Anda di halaman 1dari 10

E.

Hadis tentang Dimensi Materi Pendidikan IslamDien al-Islam adalah suatu sistem hidup komprehensif
yang Allah turunkan melalui Rasul-Nya, meliputi: akidah, ubudiyah, muamalah, muasyarah, dan akhlak
yang memandu manusia sehingga hidup penuh kemuliaan. Konsep komprehensif bermakna aturan
menyeluruh yang merangkum berbagai aspek kehidupan baik dimensi keyakinan (imaniyah), ritualitas
penghambaan diri (ubudiyah), dan aspek sosial yaitu muamalah, muasyarah, dan akhlak, dimana lima
dimensi tersebut dibuat untuk menjadi rule of game (aturan main) dalam kehidupan sosial. Syariah Islam
ini tidak hanya komprehensif, tetapi juga universal, universal berarti aturan tersebut bersifat luwes dan
dinamis dapat diterapkan sepanjang zaman. Oleh karenanya suatu materi pendidikan Islam pun juga
tidak terlepas dari bagian lima dimensi Islam, meliputi imaniyah, ubudiyah, muamalah, muasyarah, dan
akhlak, dimana penjelasan hadis-hadis yang melatarbelakanginya adalah sebagai berikut:

1. Materi Imaniyah (keimanan)

ُ ‫صلَّى هَّللا‬َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ك َر‬ ِ ‫ال َح َّدثَنَا أَيُّوبُ ع َْن أَبِي قِاَل بَةَ ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬ َ َ‫ب الثَّقَفِ ُّي ق‬ِ ‫ال َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َوهَّا‬
َ َ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُمثَنَّى ق‬
َ‫ان أَ ْن يَ ُكونَ هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما َوأَ ْن يُ ِحبَّ ْال َمرْ َء اَل يُ ِحبُّهُ إِاَّل هَّلِل ِ َوأَ ْن يَ ْك َرهَ أ ْن‬ ‫إْل‬
ِ ‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد َحاَل َوةَ ا ِ ي َم‬ ٌ ‫ال ثَاَل‬ َ َ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ار‬ ِ َّ‫يَعُو َد فِي ْال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن يُ ْق َذفَ فِي الن‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada
kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari
Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tiga perkara yang apabila ada
pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena
Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka” (HR Bukhari)

Dari hadis sahih di atas dapatlah diketahui bahwa karakteristik keimanan seseorang diukur dari:a.
Mencintai Allah dan Rasul lebih dari yang lain.b. Mencintai atau tidak mencintai seseorang semata-mata
karena Allah swt.c. Membenci kekufuran seperti dia benci di lempar ke neraka.Oleh karenanya materi
keimanan dalam pendidikan Islam ditujukan untuk menghambakan diri kepada Allah swt, sebagaimana
perkataan Natsir:Akan memperhambakan diri kepada Allah, akan menjadi hamba Allah, inilah tudjuan
hidup kita di atas dunia. Dan lantaran itu, inilah pula tudjuan didikan yang wajib kita berikan kepada
anak-anak kita jang lagi sedang menghadapi kehidupan.

