Anda di halaman 1dari 36

JURNAL ILMIAH

PENCIPTAAN KARYA

KOMPOSISI VISUAL DALAM PENYUTRADARAAN

DOKUMENTER TELEVISI “SUDUT NUSANTARA” EPISODE

“KAMPUNG ADAT KESEPUHAN CIPTAGELAR”

Oleh

Fabella Rizky Naumi

NIM : 01514142801

Program Studi Manajemen Produksi Siaran

SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA


YOGYAKARTA
2019
ABSTRAK

KOMPOSISI VISUAL DALAM PENYUTRADARAAN DOKUMENTER


TELEVISI “SUDUT NUSANTARA” EPISODE “KAMPUNG ADAT
KESEPUHAN CIPTAGELAR”
Oleh
Fabella Rizky Naumi
fabellabeng@gmail.com

Masyarakat Kesepuhan Ciptagelar hidup dalam kesahajaan dan lingkungan


tradisional yang lekat, mereka juga masih melestarikan tradisi dan adat istiadat
leluhurnya. Bahkan, masyarakat ini mampu melakukan kegiatan kebudayaan dan
tradisi dengan cara tradisional serta menerapkan nilai-nilai sosial secara gotong
royong. Keterbukaan mereka terhadap teknologi tidak membuat masyarakat
Ciptagelar bergantung pada teknologi sebagai pegangan hidup. Meski teknologi ada
dalam kehidupan warga Ciptagelar, urusan yang terkait dengan tradisi sama sekali
tidak boleh melibatkan teknologi. Teknologi yang ada hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik, media komunikasi dan informasi. Keadaan tersebut
menginspirasi penulis menciptakan sebuah karya dokumenter “Sudut Nusantara”
episode “Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar”. Menggunakan format
dokumenter jenis potret dengan melalui tiga tahapan produksi yaitu pra produksi,
meliputi penentuan ide, riset, observasi, wawancara, dan pembuatan treatment.
Produksi meliputi shooting dan take voice, dan paska produksi meliputi editing.
Penciptaan karya produksi dokumenter televisi “Sudut Nusantara” penulis sebagai
Sutradara telah menyelesaikan produksi sesuai perencanaan. Program tersebut
menerapkan teori komposisi visual yaitu framing dan illusion of depth. Framing
yang digunakan meliputi unsur sebagai berikut the rule of third, looking room,
walking room, head room. Menciptakan teori illusion of depth yang dengan
menggunakan foreground, middleground dan background. Teori tersebut penulis
gunakan untuk menciptakan visual yang dinamis, berdimensi, seimbang serta
menghasilkan keindahan gambar, sehingga karya produksi tersebut dapat
menghibur dan memberikan informasi kepada masyarakat dengan baik.

Kata kunci : Dokumenter, Framing, Illusion of Depth, Size Shot.

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Kesepuhan Ciptagelar merupakan suatu perkampungan yang

masyarakatnya memegang teguh tradisi dan adat istiadat peninggalan

leluhurnya, berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat. Masyarakat Kesepuhan hidup

dalam kesahajaan dan lingkungan tradisional yang lekat, mereka juga masih

melestarikan warisan tradisi leluhur baik yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial

seperti gotong royong, peduli sosial, serta dalam proses pertanian masyarakat

tidak menjual padi dan beras. Proses menanam sampai memanen padi dilakukan

secara manual, mereka juga menggunakan padi bibit lokal, selain itu masyarakat

kesepuhan masih menjalankan upacara adat dan mempertahankan tradisi

memasak nasi menggunakan peralatan tradisional. Namun, mereka tidak

menutup diri dengan media yang masuk baik itu berupa perkembangan teknologi

dan informasi.

Perkembangan teknologi yang ada di Ciptagelar yaitu berupa adanya

fasilitas listrik microhydro, jaringan televisi dan radio, penggunaan telepon

genggam serta peralatan modern lainnya. Meski teknologi sudah diterapkan

dalam kehidupan warga Ciptagelar, urusan yang terkait tradisi sama sekali tidak

boleh melibatkan teknologi. Hal terpenting dari tradisi dan teknologi adalah

hadirnya keseimbangan hidup dari berbagai unsur di alam semesta, tanpa

meninggalkan identitas lokal sebagai bangsa mandiri, dan tidak bergantung pada

teknologi sebagai pegangan hidup.

3
Televisi merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan

berupa audio visual kepada masyarakat di manapun mereka berada. Dalam

mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan tayangan yang memiliki program acara

yang menarik, berkualitas dan bisa memberikan motivasi. Tayangan televisi

mempunyai berbagai program, salah satunya adalah penulis memilih format

program dokumenter.

Penulis memilih format dokumenter karena dokumenter dapat

menampilkan sebuah peristiwa secara mendalam dan luas namun tetap dengan

kemasan yang artistik. Pada produksi karya tugas akhir ini penulis menggunakan

tipe dokumenter potret karena dapat mewakilkan kisah pengalaman hidup dari

seorang tokoh terkenal ataupun sekumpulan orang (komunitas) yang memiliki

riwayat hidup hebat, menarik, unik atau menyedihkan. Sehingga melalui

program dokumenter masyarakat mendapatkan informasi yang nyata dan

faktual.

Sutradara merupakan profesi yang penulis pilih, sutradara menjadi bagian

yang sangat penting dalam menciptakan suatu paket acara produksi untuk media

televisi. Melalui peranannya sebagai pemimpin produksi, sutradara dipacu untuk

bisa mengolah kreativitasnya dalam penciptaan karya seni audio visual hingga

bisa menerapkan komposisi visual. Sebagai seorang sutradara harus mempunyai

pemahaman yang baik secara teknik, manajemen produksi, mempunyai rasa seni

yang tinggi, mampu mengorganisir anggotanya dan bertanggung jawab atas

keseluruhan hasil produksi. Sehingga program dokumenter yang dihasilkan bisa

menarik perhatian penonton.

4
Pada penyutradaraan program dokumenter ini penulis fokus dalam

menerapkan teori komposisi visual. Bagian-bagian yang harus diperhatikan

dalam kompsosisi visual ini, yaitu, framing (pembingkaian gambar), illusion of

depth (kedalaman dalam dimensi gambar), subject or object (subjek atau objek

gambar), colour (warna)”. Tanpa mengesampingkan bagian yang lainnya,

penulis menerapkan framing dan illusion of depth. Penggunaan framing yang

tepat menciptakan nilai artistik dan keindahan gambar, sedangkan illusion of

depth menciptakan kedalaman dalam dimensi gambar. Hal ini sangat penting

karena sebuah program televisi akan lebih baik jika memenuhi secara teknik,

konten maupun secara artistik.

