untuk ruang dalam pembangunan.
mengikuti kebutuhan, baik yang terkait
dengan lahan, kebijakan dan anggaran 4. TINJAUAN TEORI
pembangunan. Pelaksanaan pembangunan 4.1 Pengertian
tidak secara mutlak dilaksanakan tetapi Dalam UURI nomor 26 tahun 2007
memerlukan perencanaan yang matang dan dijelaskan bahwa, Ruang adalah wadah yang
suatu strategi yang bijaksana serta tetap meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
menjaga kualitas lingkungan alami. Dengan udara, termasuk ruang di dalam bumi
demikian perlu suatu konsep penataan sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
keruangan yang dibentuk dalam ketetapan manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
regulasi daerah terkait dengan aspek kegiatan, dan memelihara kelangsungan
rencana fisik, ekonomi, sosial budaya, dan hidupnya. Sedangkan penataan ruang
kelembagaan. adalah suatu sistem proses perencanaan
Proses penataan ruang kemudian tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
diperkuat melalui Undang-Undang nomor 26 pengendalian pemanfaatan ruang.
tahun 2007 tentang penataan ruang sebagai Dari pengertian tersebut diatas dapat
wujud regulasi dan pedoman pemanfaatan dijelaskan bahwa ruang tidak hanya pada
pengendalian ruang wilayah nasional, batasan lingup fisik tetapi juga terkait dengan
Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan keadaan sosial dan rangkaian kehidupan
sampai pada tingkat pedesaan. Dari amanat yang ada didalamnya. Penataan ruang
Undang-Undang kemudian telah ditetapkan sendiri merupakan akumulasi dari rangkaian
Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2012 tahapan kegiatan mulai dari tahap input,
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Process, dan output. Input merupakan

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


39

tahapan rencana keruangan, proses lingkungan alam sebagai habitatnya sangat


merupakan penggunaan lahan besar untuk tetap menjaga populasinya
pembangunan, dan output merupakan untuk hidup, atau dengan kata lain bahwa
tahapan kebijakan pembangunan. kerusakan lingkungan alam dapat berakibat
negatif pada manusia.
Konsep Kota Hijau (Green City) adalah
salah satu upaya menjaga keseimbangan
pembangunan dengan lingkungan alam,
dimana konsep ini mengacu pada
pembatasan pemanfaatan energi,
kesejahteraan dalam pemenuhan ekonomi
dan kelangsungan sosial budaya
masyarakat. Kaitannya dengan Green City di
Indonesia, dimana dominasi wilayah adalah
perairan (laut) maka, konsep
pengembangannya menitikberatkan pada
tata keruangan pesisir yaitu pemanfaatan,
pengelolaan dan pengendalian sumber daya
yang seimbang baik di darat maupun di laut
(Hulu-Hilir). (Ardi Basri, 2008).

Gambar 4.1. Kedudukan RTRW 5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kota/Kabupaten, 5.1 Struktur Ruang Kota Ternate
Sumber : Analisa Peneliti, 2016 a. Rencana Sistem Pusat Pelayanan
 Pusat Kegiatan
4.2 Elemen Perancangan Kota Wilayah yang merupakan lokasi
Dalam konteks perancangan kota, rencana pengembangan pusat - pusat
peremajaan kota merupakan upaya dalam kegiatan Kota Ternate terdapat di :
perumusan kebijaksanaan pembangunan 1) Kecamatan Ternate Utara meliputi
kota. Hasil rumusan kebijaksanaan tersebut kelurahan Soa,Soa Sio, Kasturian,
menjadi pedoman bagi penataan kembali Salero,Toboleu, Sangaji, Dufa-Dufa,
elemen-elemen perancangan kota. Di bawah Tafure, Tabam, Sango, Tarau,
ini merupakan elemen-elemen perancangan Sangaji Utara, Akehuda dan
kota yang dikemukakan oleh Shirvani kelurahan Tubo
(Shirvani,1985), yaitu : 2) Kecamatan Ternate Tengah
1. Tata Guna Lahan meliputi kelurahan Kampung
2. Bentuk dan Massa Bangunan Makassar Barat, Kampung
3. Sirkulasi Makassar Timur, Salahuddin,
4. Parkir Kalumpang, Santiong, Gamalama,
5. Ruang Terbuka Moya, Marikurubu, Kampung
6. Pedestrian Ways Pisang, Takoma, Muhajirin, Maliaro,
7. Pendukung Kegiatan Kota Baru, Tanah Raja dan
kelurahan Stadion.
4.3 Konsep Pengembangan Kota Hijau 3) Kecamatan Ternate Selatan
(green city) meliputi kelurahan Sasa, Gambesi,
Pengembangan perkotaan merupakan Fitu, Kalumata, Kayu Merah,
proses yang tidak terlepas dari proses Bastiong Talangeme, Ubo Ubo,
kelangsungan hidup manusia untuk Mangga Dua, Jati, Toboko, Tanah
memenuhi kebutuhannya, sehingga proses Tinggi, Tanah Tinggi Barat, Mangga
tersebut akan terus berjalan seiring dengan Dua Utara, Jati Perumnas, Tabona,
perkembangannya. Oleh sebab itu, dengan Bastiong Karance dan kelurahan
keterbatasan alam untuk menyediakan Ngade.
segala kebutuhan maka, perlu kesadaran 4) Kecamatan Moti meliputi kelurahan
dalam memanfaatkan dan mengendalikan Takofi, Moti Kota, Tafamutu,
lingkungan alam dan seisinya. Dengan Tafaga, Figur dan kelurahan
demikian, dapat dikatakan bahwa Tadenas.
ketergantungan manusia terhadap