2. Materi Ubudiyah (Peribadatan)


ُ ‫صلَّى هَّللا‬ َ َ‫يع ب ِْن َس ْب َرةَ ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه ق‬
َ ‫ال قَا َل النَّبِ ُّي‬ ِ ِ‫َّاع َح َّدثَنَا إِب َْرا ِهي ُم بْنُ َس ْع ٍد ع َْن َع ْب ِد ْال َمل‬
ِ ِ‫ك ب ِْن ال َّرب‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ِعي َسى يَ ْعنِي ا ْبنَ الطَّب‬
َ َ ْ َ َ
)‫(رواه أبو داود‬.‫صاَل ِة إِذا بَل َغ َس ْب َع ِسنِينَ َوإِذا بَل َغ َعش َر ِسنِينَ فاضْ ِربُوهُ َعل ْيهَا‬ َ َ َّ ‫ي بِال‬ َّ
َّ ‫َعلَ ْي ِه َو َسل َم ُمرُوا ال‬
َّ ِ‫صب‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isa bin Ali bin Abi Thalib-Thabba’ telah menceritakan
kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Abdul Malik bin Ar-Rabi’ bin Sabrah dari Ayahnya dari Kakeknya dia
berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan
shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun
maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya”. (HR Abu Dawud) Hadis di atas berstatus sahih
menurut Hakim dan az-Zahabi karena sesuai dengan syarat Muslim , sedang Turmuzi mengatakan hasan
sahih. Penjelasan hadis di atas adalah perintah shalat atau pendidikan ibadah harus dibiasakan sejak dini
sehingga pada usia baligh mereka mudah mengamalkannya. Pendidikan ibadah yang dimaksud disini
adalah proses pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus. Sebagaimana
syarah dari Ibnu Katsir yang dikutip Rahman, bahwa anak hendaknya di latih mendirikan shalat sesuai
dengan ketentuan-ketentuannya, rukun-rukunnya, dan tepat waktunya sejak usia tujuh tahun,
kemudian bila mencapai umur sepuluh tahun tidak melaksankannya, maka hendaknya orang tua
memberi hukuman yang tegas.

3. Materi Muamalah (kemasyarakatan)

‫صلَّى‬ ِ ‫ب ب ِْن ُمنَبِّ ٍه أَنَّهُ َس ِم َع أَبَا هُ َري َْرةَ َر‬


َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ يَقُو ُل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا َع ْب ُد اأْل َ ْعلَى ع َْن َم ْع َم ٍر ع َْن هَ َّم ِام ْب ِن ُمنَبِّ ٍه أَ ِخي َو ْه‬
ْ ُ ْ ْ َّ
)‫ (رواه البخاري‬.‫ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َمط ُل ال َغنِ ِّي ظل ٌم‬ ‫هَّللا‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami ‘Abdul A’laa dari Ma’mar
dari Hammam bin Munabbih, saudaranya Wahb bin Munabbih bahwa dia mendengar Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menunda pembayaran hutang
bagi orang kaya adalah kezhaliman”. (HR. Bukhari)

ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِنِّي أُ ْخ َد‬


‫ع‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل قَا َل َر ُج ٌل لِلنَّبِ ِّي‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا أَبُو نُ َعي ٍْم َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ِدين‬
[ُ ‫َار قَا َل َس ِمع‬
ِ ‫ْت ا ْبنَ ُع َم َر َر‬
)‫ (رواه البخاري‬.ُ‫ال إِ َذا بَايَعْتَ فَقُلْ اَل ِخاَل بَةَ فَ َكانَ ال َّر ُج ُل يَقُولُه‬ ِ ‫فِي ْالبُي‬
َ َ‫ُوع فَق‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Abdullah bin
Dinar berkata, aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata; Ada seorang laki-laki
berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Aku tertipu dalam berjual beli”. Maka Beliau
bersabda: “Jika kamu berjual beli katakanlah tidak boleh ada (penipuan dalam jual beli) “. Kemudian
orang itu mengatakannya. (HR. Bukhari) Dari dua hadis di atas tentang muamalah menjadi landasan
bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkomunitas hendaknya menjadikan kejujuran dan
menepati janji dalam kemasyarakatan, baik itu masalah hutang piutang, maupun jual beli. Hal ini karena
tatanan kemasyarakatan akan rusak jika setiap individu mengutamakan kebohongan dan saling tipu-
menipu dalam urusan keduniaan mereka.