Latar belakang ini melandasi dibuatnya sebuah penciptaan karya produksi

dengan mengambil judul Komposisi Visual dalam Peyutradaraan

Dokumenter Televisi “Sudut Nusantara” Episode “Kampung Adat

Kesepuhan Ciptagelar”.

B. Rumusan Ide Penciptaan

1. Ide Penciptaan

Pembuatan program ini berdasar pada ketertarikan penulis terhadap

kehidupan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya, tradisi, dan adat

yang berbeda-beda serta memiliki keunggulannya masing-masing. Salah

satunya yaitu kampung adat kesepuhan Ciptagelar yang masyarakatnya

memegang teguh adat istiadat dan tradisi leluhurnya. Keterbukaan mereka

terhadap teknologi tidak membuat melemahnya nilai-nilai kebudayaan yang

ada. Masyarakat Ciptagelar tidak menggunakan teknologi sebagai pegangan

5
hidup, mereka masih melestarikan warisan tradisi leluhur dengan nilai-nilai

sosial seperti gotong royong, peduli sosial dan tetap melakukan kegiatan

tradisi, budaya, dan adat istiadat dengan cara tradisional.

Penulis memiliki gagasan untuk membuat suatu program dokumenter

potret melalui visual yang menarik dan informatif dengan mengembangkan

format dokumenter potret dan menerapkan teori komposisi visual yaitu

framing, dan illusion of depth (kedalaman dalam dimensi gambar). Framing

yang diterapkan meliputi rule of third, looking room, walking room, dan

headroom. Sedangkan illusion of depth yang diterapkan yaitu foreground,

middleground, background. Terkait dengan hal ini rumusan ide penciptaan

karya ini adalah, bagaimana penciptaan prosduksi dokumenter televisi “Sudut

Nusantara” Episode “Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar” dengan

menerapkan framing dan illusion of depth.

2. Nama program

Nama program yang diangkat adalah “Sudut Nusantara”. Sudut

sendiri dapat diartikan sebagai pelosok atau tempat yang jauh dan tidak

mudah dikunjungi. Kata Nusantara dapat diartikan sebagai wilayah

kepulauan Indonesia yang berarti bahwa program ini menayangkan tempat

yang ada di Indonesia. Pada episode ini mengangkat tentang “Kampung Adat

Kesepuhan Ciptagelar” merupakan sebuah kampung adat yang terletak di

pedalaman Gunung Halimun di Kampung Sukamulya Desa Sinaresmi

Kecamatan Cisolok Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Kampung adat tersebut

memiliki keunggulan yaitu masyarakatnya yang memegang teguh adat

6
istiadat dan tradisi peninggalan leluhurnya tanpa menggunakan teknologi

sebagai pegangan hidup.

3. Format Program

Format dari program “Sudut Nusantara” adalah dokumenter potret.

Dokumenter potret merupakan pengalaman hidup seseorang atau sebuah

komunitas yang memiliki cerita yang menarik, hebat, unik atau menyedihkan.

Hal tersebut berguna menyampaikan kisah di kampung adat Ciptagelar yang

memiliki cerita hebat yaitu masyarakatnya hidup dalam kesahajaan dan

lingkungan tradisional yang lekat, mereka juga masih melestarikan warisan

leluhur baik yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial serta melakukan kegiatan

kebudayaan dengan cara tradisional. Keterbukaan mereka terhadap teknologi

juga tidak membuat mereka bergantung pada teknologi sebagai pegangan

hidup.

4. Durasi Program

Program Dokumenter “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat

Kesepuhan Ciptagelar” berdurasi sekitar 16 menit. Dengan durasi tersebut

mampu memberikan informasi yang akan diterima dengan baik oleh

penonton.

5. Sasaran Program

Sasaran atau target penonton dari program dokumenter televisi ini

adalah kalangan remaja hingga dewasa antara usia 15 sampai 35 tahun.

Dengan target penonton tersebut diharapkan lebih banyak diminati dan dapat

memberikan pengetahuan terhadap pentingnya menjaga kelestarian budaya

7
dan tradisi. Muatan materi yang disajikan bersifat informatif dan menghibur

sehingga penonton di luar rentang usia tersebut tertarik untuk menonton.

6. Kategori Program

Program acara dokumenter “Sudut Nusantara” episode “Kampung

Adat Kesepuhan Ciptagelar” ini termasuk dalam kategori informasi dan

hiburan. Informasi di sini adalah pembahasan tentang budaya kampung adat

kesepuhan Ciptagelar. Selain itu hiburan yang di berikan dengan cara

memadukan visual yang menarik sehingga dapat menghibur penonton.

Program ini diharapkan dapat mengunggah hati penonton agar lebih

menanamkan cinta kebudayaan bangsa.

7. Karakteristik Produksi

a. Menggunakan single kamera

Pembuatan dokumenter televisi ini, penulis menggunakan sistem

single camera. Sistem single camera ini menggunakan lebih dari dua

kamera namun tidak terintegrasi dan tidak menggunakan video mixer.

Kamera yang digunakan merupakan kamera DSLM (Digital Single Lens

Mirrorless).

b. Outdoor (Interior/Exterior)

Pengertian outdoor sendiri berarti tidak di dalam studio dan bisa

Interior (di dalam ruangan) atau Exterior (di luar ruangan). Pengambilan

gambar dalam dokumenter ini outdoor atau berada diluar studio dan di

dalam ruangan atau di luar ruangan.

8
c. Recording

Dokumenter ini di buat dengan sistem rekaman baik audio maupun

visual. Yang nantinya setelah selesai semua pengambilan gambar akan

masuk ke dalam tahap penyuntingan gambar dan suara.