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


40

5) Kecamatan Batang Dua meliputi Marikurubu, Muhajirin, Tanah raja,


kelurahan Mayau, Tifure, Lelewi, Maliaro, Stadion, Takoma, dan Kota
Bido, Pantai Sagu dan kelurahan Baru.
Perum Bersatu. BWK II memiliki luas wilayah
6) Kecamatan meliputi kelurahan Hiri daratan 1.196,60 ha merupakan
Togolobe, Dorari Isa, Faudu, Mado, bagian wilayah kota dengan tingkat
Tomajiko dan kelurahan Tafraka. kepadatan tinggi. Fungsi dan arah
Pengembangan pusat - pusat pengembangan di BWK – II meliputi
kegiatan perkotaan meliputi: : Jasa; Perdagangan; Pariwisata;
1) Pusat kegiatan sektor perdagangan Pelabuhan; Pemukiman;
dan jasa Pendidikan; Pemerintahan; Militer;
2) Pusat kegiatan sektor pariwisata Pertanian; Peternakan, Olah Raga;
3) Pusat kegiatan sektor perikanan dan Industri Kecil.
dan pengembangan Minapolitan 3) BWK – III sebagai kawasan
4) Pusat kegiatan sektor perumahan pendukung kegiatan pusat kota
5) Pusat kegiatan Pertanian memiliki Pusat BWK di Kelurahan
6) Pusat kegiatan sektor industri kecil Kalumata. BWK – III Kecamatan
dan ringan Ternate Selatan meliputi wilayah
7) Pusat kegiatan sektor perkantoran; adminsitrasi Kelurahan Sasa,
dan Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata,
8) Pusat kegiatan fasilitas pelayanan Kayu Merah, Tabona, Ubo-Ubo,
umum Bastiong Karance, Bastiong
Talangame, Mangga Dua Utara,
 Rencana Sistem Dan Fungsi Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati,
Perwilayahan Tanah Tinggi Barat, Tanah Tinggi,
Rencana Bagian Wilayah Kota di dan Toboko.
Kota Ternate terbagi atas : BWK III memiliki luas wilayah
1) BWK – I sebagai kawasan daratan 2.100,20 ha merupakan
pendukung kegiatan pusat kota bagian wilayah kota dengan tingkat
memiliki pusat BWK di kelurahan kepadatan tinggi.
Dufa-Dufa. BWK – I Kecamatan Fungsi dan arah pengembangan di
Ternate Utara meliputi wilayah BWK – III meliputi : Permukiman;
adminsitrasi Kelurahan Tarau, Jasa; Perdagangan; Pariwisata;
Sango, Tabam, Tafure, Akehuda, Pelabuhan; Perikanan; Pertanian;
Tubo, Dufa – Dufa, Sangadji Utara, Militer; Olah Raga; Pendidikan;
Sangadji, Toboleu, Kasturian, Industri Kecil & Ringan;
Salero, Soa-Sio, dan Soa. danPeternakan.
BWK I memiliki luas wilayah 4) BWK – IV sebagai kawasan
daratan 1.913,90 ha merupakan pendukung kegiatan pusat kota
bagian wilayah kota dengan tingkat memiliki Pusat BWK di Kelurahan
kepadatan tinggi. Jambula. BWK – IV Kecamatan
Fungsi dan arah pengembangan di Pulau Ternate meliputi wilayah
BWK – I meliputi : Permukiman; adminsitrasi Kelurahan Jambula,
Bandara;Pelabuhan; Pariwisata; Kastela, Foramadiahi, Rua, Afe
Militer;Jasa;Perdagangan; Taduma, Dorpedu, Togafo, Loto,
Perikanan;Pertanian; Pendidikan; Takome, Sulamadaha, Tobololo,
Olah Raga; danIndustri Kecil & Bula dan Kulaba.
Ringan; danPeternakan BWK IV memiliki luas wilayah
2) BWK – II sebagai pusat kota daratan 4.946,60 ha merupakan
dengan memiliki pusat BWK di bagian wilayah kota dengan tingkat
kelurahan Salahuddin. BWK – II kepadatan sedang.
Kecamatan Ternate Tengah Fungsi dan arah pengembangan
meliputi wilayah adminsitrasi BWK – IV meliputi: Permukiman;
Kelurahan Makassar Timur, Pariwisata; Pertanian; Peternakan;
Makassar Barat, Salahuddin, Industri Kecil & Ringan; dan
Kalumpang, Santiong, Gamalama, Perikanan;
Moya, Kampung Pisang,

