Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LINGKUNGAN II

SURVEI LOKASI SAMPLING

Penyusun :

Kelompok 6 A :

1. Riska Yoga P (17513142)

2. Aza Djoyo K (17513152)

3. Annissa Amalia A (17513164)

4. Muhammad Panji P (17513167)

5. Nurul Muzayyanah (17513170)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
(2019)
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mengenai sampling
lokasi ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktikum
Teknik Lingkungan II yang menjadi Mata Kuliah wajib semester 5 (Lima).

Dalam penulisan laporan ini, kami telah mendapatkan dukungan dan


bantuan yang tak ternilai dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada asisten praktikum yang telah banyak memberikan
dukungan, dorongan, saran dan nasehatnya selama penyusunan makalah ini serta
dukungan moral dari kedua orang tua dan kerja sama antar kelompok ini.

Akhir kata kami berharap semoga ketulusan dan bantuan yang telah
diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah SWT, serta laporan ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Aamiin.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan berbagai dampak pada
lingkungan perairan, yang menyebabkan tercemarnya suatu badan air misalnya
limbah industri pengolahan pangan. Komponen limbah cair industri pangan
sebagian besar adalah bahan organik antara lain karbohidrat, protein, lemak,
garam-garam mineral serta sisa- sisa bahan kimia yang digunkan dalam proses
pengolahan dan pembersihan. Kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat
bertindak sebagai sumber makanan bagi organisme yang akan berkembangbiak
dengan cepat dan mereduksi oksigen yang terlarut dalam air. Bila oksigen terlarut
dalam air rendah dan kadar bahan organiknya tinggi, maka akan timbul bau busuk
dan warna air menjadi gelap.
Sungai Code merupakan suatu kesatuan ekosistem yang terbagi menjadi
wilayah bagian hulu, tengah dan hilir. Pada bagian hulu Sungai Code didominasi
oleh kegiatan pertanian sedangkan bagian tengah lebih didominasi permukiman
warga padat penduduk meskipun masih terdapat sebagian kecil area persawahan
dan industri; sedangkan pada bagian hilir lebih didominasi oleh area persawahan,
permukiman, industri, rumah makan dan pariwisata
Sampling berasal dari kata sample yang berarti bahan untuk pemeriksaan,
sampel air berarti berarti melakukan pengambilan sejumlah volume suatu badan
air yang akan di teliti dengan jumlah sekecil mungkin, tapi masih mewakili, yaitu
masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan badan air tersebut.
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia mewajibkan
setiap mahasiswanya untuk mengetahui dan memahami teknik pengambilan
contoh di air, tanah dan udara. Pada praktikum teknik lingkungan II mahasiswa
diwajibkan untuk dapat melakukan sampling di sungai.
Berdasarkan masalah yang ada pada sungai maka perlu adanya pengujian
tentang kadar COD dan TSS yang terkandung dalam sungai Code. Sehingga dapat
di ketahui dampaknya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari survei lokasi ini adalah
1. Mengetahui beban pencemar yang terdapat di sungai code
2. Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknik Lingkungan II
1.3 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari kegiatan sampling di Sungai Code adalah
sebagai berikut:

1. Wilayah sampling air berada di bawah jembatan jalan Damai nomor 1,


Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

2. Melakukan pengambilan sampling dengan menggunakan parameter COD,


TSS, suhu, pH dan kekeruhan dan pengukuran debit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sungai

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran


air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai
bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan
menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai
yang lain. Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya,
menjadi tempat air mengalir. (Syarifuddin, dkk. 2000)

Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian


hulu, bagian tengah dan bagian hilir.

a. Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah
erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk
V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun
atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
b. Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya
erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertical
dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mula terjadi
pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan
sungai yang mencapai 180° atau lebih.
c. Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan
arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian
muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.
d. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi
oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan
air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke
danau/laut. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang
terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala
upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu
ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang
menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan
sedimentasi.
2.2 Sungai Code

Sungai Code merupakan bagian hilir dari Sungai Boyong yang


bersumber dari mata air di kaki Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman. Luas
keseluruhannya adalah sekitar 4.006,25 Ha. Aliran Sungai Code melintasi tiga
wilayah kabupaten/kota, yaitu; Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul; yang bermuara di Sungai Opak Kabupaten Bantul. Panjang
sungai total ± 41 km (jarak rambu dari muara) terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Sungai Code (sebelah hilir) panjang sungai 17 km dan Sungai Boyong (sebelah
hulu) panjang sungai 24 km. Kondisi Sungai Code terus mengalami penurunan
baik dari segi kualitas maupun kuantitas airnya. Fenomena perubahan fungsi
penggunaan sungai dan lahan di sepanjang daerah aliran Sungai Code telah
mengurangi daya dukung lingkungannya. (Widodo, 2010)

Seiring perkembangan zaman, penduduk di sepanjang tepian Sungai


Code semakin banyak sehingga Sungai Code yang dulu menjadi sumber air untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sudah tidak layak lagi karena kondisi air sungai
yang sangat memprihatinkan. Kampung-kampung di bantaran sungai semakin
sesak. Pola nuclear family menyebabkan perkembangan ublic demikian padat
dan menghabiskan ruang. Dampaknya warga Sungai Code kehilangan ruang
publik, dan satu-satunya tempat yang bisa menjadi pengharapan hanyalah badan
sungai, yakni sebagai tempat bermain anak, memancing ikan, hingga tempat
berkumpul di malam hari. (Bapedalda, 2008)
2.3 Pencemaran Air

Sumber pencemaran air terbagi menjadi dua yaitu point source (titik
tetap) dan non-point source (titik tidak tetap). Sumber pencemar point source
antara lain saluran limbah industri, fasilitas pengolahan air limbah, sistem tangki
septik dan sumber lain yang membuang langsung polutan ke sumber air.
Pencemar yang bersumber dari point source bersifat lokal, sementara efek yang
ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spesial kualitas air.
Biasanya volume pencemar dari point source relatif tetap. Sumber pencemar
non-point source yaitu dapat berupa kumpulan point source dalam jumlah yang
banyak dan lebih sulit untuk diidentifikasi. Sebagai contoh limpasan dari daerah
permukiman (domestik), limpasan dari daerah pertanian yang mengandung
pestisida dan pupuk, dan limpasan dari daerah perkotaan (Effendi, 2003).

2.4 Baku Mutu

Berdasarkan PP No. 82/2001 ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian


kelas air dan kriteria mutu air. Berdasarkan peraturan yang sama, maka kriteria
mutu air dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kriteria mutu air berdasarkan kelas untuk parameter COD, TSS, dan pH
sesuai dengan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.20
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
• COD (angka batas maksimum) (mg/L)
Kelas I = 10; Kelas II = 25; Kelas III = 50; Kelas IV = 100
• TSS (mg/L)
Kelas I = 50; Kelas II = 50; Kelas III = 400; Kelas IV = 400
• pH
Kelas I = 6-9; Kelas II = 6-9; Kelas III = 6-9; Kelas IV = 5-9

2.5 Suhu

Suhu adalah parameter fisik suatu badan air yang memiliki peran
penting karena dapat mempengaruhi reaksi kimia dan laju reaksi, kehidupan
akuatik serta sesuai atau tidaknya penggunaan air untuk peruntukan tertentu
(Metcalf and Eddy, 1979). Adanya perubahan suhu pada suatu perairan
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologis dalam air. Kenaikan
suhu air akan menimbulkan beberapa akibat seperti menurunnya jumlah
oksigen terlarut di dalam air, peningkatan kecepatan reaksi kimia,
terganggunya kehidupan biota air dan jika batas suhu yang maksimal terlewati
maka dapat mematikan kehidupan makhluk hidup di dalam air (Fardiaz, 1992).

2.6 pH

Nilai pH dalam suatu perairan dapat menjadi indikator adanya


keseimbangan dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan
unsur- unsur hara yang berguna bagi kehidupan vegetasi akuatik, selain itu pH
air juga berperanan penting bagi kehidupan fauna air seperti ikan dan
sebagainya yang hidup di perairan tersebut (Asdak, 2010).
pH air normal berkisar antara 6,5 - 7,5 yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan. pH bersifat asam jika nilainya di bawah pH normal,
sedangkan jika nilai pH di atas normal maka bersifat basa. Air limbah dan
buangan industri dapat mempengaruhi pH air yang akhirnya akan berdampak
pada kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2004).

2.7 COD (Chemical Oxygen Demand)

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang


diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air.
Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu
kaliumbikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume
diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat,
kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium
bikromatditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang
terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai
COD dapat ditentukan. Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada
di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi, sehingga dalam
kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit over estimate untuk gambaran
kandungan bahan organik (Haryadi, 2004).

2.8 TSS (Total Suspended Solid)

TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah


padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan
anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori 0,45 μm.
Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena
mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser (Agustira,
2013).

2.9 Pengambilan Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang


jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan di jadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar di
peroleh samoel yang representatif (Margono,2004).

Data kualitas lingkungan adalah dasar perencanaan, evaluasi, maupun


pengawasan yang sangat berguna bagi para pengambil keputusan, perencana,
penyusun program, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam
menentukan kebijakan lingkungan hidup. Untuk mendapatkan validitas data
hasil pengujian parameter kualitas lingkungan yang dapat dipercaya sesuai
tujuan, dokumen perencanaan dan pengambilan sampel yang representatif
harus merupakan bagian integral dari suatu kegiatan pengujian parameter
kualitas lingkungan (Hadi,2005).

Suatu penelitian terhadap kualitas air, tidak semua parameter dan


sifat-sifat air harus di teliti. Hal ini sangat bergantung dari tujuan penelitian
tersebut. Tetapi lebih di tekankan terhadap parameter yang berhubungan
dengan keamanan, penerimaan dan fungsi perairan tersebut. Untuk analisis
kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung di lokasi
dan cara pengawetan yang dilakukan di laboratorium, terutama untuk sifat-sifat
air yang dapat bertahan lama dalam kondisi yang sudah diawetkan.
(Arfan,2013).
BAB III

DISKRIPSI LOKASI

3.1 Lokasi Survey

Pada sampling kali ini, pengambilan sampel air dilakukan di wilayah


kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Lebih tepatnya
di jembatan Jalan Damai No 1. Kami menentukan titik sampling di wilayah
utara dan selatan jembatan dengan jarak seluruh segmen sepanjang 180 meter
dimana per segmennya berjarak 45 meter. Lokasi dikekelilingi oleh
pemukiman warga dan sumber domestik perkampungan tersebut.

Lokasi sampling yang dilakukan berada di Sungai Code yang


beralamat di jalan Damai nomor 1, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DI
Yogyakarta. Hasil kondisi yang telah diamati pada saat penentuan titik
sampling adalah sungai terlihat surut dan aliran cenderung fluktuatif karena
banyak batuan yang menghambat laju aliran.

3.2. Sumber Pencemar

Pada lokasi yang ditentukan terdapat berbagai sumber pencemar yang


dapat mencemari sungai yang akan diambil menjadi sampel. Pada peta yang
ditampilkan terdapat beberapa potensi sumber pencemar yang seluruhnya
terletak di segmen 2. Yang pertama yaitu berada di hulu sungai terdapat
pemukiman penduduk dan buangan dari limbah domestic. Titik pencemar
selanjutnya adalah terdapat warung, dan toko-toko di pinggir sungai yang mana
buangannya juga masuk kedalam sungai.

3.3. Titik dan Parameter Sampling

Pada praktikum kali ini kami megambil enak titik sampling yang
dengan beberapa parameter anatara lain sebagai berikut :

Titik Titik Koordinat Justifikasi dan Deskripsi Parameter


Sampling Kondisi Sekitar

Titik 1 -7⁰43’59.123”S -Bagian Hulu TSS dan


-Terdapat pemukiman
110⁰23’11.477”E COD
penduduk, terdapat
buangan limbah domestik

Titik 2 -7⁰48’25.30’’S -pemukiman penduduk TSS


dan buangan limbah
110⁰25’15.31’’E
domestic serta sampah
yang ada dipinggir sungai

Titik 3 -7⁰55’48.80’’S Terdapat pemukiman TSS


110⁰31’27.57’’E penduduk, TK dan
Masjid. Limbah dari TK
dan Masjid serta limbah
domestik
Titik 4 -7⁰64’53.40’’S Terdapat pemukiman TSS dan
110⁰33’12.4’’E penduduk dan Warung COD
Mie Ayam. Limbah
domestic dan limbah dari
Warung Mie Ayam

Titik 5 -7⁰69’51.7’’S Terdapat pemukiman TSS


110⁰35’40.3’’E penduduk. limbah
domestik

Titik 6 -7⁰73’35.80’’S Bagian hilir. Terdapat TSS


sumber pencemar dari
110⁰38’60.57’’E
limbah domestic

2.10
BAB IV

METODE PENELITIAN

Praktikum dilakukan di Sungai Code, Sebelum melakukan praktikum


tersebut dilakukan survey tempat terlebih dahulu pada tanggal 25 september
2019. Dengan panjang sungai untuk titik sampling kurang lebih 180 meter
yang mana dibagi menjadi 3 segmen dan terdapat 6 titik sampel yang telah
ditentukan. Praktikum ini dilakukan dengan metode survey lapangan, dengan
melakukan pengambilan sampel secara langsung di Sungai Code. Sedangkan
untuk pengukuran parameter laboratorium dilakukan di laboratorium Teknik
Lingkungan FTSP UII. Terdapat dua parameter yang diukur yaitu parameter
lapangan dan laboratorium. Parameter lapangan terdiri atas suhu, pH, debit,
dan kekeruhan sedangkan parameter laboratorium terdiri atas COD dan TSS.

Metode pengambilan sample air sungai yang dilakukan secara


langsung mengunakan metode grab sampling yaitu metode pengambilan
sample sesaat yang menunjukkan karakteristik air hanya pada saat itu. dengan
mengunakan alat water sampler sesuai dengan SNI 6989.59:2008. Sebelum
dilakukan analisa di laboratorium dilakukan pengawetan agar tidak terjadi
perubahan fisika maupun kimia. Parameter yang dianalisis meliputi parameter
fisika, kimia organik. Pengambilan sample air dilakukan tanggal yang telah
ditentukan dan di analisa di Laboratorium Teknik Lingkungan FTSP UII
dengan metode analisa sesuai dengan standart laboratorium.

4.1. Pengambilan Sample

Alat : 1. alat
pengambilan sampel
air

2. Wadah sample

Cara kerja :
4.2. Pengukuran Parameter Lapangan

1. Suhu

Bahan : air sample

Alat : pH meter

2. pH

Bahan : air sample

Alat : pH meter

3. Kekeruhan

Bahan : air sample

Alat : turbidimeter

4. Pengukuran Debit

Peralatan pengukuran debit yang biasa digunakan:

1. Daun untuk mengukur laju aliran

2. Stop watch;
3. Meteran minimal 3 meter dengan ketelitian 1 mm;

4. Kalkulator;

5. Kayu

6. Tali tambang

7. Alat tulis.

4.3. Pengawetan

Bahan : H 2 SO4 & HNO3

4.4. Pengukuran Parameter Laboratorium

1. COD (Chemical Oxygen Demand)

Alat : a. digestion vessel

b. heating block

c. mikroburet;

d. labu ukur 100,0 mL dan 1000,0 mL

e. pipet volumetrik 5,0 mL; 10 mL dan 25,0 mL

f. pipet ukur 5 mL; 10 mL dan 25 mL

g. Erlenmeyer

h. gelas piala

i. Magnetic stirrer

j. Timbangan analitik

Bahan : a. air bebas organik;

b. larutan pereaksi asam sulfat;

c. larutan baku kalium dikromat (K2Cr2 O7) 0,01667 M (≈ 0,1


N) (digestion solution)
d. larutan indikator ferroin;

e. larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M;

f. asam sulfamat (NH2SO3H);

g. larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK,


KHP) ≈ COD 500 mg O2/L

Cara kerja:

2. TSS (Total Suspended Solid)

Alat : a. desikator yang


berisi silika gel;
b. oven, untuk pengoperasian pada suhu 103ºC sampai dengan
105ºC;

c. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;

d. pengaduk magnetik;

e.pipet volum

f. gelas ukur;

g. cawan aluminium;

h. cawan porselen/cawan Gooch;

i. penjepit;

j. kaca arloji; dan

k. pompa vacum

Bahan: a. Kertas saring Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori
(Particle Retention) 1,5 mm

b. Air suling

Cara kerja:
4.5. Pembagian Kerja

 Lapangan:

1. Sample air (suhu, pH, dan kekeruhan):

 Muhammad Panji Pangestu

 Annisa Amalia
2. Pengawetan :

 Nurul Muzayyanah

3. Ukur debit:

 Aza Djoyo

 Riska Yoga

 Laboratorium:

1. Uji COD :

 Annisa Amalia

 Nurul Muzayyanah

2. Uji TSS :

 Muhammad Panji Pangestu

 Aza Djoyo

 Riska Yoga

4.6. Jadwal

Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan pada Praktikum Teknik


Lingkungan 2, berikut jadwal pengambilan sample dan pengujian parameter:

Tanggal Kegiatan
6-Nov- Sampling dan pengukuran parameter lapangan
2019
13-Nov- Uji kualitas air (pengukuran parameter laboratorium)
2019

4.7. JSA (Job Safety Analysis)


1. Lapangan

2. Laboratorium

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil survey didapatkan 6 titik pengambilan sample air yaitu


titik 1 dengan koordinat -7⁰43’59.123”S 110⁰23’11.477”E, titik 2 dengan
-7⁰48’25.30’’S 110⁰25’15.31’’E, titik 3 dengan koordinat -7⁰55’48.80’’S
110⁰31’27.57’’E, titik 4 dengan koordinat -7⁰64’53.40’’S 110⁰33’12.4’’E
dan 5 dengan koordinat -7⁰69’51.7’’S 110⁰35’40.3’’E serta titik 6 dengan
koordinat -7⁰73’35.80’’S 110⁰38’60.57’’E

Pada titik 1 akan digunakan untuk menguji parameter suhu, pH,


kekeruhan, dan TSS dan COD. Pada titik 2 akan digunakan untuk menguji
parameter suhu, pH dan kekeruhan. Pada titik 3 akan digunakan untuk
menguji parameter suhu, pH, kekeruhan dan TSS, sedangkan pada titik 4
akan digunakan untuk menguji parameter suhu, pH, kekeruhan, TSS dan
COD, dan juga pengukuran debit. Titik 5 dan 6 digunakan untuk menguji
parameter suhu, pH, kekeruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustira, Riyanda, dkk. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika Air dan
Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan Limbah
Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3
Arfan H H,dkk. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di Kecamatan
Tamalenrea Kota Makassar. Jurnal Tugas Akhir. Jurusan Sipil Fakultas
Teknik. Universitas Hasannudin Makassar.

Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah
Mada University Press: Yogyakarta

Bapedalda DIY. 2008. Laporan Akhir Penelitian “Kajian Lingkungan Hidup


Strategis Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta”.
Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius: Yogyakarta

Hadi A. 20015. Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT.


Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Haryadi Sigid. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan
Baku Mutu Air Limbah. Makalah individu Pengantar Falsafah Sains (PPS
702) IPB : Bogor.

Manan, S. 1979. Pengaruh Hutan dan Managemen Daerah Aliran Sungai.


Fakultas Kehutanan Bogor : Institut Pertanian Bogor

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta

Peraturan Gubernur DIY NO. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi
DIY.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Kualitas Air.

Soeryono, R.1979. Kegiatan dan Masalah Kehutanan Dalam DAS. Proceding


Pertemuan Diskusi Pengelolaan DAS DITSI : Jakarta

Syarifuddin, dkk. 2000. Sains Geografi. Bumi Aksara : Jakarta


Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset:
Surabaya

Widodo B,dkk. 2010. Pengelolaan Kawasan Sungai Code Berbasis Masyarakat.


Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. Vol. 2. No. 1. Halaman 7 - 20

Anda mungkin juga menyukai