8. Kerabat Kerja
Tabel 1. Kerabat kerja
NO JABATAN NAMA
1 Produser Fabella Rizky Naumi
2 Sutradara Fabella Rizky Naumi
3 Penulis Naskah Firda Amalia
4 Penata Kamera Retno Dwi Anggraeny
Afin Rahman Sholeh
Septohadi Arie
5 Operator Audio
Purnomo
6 Penyunting Audio Krisna Aditya
7 Komposer Musik Saka Nur Alfiansyah
Assisten Sutradara dan
8 Syafril Maulana
penyunting gambar
9 Pengisi suara Fika Salsabila R

C. Keaslian Karya

Sebuah program sangat erat kaitannya dengan keaslian karya. Keaslian

karya ini sangat di butuhkan untuk menunjukan tidak adanya tindakan

penjiplakan penuh dalam sebuah program. Membandingkan dengan karya lain

adalah salah satu cara menciptakan sebuah karya yang aseli. Program

dokumenter “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar”

ini fokus pada pengambilan gambar dengan menerapkan unsur framing dan

illusion of depth terinspirasi dari beberapa program televisi “Indonesia Bagus”

dan “Indonesiaku” yang tayang di Indonesia.

9
1. Indonesiaku

Indonesiaku merupakan program acara dokumenter yang ditayangkan

oleh stasiun Trans 7. Program acara ini ditayangkan setiap hari Senin dan

Selasa pukul 14:15 – 15:00 WIB. Indonesiaku episode “Meraturs Berdamai

dengan Alam” ini di publikasikan pada tanggal 15 Februari 2017 di Youtube.

Karya ini menyajikan program dokumenter dengan sudut pandang subjektif,

pada program ini menerapkan unsur looking room dan rule of third pada saat

wawancara. Sedangkan “Sudut Nusantara” menggunakan sudut pandang

objektif dengan narator dan pada program “Sudut Nusantara” menerapkan

unsur-unsur framing dan illusion of depth yang tidak diterapkan pada

program dokumenter “Indonesiaku”.

2. Indonesia Bagus Net TV

Indonesia Bagus merupakan program acara dokumenter yang

ditayangkan oleh stasiun NET TV. Program acara ini ditayangkan setiap

hari Sabtu dan Minggu pukul 14.00 WIB. Indonesia Bagus episode

“Kampung Naga Desa Neglasari Kec. Salawu Tasikmalaya” di

publikasikan pada tanggal 27 April 2014 di Youtube. Program ini

mengangkat tentang kehidupan masyarakat di Kampung Naga dan tidak

menerapkan pengambilan gambar type shot yang bervariasi, sebagian besar

menggunakan pengambilan gambar dengan jarak dekat sehingga

pemandangan disekitar kurang terlihat. Sedangkan “Sudut Nusantara”

menerapkan pengambilan gambar dengan type shot yang bervariasi mulai

dari extreme long shot, very long shot, long shot, medium long shot, medium

10
shot, medium close up, dan close up yang tidak diterapkan ada program

dokumenter “Indonesia Bagus” episode “Kampung Naga”. Penulis yakin

dengan keaslian program “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat

Kesepuhan Ciptagelar”.

Dengan penjelasan tersebut penulis yakin akan keaslian karya program

dokumenter “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat Kesepuhan

Ciptagelar”. Namun jika terdapat kesamaan dengan program dokumenter yang

sejenis, bukanlah merupakan sebuah unsur kesengajaan. Karya ini merupakan

bentuk pengembangan dari beberapa karya yang telah di publikasikan sebagai

karya produksi penulisan naskah, sehingga isi dan materinya dapat di

pertanggungjawabkan.

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Menciptakan dokumenter televisi “Sudut Nusantara” episode

“Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar” melalui penerapan komposisi

visual dengan pendekatan framing dan illusion of depth, sehingga dapat

menghasilkan karya yang baik dan menarik.

2. Manfaat

a. Bagi penulis

1) Dapat menerapkan konsep framing dan illusion of depth

2) Menambah daya kreatifitas dalam berkarya dan membuat program

sebaik mungkin

11
3) Menjalin kekompakan dan kerja sama dengan tim produksi dari awal

perencanaan hingga selesai skripsi

4) Memberikan pengalaman bekerja dan menjadi sutradara

b. Bagi masyarakat

1) Dapat mengenal lebih dalam tentang kebudayaan indonesia

terutama kehidupan di kampung adat

2) Mengajarkan generasi muda untuk lebih bijak terhadap

perkembangan teknologi

3) Menginspirasi masyarakat untuk selalu melakukan hal-hal yang

positif dan tetap melestarikan budaya dan tradisi

c. Bagi Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta

1) Sebagai bahan evaluasi lembaga terhadap kualitas mahasiswa akan

pemahaman framing dan illusion of depth dalam penyutradaraan

2) Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa STMM lainnya dalam

membuat tugas akhir

3) Menjadikan evaluasi bagi lembaga untuk perbaikan kinerja dan

sistem sekolah

12
LANDASAN TEORI PENCIPTAAN

A. Kajian Pustaka

Pembuatan Proposal Penciptaan Karya Produksi yang berjudul Komposisi

Visual dalam Penyutradaraan Dokumenter Televisi “Sudut Nusantara” episode

“Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar” menggunakan beberapa landasan teori.

Teori-teori yang digunakan penulis digunakan untuk mengaplikasikan

komposisi visual pada program ini. Adapun landasan teori yang digunakan

penulis dalam penciptaan adalah :

1. Sutradara

Keberadaan sutradara dalam sebuah program bisa dikatakan menjadi

salah satu peranan penting. Seorang sutradara bertanggung jawab saat pra

produksi, produksi dan pasca produksi. Sutradara mempunyai tugas

menciptakan program yang menarik dengan cara mengubah naskah ke dalam

bentuk audio dan visual. Seperti yang diungkapkan Naratama (2013:16)

“Sutradara televisi adalah seseorang yang menyutradari program acara


televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari pra hingga
pascaproduksi, baik untuk drama maupun nondrama dengan lokasi di
studio (indoor) maupun alam (outdoor) dan menggunakan sistem
produksi single dan/atau multi-camera.
Seorang sutradara harus mengerti semua aspek untuk keperluan

produksi. Peran sutradara tidak hanya harus memperhatikan gambar tapi juga

harus memiliki aspek lain. Menurut Naratama (2013:28) “peran sutradara

sebagai pemimpin, sutradara sebagai seniman, sutradara sebagai pengamat

program dan pemasaran televisi dan sutradara sebagai penasihat teknik.”

