Tujuan yang kedua, adalah mengembangan kemampuan visual anak yaitu berhubungan
dengan anak melihat, mengamati, memperhatikan, menanggapi, dan persepsi anak terhadap
lingkungannya. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui permainan mengelompokkan
benda menurut ukuran,bentuk, atau warnanya juga dengan kegiatan yang lainnya.
Tujuan yang ketiga, adalah mengembangan kemampuan taktil pada anak yaitu yang
berhubungan dengan indera peraba. Kegiatan mengelompokkan benda-benda berdasarkan
halus dan kasarnya tekstur pada benda tersebut dapat mengembangkan kemampuan ini.
Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan adalah misalnya bermain di bak pasir, bermain
dengan plastisin dan lain sebagainya.
b. Aspek Afektif.
Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-
aptitude) yaitu:
(a) rasa ingin tahu;
(b) bersifat imajinatif/fantasi;
(c) merasa tertantang oleh kemajemukan;
(d) sifat berani mengambil resiko;
(e) sifat menghargai;
(f) percaya diri;
(g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
(h) menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).
1. Faktor Internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak yang dapat mempengaruhi kreativitasnya
yaitu:
Pertama, Faktor biologis yaitu perkembangan kreativitas anak dipengaruhi oleh gen yang
diwarisi oleh kedua orang tuanya. Selain menghasilkan kesamaan fisik, genetik juga dapat
menghasilkan ciri-ciri psikologis seperti bakat dan kecerdasan. Bakat dan
kecerdasan diyakini dapat mempengaruhi kreativitas anak. Biasanya anak yang berbakat dan
memiliki kecerdasan tinggi akan menujukkan kreativitas yang baik dibandingkan anak yang
tidak berbakat dan memiliki kecerdasan rendah.
kedua, Faktor fisiologis. Kesehatan memiliki pengaruh terhadap perkembangan kreativitas
anak. Sehat dan aktifnya indera pada anakanak akan berpengaruh pada perilaku dan suasana
hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang sehat akan menunjukkan kreativitas yang
lebih baik dan sebaliknya jika anak mengalami kesehatan yang buruk dan kondisi tidak sehat
disebabkan karena penyakit atau kecelakaan dapat menghambatnya perkembangan
kreativitasnya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan anak yang dapat
mempengaruhi perkembangan kreativitasnya yaitu:
Pertama, Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama yang mempunyai peran penting dalam mendidik anak. Pola asuh yang diterapkan
orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Pola asuh otoriter orang tua
yang mengekang kebebasan anak untuk mengembangkan dirinya secara utuh seperti
melarang anak bermain, serba membatasi, dan memaksa anak untuk menuruti perintah orang
tua justru akan menjadikan anak kurang memiliki inisiatif dan tidak percaya diri sehingga
dapat menghambat kreativitasnya. Sebaliknya, jika seorang anak dibiasakan dengan pola asuh
yang demokratis dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, mendengarkan
pendapat, dan memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan minatnya maka anak akan tumbuh menjadi sosok yang kreatif, terbuka, penuh
inisiatif dan percaya diri.
kedua, Lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan terpenting setelah di
keluarga. Di sinilah pertama kalinya anak mengenal dunia luar dengan ruang lingkup yang
lebih besar dari rumahnya. Lingkungan sekolah ini tentunya lebih beragam dan kompleks.
Segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kreativitas anak, seperti
guru dengan segala potensinya, banyaknya teman sebaya, sistem pembelajaran, serta sarana
dan prasarana yang ada di sekolah.
Di sekolah anak banyak memperoleh kesempatan untuk belajar, bermain, dan berinteraksi
dengan lingkungannya, sehingga proses inilah yang dapat mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya kreativitas anak. Proses pendidikan di sekolah tentunya tidak terlepas dari
peranan guru, jadi stimulasi yang diberikan guru juga dapat mempengaruhi perkembangan
kreativitas anak. Contohnya, apabila guru menyajikan kegiatan yang menarik dan
menyenangkan serta memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan keinginannya, maka pada saat itu anak memiliki peluang untuk
mengekspresikan ide-idenya sehingga dapat memupuk potensi kreatif mereka.
Selain itu, perilaku yang ditampilkan teman sebaya dapat mempengaruhi kreativitas anak,
apabila teman sebaya menunjukkan sikap memusuhi akan menghambat kreativitasnya. Dan
sebaliknya, apabila teman sebaya menunjukkan sikap bersahabat maka anak akan
memperoleh rasa aman dan memulai segala aktivitas dengan perasaan menyenangkan
sehingga dapat memicu tumbuhnya kreativitas anak.
Selanjutnya, pembelajaran di sekolah juga memiliki andil dalam menentukan pengembangan
kreativitas anak. Dunia anak adalah dunia bermain. Belajar melalui bermain memberikan
wadah dan kesempatan yang luas pada anak untuk bereksplorasi memenuhi
rasa keingintahuannya, anak dapat bereksperimen dengan ide-idenya baik menggunakan alat
permainan ataupun menggunakan media yang lain untuk menciptakan suatu karya sesuai
dengan keinginannya.
Perkembangan kreativitas juga dapat dilihat pada saat anak bermain dengan memanfaatkan
atau menggunakan berbagai bahan dan alat permainan. Dengan demikian, tersedianya
berbagai sarana bermain juga turut mempengaruhi perkembangan kreativitas anak,
terutama sarana bermain yang dapat diubah, dimodifikasi, maupun dibentuk oleh sehingga
dapat mengasah pikirannya dalam berkreativitas.
ketiga, Lingkungan masyarakat. Faktor budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan demografi
yang ada pada suatu masyarakat diakui atau tidak memiliki pengaruh dalam perkembangan
kreativitas anak. Misalnya anak yang tinggal di kota perkembangan kreativitasnya akan
berbeda dengan anak yang tinggal di desa.
Manfaat Kreativitas
Kreativitas tentunya dimiliki oleh semua orang. Dimana setiap orang mempunyai kreativitas
yang berbeda-beda sehingga produk yang dihasilkan pun berbeda. Sedangkan manfaat dari
kreativitas adalah:
1. Kualitas dan taraf hidup meningkat
Kreativitas memiliki manfaat untuk membuat kualitas dan taraf hidup meningkat. Hal ini
tentu saja di sebabkan karena kreativitas bisa melahirkan inovasi baru. Dimana inovasi baru
ini bisa sangat bermanfaat untuk kehidupan setiap orang sehingga taraf hidup masyarakat bisa
meningkat.
2. Awal munculnya perubahan
Selain bisa meningkatkan taraf hidup di masyarakat, kreativitas juga bermanfaat untuk
memulai sebuah perubahan baru di dalam kehidupan. Karena hasil dari kreativitas bisa
berupa buah pemikiran ataupun suatu karya yang masih sangat baru dan belum ada
sebelumnya.
3. Menjadi faktor kesuksesan dalam usaha
Kreativitas juga bisa menjadi salah satu faktor dalam mensukseskan usaha yang dimiliki
seseorang. Inilah mengapa sebuah perusahaan atau tempat usaha haruslah memiliki karyawan
yang kreatif. Sehingga usaha yang di jalankan pun bisa lebih lancar dengan adanya beberapa
inovasi baru dari para pegawai ini.
4. Motivasi hidup meningkat
Sedangkan manfaat dari kreativitas yang bisa di rasakan oleh perseorangan pribadi
adalah motivasi dan semangat hidup menjadi meningkat. Ini karena seseorang yang
mempunyai daya kreativitas tinggi akan selalu merasa ingin membuat sebuah inovasi yang
baru. Jadi hidupnya bisa lebih bersemangat dari sebelumnya.
5. Lebih menghargai orang lain
Suatu inovasi yang ada tidak selalu berasal dari kreativitas seseorang saja. Namun inovasi ini
bisa berasal dari ide beberapa orang yang digabung menjadi satu. Karena hasil dari kreativitas
ini berasal dari orang yang berbeda-beda maka setiap orang bisa saling menghargai. Selain itu
setiap orang yang memiliki kreativitas bisa saling bekerjasama untuk menciptakan inovasi
yang baru.
Ciri Bahasa
Sifat atau ciri bahasa adalah tanda khas yang hanya ada pada bahasa, sehingga
membedakannya dengan sesuatu hal lain. Sifat/ciri bahasa pada dasarnya berangkat dari
definisi tentang bahasa. Beberapa hal yang menjadi dasar bahasa terdapat pada definisi
bahasa, namun sebagian yang lain adalah pengembangan dari definisi yang ada. Berikut
adalah 13 sifat/ciri bahasa menurut Chaer (2012:33):
Sebagai sebuah sistem, bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa
tersusun secara terartur dan berpola. Adapun sistemis artinya bahasa tersusun dari beberapa
sub-sistem. Sub-sistem bahasa di antaranya sintaksis, morfologi, fonologi, semantik, dan
leksikon. Berikut adalah penjabaran secara ringkas tentang beberapa sub-sistem bahasa
tersebut.
Sintaksis adalah sub-sitem ilmu bahasa/linguistik yang mempelajari tentang susunan kalimat.
Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang bentuk kata. Fonologi
adalah sub-sistem ilmu bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa. Semantik
adalah sub-sistem ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna. Leksikon adalah cabang
ilmu linguistik yang mempelajari tentang kosakata.
2. Berwujud Lambang
Lambang dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Lambang, dalam bahasa
Indonesia juga dikenal dengan simbol. Secara sederhana lambang diartikan sebagai suatu
tanda yang mengandung maksud tertentu. Menurut W. et al. (2017:1.5) bahasa merupakan
sistem simbol, baik berupa bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan disepakati oleh
suatu kelompok sosial. Ditinjau dari ilmu bahasa (linguistik), lambang dapat berbentuk,
abjad, angka, dan pelafalannya (bunyi). Bunyi dikategorikan sebagai lambang, sebab bunyi
adalah bagian dari tanda.
3. Berupa Bunyi
Istilah bunyi dan suara adalah dua kata yang sama (bersinonim). Namun demikian untuk
membedakan dua kata tersebut dapat menyimak penjelasan berikut. Suara adalah bunyi yang
dikeluarkan dari alat ucap (manusia atau hewan) dan gesekan benda. Bunyi adalah sesuatu
yang terdengar oleh alat dengar. Disebut suara ketika bunyi dihasilkan, disebut bunyi ketika
suara itu diterima.
Sama halnya dengan lambang, bunyi dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem.
Secara sederhana bunyi adalah sesuatu yang diterima oleh alat pendengaran, baik dari
gesekan benda, alat suara pada hewan atau manusia. Namun, bunyi yang termasuk lambang
bahasa adalah bunyi-bunyi yang diucapkan oleh manusia yang berupa huruf, kata, kalimat,
atau wacana. Sehingga, walaupun dihasilkan oleh alat ucap manusia, teriakan, tangisan, dan
batuk bukan merupakan bunyi bahasa.
Misalnya, konsep dari binatang berkaki empat yang biasa dipelihara untuk ditunggangi atau
angkutan dalam lambang bahasa Indonesia ditulis sebagai kata kuda dan dibunyikan [kuda].
Sedangkan dalam bahasa lain, seperti Bima disebut dengan [jara], bahasa Jawa [jaran], dan
bahasa Inggris [horse]. Walaupun hewannya sama, namun dilambangkan (tulis atau lisan)
secara berbeda. Jika memang ada hubungan yang wajib, maka sudah tentu nama hewan itu
ditulis dan disebut dengan kata yang sama pada semua bahasa.
5. Bermakna
Ciri lain dari bahasa adalah memiliki makna. Makna atau arti adalah pengertian yang
diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Bentuk kebahasaan atau yang juga disebut dengan
satuan kebahasaan dapat berupa morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Bentuk
kebahasaan tersebut pasti memiliki makna entah itu makan leksikal (morfem dan kata),
makna gramatikal (frase, klausa, dan kalimat), atau makna pragmatik/konteks (wacana).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa semua ucapan yang tidak bermakna
bukanlah bahasa. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai bunyi, sebab tidak semua
bunyi dapat disebut dengan bahasa. Pun begitu dengan fungsi bahasa sebagai lambang, semua
lambang yang tidak mempunyai makna tidak dapat disebut dengan bahasa. Perlu diperhatikan
pula bahwa bentuk bahasa yang belum diketahui maknanya bukan berarti tidak memiliki
makna.
6. Konvensional
Konvensional artinya berdasarkan pemufakatan atau kesepakatan suatu kelompok. Bahasa,
walaupun bersifat arbitrer (manasuka) namun dalam penggunaan lambang harus diikuti oleh
setiap kelompok masyarakat tersebut. Misalnya, kelompok masyarakat bahasa Indonesia
harus mengikuti aturan yang telah disepakati oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga dalam
kelompok masyarakat bahasa daerah maupun komunitas yang lebih kecil.
7. Unik
Ciri selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bersifat unik. Unik secara singkat dapat
diartikan sebagai ciri khas/ciri khusus. Bahasa bersifat unik artinya bahasa memiliki ciri khas
tersendiri pada setiap sistem dan penggunaannya. Ciri khas tersebut berlaku pada semua
bahasa yang ada di dunia. Tentang keunikan ini, Chaer (2012:52) menyatakan jika keunikan
terjadi pada sekelompok bahasa yang berada dalam satu rumpun atau satu kelompok bahasa,
lebih baik jangan disebut keunikan, melainkan ciri dari rumpun atau golongan bahasa itu.
Misalnya rumpun bahasa Melayu-Polinesia seperti bahasa Kalimantan, Filipina Utara,
Sulawesi, Jawa, dan Sumba. Bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia tersebut memiliki ciri
awalan (prefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan kombinasinya serta reduplikasi untuk
mengekspresikan berbagai nilai.
8. Universal
Jika sebelumnya telah dibahas bahwa bahasa itu memiliki ciri khas masing-masing (unik),
selanjutnya akan dibahas tentang ciri lain dari bahasa yaitu sifat bahasa yang universal.
Universal dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh
dunia. Ciri bahasa yang universal dapat diartikan bahwa semua bahasa di dunia memiliki sifat
tertentu yang sama dengan bahasa lainnya. Contoh ciri universal pada bahasa adalah adanya
bunyi bahasa yang berupa vokal dan konsonan pada semua bahasa di dunia.
9. Produktif
Kata produktif dapat diartikan sebagai mampu menghasilkan secara terus-menerus. Sifat
bahasa yang produktif dapat berarti kemampuan bahasa dalam menghasilkan istilah secara
terus-menerus. Walaupun hanya terdiri dari unsur yang terbatas (a-z atau 0-9) bahasa dapat
menghasilkan berbagai macam istilah baru.
Misalnya: huruf yang terdiri dari a, h, n, t, dan u dapat membentuk kata tuhan, hutan, hantu,
dan tahun. Begitu pun dengan penggabungan huruf lain yang membentuk kata, kemudian
kalimat, paragraf, hingga wacana.
10. Bervariasi
Sifat selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bervariasi. Bervariasi dapat berarti
mempunyai berbagai bentuk, jenis atau ragam. Bahasa itu bervariasi artinya bahasa memiliki
berbagai bentuk. Variasi bahasa ini dibagi oleh Chaer (2012:55) dalam tiga bentuk, yaitu
idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi bahasa yang mencirikan
perseorangan/individu.
Dialek adalah variasi bahasa yang mencirikan kelompok masyarakat pada suatu tempat atau
waktu tertentu. Dialek dapat disebut pula dengan sebutan dialek regional, dialek areal, dialek
geografi, atau yang umumnya dikenal dengan logat. Selanjutnya variasi bahasa yang berupa
ragam. Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk
keperluan tertentu. Ragam bahasa ini dapat berupa ragam bahasa formal (baku), nonformal
(nonbaku), lisan, tulisan, bertelepon, ber-SMS, jurnalistik, sastra, militer, atau hukum.
11. Dinamis
Dinamis adalah kata sifat yang berarti cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan. Bahasa bersifat dinamis artinya bahasa bersifat mengikuti dan menyesuaikan
dengan keadaan atau masyarakat penggunaannya. Oleh karena sifat bahasa yang dinamis,
maka bahasa selalu berubah, tidak tetap, dan selalu aktif (tidak diam). Bahasa yang bersifat
dinamis tersebut berlaku pada semua sistem bahasa. Perubahan itu dapat berbentuk
kemajuan, kemunduran, perluasan, atau penyempitan, tergantung pada penggunaan bahasa.
14. Manusiawi
Ciri atau sifat terakhir dari bahasa adalah bahasa itu bersifat manusiawi. Bahasa bersifat
manusiawi artinya bahasa itu hanya digunakan oleh manusia. Ciri ini sekaligus merangkum
semua ciri dari bahasa. Bahasa itu bersifat manusiawi sebab bahasa adalah suatu sistem
simbol yang bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif. Hewan tidak dikategorikan memiliki
bahasa sebab dalam berkomunikasi hewan hanya menggunakan gerak isyarat, hewan tidak
memiliki sistem berupa simbol. Selanjutnya, bahasa hewan tidak bersifat produktif, artinya
bahasa hewan tidak berkembang layaknya bahasa manusia. Kita tidak pernah menjumpai
suara hewan, misalnya ayam, pada suatu waktu berkokok dengan nada yang berbeda.
Aspek Bahasa
Bahasa dapat ditinjau melalui beberapa aspek berikut :
a. Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan kata-kata yang teratur dan jika
kehilangan salah satu unsur akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat.
b. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan atau konvensi bahwa
sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal atau peristiwa yang dipahami bersama dalam satu.
Contoh: Piring adalah peralatan rumah tangga sebagai wadah makanan.
c. Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa adalah bunyi dan tulisan
merupakan aspek atau alternatif kedua yang tidak kalah pentingnya.
d. Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna suatu bahasa.
e. Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya sangat tinggi dan vital.
f. Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda dan beragam penamaan dan
penggunaannya. Contoh : Dalam bahasa Indonesia, sarang bisa berarti tempat unggas atau
beberapa binatang lain untuk meletakkan telurnya, atau tempat untuk menagkap mangsa
(pada laba-laba).
g. Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang menggambarkan ciri budaya.
Penyebab-penyebab masalah
1. Keterlambatan Berbicara-Berbahasa Umum
Ini mungkin masalah yang paling umum dan mudah diperbaiki. Alasannya adalah bahwa
anak itu belajar lebih lambat daripada teman-temannya. Ini adalah situasi sementara yang
dapat diatasi dengan kombinasi terapi baik dengan terapis profesional di tempat praktik
maupun dengan orang tua di rumah.
Setelah terapi dimulai, banyak anak mengembangkan kemampuan berbicara bahasa mereka
dengan tepat dan mengejar rekan-rekan dalam waktu yang relatif singkat.
2. Masalah Bahasa Ekspresif
Dengan jenis penundaan ini, seorang anak berpikir dan memahami dengan jelas dan
mengembangkan hubungan normal, tetapi dia memiliki masalah dalam menggunakan bahasa
ekspresif secara efektif dibandingkan dengan berbicara dasar.
Kemampuan berbicara tertunda karena anak sedang berjuang untuk berkomunikasi secara
efektif. Sekali lagi, terapi wicara adalah respons tepat menanggulangi masalah ini.
3. Masalah Bahasa Reseptif
Dengan kondisi ini, pemahaman anak menurun dan dia berbicara dengan penggunaan kata-
kata yang tidak jelas dan jarang, serta memiliki masalah menghubungkan kata-kata dengan
arah, seperti menunjuk pada objek atau melaksanakan instruksi.
Terapi wicara akan diperlukan, tetapi sering kali kasus-kasus ini memerlukan bantuan klinis
yang intensif dan perawatan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama.
4. Autisme
Anak-anak dengan berbagai gangguan di sepanjang spektrum autisme menampilkan sejumlah
masalah perkembangan, termasuk keterlambatan bicara dan ketidakmampuan untuk
berkomunikasi dengan jelas. Aktivitas berulang juga biasa terjadi. Anak mengalami kesulitan
besar dalam mempertahankan komunikasi jangka panjang.
Bahkan dengan terapi, regresi sering terjadi setelah sedikit perbaikan. Dalam hal ini, evaluasi
dan perawatan profesional diperlukan untuk diagnosis yang akurat. Perawatan, pelatihan
bahasa intensif dan modifikasi perilaku, berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.
5. Cerebral Palsy
Kondisi ini menyebabkan masalah signifikan dengan koordinasi vokal fisik. Anak mungkin
mengalami masalah serius mengendalikan kejang di daerah lidah. Dia juga sering menderita
keterbatasan pendengaran dan ketidaksesuaian antara rangsangan dan fungsi kognitif.
Anak-anak yang terpengaruh oleh kondisi ini sering menjalani terapi pengenalan simbol
intensif sebagai alternatif komunikasi untuk kemampuan mengolah vokal bersama dengan
terapi wicara. Sementara kemampuan berbicara dapat terus menjadi alasan penundaan
perkembangan, anak-anak ini akan menemukan cara-cara untuk berkomunikasi secara efektif
meskipun dalam kondisi demikian.
6. Apraksia pada masa kanak-kanak
Masalah ini mengganggu kemampuan seorang anak untuk membuat suara yang tepat untuk
kata-kata yang diinginkan. Akibatnya, omongannya cenderung sangat terganggu dan
mungkin sulit dipahami oleh pendengar.
Anak-anak yang terkena penyakit ini sering menambahkan isyarat untuk memberi
kompensasi. Beberapa pendekatan perawatan diterapkan pada kondisi ini, dengan penilaian
komprehensif menjadi prasyarat untuk pengobatan yang efektif.
Pikir dua kali sebelum memberikan kopi pada anak (Foto: Shutterstock)
7. Disartia
Kondisi ini, baik dalam bentuk ringan atau berat, memengaruhi kemampuan berbicara
seseorang. Kemampuan berbicara seorang anak dapat terganggu dan sulit dimengerti. Mirip
dengan apraksia, anak-anak cenderung sangat tergantung dengan gerakan fisik untuk
menyampaikan pesan mereka.
Terapi wicara-bahasa menghasilkan beberapa perbaikan, dengan beberapa pendekatan
diperlukan untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
8. Kehilangan pendengaran pasca-bicara
Dalam beberapa kasus, anak-anak belajar berbicara tetapi kemudian kehilangan pendengaran
mereka, yang dapat menyebabkan regresi bicara. Pada akhirnya, kejernihan suara dan kualitas
menurun karena gangguan pendengaran berlanjut.
Selanjutnya, anak-anak yang terkena dampak berhenti menambahkan kata-kata baru ke
kosakata mereka. Dengan bantuan para profesional (audiolog, ahli patologi wicara-bahasa)
untuk belajar bahasa isyarat, membaca bibir, dan menggunakan alat bantu dengar, sebagian
besar masalah bicara dapat diatasi. Namun, pelafalan kata-kata dapat terus terhambat.
9. Kehilangan pendengaran pra-bicara
Dalam situasi ini, perkembangan bicara tertunda karena anak tidak dapat mendengar kata-
kata untuk kemudian mengulanginya dengan benar. Ucapan sering kali tidak jelas, dengan
nada atau penekanan yang salah.
Ada juga potensi kehilangan tuturan demonstratif dengan gerakan yang terhubung. Sekali
lagi, bantuan para profesional terkait (audiolog, ahli patologi wicara-bahasa) sangat penting,
di samping pelatihan komunikasi alternatif dan penggunaan alat bantu dengar.
10. Batasan kemampuan intelektual
Kemampuan berbicara dan berbahasa dalam skenario ini tertunda karena ada batasan
kognitif. Anak-anak dalam kasus seperti ini sering diperlakukan secara profesional setelah
evaluasi penuh, sering dirujuk ke pusat pengembangan anak untuk dukungan dan pelatihan
jangka panjang. Semua perawatan berada di bawah bimbingan dan pengawasan para
profesional terkait.
Sebagaimana disebutkan dalam perincian di atas, masalah perkembangan kemampuan
berbicara anak mungkin berasal dari sejumlah penyebab yang berbeda. Jadi, penting untuk
mendapatkan evaluasi profesional yang tepat.
10 penyebab masalah bicara dan bahasa anak-anak ini memberikan titik awal yang baik untuk
memahami mengapa keterbatasan bicara terjadi.