Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuisisi.
Disusun oleh :
BANDUNG
2012-2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan
rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan
mengenai Inventarisasi Majalah dan Bahan Bukan Buku. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Akuisisi.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan kami untuk menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen dan asisten dosen mata kuliah Akuisisi, kiranya Allah SWT memberikan
balasan yang berlipat ganda.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan penulisan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Perpustakaan .................................................................................. 3
B. Inventarisasi ................................................................................... 4
C. Kegiatan Inventarisasi …………………………………………….. 5
D. Kegiatan Inventarisasi Bahan bukan Buku dan Majalah .............. 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................ 15
A. Latar Belakang
Perpustakaan yang sering dianalogikan sebagai gudang ilmu,
merupakan salah satu sarana pendidikan yang memiliki andil besar dalam
mewujudkan manusia yang cerdas dan berpengetahuan sebagai langkah
menuju masyarakat yang berperadaban. Keberadaan perpustakaan di
Indonesia telah ada sejak lama, bahkan sebelum kedatangan penjajah ke
negeri ini. Di masa Indonesia belum berwujud Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), perpustakaan telah didirikan oleh kalangan istana di
beberapa kerajaan besar di Nusantara. Perpustakaan merupakan sarana
yang paling penting dalam proses mempelajari dan melestarikan suatu
ilmu pengetahuan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perpusakaan itu sendiri?
2. Apa yang dimaksud inventarisasi dalam perpustakaan?
3. Bagaiman cara menginventariskan majalah dan bahan bukan buku
dalam perpustakaan?
C. Tujuan Makalah
1. Agar mengetahui definisi dari perpustakaan itu sendiri.
2. Agar memahami inventarisasi bahan pustaka di perpusakaan.
3. Agar tahu dan mampu menginventariskan bahan pustaka majalah dan
bukan buku.
5
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Perpustakaan
6
Bung Hatta. Perpustakaan lembaga pendidikan misalnya Perpustakaan
Universitas ( dibagi menjadi perpustakaan pusat dan perpustakaan
fakultas) dan perpustakaan sekolah. Perpustakaan lembaga keagamaan
misalnya perpustakaan masjid dan perpustakaan gereja. Perpustakaan
pribadi/ keluarga.
B. Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan bahan pustaka yang telah
diputuskan menjadi milik perpustakaan. Pencatatan ini penting agar
pengelola perpustakaan maupun orang yang berkepentingan dengan
7
perpustakaan mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki, rekam jejak dari
pengadaan koleksi tersebut, dan agar tertib administrasi.
C. Kegiatan Inventarisasi
8
nomor urut, tanggal pencatatan, nomor inventaris, asal bahan pustaka,
pengarang, judul, impresum, dan keterangan tambahan.
9
Untuk koleksi perpustakaan yang berupa majalah periodikal
dengan judul yg sama, dapat dilakukan penjilidan atau dibundel untuk
memudahkan penyimpanan dan temu kembali (dalam jilidan dengan
urutan yang baik) seiring dengan pertambahan jumlahnya. Setelah
majalah dijilid, perlu dibuatkan Kartu Penjilidan Majalah. Tujuannya
adalah untuk memudahkan mengetahui rentang volume majalah dalam
satu jilidan.
Bahan pustaka jenis lainnya yang juga perlu dibuatkan buku induk
tersendiri adalah bahan pustaka yang disebut bahan non buku (BNB).
Tujuannnya adalah untuk memudahkan dalam pencatatannya
mengingat jenisnya yang khas serta jumlahnya yang akan semakin
bertambah dan berpotensi menyulitkan jika pencatatannya disatukan
pada buku induk untuk koleksi berupa buku. Menurut kamus istilah
perpustakaan dalam Setiadi (2010), BNB adalah jenis bahan pustaka
yang dibuat dari bahan kertas atau bahan lain, tetapi bentuknya tidak
berbentuk buku. Adapun yang dikategorikan pada jenis ini antara lain
yaitu rekaman gambar seperti slide, foto.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Untuk koleksi perpustakaan yang berupa majalah periodikal
dengan judul yg sama, dapat dilakukan penjilidan atau dibundel untuk
memudahkan penyimpanan dan temu kembali (dalam jilidan dengan
urutan yang baik) seiring dengan pertambahan jumlahnya. Setelah
majalah dijilid, perlu dibuatkan Kartu Penjilidan Majalah. Tujuannya
adalah untuk memudahkan mengetahui rentang volume majalah dalam
satu jilidan. Berikut adalah contoh bentuk atau lajur “Kartu Penjilidan
Majalah” :
12
dibentuk dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya,
ditambah dengan nomor urut. Sebagai contoh untuk bahan slide diberi
kode S dan seterusnya.
Bahan pustaka jenis lainnya yang juga perlu dibuatkan buku induk
tersendiri adalah bahan pustaka yang disebut bahan non buku (BNB).