13
a. Sutradara sebagai pemimpin

Jiwa kepemimpinan adalah modal utama seorang sutradara. Tanpa

leadearship sutradara tidak bisa mengatur tim produksi dan menciptakan

karya seni yang sesuai. Sutradara harus menghargai orang lain dan

bersikap rendah hati dalam memimpin sebuah tim produksi yang terdiri

dari berbagai macam latar belakang kru.

b. Sutradara sebagai seniman

Sutradara dituntut untuk memiliki cita rasa tinggi tentang suatu

nilai kesenian dan kebudayaan. Sutradara harus memiliki pemahaman

atas estetika dasar terhadap seni rupa. Kecintaan akan suatu budaya

adalah faktor yang akan menyentuh setiap sendi-sendi imajinasi seni

visual, baik dalam bentuk dramatik maupun nondramatik.

c. Sutradara sebagai penasihat teknik

Sutradara memiliki tugas sebagai penasihat teknik produksi baik

untuk produksi single atau multi camera. Kemampuan teknik ini harus

didukung dengan pengetahuan dan wawasan broadcast yang memadai,

mulai dari unsur video, unsur audio, unsur tata cahaya, hingga ke unsur

peralatan editing untuk paska produksi. Sutradara televisi merupakan

partner terbaik bagi Technical Director.

2. Dokumenter

Program dokumenter memiliki konten dan cerita yang menarik.

Dokumenter memberikan informasi berdasarkan fakta atau realita, dan

14
sering kita tonton dalam berbagai media seperti film, maupun acara televisi.

Menurut Andi Fachruddin (2015:76)

“Dokumenter adalah program yang mengombinasikan seni pembuatan


film, seni produksi televisi, dan penulisan jurnalistik dengan tema topik
tertentu, disajikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (dengan
voice over – hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan
tampak dilayar monitor), menggunakan wawancara, juga ilustrasi
musik sebagai penunjang gambar visual (picture story) dengan tujuan
to show the audience what has never been seen.”
Dalam memproduksi sebuah dokumenter ditentukan sebuah tema

yang diproduksi sebagai dasar dalam pembuatan dokumenter. Tema

dokumenter tidak sepenuhnya mengacu pada peristiwa aktual. Terkadang

tema dokumenter justru bermula dari peristiwa yang tidak aktual dan di

representasikan melalui film dokumenter. Dokumenter tidak hanya terdiri

dari satu jenis saja, ada beberapa jenis dokumenter menurut Gerzon R.

Ayaiwala (2008:41) :

“1) Dokumenter laporan perjalanan, 2) Dokumenter sejarah, 3)


Dokumenter potret/biografi, 4) Dokumenter Perbandingan, 5)
Dokumenter Kontradiksi, 6) Dokumenter ilmu pengetahuan, 7)
Dokumenter Nostalgia, 8) Dokumenter rekonstruksi, 9) Dokumenter
investigasi, 10) Dokumenter association picture story, 11) Dokumenter
buku harian, 12) Dokumenter dokudrama”
Dokumenter Potret/Biografi merupakan representasi kisah pengalaman

hidup seseorang tokoh terkenal ataupun anggota masyarakat biasa yang

riwayat hidupnya dianggap hebat, menarik, unik, atau menyedihkan. Penulis

memproduksi program televisi dengan bentuk dokumenter potret berjudul

“Sudut Nusantara” episode “Teknologi Kaki Gunung Halimun” di mana

program ini membahas tentang masyarakat adat kesepuhan Ciptagelar yang

telah membuka diri pada perkembangan teknologi, namun tradisi adat yang

telah di wariskan secara turun temurun tetap dijaga

15
3. Komposisi

Kebutuhan gambar yang dinamis dan baik menjadi bagian penting dari

peran sutradara dalam pengambilan gambar. Untuk menciptakan gambar

yang baik penulis menggunakan komposisi gambar di dalam program ini.

Menurut Andi Fachruddin (2012:154) “Komposisi gambar adalah

pengaturan/penataan dan penempatan unsur-unsur gambar kedalam frame

(bingkai) gambar. Komposisi gambar harus memperhatikan faktor

keseimbangan, keindahan, ruang dan warna dari unsur-unsur gambar serta

daya tarik tersendiri.”

Unsur-unsur yang terdapat dalam komposisi gambar, yaitu berupa

tokoh/manusia (objek), lokasi gedung, dekorasi, dan properti, warna, cahaya

(lighting), dan lain-lain. Disebutkan oleh Naratama (2013:89) ada empat

bagian yang perlu diperhatikan, yaitu framing (pembingkaian gambar),

illusion of depth (kedalaman dalam dimensi gambar), subject or object

(subjek atau objek gambar), dan colour (warna). Hal ini yang menjadi bahan

penulis untuk membuat program.

a. Framing (pembingkaian gambar)

Framing biasa disebut dengan shot dari sebuah objek yang diambil

gambarnya, dalam framing terdapat the rule of third, looking room,

walking room, head room, dan jenis shot.

1) The Rule of Third

Pedoman untuk menempatkan gambar dalam frame yang

dibagi atas tiga bagian secara vertical dan tiga bagian secara

16
horizontal. Perpotongan garis vertical dan horizontal merupakan titik

perhatian penonton dalam menyaksikan suatu adegan

(gambar/cerita). Point of interest (pusat perhatian) sebaiknya

ditempatkan pada titik-titik perpotongan tersebut.

2) Looking Room

Jarak pandang objek kedepan dengan perbandingan dua bagian

depan satu bagian belakang (30-50%). Ketika objek gambar melihat

atau menunjuk ke suatu arah, harus tersedia ruang kosong pada arah

yang dituju.

3) Walking Room

Ruang yang menunjukkan arah jalan objek sampai tepi frame,

ruang depan lebih luas dua kali dibanding ruang belakang (30-50%).

Teknik pengambilan gambar dengan memberikan sisa jarak ketika

sesorang bergerak ke arah tertentu.

4) Head Room

Teknik pengambilan gambar ini, ruang dari atas kepala sampai

tepi atas frame, ruang bagian ini seperempat dari kepala objek. Ruang

kosong yang berada di atas kepala harus seimbang dengan tepi layar

televisi. Bila ruang kosong terlalu banyak, yakni jarak antara ujung

kepala dengan tepi atas layar televisi terlalu luas, maka gambar

tampak tidak seimbang. Sehingga objek akan tampak tenggelam di

layar televisi dan gambar tidak nyaman dilihat.

17
b. Illusion of Depth

Illusion of depth merupakan pengambilan gambar yang memiliki

bidang kedalaman agar gambar terlihat jelas dan tajam. “Komposisi

sinematik juga harus memberikan perhatian pada usaha untuk

menciptakan ilusi kedalaman atau suatu kesan tiga dimensi yang pada

dasar layarnya tersebut bersifat dua dimensi”, (Sarwo Nugroho,

2014:39). Beberapa teknik yang digunakan sebagai berikut :

1) Foreground

Foreground atau latar depan merupakan benda (objek) yang

berada di depan dan berfungsi untuk mendukung dan memperkuat

kesan serta fokus perhatian pada objek utama.

2) Middleground

Middleground atau daerah tengah merupakan benda (objek)

yang berada di antara foreground dan background.

3) Background

Background atau latar belakang adalah benda yang berada

di belakang objek utama (point of interest). Berfungsi sebagai

pendukung objek utama dan sebagai pemisah jarak antara objek

utama dan latar belakang sehingga tidak terkesan menyatu.

c. Shot size (ukuran gambar)

Shot size (ukuran gambar) adalah besar kecilnya subjek dalam

sebuah frame. Dalam bukunya, Naratama (2013:79) menjelaskan

“Shot yang baik adalah hasil kreativitas dari sang sutradara untuk

18
mengombinasikan berbagai komposisi gambar ke dalam sambungan

gambar yang utuh dan indah dalam satu kali pengambilan gambar”.

Menurut Naratama (2013:79) terdapat 9 shot size (ukuran

gambar) yang perlu dipahami. Namun, penulis memilih 7 shot size,

diantaranya yaitu :

1) Extreme Long Shot

Ukuran ELS ini digunakan ketika mengambil gambar yang

sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. ELS biasa

digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah panorama.

2) Very Long Shot

Ukuran VLS sebagai tata bahasa gambar yang panjang, jauh,

dan luas yang lebih kecil dari ELS. Digunakan pada opening untuk

menggambarkan banyak objek, misalnya adegan perang, adegan

metropolitan, dan sebagainya.

3) Long Shot

LS adalah gambar manusia seutuhnya dari ujung rambut

hingga ujung sepatu. LS dikenal sebagai landscape format yang

menunjukkan keluasan suatu suasana objek.

4) Medium Long Shot

MLS menampilkan gambar sebatas lutut sampai dengan atas

kepala. MLS digunakan untuk memperkaya keindahan gambar,

terutama saat transisi gambar.

19
5) Medium Shot

MS biasanya digunakan sebagai komposisi gambar terbaik

untuk syuting wawancara. Dengan memperlihatkan subjek orang dari

tangan hingga ke atas kepala, maka penonton akan dapat melihat

dengan jelas ekpresi dan emosi dari wawancara yang sedang

berlangsung. MS juga dikenal sebagai potrait format atau posisi pas

foto.

6) Medium Close Up

MCU memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil

dari subjek yang di rekam. MCU lebih menekankan pada profil,

bahasa tubuh, dan emosi sang narasumber bisa terlihat lebih jelas.

7) Close Up

CU ini adalah komposisi gambar yang paling populer dan

useful. CU merekam gambar penuh dari leher hingga ke ujung batas

kepala. CU juga bisa diartikan sebagai komposisi gambar yang

“Fokus kepada Wajah” maka CU sering kali menjadi bagian dari

ungkapan emosi dari objek utama. CU juga dapat digunakan untuk

objek berupa benda.

B. Kajian Sumber Penciptaan

Pembuatan sebuah program dokumenter sangat memerlukan informasi

dan data sebagai landasan membuat acara. Penulis melakukan kegiatan riset

sebagai cara mengumpulkan infromasi dan data. Riset yang digunakan dengan

berbagai cara yaitu :

20
1. Studi Pustaka

Proses pembuatan program dokumenter ini memerlukan bahan atau

materi yang berupa fakta dan data. Data bisa didapatkan dari beberapa

literatur seperti buku atau artikel lainnya. Data dan fakta tersebut harus

berkaitan erat dengan objek yang akan kita ambil. Penulis menggunakan

beberapa literatur buku yang digunakan sebagai bahan pengumpulan data,

antara lain :

a. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi karangan Andi Fachruddin

sebagai acuan yang berisi tentang pengertian dokumenter dan proses

berpikir kreatif

b. Dasar-Dasar Produksi Televisi karangan Andi Fachruddin sebagai acuan

mengenai teori komposisi

c. Dokumenter dari Ide sampai Produksi karangan Gerzon R. Ayaiwala

sebagai acuan yang berisi mengenai pengertian dan jenis dokumenter

d. Menjadi Sutrada Televisi karangan Naratama sebagai acuan yang berisi

mengenari profesi dan penyutradaraan televisi

e. Teknik Dasar Videografi karangan Sarwo Nugroho sebagai acuan

mengenai pengertian Illusion of Depth

2. Observasi

Observasi salah satu metode pengumpulan data dengan mengamati

atau meninjau secara cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk

mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran dari sebuah

desain penelitian. Observasi yang dilakukan oleh penulis seputar kampung

21
adat kesepuhan Ciptagelar diawali dengan pergi ke tempat kampung adat.

Tempat pertama yang didatangi yaitu desa Sinarmas Sukabumi Jawa Barat.

Setelah itu, penulis bertanya pada warga arah menuju kampung adat

kesepuhan Ciptagelar.

Penulis mengobservasi keadaan sekitar di kampung adat kesepuhan

Ciptagelar yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan gambar.

Beberapa lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan gambar

yaitu :

a. Rumah Kesepuhan Imah Gedhe (kampung adat Ciptagelar)

b. Rumah ketua adat abah Ugi (kampung adat Ciptagelar)

c. Rumah Yoyo (kampung adat Ciptagelar)

d. Beberapa rumah warga (kampung adat Ciptagelar)

e. Tempat penyimpanan padi (kampung adat Ciptagelar)

f. Sawah (kampung adat Ciptagelar)

g. Sungai (kampung adat Ciptagelar)

h. Desa Sinaresmi yang berada sebelum kampung adat Ciptagelar

3. Wawancara

Pengumpulan data akan lebih baik bila mendapatkan data sebanyak

mungkin. Penulis mencari dan mewawancarai kepada pihak terkait.

Pengertian wawancara sendiri yaitu melakukan kegiatan tanya jawab yang

dilakukan baik dua orang atau lebih. Wawancara di sini dibutuhkan untuk

mendapatkan data awal yang akan dijadikan sebagai patokan pembuatan

program dan gambaran untuk penulis dalam proses produksi nantinya.

22
Penulis melakukan wawancara langsung kepada beberapa narasumber yang

bersangkutan pada produksi dokumenter ini, yaitu :

a. Yoyo selaku orang kepercayaan dari ketua adat menceritakan tentang

keseluruhan mengenai kampung adat Ciptagelar

b. Abah Ugi selaku ketua adat memberikan informasi tentang sejarah dan

perkembangan teknologi di kampung adat Ciptagelar

c. Emak alit selaku istri abah ugi memberikan informasi tentang cara proses

memasak di dapur Imah Gedhe kampung adat Ciptagelar.

d. Aki Koyod selaku penanggung jawab bidang pertanian memberikan

informasi tentang tradisi adat Mipit dan sistem pertanian di kampung adat

Ciptagelar.

4. Karya Acuan

Produksi karya penciptaan ini berdasarkan referensi dan terinspirasi

dari beberapa program dokumenter seperti “Indonesia Bagus” dan

“Indonesiaku”. Program tersebut dari segi audio visual, konten dan

tekniknya sangat baik dan bisa menjadi karya acuan pembuatan program

dokumenter televisi “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat Kesepuhan

Ciptagelar”.

a. Indonesia Bagus

Indonesia Bagus merupakan program dokumenter yang

ditayangkan oleh stasiun televisi NET TV. Program ini menampilkan

penduduk asli daerah tersebut sebagai narator sekaligus pembaca cerita.

Narator menarasikannya dengan logat dan campuran bahasa daerahnya.

23
Program ini tidak hanya menampilkan keindahan alam Indonesia tetapi

juga keunikan kehidupan berbudayanya dan aktivitas penduduk disana

baik aktivitas ekonomi, seni, budaya dan lainnya. Daerah yang diliput

merupakan daerah-daerah yang ada di Indonesia dan tidak selalu tentang

daerah yang sudah terkenal. Penulis menjadikan Indonesia Bagus

sebagai acuan dalam pembuatan program karena penulis merasa

terinspirasi dengan teknik pengambilan gambar yang digunakan.

Indonesia Bagus menggunakan unsur Framing dan Illusion of Depth

dalam mengambil gambar, sama seperti yang penulis gunakan dalam

memproduksi dokumenter “Sudut Nusantara”.

b. Indonesiaku

Indonesiaku merupakan program dokumenter feature yang

menelusuri pelosok-pelosok tanah air untuk menyoroti minimnya

infrastruktur serta fasilitas bagi warga pelosok. Memberikan

pendalaman tentang pemerataan pembangunan dan keadaan sosial

masyarakat pelosok tanah air. Penulis menggunakan program ini

sebagai karya acuan penulis karena penulis terinspirasi untuk

mempelajari sudut pengambilan gambar pada saat wawancara

berlangsung. Indonesiaku menerapkan unsur looking room dan head

room pada saat proses wawancara narasumber.

24
PROSES PENCIPTAAN

A. Ide Penciptaan

Keberagaman budaya Indonesia membuat Indonesia semakin istimewa.

Kekayaa Indonesia akan budaya mulai dari Sabang sampai Merauke dapat

dilihat setiap kali mengunjungi daerah masing-masing. Namun keberagaman

budaya ini juga harus dijaga dengan melestarikan dan mengenal lebih dalam

akan budaya masing-masing daerah di Indonesia. Untuk mewujudkan hal

tersebut penulis membuat sebuah program dokumenter televisi. Dokumenter

adalah format program yang penulis ambil sebagai cara penulis untuk ikut

melestarikan kebudayaan.

Program dokumenter “Sudut Nusantara” dapat menjadi cara agar

masyarakat dapat menikmati pembelajaran seputar kebudayaan yang ada di

Indonesia. Pada episode ini “Sudut Nusantara” mengambil pembahasan tentang

kampung adat Ciptagelar. Membahas keseluruhan kampung adat Ciptagelar dan

tradisi yang ada akan dijelaskan dengan cara wawancara pada narasumber yang

terkait.

Penulis ingin memberikan sajian program yang menghibur sekaligus

memberikan informasi yang bermanfaat bagi kelestarian budaya. Format

dokumenter potret yang bertema kehidupan sehari-hari dan adat yang dilakukan

di masyarakat kampung adat ciptagelar.

Pada produksi ini penulis ingin menyajikan konsep visual yang lebih

menarik dengan membuat pengambilan gambar yang beragam. Penulis juga

memberikan penekanan pada Framing dan llusion of Depth yang akan di

25
aplikasikan dalam program “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat

Kesepuhan Ciptagelar”. Hal ini dilakukan agar penonton tidak merasa jenuh.

Proses produksi penciptaan karya dokumenter televisi “Sudut

Nusantara” episode “Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar” melalui beberapa

tahapan, yaitu praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi. Pada tahap

praproduksi, ide penciptaan dituangkan dalam sinopsis dan treatment.

B. Tahapan Penciptaan

Pada proses penciptaan program dokumenter ini terdiri dari tiga tahapan yaitu:

1. Pra Produksi

Pra produksi merupakan tahapan kerja terpenting ketika akan

berencana membuat sebuah produksi program televisi. Tahapan ini bisa

disebut juga sebagai tahapan perencanaan. Dalam memproduksi sebuah

program televisi memerlukan pemikiran yang matang agar proses kerja

berjalan lancar. Beberapa tahapan yang dilakukan oleh penulis :

a. Menentukan Ide dan Topik

Pada tahap ini penulis sebagai seorang sutradara bersama penulis

naskah mendiskusikan mengenai ide dasar yang kemudian diolah untuk

dijadikan rancangan dasar produksi, program dokumenter televisi

menjadi format yang dipilih untuk menjadi karya tugas akhir yang akan

di produksi.

26
b. Riset, Observasi, dan Wawancara

1) Riset

Riset bertujuan untuk mendapatan informasi dan data yang

dibutuhkan untuk produksi. Riset juga dibutuhan untuk memastikan

kebenaran yang ada agar program yang di produksi ini dapat sesuai

dengan fakta dan bukan rekaan. Awal penulis melakukan riset yaitu

berkunjung ke kampung adat kesepuhan Ciptagelar yang berada di

kota Sukabumi, penulis bertemu dengan abah Ugi sebagai ketua adat

dan Yoyo yang merupakan penanggung jawab dari stasiun tv dan

radio Ciptagelar.

2) Observasi

Penulis melakukan kegiatan observasi melihat tempat tinggal

ketua adat dan berkunjung ke beberapa rumah warga. Penulis juga

mengikuti kegiatan sehari-hari dari abah Ugi, Yoyo, dan warga

sekitar. memperhatikan kehidupan sekitar kampung adat Ciptagelar.

Observasi ini bertujuan untuk menentukan lokasi-lokasi yang tepat

dan sesuai untuk melakukan pengambilan gambar agar saat proses

produksi berjalan dengan lancar.

3) Wawancara

Tahap wawancara ini penulis mewawancarai Yoyo sebagai orang

kepercayaan dari ketua adat untuk menyambut tamu dan memberikan

informasi mengenai keseluruhan kampung adat Ciptagelar. Penulis

27
juga melakukan wawancara dengan ketua adat Abah Ugi dan aki

Koyod sebagai penanggung jawab bidang pertanian.

c. Membuat Treatment

Penulis mengembangkan treatment dari kerangka pemikiran yang

telat dibuat oleh penulis naskah. Di dalam treatment seluruh perencanaan

dan rincian setiap sequence ditulis dengan jelas dan detail. Treatment

dipakai untuk pegangan dalam pengambilan gambar dan mempersiapkan

semua pekerjaan.

d. Menyusun daftar peralatan yang dibutuhkan

Peralatan yang dibutuhkan disusun berdasarkan hasil observasi dan

riset yang telah dilakukan dengan melihat keadaan lokasi di tempat

produksi.

e. Production Meeting

Pada saat awal pertemuan production meeting tanggal 1 Februari

2019 penulis dan semua kru melakukan pembahasan mengenai konsep

awal, pertemuan selanjutnya pada tanggal 20 Februari 2019 membahas

tentang kegiatan dan persiapan riset yang akan dilakukan nantinya, pada

tanggal 26 Februari 2019 penulis dan kru melakukan riset di kampung

adat Ciptagelar, Sukabumi. Kemudian pada tanggal 3 Maret 2019

membahas tentang konsep treatment dan kegiatan riset kedua (recce).

Pada tanggal 3 sampai 5 April 2019 melakukan kegiatan riset kedua di

kampung adat Ciptagelar dengan semua kru. Kemudian pada tanggal 20

28
April 2019 melakukan pengecekan final mulai dari alat produksi sampai

akomodasi yang akan digunakan saat proses produksi.

2. Produksi

Pada tahapan ini penulis menjadi pemimpin jalannya produksi sesuai

dengan jadwal yang telah direncanakan. Sebagai sutradara melakukan

produksi karya program dokumenter di beberapa lokasi yaitu: Rumah ketua

adat abah Ugi, rumah Yoyo, rumah kesepuhan Imah Gedhe, rumah warga

sekitar, sawah kesepuhan, sekolah, dan beberapa tempat lainnya yang ada di

kampung adat Ciptagelar.

Proses pengambilan gambar ini menghabiskan waktu 4 (empat) hari

mulai dari tanggal 23 sampai 26 April 2019, hari pertama pengambilan

gambar dilakukan di sekitar jalan menuju arah kampung adat Ciptagelar,

sungai, gapura Ciptagelar, dan wawancara Yoyo. Hari kedua pengambilan

gambar dilakukan di depan Imah Gedhe, tempat turbin microhydro, rumah

pengrajin, dan mengikuti kegiatan ketua adat. Hari ketiga melakukan

pengambilan gambar sunrise di lumbung padi, kegiatan di sekolah, kandang

kerbau, sawah kesepuhan Ciptagelar dan rumah ketua adat. Hari terakhir

pengambilan gambar dilakukan di dapur Imah Gedhe, sawah kesepuhan

Ciptagelar dan rumah Yoyo.

3. Paska Produksi

Tahap paska produksi adalah penyempurnaan dari semua runtutan

produksi. Sutradara bekerjasama dengan editor untuk menyusun gambar

dengan baik dan mengarahkan editor dalam proses editing sampai selesai.

29
Terdapat beberapa tahap dalam paska produksi, yaitu : Proses Capturing,

proses pemilihan gambar, editing off line, dubbing, editing online, mixing,

colour correction, scoring, tilting, dan yang terakhir adalah proses

mastering.

30
PEMBAHASAN KARYA

A. Deskripsi Karya

Penciptaan penulisan karya tugas akhir yang berjudul Komposisi Visual

dalam Penyutradaraan Dokumenter Televisi “Sudut Nusantara” episode

“Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar” penulis berperan sebagai Sutradara.

Keberhasilan sebuah program tidak lepas dari peran seorang Sutradara.

Karya program dokumenter televisi “Sudut Nusantara” episode

“Kampung Adat Kesepuhan Ciptagelar” menceritakan tentang kehidupan

masyarakat kampung adat kesepuhan Ciptagelar yang mampu menyeimbangkan

penggunaan teknologi dengan tetap melestarikan budaya dan tradisi dari leluhur.

Dokumenter ini menggunakan format dokumenter potret yang didalamnya

membahas tentang tradisi dan budaya masyarakat di kesepuhan Ciptagelar dan

masyarakat Ciptagelar yang memiliki beberapa hasil teknologi yang dibuat oleh

ketua adat, yaitu Abah Ugi. Terdapat sub format wawancara untuk melengkapi

informasi yang akan disampaikan. Penulis menerapkan teori komposisi visual

dengan memfokuskan framing dan illusion of depth pada program “Sudut

Nusantara”.

Program Dokumenter “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat

Kesepuhan Ciptagelar” terdiri dari 3 sequence. Sequence pertama, dimulai dengan

opening yang memberikan informasi tentang lokasi dan rute menuju Ciptagelar.

Kemudian dilanjutkan dengan mengenalkan kehidupan sehari-hari masyarakat,

informasi pembagian lahan pertanian, dan profesi masyarakat Ciptagelar.

31
Sequence kedua, membahas tradisi adat Mabay yaitu proses yang

dilakukan sebelum panen padi dan prosesi panen padi yang biasa disebut tradisi

adat Mipit. Pada sequence ini menceritakan potret dari ketua adat yaitu Abah Ugi

yang ahli dalam bidang teknologi dan mampu menciptakan teknologi turbin

microhydro yang digunakan sebagai sumber daya listrik bagi masyarakat

kesepuhan.

Sequence ketiga, dimulai dengan kegiatan dari crew Ciga TV saat meliput

acara adat. Kemudian penjelasan tentang latar belakang terbentuknya Ciga TV

dan Radio Swara Ciptagelar serta wawancara dengan Abah Ugi sebagai ketua

adat. Kemudian penjelasan narasi tentang teknologi yang ada di kesepuhan

mampu digunakan dengan baik dan tetap melestarikan tradisi dan budaya yang

ada.

B. Analisis dan Sintesis Karya

Pada produksi karya dokumenter “Sudut Nusantara” ini, penulis sebagai

sutradara menerapkan teori komposisi visual dengan memfokuskan framing dan

illusion of depth. Dalam penciptaan karya produksi ini terdapat beberapa

pembahasan berbeda di setiap sequence sebagai berikut:

1. Sequence Pertama

Pada sequence pertama dimulai dengan memberikan informasi lokasi

dan rute menuju kesepuhan Ciptgelar. Kemudian menjelaskan tentang

kehidupan sehari-hari dan profesi masyarakat, mulai dari profesi pedagang,

pengrajin, peternak dan petani.

32
Penggambaran peternak sedang memandikan kerbau menerapkan

framing rule of third memiliki pengertian yaitu frame yang dibagi menjadi tiga

bagian secara horizontal dan vertikal, sehingga gambar peternak tersebut

menjadi pusat perhatian (point of intereset) dan seimbang.

Pengambilan gambar adegan dari petani berjalan ke sawah dengan

membawa peralatan bertani menerapkan framing walking room, untuk

memperlihatkan ruang arah gerak dari objek. Batas pengambilan gambar ini

arah jalan depan objek sampai ke tepi frame lebih luas (30-50%) dari belakang.

Memberitahukan penonton bahwa adanya pergerakan jalan dari petani.

2. Sequence kedua

Sequence kedua ini diawali dengan salah satu kegiatan yang dilakukan

sebelum melakukan proses panen (mipit), dimulai dari syukuran yang

dilakukan pada saat malam hari dengan makan bersama di Imah gedhe,

keesokan harinya pada saat sore hari dilanjutkan dengan proses berdoa sebelum

panen di sawah kesepuhan (mabay). Kemudian keesokan harinya dilakukan

proses panen (mipit) bersama seluruh masyarakat Ciptagelar.

Adegan suasan memanen padi (mipit) di sawah kesepuhan oleh warga

menerapkan extreme long shot, digunakan untuk mengambil gambar yang

sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar, sehingga suasana

pemandangan pada saat proses panen padi dapat terlihat jelas.

Pengambilan gambar petani sedang memotong padi dengan ani-ani (alat

pemotong padi tradisional yang terbuat dari kayu menerapkan framing head

33
room, dengan diberikan ruang kosong yang berada diatas kepala petani sampai

tepi atas frame. Sehingga antara petani dan batas frame menjadi seimbang.

Penggambaran petani sedang megikat padi di sawah menggunakan

unsur illusion of depth untuk memberikan unsur tiga dimensi dan kedalaman

gambar.

3. Sequence ketiga

Sequence ketiga ini berisi tentang kegiatan dari crew Ciga TV yang

sedang meliput acara adat, kemudian penjelasan latar belakang terbentuknya

Ciga TV dan Radio Swara Ciptagelar yang dijelaskan oleh Abah Ugi sebagai

pendiri sekaligus ketua adat. Selanjutnya kesimpulan narasi menjelaskan

tentang masyarakat Ciptagelar yang mampu menggunakan teknologi dengan

baik dan tetap melestarikan tradisi dan budaya yang ada.

Pengambilan pada saat wawancara dengan ketua adat yaitu Abah Ugi

Sugriana Rakasiwi dan bertempat di rumah beliau menerapkan long shot, untuk

menunjukkan suasana di ruangan Abah Ugi dan gambar keseluruhan dari Abah

Ugi terlihat mulai dari ujung ramput hingga ujung kaki. Selain itu juga

dilakukan pengambilan medium close up, gambar yang diambil mulai dari dada

hingga ujung kepala, digunakan untuk menunjukkan ekspresi wajah dengan

jelas dan bahasa tubuh dari Abah Ugi.

Pengambaran adegan dari kang Yoyo sedang membetulkan saluran

siaran Ciga TV yang berada di Imah Gedhe menggunakan framing looking

room, digunakan sebagai pemberian jarak pandang di depan subjek yang

menunjuk ke suatu arah.

34
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Pada program Dokumenter “Sudut Nusantara” episode “Kampung Adat

Ciptagelar” telah selesai di produksi sesuai dengan rencana sutradara

menggunakan pendekatan framing dan Illusion of Depth dalam pengambilan

gambar. Framing yang digunakan yaitu size shot, rule of third, walking room dan

looking room. Sedangkan untuk Ilusion of Depth yang digunakan yaitu

foreground, middleground dan background. Penerapan framing digunakan agar

gambar bisa lebih beragam dan lebih nyaman untuk dilihat dan penerapan Illusion

of Depth digunakan untuk memberikan kedalaman dimensi pada gambar.

Penonton yang melihat juga tidak akan bosan dan merasa terhibur dan informasi

yang ingin disampaikan dapat dengan mudah diterima.

B. Saran

Menjadi seorang sutradara sebaiknya memiliki daya imajinasi yang baik,

apalagi untuk karya audio visual selain itu saran menjadi sutradara yaitu :

1. Dapat mengambil keputusan secara cepat

2. Kreatifitas mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi

3. Dapat berlaku tegas tetapi lembut dalam memberikan pengarahan kepada

kerabat kerja lainnya

4. Selalu melakukan briefing kepada kerabat kerja lainnya.

5. Selalu melakukan review dan diskusi dengan kru pada saat editing agar

gambar yang diinginkan dapat tercapai.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter dari Ide sampai Produksi.


Jakarta: IKJ Press.

Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana.

Fachruddin. Andi, 2015. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi.


Yogyakarta: Penerbit ANDI

Naratama. 2013. Menjadi Sutradara Televisi, dengan Single dan Multi


Camera. Jakarta: PT. Grasindo.

Nugroho, Sarwo. 2014. Teknik Dasar Videografi.Yogyakarta: Penerbit Andi

Wibowo, Fred. 2014. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Yogyakarta:


PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

https://tirto.id/anak-muda-lebih-suka-serial-korea-ketimbang-sinetron-coSM
di unduh pada tanggal 3 Maret 2019, pukul 10:05

https://www.youtube.com/watch?v=lfAOiJDZAwg&t=444s di unduh pada


tanggal 8 Maret 2019, pukul 20:15

https://www.youtube.com/watch?v=KbD0L7SRt8E di unduh pada tanggal 8


Maret 2019, pukul 20:50

36

Anda mungkin juga menyukai