Anda di halaman 1dari 19

INVENTARISASI MAJALAH DAN BAHAN BUKAN BUKU

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuisisi.

Disusun oleh :

Nur Afrylyanty (1202788)

Sry Widiyanti Utami (1206368)

Tedi Nurdiansyah (1200629)

Zayyin Abdul Qudus (1201784)

PERPUSTAKAAN dan INFORMASI

KURIKULUM dan TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012-2013
Kata Pengantar

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan
rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan
mengenai Inventarisasi Majalah dan Bahan Bukan Buku. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Akuisisi.

Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan kami untuk menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen dan asisten dosen mata kuliah Akuisisi, kiranya Allah SWT memberikan
balasan yang berlipat ganda.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan penulisan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi
pembaca.

Bandung, Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Makalah ................................................................................ 2

BAB II ISI MATERI

A. Perpustakaan .................................................................................. 3
B. Inventarisasi ................................................................................... 4
C. Kegiatan Inventarisasi …………………………………………….. 5
D. Kegiatan Inventarisasi Bahan bukan Buku dan Majalah .............. 6

BAB III PEMBAHASAN

A. Contoh Kegiatan Inventarisasi Perpustakaan .................................. 9


B. Kegiatan Inventarisasi Bahan bukan Buku ..................................... 9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpustakaan yang sering dianalogikan sebagai gudang ilmu,
merupakan salah satu sarana pendidikan yang memiliki andil besar dalam
mewujudkan manusia yang cerdas dan berpengetahuan sebagai langkah
menuju masyarakat yang berperadaban. Keberadaan perpustakaan di
Indonesia telah ada sejak lama, bahkan sebelum kedatangan penjajah ke
negeri ini. Di masa Indonesia belum berwujud Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), perpustakaan telah didirikan oleh kalangan istana di
beberapa kerajaan besar di Nusantara. Perpustakaan merupakan sarana
yang paling penting dalam proses mempelajari dan melestarikan suatu
ilmu pengetahuan.

Maksud utama didirikannya perpustakaan adalah sebagai sarana


atau wahana untuk melestarikan hasil budaya manusia (ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya) melalui aktifitas pemeliharaan dan pengawetan
koleksi. Sebagai agen perubahan (Agent of changes) dan agen kebudayaan
serta pusat informasi dan sumber belajar mengenai masa lalu, sekarang,
dan masa akan datang. Selain itu, juga dapat menjadi pusat penelitian,
rekreasi dan aktifitas ilmiah lainnya..

Kualitas pendidikan sebuah bangsa dapat dilihat dan diukur dari


seberapa besar minat baca dan budaya bangsa itu sendiri. Salah satu yang
mempunyai peran penting dalam peningkatan budaya baca bangsa adalah
peran dari perpustakaan yang ada di bangsa itu sendiri.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perpusakaan itu sendiri?
2. Apa yang dimaksud inventarisasi dalam perpustakaan?
3. Bagaiman cara menginventariskan majalah dan bahan bukan buku
dalam perpustakaan?

C. Tujuan Makalah
1. Agar mengetahui definisi dari perpustakaan itu sendiri.
2. Agar memahami inventarisasi bahan pustaka di perpusakaan.
3. Agar tahu dan mampu menginventariskan bahan pustaka majalah dan
bukan buku.

5
BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Perpustakaan

Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan bahwa


perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak
dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi
kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara
interaksi pengetahuan.

Perpustakaan merupakan sarana yang paling penting dalam proses


mempelajari dan melestarikan suatu ilmu pengetahuan. Tujuan pendirian
perpustakaan untuk menciptakan masyarakat terpelajar dan terdidik,
terbiasa membaca, berbudaya tinggi serta mendorong terciptanya
pendidikan sepanjang hayat (Long life education). Untuk mewujudkan
maksud dan tujuan dari didirikannya perpustakaan tidak terlepas dari
peran masyarakat itu sendiri.

Adapun jenis-jenis perpustakaan adalah sebagai berikut perpustakaan


digital yaitu perpustakaan yang berbasis teknologi digital atau
mendapatkan bantuan komputer dalam aktifitas di perpustakaannya secara
menyeluruh. Misalnya buku atau informasi dalam format electric book,
piringan, pita magnetic, CD atau DVD rom. Perpustakaan nasional yaitu
perpustakaan yang berada di tingkat pusat. Perpustakaan provinsi yaitu
perpustakaan yang berada di tingkat wilayah. Perpustakaan kabupaten
yaitu perpustakaan yang berada di tingkat kabupaten. Perpustakaan
kecamatan yaitu perpustakaan yang berada di tingkat kecamatan.

Perpustakaan desa yaitu perpustakaan yang berada di tingkat desa/


kelurahan. Perpustakaan khusus yaitu perpustakaan yang
diperuntukkan untuk koleksi tokoh-tokoh terkenal misalnya perpustakaan

6
Bung Hatta. Perpustakaan lembaga pendidikan misalnya Perpustakaan
Universitas ( dibagi menjadi perpustakaan pusat dan perpustakaan
fakultas) dan perpustakaan sekolah. Perpustakaan lembaga keagamaan
misalnya perpustakaan masjid dan perpustakaan gereja. Perpustakaan
pribadi/ keluarga.

Fungsi perpustakaan adalah edukatif yaitu perpustakaan menyediakan


bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu
membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi,
mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang
rasional dan kritis serta mampu membimbing para siswa dalam hal cara
menggunakan dan memelihara pustaka dengan baik. Informatif yaitu
perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang
berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan up to date yang
disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para
petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya.

Administratif yaitu perpustakaan harus mengerjakan pencatatan,


penyelesaian,dan pemrosesan bahan-bahan pustaka serta
menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif dan efisien. Rekreatif
yaitu perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga
perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan
bermutu sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu
senggang. Penelitian yaitu perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat
dijadikan sebagai sumber atau obyek penelitian sederhana dalam berbagai
bidang studi.

B. Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan bahan pustaka yang telah
diputuskan menjadi milik perpustakaan. Pencatatan ini penting agar
pengelola perpustakaan maupun orang yang berkepentingan dengan

7
perpustakaan mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki, rekam jejak dari
pengadaan koleksi tersebut, dan agar tertib administrasi.

Inventarisasi bahan pustaka adalah kegiatan mencatat penambahan


bahan pustaka ke dalam buku induk secara baik dan teratur sehingga dapat
diketahui ragam bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan beserta
jumlahnya.

C. Kegiatan Inventarisasi

Beberapa kegiatan atau pekerjaan dalam inventarisasi adalah sebagai


berikut: Pertama adalah pemeriksaan bahan pustaka, dapat dimulai dari
memeriksa kondisi bentuk fisiknya apakah baik atau cacat, kesesuaian
antara jumlah judul dan eksemplar yang dipesan dengan yang diterima,
serta kelengkapan isinya apakah ada halaman yang kosong dan apakah
kualitas pencetakannya sudah sesuai. Kedua yaitu pengelompokkan
dilakukan dengan mengelompokkan bahan pustaka yang telah diperiksa
tadi ke dalam bidang-bidang umum, misalnya dikelompokkan berdasarkan
judul. Hal ini bertujuan agar memudahkan pekerjaan.

Ketiga yaitu pengecapan stempel kepemilikan dan stempel inventaris


dilakukan atas bahan pustaka yang dikelompokkan tadi, pada halaman atau
bagian tertentu dari bahan pustaka tersebut. Pada umumnya, minimal tiga
cap kepemilikan dibubuhkan pada setiap bahan pustaka. Misalnya pada
halaman judul, halaman tertentu di tengah-tengah (contohnya dicap di
halaman 17 atau 27 pada bahan pustaka), dan halaman terakhir.
Sedangkan, satu cap inventaris dibubuhkan pada setiap halaman judul.

Keempat semua bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan atau yang


telah diputuskan menjadi milik perpustakaan harus dicatat pada buku, baik
itu buku induk atau langsung dicatat di komputer. Pencatatan ini dapat
dipisahkan menurut jenis bahan informasinya. Sebagai contoh, inventaris
majalah, CD dan sebagainya. Informasi-informasi pada bahan pustaka
yang harus dicatat pada buku induk atau komputer minimal terdiri dari

8
nomor urut, tanggal pencatatan, nomor inventaris, asal bahan pustaka,
pengarang, judul, impresum, dan keterangan tambahan.

Buku induk untuk buku di antaranya berfungsi sebagai daftar


inventaris koleksi perpustakaan, mengetahui jumlah koleksi buku pada
tahun tertentu, membantu mengetahui buku-buku yang hilang. Pencatatan
buku selalu berdasarkan kronologis, yaitu menurut tanggal penerimaan,
dan setiap buku induk mempunyai satu nomor induk. Pembagian kolom-
kolom buku induk disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan, hal ini
berkaitan dengan informasi apa saja yang dibutuhkan perpustakaan yang
dapat diperoleh dari buku induk.

D. Kegiatan Inventarisasi Bahan Bukan Buku dan Majalah

1. Kegiatan Inventarisasi Majalah


Pencatatan majalah dalam daftar pencatatan mempunyai beberapa
sistem, yaitu sistem register, buku besar, dua kartu, tiga kartu, kardeks
dan sistem Ing-griya. Seperti buku induk adalah untuk mengetahui
riwayat suatu majalah, memastikan nomor-nomor yang benar-benar
datang, dan lain-lain.

Untuk koleksi berupa majalah tidak mutlak harus disediakan buku


induk tersendiri, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan.
Juga dapat langsung dicatat pada kartu majalah setelah diberi cap
kepemilikan oleh perpustakaan. Satu judul majalah dibuatkan satu kartu
majalah. Keuntungannya adalah memudahkan pencatatan ketika
majalah baru diterima, dan juga memudahkan pengecekan kelengkapan
volume dari satu jenis majalah yang dimiliki perpustakaan. Kartu
majalah selanjutnya disusun secara alfabetis pada filling cabinet atau
cardex.

9
Untuk koleksi perpustakaan yang berupa majalah periodikal
dengan judul yg sama, dapat dilakukan penjilidan atau dibundel untuk
memudahkan penyimpanan dan temu kembali (dalam jilidan dengan
urutan yang baik) seiring dengan pertambahan jumlahnya. Setelah
majalah dijilid, perlu dibuatkan Kartu Penjilidan Majalah. Tujuannya
adalah untuk memudahkan mengetahui rentang volume majalah dalam
satu jilidan.

1. Kegiatan Inventarisasi Bahan bukan Buku


Tata cara pencatatan bahan nonbuku dalam buku induk pada
prinsipnya sama dengan pencatatan buku, di sini hanya berbeda dalam
pembentukan nomor induk. Dalam hal ini, nomor induk menjadi
nomor tempat penempatan bagi bahan nonbuku. Nomor induk
dibentuk dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya,
ditambah dengan nomor urut. Sebagai contoh untuk bahan slide diberi
kode S dan seterusnya.

Bahan pustaka jenis lainnya yang juga perlu dibuatkan buku induk
tersendiri adalah bahan pustaka yang disebut bahan non buku (BNB).
Tujuannnya adalah untuk memudahkan dalam pencatatannya
mengingat jenisnya yang khas serta jumlahnya yang akan semakin
bertambah dan berpotensi menyulitkan jika pencatatannya disatukan
pada buku induk untuk koleksi berupa buku. Menurut kamus istilah
perpustakaan dalam Setiadi (2010), BNB adalah jenis bahan pustaka
yang dibuat dari bahan kertas atau bahan lain, tetapi bentuknya tidak
berbentuk buku. Adapun yang dikategorikan pada jenis ini antara lain
yaitu rekaman gambar seperti slide, foto.

Rekaman suara seperti pita suara, piringan hitam. Rekaman tulisan


dalam bentuk film seperti microfilm, microfis. Sumber-sumber ilmu
bumi seperti peta, globe, gambar, dll.

10
BAB III

PEMBAHASAN

Inventarisasi yang dilakukan perpustakaan pada majalah dan bahan


pustaka bukan buku ditujukan untuk pencatatan bahan pustaka yang
telah diputuskan menjadi milik perpustakaan. Sebagai contohnya yaitu :

A. Kegiatan Inventarisasi Majalah

Untuk koleksi berupa majalah tidak mutlak harus disediakan buku


induk tersendiri, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan.
Juga dapat langsung dicatat pada kartu majalah setelah diberi cap
kepemilikan oleh perpustakaan. Satu judul majalah dibuatkan satu kartu
majalah. Keuntungannya adalah memudahkan pencatatan ketika
majalah baru diterima, dan juga memudahkan pengecekan kelengkapan
volume dari satu jenis majalah yang dimiliki perpustakaan. Kartu
majalah selanjutnya disusun secara alfabetis pada filling cabinet atau
cardex. Berikut adalah contoh bentuk / lajur “Kartu Majalah” :

11
Untuk koleksi perpustakaan yang berupa majalah periodikal
dengan judul yg sama, dapat dilakukan penjilidan atau dibundel untuk
memudahkan penyimpanan dan temu kembali (dalam jilidan dengan
urutan yang baik) seiring dengan pertambahan jumlahnya. Setelah
majalah dijilid, perlu dibuatkan Kartu Penjilidan Majalah. Tujuannya
adalah untuk memudahkan mengetahui rentang volume majalah dalam
satu jilidan. Berikut adalah contoh bentuk atau lajur “Kartu Penjilidan
Majalah” :

B. Kegiatan Inventarisasi Bahan bukan Buku

Tata cara pencatatan bahan nonbuku dalam buku induk pada


prinsipnya sama dengan pencatatan buku, di sini hanya berbeda dalam
pembentukan nomor induk. Dalam hal ini, nomor induk menjadi
nomor tempat penempatan bagi bahan nonbuku. Nomor induk

12
dibentuk dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya,
ditambah dengan nomor urut. Sebagai contoh untuk bahan slide diberi
kode S dan seterusnya.

Bahan pustaka jenis lainnya yang juga perlu dibuatkan buku induk
tersendiri adalah bahan pustaka yang disebut bahan non buku (BNB).
Tujuannnya adalah untuk memudahkan dalam pencatatannya
mengingat jenisnya yang khas serta jumlahnya yang akan semakin
bertambah dan berpotensi menyulitkan jika pencatatannya disatukan
pada buku induk untuk koleksi berupa buku. Menurut kamus istilah
perpustakaan dalam Setiadi (2010), BNB adalah jenis bahan pustaka
yang dibuat dari bahan kertas atau bahan lain, tetapi bentuknya tidak
berbentuk buku. Adapun yang dikategorikan pada jenis ini antara lain
yaitu rekaman gambar seperti slide, foto.

Rekaman suara seperti pita suara, piringan hitam. Rekaman tulisan


dalam bentuk film seperti microfilm, microfis. Sumber-sumber ilmu
bumi seperti peta, globe, gambar, dll.

VCD, DVD, dan peta merupakan beberapa macam BNB, dan


perbedaan jenis koleksi sebaiknya dibuatkan buku induk tersendiri.
Berikut adalah contoh bentuk / lajur “buku induk” untuk BNB jenis
audio visual seperti VCD, DVD, kaset:

13
Keterangan :

- Pada kolom durasi diberikan keterangan bentuk dari BNB serta waktu lama
main yang dinyatakan dalam menit (dibulatkan), kecuali bila kurang dari 5 menit.
Jika kurang dari 5 menit maka waktu main dinyatakan dalam menit dan detik
tanpa pembualatan,misalnya:

2 kaset (120 menit)

1 DVD (160 menit, 15 detik)

- Perhatikan contoh cara labelling pada BNB jenis audio visual berikut ini :

VCD = sebagai keterangan bentuk spesifik dari BNB

791.1 = nomor klasifikasi

Ind = 3 huruf awal dari pengarang (Indonesia.Dinas Kebudayaan&Pariwisata)

P = 1 huruf judul dari BNB ( Pesona Majapahit)

catatan untuk labelling: jika tidak diketahui siapa nama pengarang dari sebuah
BNB maka pada label cukup dituliskan judul BNBnya saja.

Jika tidak ada data mengenai kota terbit, penerbit, tahun terbit maka dituliskan
keterangan [s.l] jika tidak ada data tentang lokasi / kota terbit; [s.n] jika tidak ada
data tentang nama penerbit; dan [s.a] jika tidak ada data tentang tahun terbit.

Berikut adalah contoh bentuk / lajur untuk BNB jenis bahan kartografi seperti
atlas, peta, globe :

14
Keterangan :

- Pada kolom skala dituliskan keterangan tentang skala peta. Sedangkan pada
atlas biasanya terdiri dari banyak peta dengan berbagai skala yang berbeda-beda,
maka keterangan mengenai skala adalah : berbagai skala. (lihat contoh pada tabel
di atas).

Catatan : jika suatu peta digambar tidak menurut skala seperti misalnya suatu peta
imanjiner maka keterangan mengenai skala adalah : tidak digambar menurut
skala.

- Perhatikan contoh cara labelling pada BNB jenis kartografi berikut ini :

A = keterangan bentuk spesifik dari BNB yaitu atlas disimbolkan “A”

900 = nomor klasifikasi

Oet = 3 huruf awal dari nama penanggungjawab

A = 1 huruf awal dari judul ( Atlas Indonesia dan Dunia)

15
catatan untuk labelling BNB jenis kartografi: jika tidak diketahui siapa nama
pengarang dari sebuah BNB maka cukup dituliskan judul BNBnya saja (lihat
contoh pada tabel di atas. Penentuan simbol untuk jenis BNB dapat ditentukan
sendiri atau disebut dengan local decision. contoh : peta disimbolkan “P”, atlas
disimbolkan ”A”, dan seterusnya.

Jika tidak ada data mengenai kota terbit, penerbit, tahun terbit maka dituliskan
keterangan berikut :

[s.l] = jika tidak ada data tentang lokasi / kota terbit.

[s.n] = jika tidak ada data tentang nama penerbit.

[s.a] = jika tidak ada data tentang tahun terbit.

16
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Buku induk untuk buku di antaranya berfungsi sebagai daftar
inventaris koleksi perpustakaan, mengetahui jumlah koleksi buku pada
tahun tertentu, membantu mengetahui buku-buku yang hilang. Pencatatan
buku selalu berdasarkan kronologis, yaitu menurut tanggal penerimaan,
dan setiap buku induk mempunyai satu nomor induk. Pembagian kolom-
kolom buku induk disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan, hal ini
berkaitan dengan informasi apa saja yang dibutuhkan perpustakaan yang
dapat diperoleh dari buku induk.
Pencatatan majalah dalam daftar pencatatan mempunyai beberapa
sistem, yaitu sistem register, buku besar, dua kartu, tiga kartu, kardeks dan
sistem Ing-griya. Seperti buku induk adalah untuk mengetahui riwayat
suatu majalah, memastikan nomor-nomor yang benar-benar datang, dan
lain-lain.
Sedangkan tata cara pencatatan bahan nonbuku dalam buku induk
pada prinsipnya sama dengan pencatatan buku, di sini hanya berbeda
dalam pembentukan nomor induk. Dalam hal ini, nomor induk menjadi
nomor tempat penempatan bagi bahan nonbuku. Nomor induk dibentuk
dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya, ditambah dengan
nomor urut. Sebagai contoh untuk bahan slide diberi kode S dan
seterusnya.

Jadi secara garis besar buku induk yang digunakan untuk mencatat
buku, majalah dan bahan nonbuku, mempunyai informasi mengenai
tanggal penerimaan, judul, pengarang, penerbit, bahasa, nomor induk,
jumlah eksemplar, dan jilid. Untuk koleksi khusus seperti peta, tape
recordings, piringan hitam dan sebagainya sebaiknya dibuatkan buku
induk khusus.

17
B. SARAN

Diharapkan kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh perpustakaan-


perpustakaan dapat mengetahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki
perpustakaan , dapat mengetahui jumlah judul dan eksemplar berdasarkan
bahasa, dapat mengetahui jumlah buku fiksi, buku teks, buku referensi, dan
lain-lain, dapat mengetahui jumlah penambahan bahan pustaka setiap tahun,
dan dapat mengeyahui jumlah anggaran yang dikeluarkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Eryono, Muh.Kaliani. 1999. Pengolahan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Evans G,Edward and Margaret Zarnosky Saponaro. 2005. Developing Library


and Informarion Center Colletions. 5th ed. [United States of America] :
Greenwood Publishing Group.

Mirmani, anon dan Iman Siswadi. 1997. Pengolahan Bahan non Buku. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Qalyubi, Sihabuddin. 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Yogya : Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, UIN Sunan Kalijaga.

Setiadi, Billy. 2010. Materi Perkuliahan Katalogisasi Bahan Non Buku. Surabaya
: Universitas Airlangga.

Sulistyo-Basuki. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas


Terbuka

19

Anda mungkin juga menyukai