Tujuannnya adalah untuk memudahkan dalam pencatatannya
mengingat jenisnya yang khas serta jumlahnya yang akan semakin
bertambah dan berpotensi menyulitkan jika pencatatannya disatukan
pada buku induk untuk koleksi berupa buku. Menurut kamus istilah
perpustakaan dalam Setiadi (2010), BNB adalah jenis bahan pustaka
yang dibuat dari bahan kertas atau bahan lain, tetapi bentuknya tidak
berbentuk buku. Adapun yang dikategorikan pada jenis ini antara lain
yaitu rekaman gambar seperti slide, foto.
13
Keterangan :
- Pada kolom durasi diberikan keterangan bentuk dari BNB serta waktu lama
main yang dinyatakan dalam menit (dibulatkan), kecuali bila kurang dari 5 menit.
Jika kurang dari 5 menit maka waktu main dinyatakan dalam menit dan detik
tanpa pembualatan,misalnya:
- Perhatikan contoh cara labelling pada BNB jenis audio visual berikut ini :
catatan untuk labelling: jika tidak diketahui siapa nama pengarang dari sebuah
BNB maka pada label cukup dituliskan judul BNBnya saja.
Jika tidak ada data mengenai kota terbit, penerbit, tahun terbit maka dituliskan
keterangan [s.l] jika tidak ada data tentang lokasi / kota terbit; [s.n] jika tidak ada
data tentang nama penerbit; dan [s.a] jika tidak ada data tentang tahun terbit.
Berikut adalah contoh bentuk / lajur untuk BNB jenis bahan kartografi seperti
atlas, peta, globe :
14
Keterangan :
- Pada kolom skala dituliskan keterangan tentang skala peta. Sedangkan pada
atlas biasanya terdiri dari banyak peta dengan berbagai skala yang berbeda-beda,
maka keterangan mengenai skala adalah : berbagai skala. (lihat contoh pada tabel
di atas).
Catatan : jika suatu peta digambar tidak menurut skala seperti misalnya suatu peta
imanjiner maka keterangan mengenai skala adalah : tidak digambar menurut
skala.
- Perhatikan contoh cara labelling pada BNB jenis kartografi berikut ini :
15
catatan untuk labelling BNB jenis kartografi: jika tidak diketahui siapa nama
pengarang dari sebuah BNB maka cukup dituliskan judul BNBnya saja (lihat
contoh pada tabel di atas. Penentuan simbol untuk jenis BNB dapat ditentukan
sendiri atau disebut dengan local decision. contoh : peta disimbolkan “P”, atlas
disimbolkan ”A”, dan seterusnya.
Jika tidak ada data mengenai kota terbit, penerbit, tahun terbit maka dituliskan
keterangan berikut :
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Buku induk untuk buku di antaranya berfungsi sebagai daftar
inventaris koleksi perpustakaan, mengetahui jumlah koleksi buku pada
tahun tertentu, membantu mengetahui buku-buku yang hilang. Pencatatan
buku selalu berdasarkan kronologis, yaitu menurut tanggal penerimaan,
dan setiap buku induk mempunyai satu nomor induk. Pembagian kolom-
kolom buku induk disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan, hal ini
berkaitan dengan informasi apa saja yang dibutuhkan perpustakaan yang
dapat diperoleh dari buku induk.
Pencatatan majalah dalam daftar pencatatan mempunyai beberapa
sistem, yaitu sistem register, buku besar, dua kartu, tiga kartu, kardeks dan
sistem Ing-griya. Seperti buku induk adalah untuk mengetahui riwayat
suatu majalah, memastikan nomor-nomor yang benar-benar datang, dan
lain-lain.
Sedangkan tata cara pencatatan bahan nonbuku dalam buku induk
pada prinsipnya sama dengan pencatatan buku, di sini hanya berbeda
dalam pembentukan nomor induk. Dalam hal ini, nomor induk menjadi
nomor tempat penempatan bagi bahan nonbuku. Nomor induk dibentuk
dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya, ditambah dengan
nomor urut. Sebagai contoh untuk bahan slide diberi kode S dan
seterusnya.
Jadi secara garis besar buku induk yang digunakan untuk mencatat
buku, majalah dan bahan nonbuku, mempunyai informasi mengenai
tanggal penerimaan, judul, pengarang, penerbit, bahasa, nomor induk,
jumlah eksemplar, dan jilid. Untuk koleksi khusus seperti peta, tape
recordings, piringan hitam dan sebagainya sebaiknya dibuatkan buku
induk khusus.
17
B. SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Mirmani, anon dan Iman Siswadi. 1997. Pengolahan Bahan non Buku. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Setiadi, Billy. 2010. Materi Perkuliahan Katalogisasi Bahan Non Buku. Surabaya
: Universitas Airlangga.
19