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


41

5) BWK – V sebagai kawasan


pendukung kegiatan pusat kota
memiliki pusat BWK di Kelurahan
Faudu. BWK – IV Kecamatan Pulau
Hiri meliputi wilayah adminsitrasi
Kelurahan kelurahan Faudu,
Tomajiko, Dorari Isa, Togolobe,
Tafraka, dan Mado.
BWK V memiliki luas wilayah
daratan 670,5 ha merupakan
bagian wilayah kota dengan tingkat
kepadatan Rendah.
Fungsi dan arah pengembangan
BWK – V meliputi: Permukiman;
Perikanan; Pertanian; Peternakan;
Pariwisata; dan Industri Kecil;
6) BWK – VI sebagai kawasan
pendukung kegiatan pusat kota
memiliki pusat BWK di Kelurahan
Moti Kota. BWK – VI Kecamatan
Pulau Moti meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan Moti Kota,
Takofi, Tadenas, Figur, Tafamutu,
dan Tafaga. BWK VI memiliki luas
wilayah daratan 2.478,70 ha
merupakan bagian wilayah kota
dengan tingkat kepadatan Rendah.
Fungsi dan arah pengembangan
BWK – VI meliputi : Permukiman;
Pertanian; Perikanan; Pariwisata; Gambar 5.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Ternate,
Industri Kecil & Ringan; dan Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012
Peternakan
7) BWK – VII sebagai kawasan 5.2 Pola Ruang Kota Ternate
pendukung kegiatan pusat kota a. Kawasan Lindung
memiliki pusat BWK di Kelurahan Kawasan Lindung adalah kawasan yang
Mayau. BWK – VII Kecamatan ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
Batang Dua meliputi wilayah kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
adminsitrasi Kelurahan Mayau, sumber alam, sumber daya buatan, dan nilai
Tifure, Bido, Lelewi, Perum Bersatu sejarah serta budaya bangsa, guna
dan Pante Sagu. kepentingan pembangunan berkelanjutan.
BWK VII memiliki luas wilayah Kawasan ini dipertahankan sebagai kawasan
daratan 2.900,40 ha merupakan lindung sesuai fungsinya untuk menjaga tata
bagian wilayah kota dengan tingkat air kawasan bawahnya terutama Hutan
kepadatan Rendah. Lindung di Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau
Moti, Pulau Mayau dan Pulau Tifure.
Kawasan lindung di Kota Ternate
direncanakan berupa:
1) Kawasan Hutan Lindung.
Dari hasil analisa citra satelit terkini, luas
hutan lindung eksisting yang ada di Kota
Ternate adalah sebagai berikut: Pulau
Ternate 2323 Ha, Pulau Hiri 512,84 Ha,
Pulau Moti 588,69 Ha, Pulau Tifure - Ha,
dan Pulau Mayau 590,87 Ha. Total
Hutan lindung eksisting di Kota Ternate
adalah 4015,4 Ha.