4. Materi Muasyarah (Pergaulan)

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ْاليَ ُد ْالع ُْليَا‬


َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫زَام َر‬ٍ ‫َح َّدثَنَا ُمو َسى بْنُ إِ ْس َما ِعي َل َح َّدثَنَا ُوهَيْبٌ َح َّدثَنَا ِهشَا ٌم ع َْن أَبِي ِه ع َْن َح ِك ِيم ب ِْن ِح‬
)‫ (رواه البخاري‬.ُ ‫ف يُ ِعفَّهُ هَّللا ُ َو َم ْن َي ْستَ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه هَّللا‬ َّ ‫خَ ْي ٌر ِم ْن ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى َوا ْبد َْأ بِ َم ْن تَعُو ُل َو َخ ْي ُر ال‬
ْ ِ‫ص َدقَ ِة ع َْن ظَه ِْر ِغنًى َو َم ْن يَ ْستَ ْعف‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah
menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Hakim bin Hiram radliallahu ‘anhu dari Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam berkata,: “Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah,
maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling baik adalah
dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka barangsiapa yang berusaha memelihara
dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah
akan mencukupkannya”. (HR. Bukhari) Dalam Islam pergaulan sesama manusia pun di atur sedemikian
rupa, terlebih hubungan kekeluargaan. Sebagaimana hadis di atas yang menyebutkan bahwa sedekah
merupakan amalan utama, hanya saja prioritas sedekah yang pertama adalah kerabat dekat baru
kemudian orang lain.

5. Materi Akhlak (Kepribadian)

ِ ‫ح ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن ُجبَي ِْر ْب ِن نُفَي ٍْر ع َْن أَبِي ِه ع َْن النَّو‬
َ‫َّاس ْب ِن ِس ْمعَان‬ َ ‫اويَةَ ب ِْن‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫ون َح َّدثَنَا ابْنُ َم ْه ِديٍّ ع َْن ُم َع‬ ٍ ‫َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ َحاتِ ِم ب ِْن َم ْي ُم‬
‫َرهْتَ أَ ْن يَطَّلِ َع َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ص ْد ِر‬
ِ ‫ك َوك‬ َ ‫ك فِي‬ َ ‫ق َواإْل ِ ْث ُم َما َحا‬
ِ ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن ْالبِرِّ َواإْل ِ ْث ِم فَقَا َل ْالبِرُّ ُحسْنُ ْال ُخل‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ت َرس‬ ُ ‫ي قَا َل َسأ َ ْل‬ ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫اأْل َ ْن‬
)‫ (رواه مسلم‬. ُ‫الناس‬ َّ
Artinya:

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun; Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Mahdi dari Mu’awiyah bin Shalih dari ‘Abdur Rahman bin Jubair bin Nufair dari Bapaknya dari An
Nawwas bin Mis’an Al Anshari dia berkata; “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang arti kebajikan dan dosa. Sabda beliau: “Kebajikan itu ialah budi pekerti yang baik.
Sedangkan dosa ialah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, dan engkau sendiri benci jika
perbuatanmu itu diketahui orang lain.” (HR. Muslim) Hadis di atas merupakan landasan pembagian
akhlak menjadi dua yaitu akhlak terpuji berupa kebajikan yang menenangkan hati, dan akhlak tercela
berupa keburukan yang menyesakkan dada dan di benci.

F. Hadis tentang Materi Pendidikan Islam Ideal

Menurut Abdullah Nasikh Ulwan sebagaimana dikutip Mochtar bahwa materi pendidikan Islam ideal
untuk diterapkan pada masa kini setidaknya harus mengandung tujuh unsur, antara lain:

1. Pendidikan Keimanan

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬


َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ُ ‫ص ُم بْنُ ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ع َْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ْب ِن أَبِي َرافِ ٍع ع َْن أَبِي ِه قَا َل َرأَي‬
ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُس ْفيَانَ قَا َل َح َّدثَنِي عَا‬
)‫ (رواه أبو داود‬.‫صاَل ِة‬ َّ ‫ َو َسلَّ َم أَ َّذنَ فِي أُ ُذ ِن ْال َح َس ِن ْب ِن َعلِ ٍّي ِحينَ َولَ َد ْتهُ فَا ِط َمةُ[ بِال‬Artinya:Telah menceritakan kepada kami
Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan ia berkata; telah menceritakan
kepadaku Ashim bin Ubaidullah dari ‘Ubaidullah bin Abu Rafi’ dari bapaknya ia berkata, “Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumandangakan adzan layaknya adzan shalat pada telinga Al
Hasan bin Ali ketika dilahirkan oleh ibunya, Fatimah.” (HR. Abu Dawud) Menurut Abu Dawud status
hadis ini dhaif karena sanadnya terdapat perawi Ashim bin Ubaidillah ia adalah seorang yang lemah
hafalannya. Namun hadis ini menjadi hasan li ghairihi karena dikuatkan oleh hadis semakna dalam
riwayat Baihaqi yang bersumber pada Ibnu Abbas. Sedangkan hikmah hadis di atas menurut Ibnu
Qayyim sebagaimana dikutip Rahman, bahwa azan dan iqomah diperdengarkan pada bayi agar suara
pertama yang didengarnya adalah kebesaran dan keagungan Allah, serta kesaksian syahadat. Oleh
karena itu pendidikan keimanan merupakan hal penting yang wajib ditanamkan kepada peserta didik
melalui proses pembinaan, pengajaran, bimbingan, dan latihan agar kelak mempunyai akidah yang kuat
dan benar.

2. Pendidikan Moral atau Akhlak


‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ قَا َل‬
َ ‫َح َّدثَنَا ُح َسيْنُ بْنُ ُم َح َّم ٍد َح َّدثَنَا ُم ْسلِ ٌم يَ ْعنِي ا ْبنَ خَالِ ٍد ع َِن ْال َعاَل ِء ب ِْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ع َْن أَبِي ِه ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬
)‫ (رواه أحمد‬.ُ‫ك ََر ُم ال َّر ُج ِل ِدينُهُ َو ُمرُو َءتُهُ َع ْقلُهُ َو َح َسبُهُ ُخلُقُه‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Muslim -yaitu
Ibnu Khalid- dari Al ‘Ala` bin Abdurrahman dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda: “Kemuliaan seorang laki-laki terletak pada agamanya, dan wibawanya
terletak pada akalnya, sedangkan kehormatannya terletak pada akhlaqnya.” (HR. Ahmad)

َ ِ ‫ض ِم ُّي َح َّدثَنَا عَا ِم ُر بْنُ أَبِي عَا ِم ٍر ْالخَ َّزا ُز َح َّدثَنَا أَيُّوبُ بْنُ ُمو َسى ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫َح َّدثَنَا نَصْ ُر بْنُ َعلِ ٍّي ْال َج ْه‬
)‫ (رواه الترمذي‬.‫ب َح َس ٍن‬ ٍ ‫ض َل ِم ْن أَ َد‬
َ ‫ال َما نَ َح َل َوالِ ٌد َولَدًا ِم ْن نَحْ ٍل أَ ْف‬
َ َ‫ق‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami, telah menceritakan kepada kami Amir bin
Abu Amir Al Khazzar, telah menceritakan kepada kami Ayyub bin Musa dari bapaknya dari kakeknya
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada suatu pemberian seorang ayah
kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik.” (HR. Turmudzi) Menurut Ghazali
sebagaimana dikutip Rahman materi pendidikan moral ini merupakan latihan membangkitkan sifat
ilahiyyah dan menghilangkan sifat hawaniyyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan dan di latih
mengenai akhlak mulia (akhlak al-karimah/ mahmudah), seperti: jujur, rendah hati, sabar, dan akhlak
tercela (akhlak al-madzmumah), seperti: dusta, takabur, khianat. Setelah materi tersebut disampaikan
maka diharapkan peserta didik dapat berakhlak mulia dan menjauhi sifat tercela.

3. Pendidikan Jasmani

‫ج ع َْن أَبِي‬
ِ ‫يس ع َْن َربِي َعةَ ب ِْن ع ُْث َمانَ ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن يَحْ يَى ْب ِن َحبَّانَ ع َْن اأْل َ ْع َر‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ أَبِي َش ْيبَةَ َوابْنُ نُ َمي ٍْر قَااَل َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ إِ ْد ِر‬
)‫ (رواه مسلم‬.ٌ‫يف َوفِي ُك ٍّل َخ ْير‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن ال‬
ِ ‫ض ِع‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ه َُر ْي َرةَ ق‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata;
telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Idris dari Rabi’ah bin ‘Utsman dari Muhammad bin Yahya
bin Habban dari Al A’raj dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘ala daripada orang
mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. (HR. Muslim)

‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ إِلَى أَبِي‬ َ ‫ش ع َْن َح ِك ِيم ب ِْن َح ِك ٍيم ع َْن أَبِي أُ َما َمةَ ْب ِن َسه ٍْل قَا َل َكت‬
ِ ‫َب ُع َم ُر َر‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ آ َد َم َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن َعيَّا‬
)‫ (رواه أحمد‬.‫اض‬ ِ ‫َّاح أَ ْن َعلِّ ُموا ِغ ْل َمانَ ُك ْم ْالعَوْ َم َو ُمقَاتِلَتَ ُك ْم ال َّر ْم َي فَكَانُوا يَ ْختَلِفُونَ إِلَى اأْل َ ْغ َر‬
ِ ‫ُعبَ ْي َدةَ ب ِْن ْال َجر‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Yahya Bin Adam Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Abdurrahman Bin ‘Ayyasy dari Hakim Bin Hakim dari Abu Umamah Bin Sahal dia berkata; Umar menulis
surat kepada Abu ‘Ubaidah Bin Al Jarrah (yang berisi); “Ajarkanlah kepada anak anak kalian berenang
dan cara berperang kalian dengan menggunakan panah, sebab mereka akan melaksanakan berbagai
tujuan.” (HR. Ahmad)

Melalui hadis riwayat Muslim di atas dapat diketahui bahwa Allah swt lebih mencintai Muslim yang kuat
daripada Muslim yang lemah dalam segala hal kebaikan. Menurut Mardiansyah lafaz “kuat” dalam hadis
di atas mengindikasikan dua pengertian, yaitu: a. Kuat dalam tekad (azzimah) atau batin sehingga
mempunyai motivasi yang kuat dalam beribadah secara istiqomah.b. Kuat dalam amal (kegiatan) atau
lahir sehingga mempunyai tubuh yang tegar, kuat, sehat, dan terampil sebagai kendaraan
azzimah.Sedang dari hadis riwayat Ahmad menjelaskan bahwa Umar bin Khattab menyuruh
mengajarkan anak-anak Muslim dengan olahraga berenang, memanah, dan segala hal yang berkaitan
dengan pendidikan jasmani. Hal ini bertujuan agar peserta didik memiliki fisik yang sehat dan kuat serta
memiliki ketrampilan dasar seperti berlari, lompat, dan renang.

4. Pendidikan Rasio atau Akal

‫ب ُم َعا ِذ‬ِ ‫ص ِم ْن أَصْ َحا‬ َ ‫س ِم ْن أَ ْه ِل ِح ْم‬ ٍ ‫ث ْب ِن َع ْم ِرو ا ْب ِن أَ ِخي ْال ُم ِغي َر ِة ْب ِن ُش ْعبَةَ ع َْن أُنَا‬ِ ‫ار‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َح ْفصُ بْنُ ُع َم َر ع َْن ُش ْعبَةَ ع َْن أَبِي عَوْ ٍن ع َْن ْال َح‬
‫ب ِ قَا َل‬‫هَّللا‬ ْ َ
ِ ‫ضا ٌء قَا َل أق‬
ِ ‫ضي بِ ِكتَا‬ َ َ‫ك ق‬ َ َ‫ض ل‬
َ ‫ضي إِ َذا َع َر‬ ْ ْ ً
ِ ‫ث ُم َعاذا إِلَى اليَ َم ِن قَا َل َك ْيفَ تَق‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما أَ َرا َد أَ ْن يَ ْب َع‬ َ ‫ب ِْن َجبَ ٍل أَ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ب هَّللا‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َواَل فِي ِكتَا‬
َ ِ ‫ال فَإِ ْن لَ ْم ت َِج ْد فِي ُسنَّ ِة َرسُو ِل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ِ ‫ب هَّللا ِ قَا َل فَبِ ُسنَّ ِة َرس‬
ِ ‫فَإِ ْن لَ ْم ت َِج ْد فِي ِكتَا‬
‫هَّللا‬
.ِ ‫ُول‬ َ ‫ضي َرس‬ ‫هَّللا‬
ِ ْ‫ق َرسُو َل َرسُو ِل ِ لِ َما يُر‬ َّ َّ ‫هَّلِل‬ ْ
َ ‫ال ال َح ْم ُد ِ ال ِذي َوف‬ َ
َ ‫ص ْد َرهُ َوق‬ َّ َ
َ ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫ب َرسُو ُل‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫ال أَجْ تَ ِه ُد َر ْأيِي َواَل آلو ف‬
َ ُ َ َ‫ق‬
)‫(رواه أبو داود‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar dari Syu’bah dari Abu ‘Aun dari Al Harits bin ‘Amru
anak saudara Al Mughirah bin Syu’bah, dari beberapa orang penduduk Himsh yang merupakan sebagian
dari sahabat Mu’adz bin Jabal. Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika akan mengutus
Mu’adz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda: “Bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada
sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu?” Mu’adz menjawab, “Saya akan memutuskan
menggunakan Kitab Allah.” Beliau bersabda: “Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Kitab
Allah?” Mu’adz menjawab, “Saya akan kembali kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Beliau bersabda lagi: “Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam serta dalam Kitab Allah?” Mu’adz menjawab, “Saya akan berijtihad menggunakan
pendapat saya, dan saya tidak akan mengurangi.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menepuk dadanya dan berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusan
Rasulullah untuk melakukan apa yang membuat senang Rasulullah.” (HR. Abu Dawud)

Hadis di atas menunjukkan pentingnya akal dalam memutuskan suatu hukum yang tidak terdapat dalam
Quran dan sunah, bahkan kedudukan akal di bawah nash Quran dan hadis. Supaya akal dapat
berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur sesuai kemampuan peserta didik. Contoh
materi ini adalah pelajaran berhitung atau problem solving. Tujuannya agar peserta didik dapat menjadi
cerdas dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.

5. Pendidikan Kejiwaan atau Hati Nurani

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوإِ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً إِ َذا‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ُ ‫ير يَقُو ُل َس ِمع‬ ٍ ‫ْت النُّ ْع َمانَ ْبنَ بَ ِش‬
[ُ ‫ال َس ِمع‬ ِ ‫َح َّدثَنَا أَبُو نُ َعي ٍْم َح َّدثَنَا زَ ك‬
َ َ‫َريَّا ُء ع َْن عَا ِم ٍر ق‬
)‫ (رواه البخاري‬. ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ أَاَل َو ِه َي ْالقَ ْلب‬ ْ ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َوإِ َذا فَ َسد‬
َ ‫ت‬ ْ ‫صلَ َح‬Artinya:Telah
َ menceritakan kepada kami
Abu Nu’aim Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari ‘Amir berkata; aku mendengar An Nu’man bin
Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ” Dan ketahuilah pada
setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka
rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati”. (HR. Bukhari)
Menurut al-Qorni, bahwa hati adalah sebagai the central emotion bagi seluruh anggota tubuh manusia
bukanlah semata hati jasmani berupa segumpal daging yang berbentuk bulat memanjang, berisikan
rongga-rongga, dan mengandung darah hitam, melainkan juga sesuatu yang sangat abstrak, ia termasuk
ihwal ruhaniyah yang sulit di tembus oleh indrawi, Artinya selain nafsu dan akal yang harus di latih pada
diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini peserta didik di latih agar dapat
membina hati nuraninya sehingga menjadi “tuan” dalam dirinya sendiri dan dapat menyuarakan
kebenaran dalam keadaan apapun. Selain itu diharapkan peserta didik memliki jiwa atau hati nurani
yang kuat, sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan.

6. Pendidikan Sosial atau Kemasyarakatan

ُّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَي‬


َ ِ ‫ب ع َْن أَبِي ْالخَ ي ِْر ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍروأَ َّن َر ُجاًل َسأ َ َل َرسُو َل هَّللا‬ٍ ‫ْث ع َْن يَ ِزي َد ب ِْن أَبِي َحبِي‬
ُ ‫ال َح َّدثَنَا اللَّي‬
َ َ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ق‬
ُ ْ ُ‫ال ت‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ف‬ ِ ‫ط ِع ُم الطَّ َعا َم َوتَ ْق َرأ ال َّساَل َم َعلَى َم ْن ع ََر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم تَع‬
ْ ‫ْر‬ َ َ‫اإْل ِ سْاَل ِم خَ ْي ٌر ق‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid
bin Abu Habib dari Abu Al Khair dari Abdullah bin ‘Amru bahwa ada seseorang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; “Islam manakah yang paling baik?” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan
yang tidak kamu kenal”. (HR. Bukhari)

َ ‫ال أَ ْخبَ َرنِي َجدِّي أَبُو بُرْ َدةَ ع َْن أَبِي ِه أَبِي ُمو َسى ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ َ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ يُوسُفَ َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ع َْن أَبِي بُرْ َدةَ بُ َر ْي ِد ب ِْن أَبِي بُرْ َدةَ ق‬
ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َجالِسًا ِإ ْذ َجا َء َر ُج ٌل يَسْأ َ ُل أَوْ طَالِب‬ َ َ‫ضهُ بَ ْعضًا ثُ َّم َشبَّكَ بَ ْينَ أ‬
َ ‫صابِ ِع ِه َو َكانَ النَّبِ ُّي‬ ِ َ‫ال ْال ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن ك َْالبُ ْني‬
ُ ‫ان يَ ُش ُّد بَ ْع‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ض ُ َعلَى لِ َسا ِن نَبِيِّ ِه َما شَا َء‬ ‫هَّللا‬ ْ ْ ْ
ِ ‫ال اشفَعُوا فَلتُ ْؤ َجرُوا َوليَق‬ ْ ْ َ
َ َ‫اج ٍة أقبَ َل َعلَ ْينَا بِ َوجْ ِه ِه فَق‬
َ ‫َح‬

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Abu Burdah Buraidah bin Abu Burdah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku kakekku Abu Burdah
dari ayahnya Abu Musa dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Seorang mukmin dengan
mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lain.” Kemudian
beliau menganyam jari-jemarinya, setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk, jika ada seorang
laki-laki memerlukan atau meminta suatu kebutuhan datang kepada beliau, maka beliau akan
menghadapkan wajahnya kepada kami, lalu beliau bersabda: ‘Berikanlah pertolongan agar kalian saling
memperoleh pahala dan semoga Allah melaksanakan apa yang disenangi-Nya melalui ucapan nabi-
Nya.'” (HR. Bukhari)

Dari dua hadis di atas dapat diketahui bahwa seorang Mukmin yang baik tidak mementingkan diri
sendiri, melainkan mengutamakan orang lain dan saling bertegur sapa (silaturahim). Hal ini karena
antara Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan dan
membutuhkan. Inilah sebabnya dalam Islam ada dua tugas hubungan yang di atur, yaitu habluminallah
berupa ibadah mahdlah, dan habluminannas berupa ibadah ghairu mahdlah atau kemasyarakatan.
Dengan diberikan materi kemasyarakatan diharapkan peserta didik memiliki wawasan inklusif dan dapat
berperan serta aktif di masyarakat secara benar dalam komunitas multikultural.

7. Pendidikan Seksual

‫ص ْي َرفِ ُّي ع َْن‬َّ ‫َّار أَبِي َح ْمزَ ةَ قَا َل أَبُو دَا ُود َوهُ َو َسوَّا ُر بْنُ دَا ُو َد أَبُو َح ْمزَ ةَ ْال ُم َزنِ ُّي ال‬ ٍ ‫ي َح َّدثَنَا إِ ْس َم ِعي ُل ع َْن َسو‬َّ ‫َح َّدثَنَا ُم َؤ َّم ُل بْنُ ِهش ٍَام يَ ْعنِي ْاليَ ْش ُك ِر‬
‫صاَل ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِينَ َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُمرُوا أَوْ اَل َد ُك ْم بِال‬
َ ِ ‫ب ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ٍ ‫َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬
‫َّار ْال ُمزَ نِ ُّي ِبإِ ْسنَا ِد ِه َو َم ْعنَاهُ َوزَ ا َد َوإِ َذا َز َّو َج‬
ٍ ‫ب َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع َح َّدثَنِي دَا ُو ُد بْنُ َسو‬ ٍ ْ‫اج ِع َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ُر بْنُ َحر‬ ِ ‫ض‬ َ ‫َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَرِّ قُوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬
)‫ (رواه أبو داود‬.‫ق الرُّ كبَ ِة‬ ْ ُ
َ ْ‫يرهُ فَاَل يَ ْنظرْ إِلَى َما ُدونَ ال ُّس َّر ِة َوفَو‬ َ َ
َ ‫أ َح ُد ُك ْم خَا ِد َمهُ َع ْب َدهُ أوْ أ ِج‬ َ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Mu`ammal bin Hisyam Al-Yasykuri telah menceritakan kepada kami
Isma’il dari Sawwar Abu Hamzah berkata Abu Dawud; Dia adalah Sawwar bin Dawud Abu Hamzah Al-
Muzani Ash-Shairafi dari Amru bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah
mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia
apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” Telah menceritakan
kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepadaku
Dawud bin Sawwar Al-Muzani dengan isnadnya dan maknanya dan dia menambahkan; (sabda beliau):
“Dan apabila salah seorang di antara kalian menikahkan sahaya perempuannya dengan sahaya laki-
lakinya atau pembantunya, maka janganlah dia melihat apa yang berada di bawah pusar dan di atas
paha.” (HR. Abu Dawud)
Menurut Rahman ketika anak menginjak usia sepuluh tahun dimana nafsu seksual menuju tahap
pertumbuhan dan perkembangan maka haruslah hati-hati. Tutup rapat semua pintu menuju kerusakan,
penyimpangan dan kenakalan remaja. Hanya saja pendidikan seksual di sini berbeda dengan pendidikan
seksual Barat, melainkan pendidikan seksual yang Islami dan diajarkan sesuai dengan perkembangan
usia serta mental peserta didik. Contoh pendidikan seksual dalam Islam antara lain: a. Memisahkan
tempat tidur anak dari kamar orang tua.b. Memisahkan tempat tidur anak lelaki dan anak perempuan.c.
Mengenalkan dan menjelaskan perbedaan jenis kelamin anak.d. Menerangkan kewajiban menutup
aurat bagi lelaki dan perempuan.e. Menjelaskan batas-batas pergaulan antara lelaki dan perempuan
dalam Islam, dan sebagainya.Dari penjelasan materi pendidikan Islam di atas maka penulis dapat
membuat suatu bagan penjelasan mengenai materi pendidikan Islam sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai