Penyusun :
Kelompok 6 A :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mengenai sampling
lokasi ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktikum
Teknik Lingkungan II yang menjadi Mata Kuliah wajib semester 5 (Lima).
Akhir kata kami berharap semoga ketulusan dan bantuan yang telah
diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah SWT, serta laporan ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
a. Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah
erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk
V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun
atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
b. Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya
erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertical
dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mula terjadi
pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan
sungai yang mencapai 180° atau lebih.
c. Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan
arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian
muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.
d. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi
oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan
air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke
danau/laut. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang
terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala
upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu
ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang
menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan
sedimentasi.
2.2 Sungai Code
Sumber pencemaran air terbagi menjadi dua yaitu point source (titik
tetap) dan non-point source (titik tidak tetap). Sumber pencemar point source
antara lain saluran limbah industri, fasilitas pengolahan air limbah, sistem tangki
septik dan sumber lain yang membuang langsung polutan ke sumber air.
Pencemar yang bersumber dari point source bersifat lokal, sementara efek yang
ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spesial kualitas air.
Biasanya volume pencemar dari point source relatif tetap. Sumber pencemar
non-point source yaitu dapat berupa kumpulan point source dalam jumlah yang
banyak dan lebih sulit untuk diidentifikasi. Sebagai contoh limpasan dari daerah
permukiman (domestik), limpasan dari daerah pertanian yang mengandung
pestisida dan pupuk, dan limpasan dari daerah perkotaan (Effendi, 2003).
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kriteria mutu air berdasarkan kelas untuk parameter COD, TSS, dan pH
sesuai dengan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.20
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
• COD (angka batas maksimum) (mg/L)
Kelas I = 10; Kelas II = 25; Kelas III = 50; Kelas IV = 100
• TSS (mg/L)
Kelas I = 50; Kelas II = 50; Kelas III = 400; Kelas IV = 400
• pH
Kelas I = 6-9; Kelas II = 6-9; Kelas III = 6-9; Kelas IV = 5-9
2.5 Suhu
Suhu adalah parameter fisik suatu badan air yang memiliki peran
penting karena dapat mempengaruhi reaksi kimia dan laju reaksi, kehidupan
akuatik serta sesuai atau tidaknya penggunaan air untuk peruntukan tertentu
(Metcalf and Eddy, 1979). Adanya perubahan suhu pada suatu perairan
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologis dalam air. Kenaikan
suhu air akan menimbulkan beberapa akibat seperti menurunnya jumlah
oksigen terlarut di dalam air, peningkatan kecepatan reaksi kimia,
terganggunya kehidupan biota air dan jika batas suhu yang maksimal terlewati
maka dapat mematikan kehidupan makhluk hidup di dalam air (Fardiaz, 1992).
2.6 pH
DISKRIPSI LOKASI
Pada praktikum kali ini kami megambil enak titik sampling yang
dengan beberapa parameter anatara lain sebagai berikut :
2.10
BAB IV
METODE PENELITIAN
Alat : 1. alat
pengambilan sampel
air
2. Wadah sample
Cara kerja :
4.2. Pengukuran Parameter Lapangan
1. Suhu
Alat : pH meter
2. pH
Alat : pH meter
3. Kekeruhan
Alat : turbidimeter
4. Pengukuran Debit
2. Stop watch;
3. Meteran minimal 3 meter dengan ketelitian 1 mm;
4. Kalkulator;
5. Kayu
6. Tali tambang
7. Alat tulis.
4.3. Pengawetan
b. heating block
c. mikroburet;
g. Erlenmeyer
h. gelas piala
i. Magnetic stirrer
j. Timbangan analitik
Cara kerja:
d. pengaduk magnetik;
e.pipet volum
f. gelas ukur;
g. cawan aluminium;
i. penjepit;
k. pompa vacum
Bahan: a. Kertas saring Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori
(Particle Retention) 1,5 mm
b. Air suling
Cara kerja:
4.5. Pembagian Kerja
Lapangan:
Annisa Amalia
2. Pengawetan :
Nurul Muzayyanah
3. Ukur debit:
Aza Djoyo
Riska Yoga
Laboratorium:
1. Uji COD :
Annisa Amalia
Nurul Muzayyanah
2. Uji TSS :
Aza Djoyo
Riska Yoga
4.6. Jadwal
Tanggal Kegiatan
6-Nov- Sampling dan pengukuran parameter lapangan
2019
13-Nov- Uji kualitas air (pengukuran parameter laboratorium)
2019
2. Laboratorium
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Agustira, Riyanda, dkk. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika Air dan
Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan Limbah
Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3
Arfan H H,dkk. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di Kecamatan
Tamalenrea Kota Makassar. Jurnal Tugas Akhir. Jurusan Sipil Fakultas
Teknik. Universitas Hasannudin Makassar.
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah
Mada University Press: Yogyakarta
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Haryadi Sigid. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan
Baku Mutu Air Limbah. Makalah individu Pengantar Falsafah Sains (PPS
702) IPB : Bogor.
Peraturan Gubernur DIY NO. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi
DIY.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Kualitas Air.