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


42

2) Kawasan Yang Memberi Perlindungan 55,83% Sedangkan RTH privat yaitu


Terhadap Kawasan Bawahannya. 254,55 ha atau 9,45%.
Arahan Pengelolaan pada kawasan 5) Kawasan Cagar Budaya
resapan air ini berupa: Kawasan Suaka Alam dan Cagar
 Pengaturan KDB yang mengatur Budaya di Kota Ternate meliputi
tentang luasan tanah yang dapat Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan
ditutupi oleh setiap pemilik tanah lainnya, Pelestarian Alam dan cagar
agar kemampuan tanah dalam budaya.
menyerap air dapat terjaga. 6) Kawasan Rawan Bencana Alam
 Kewajiban setiap pemilik lahan Kawasan rawan bencana alam
untuk melakukan penghijauan, didefinisikan sebagai pelindungan
penanaman vegetasi yang dapat kawasan dengan tujuan untuk
menyimpan air, dan melindungi manusia dan aktivitas
memeliharanya. kegiatannya dari bencana yang
 Penerapan teknologi sumur-sumur disebabkan oleh alam maupun secara
resapan air di beberapa titik lokasi tidak langsung oleh perbuatan manusia.
permukiman kota untuk menambah Kriteria kawasan rawan bencana alam
cadangan air tanah. adalah kawasan yang diidentifikasi
 Pengendalian kegiatan budidaya sering dan berpotensi tinggi mengalami
yang telah ada atau berlangsung bencana alam seperti, gempa bumi,
lama; tanah longsor, banjir, gunung berapi dan
 Pengendalian fungsi hidrologi tsunami.
kawasan hutan di kawasan resapan
air dan telah mengalami kerusakan
melalui langkah rehabilitasi dan
konservasi;
 Pencegahan kegiatan budidaya di
kawasan resapan air kecuali
kegiatan yang tidak mengganggu
fungsi kawasan lindung;
3) Kawasan Perlindungan Setempat.
Kawasan perlindungan setempat
berfungsi untuk melindungi kelestarian
suatu manfaat atau suatu fungsi
tertentu, baik yang merupakan bentuk
alami maupun buatan, disekitar wilayah
perairan yaitu meliputi sempadan pantai,
Sempadan Kali Mati, Sempadan danau
dan sekitar mata air.
4) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Perlu diketahui bahwa luas kawasan
terbangun eksisting di Kota Ternate
adalah 1.670,52 ha atau 10,31% dari
luas daratan. Berdasarkan PERMEN PU
no.05/PRT/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di
kawasan Perkotaan, RTH public yang
disarankan adalah 20%, maka sudah
Gambar 5.2. Peta Kawasan Lindung Kota Ternate,
dipastikan bahwa jika semua kawasan
Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012
terbangun di Kota Ternate dikonversi
jadi RTH pun tidak akan memenuhi b. Kawasan Budidaya
arahan sesuai PERMEN PU Pola ruang untuk Kawasan Budidaya
no.05/PRT/2008. direncanakan meliputi: kawasan
Untuk itu RTH public rencana yang permukiman, kawasan jasa dan
diperhitungkan di Kota Ternate perdagangan, kawasan perkantoran,
didasarkan pada luas kawasan kawasan industri, kawasan pariwisata,
terbangun. yaitu 1503,13 ha atau

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


43

kawasan Terbuka Non Hijau (RTNH) dan d) Kota Ternate memiliki sarana
kawasan peruntukan lainnya. transportasi laut dan udara yang
1) Kawasan permukiman lengkap untuk melayani kawasan
Rencana pengelolaan kawasan regional provinsi Maluku Utara
peruntukan perumahan antara lain dalam rangka mendistribusi barang.
meliputi: Kawasan jasa dan perdagangan
a) Setiap kawasan permukiman Kota Ternate secara keseluruhan
dilengkapi dengan sarana dan luas lahan terbangun untuk
prasarana permukiman sesuai kawasan perdagangan dan jasa
hirarki dan tingkat pelayanan Kota Ternate yang direncanakan
masing-masing; seluas 33,91 Ha.
b) Permukiman perdesaan yang 3) Kawasan Perkantoran
berlokasi di pegunungan Kawasan perkantoran pemerintah yang
dikembangkan ada di wilayah Kota Ternate sebagian
denganberbasisperkebunan dan besar terfokus di di jalan Yos Sudarso,
hortikultura; jalan Cengkih Afo, jalan Pattimura, jalan
c) Permukiman pusat kota diarahkan Ki Hajar Dewantara, jalan Arnold
dalam penyediaan hunian yang Mononutu, jalan Ahmad Yani dan jalan
layak dan dilayani oleh sarana dan Stadion yang meliputi kelurahan Maliaro,
prasarana permukiman yang Kampung Pisang, Stadion dan
memadai; kelurahan Kalumpang. Adapun jenis
d) Membentuk cluster-cluster perkantoran adalah kantor pemerintah
permukiman untuk menghindari Kota Ternate dan Instansi vertical.
penumpukan dan penyatuan antar Kawasan perkantoran swasta yang
kawasan permukiman, dan diantara dikembangkan di Kota Ternate adalah
cluster permukiman disediakan perkantoran perusahaan swasta yang
ruang terbuka hijau; bergerak dibidang jasa keuangan,
e) Pengembangan permukiman pusat asuransi, konsultan, pemasaran, biro
kota dilakukan melalui perjalanan/travel dan lain-lain. Lokasi
pembentukan pusat pelayanan eksisting kawasan perkantoran swasta
kecamatan; saat ini tersebar dibeberapa lokasi di
2) Kawasan Jasa dan Perdagangan dalam Kota Ternate.
Sektor jasa dan perdagangan menjadi Rencana pengembangan perkantoran
sektor andalan Kota Ternate dengan swasta di Kota Ternate diarahkan
mempertimbangkan bahwa : terutama pada sisi jaringan jalan
a) Kota Ternate merupakan Pusat kolektor dan lokal yang tersebar di Kota
Kegiatan Nasional (PKN) yang Ternate dan di lebih utamakan pada
ditetapkan dalam Rencana Tata kawasan peruntukan jasa &
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), perdagangan. Agar tidak mengganggu
dimana fasilitas transportasi kelancaran lalu lintas pada jalur jalan
strategis nasional di kawasan raya, maka perkantoran swasta
provinsi Maluku Utara yaitu disyaratkan untuk memiliki ruang parkir
pelabuhan Ahmad Yani dan tersendiri.
bandara Sultan Baabullah sebagai 4) Kawasan Industri
pintu masuk-keluar dan bongkar Kebutuhan alokasi ruang untuk jenis-
muat barang kawasan untuk jenis industri sebagaimana hasil analisis
pelayanan regional, nasional adalah:
maupun internasional. a) Industri yang cenderung
b) Berbagai fasilitas jasa perdagangan membutuhkan kedekatan dengan
skala kota maupun regional dimiliki pelabuhan diletakkan pada posisi
Kota Ternate. dekat dengan pelabuhan, misalnya
c) Ketergantungan masyarakat daerah industri perbaikan kapal, pabrik es
kabupaten/kota lain di sekitar Kota untuk kebutuhan
Ternate cukup tinggi dalam rangka perikanan/nelayan, industri kilang
pemenuhan kebutuhan sandang, BBM, dan industri
pangan maupun papan skala besar pengantongan/pengepakan bahan
maupun kecil. tertentu yang berorientasi untuk di

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


44

pasarkan ke daerah lain, selain (Bambu Gila), Badabus, Soya-


untuk kebutuhan Kota Ternate Soya, Cakalele, Lagu dan Dadansa,
sendiri. Tide dan Ronggeng, Gala, Upacara
b) Industri kerajinan, perabotan dan Adat Perkawinan Malut, Lala,Dana-
industri bahan bangunan dapat Dana, Salajin, Togal di kelurahan
dikonsentrasikan pada suatu Soa. Festival Ela-ela di seluruh kota
kawasan industri kecil/ringan yang Ternate, Kololi Kie, Festival perahu
dapat dilayani atau terjangkau oleh Kora-kora.
sistim transportasi untuk kebutuhan  Wisata Alam
distrbusi penjualan produk dan  Wisata Pantai/Bahari
kemudahan aliran bahan baku.  Wisata Danau/Mata Air
c) Industri kecil jasa perbaikan  Wisata Pegunungan
elektronika dapat dialokasikan di 6) Kawasan Perikanan
sentra-sentra Potensi perikanan di Kota Ternate terdiri
perumahan/permukiman atau di dari perikanan budidaya, perikanan
kawasan jasa & perdagangan. tangkap serta potensi pengolahan dan
d) Industri perbengkelan kendaraan pemasaran hasil perikanan. Kawasan
cenderung membutuhkan tempat budidaya perikanan di Kota Ternate
yang mudah terjangkau oleh terdiri atas budidaya laut dan budidaya
masyarakat pemakai jasa, sehingga darat. Kawasan perikanan budidaya
dapat terletak di pusat-pusat darat sebagian besar terdapat di
permukiman. Kelurahan Tadenas (Kecamatan Moti),
5) Kawasan Pariwisata Kelurahan Ngade, Gambesi (Kecamatan
a) Wisata peninggalan sejarah kota Ternate Selatan). Jenis ikan meliputi
Ternate memiliki sejarah masa ikan nila, mujair dan Mas. Khusus di
lampau yang gemilang. Ternate Kelurahan Gambesi, Fitu dan Ngade
merupakan kerajaan Islam tertua di merupakan budidaya (pembibitan) ikan
Indonesia bagian Timur yang air tawar. Rencana pengembangan
terbesar dan terluas daerah kawasan budidaya perikanan darat
kekuasaannya. Dimasa lampau berupa intensifikasi lahan dan
Ternate juga merupakan daerah peningkatan produksi. Khususnya untuk
penghasil rempah-rempah yang danau Tolire pengembangan budidaya
sangat terkenal hingga manca perikanan darat dapat dilakukan dengan
negara, sehingga mengundang terlebih dahulu dilakukan penelitian dan
bangsa asing untuk menguasainya. pengkajian lebih lanjut mengenai
Ternate di masa lampu dapat dilihat kualitas air danau dan jenis ikan yang
dari banyaknya peninggalan sejarah akan dibudidayakan.
masa lampau dan budaya yang Kegiatan kawasan budidaya perikanan
tersebar di seluruh penjuru kota laut khususnya rumput laut terdapat
yang menjadikan Kota Ternate pada Kecamatan Moti dan Batang Dua.
sebagai Kota Pusaka (Ternate The Rencana pengembangan budidaya
Heritage City). perikanan laut yang dapat
b) Wisata Atraksi Seni & Budaya dikembangkan di kawasan tersebut,
Kebudayaan merupakan salah satu mengingat potensi perikanan dan
bagian dari kehidupan manusia. Di wilayah perairan memungkinkan untuk
Kota Ternate kebudayaan pengembangan budidaya perikanan
tradisionalnya tumbuh dan laut.
berkembang dengan baik sebagai Kawasan perikanan tangkap tersebar
suatu tradisi budaya yang dipegang pada seluruh wilayah kecamatan di Kota
teguh masyarakatnya. Berikut Ternate dengan jenis ikan yang
adalah keindahan tradisi budaya ditangkap antara lain Pelagis besar
dan religi di Kota Ternate yang antara lain jenis Tuna, Cakalang,
dapat dilihat dalam bentuk atraksi Tenggiri, Kue (giant traveling) dan Cucut
wisata: sedangkan Pelagis Kecil antara lain
Legu Gam, Upacara Adat Kolano jenis layang, kembung, teri, julung, dan
Uci Sabea, Penobatan Tembang. Untuk jenis Ikan Demersal
Kapita/Fanyira, Baramasuwen

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


45

antara lain kakap, ikan kerapu, Ruang Terbuka Biru (badan air) serta
baronang. Ruang Terbuka Kondisi Tertentu
7) Kawasan Pertanian Lainnya.
Produksi pertanian di Kota Ternate 10) Kawasan Peruntukan Lainnya
dibedakan: Kawasan peruntukan lainnya Kota
 Pertanian tanaman perkebunan. Ternate meliputi :
 Pertanian tanaman pangan. a) Kawasan Peruntukan Ruang Bagi
 Pertanian Holtikultura. Kegiatan Sektor Informal;
 Peternakan. b) Kawasan Pertanian;
8) Kawasan Ruang Evakuasi Bencana c) Kawasan Pertambangan Bahan
Kawasan yang digunakan sebagai ruang Kontruksi;
evakuasi bencana di Kota Ternate d) Kawasan Perikanan;
adalah ruang terbuka (lapangan olah e) Kawasan Peruntukan Fasilitas
raga, plaza, taman-taman kota dan Umum; dan
lainnya) atau ruang terbuka yang f) Kawasan Peruntukan Militer
sewaktu-waktu dapat digunakan untuk
penyelamatan/ menampung penduduk
yang mengungsi apabila terjadi bencana 6. ANALISA IMPLEMENTASI
alam. PENATAAN RUANG KOTA TERNATE
Adapun Lokasi Ruang Evakuasi Implementasi penataan ruang
Bencana Gunung Berapi, yaitu sebagai merupakan wujud dari amanat Undang-
berikut : Undang nomor 26 tahun 2007 tentang
a) Kecamatan Ternate Tengah, Utara penataan ruang yang melingkupi ruang laut,
dan Selatan di lokasi Stadion Kie ruang udara, ruang darat dan atau ruang
Raha yaitu Lapangan Salero, seisinya yang disusun dalam proses
Stadion Gelora Kieraha, Lapangan perencanaan, pemanfaatan dan
Kayu Merah, lapangan Gambesi; pengendalian dan diperuntuhkan untuk
b) Kecamatan Pulau Ternate di kepentingan Bangsa dan Negara untuk
Lapangan Jambula kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Ruang Evakuasi bencana Tsunami Dalam hal ini penataan ruang seluruh
sebagaimana di maksud terdapat: wilayah mulai dari lingkup tata ruang
a) Kecamatan Ternate Tengah di nasional, tata ruang provinsi, tata ruang
lokasi Stadion Kie Raha, lapangan kabupaten/kota, tata ruang kecamatan
Marikurubu, kecamatan Ternate sampai pada lingkup tata ruang pedesaan.
Utara di SKB dan kecamatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Ternate Selatan di lapangan Jati; Kota Ternate sendiri berdasarkan pedoman
dan dokumen perencanaan terdiri dari rencana
b) Kecamatan Pulau Ternate di sturktur ruang, rencana pola ruang dan
lapangan Sulamadaha dan rencana kawasan strategis kota baik aspek
lapangan Loto, kecamatan Moti, fisik, sosial budaya dan ekonomi. Pada
kecamatan pulau Hiri dan pulau penelitian ini dilakukan kajian lingkup
Batang dua di setiap kelurahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate
yang memiliki lokasi aman sebagai pembahasan dengan melihat aspek-
(ketinggian 30 m dari permukaan aspek fisik arahan dan rencana tata ruang
laut). tanpa meninggalkan pengaruh aspek lainnya
9) Kawasan Terbuka Non Hijau dalam mendukung perkembangan dan
Ruang Terbuka Non Hijau : ruang yang pembangunan Kota Ternate.
secara fisik bukan berbentuk bangunan Pada beberapa tahun terakhir Kota
gedung dan tidak dominan ditumbuhi Ternate menjadi kota dengan tingkat
tanaman ataupun permukaan berpori, perkembangan yang cukup pesat hal
dapat berupa perkerasan, badan air tersebut dibuktikan dengan proses
ataupun kondisi tertentu lainnya pembangunan yang dilakukan oleh
(misalnya badan lumpur, pasir, gurun, pemerintah daerah dan pemerintah pusat
cadas, kapur, dan lain sebagainya). dalam memenuhi kebutuhan sarana dan
Secara definitif, Ruang Terbuka Non prasarana kota saat ini. Selain itu, tingginya
Hijau selanjutnya dapat dibagi menjadi pertumbuhan penduduk, penggunaan dan
Ruang Terbuka Perkerasan (paved) pemanfaatan lahan meningkat untuk

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1


46

kawasan permukiman, pendidikan dan b. Pembangunan dan pengembangan


infrastruktur kota, pergerakan ekonomi kota drainase
semakin bertambah dengan adanya c. Pembangunan dan pengembangan
kawasan-kawasan perdagangan serta jaringan air bersih
pengaruh sosial budaya dan politik 2. Implementasi Aspek Struktur Ruang
masyarakat yang semakin moderen, Kota Ternate :
tentunya memiliki dampak positif dan negatif a. Pengembangan RTH & RTP
bagi kota Ternate dimasa datang. Dampak b. Pengembangan Kawasan Cagar
positifnya secara umum terpenuhinya Budaya
kebutuhan hidup sosial ekonomi, namun c. Pembangunan dan pengembangan
secara khusus dampak negatif yang Kawasan Permukiman, jasa dan
ditimbulkan yaitu menurunnya kualitas perdagangan
lingkungan akibat tingginya eksplorasi lahan. d. Pengembangan kawasan pariwisata
Dampak negatif lain yang sering terjadi yaitu 3. Implementasi Aspek Kawasan Strategis
tumbunya perumahan dan permukiman Kota Ternate :
kumuh, polusi kota, kriminalitas dan a. Kawasan Strategis Pertumbuhan
kesenjangan sosial. ekonomi
Permasalahan-permasalahan inilah b. Kawasan Strategis Sosial Budaya
yang kemudian sering terjadi tidak hanya di
kota Ternate atau Indonesia namun hampir 7. KESIMPULAN
sebagian besar kota di dunia juga A. Implementasi Produk Rencana Tata
mengalaminya dan telah menjadi isu besar Ruang Wilayah (RTRW) Kota
untuk perlu dilakukan perbaikan khususnya Ternate dilaksanakan pada lingkup
isu lingkungan yaitu pemanasan global, prioritas pengembangan seperti
polusi, sampah, limbah, sanitasi dan sarana prasarana atau infrastruktur
menurunnya kebutuhan dasar manusia dasar. Meliputi jaringan jalan,
seperti air, oksigen dan pangan. Konsep jaringan air bersih, jaringan
besar yang kemudian menjadi program drainase, jaringan listrik serta
negara-negara maju dan lembaga pemerhati fasilitas umum seperti perkantoran,
lainnya membangun solusi dengan konsep perdagangan jasa, ruang terbuka
kota hijau (green city) dan pembangunan publik dan terbuka hijau serta
berkelanjutan (sustainable development) perlengkapan kebencanaan.
untuk mengurangi dampak kerusakan B. Kebijakan pengembangan RTRW
lingkungan dan menghemat pemanfaatan Kota Ternate yang telah di PERDA-
sumber daya alam untuk kebutuhan generasi kan menjadi pedoman umum dalam
yang akan datang. rencana pembangunan baik aspek
Hal tersebut diatas menjadi tema besar pendanaan maupun pemanfaatan
pemerintah dalam menyusun rencana tata dan pengendalian ruang perkotaan.
ruang sebagai langkah awal perencanaan
pembangunan yang nantinya dimanfaatkan DAFTAR PUSTAKA
dan dikendalikan sehingga dapat Basri, Ardi, 2008. Konsep Kota Hijau (Green
memaksimalkan potensi daerah yang City) Sebagai Model Pengembangan
terintegrasi dari lingkup pedesaan sampai Kota Baru Pesisir, Tesis. Universitas
pada tingkat nasional. Inilah yang kemudian Gadjah Mada, Yogyakarta.
menjadi dasar analisis Rencana Tata Ruang DIREKTUR JENDERAL PENATAAN
Wilayah Kota Ternate terhadap pengaruhnya RUANG, 2003. Pengembangan Wilayah
dalam perkembangan kota Ternate sejak Dan Penataan Ruang Di Indonesia :
ditetapkan menjadi Peraturan Daerah tahun Tinjauan Teoritis Dan Praktis. Paper
2012 lalu. STTNAS Yogyakarta.
Dari hasil analisa diperoleh beberapa Shirvani, Hamid, 1985. The Urban Design
temuan terkait dengan implementasi dan Process. Van Nostrand Reinhold, New
kebijakan pengembangan Penataan Ruang York.
Kota Ternate yaitu : UNDANG – UNDANG REPUBLIK
1. Implementasi Aspek Struktur Ruang INDONESIA, Nomor 26 Tahun 2007,
Kota Ternate : Tentang Penataan Ruang. Jakarta.
a. Pembangunan dan pengembangan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (2012-
jalan. 2032), 2012. KOTA TERNATE.

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai