Tuter Ekologi Hewan Windra B1A016102
Tuter Ekologi Hewan Windra B1A016102
Oleh:
Windra Nandhitya B1A16102
Penelitian yang dilakukan di Nabire dalam mendata sifat kualitatif dan kuantitatif
kuskus di Pulau Moor Kabupaten Nabire, Papua, dibagi dalam dua tahap yaitu tahap I
adalah penelitian lapangan dengan kegiatan koleksi kuskus yang terdapat di pulau Moor,
dimulai dari 30 November sampai dengan 9 Desember 2002.. Tahap II adalah penelitian
lanjutan di laboratorium yang meliputi pengamatan sifat-sifat fisiologis pencernaan dan
organ reproduksi. Tahap kedua ini dilaksanakan di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi
Reproduksi Ternak mulai minggu II hingga minggu III Desember 2002.
Penelitian tahap I merupakan pengamatan lapang yang dilakukan dengan cara
mengkoleksi kuskus dari habitatnya dengan bantuan penduduk lokal. Untuk kepentingan
pengamatan (identifikasi) jenis makanan yang dikonsumsi maka dilakukan pembedahan
pascamati pada system pencernaan. Kuskus yang diperoleh kemudian diamati karakter
kualitatifnya dengan cara mengamati warna tubuh kuskus pada bagian ventral dan
dorsal, warna telinga bagian dalam dan luar; pengamatan karakter kuantitatif dilakukan
dengan cara menimbang untuk bobot badan dan bobot karkas, mengukur panjang badan,
ekor dan karakter lain yang dianggap penting pada kuskus. Dari kegiatan ini diperoleh
13 ekor kuskus dari 2 (dua) spesies yaitu 7 ekor spesies Phalanger orientalis dan 6 ekor
spesies Spilocuscus maculatus. Dari sejumlah tersebut 5 ekor yang terdiri dari 3 ekor (2
jantan dan 1 betina) Phalanger orientalis dan 2 ekor (jantan dan betina) Spilocuscus
maculatus telah dilakukan pembedahan pascamati di lapang untuk pengamatan sifat
kualitatif dan kuantitatif
Penelitian Tahap II merupakan pengamatan di laboratorium sebagai bentuk
tindak lanjut setelah penelitian lapangan. Kegiatan yang dilkaukan kali ini meliputi;
lanjutan pengamatan sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif kuskus (anatomi), seperti yang
sudah dilakukan di lapang. Setelah itu, Pengamatan organ-organ visceral (fisiologis).
Pengamatan organ-organ visceral dilakukan dengan cara melakukan pembedahan kuskus
jantan dan betina. Mula-mula kuskus dibius dengan ethil ether yang telah dibasahi pada
kapas, lalu ditutup pada hidung sampai kuskus pingsan setelah itu disembelih pada
bagian vena jugularis. Setelah itu kuskus diangkat dan diletakkan di atas bak
pembedahan. Pembedahan dilakukan pada bagian medio ventral yaitu mulai dari bagian
anus sampai ke rongga mulut. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap anatomi dan
fisiologi organ-organ tubuh bagian visceral. Pengamatan selanjutnya dilakukan dengan
cara melepaskan bagian-bagian organ tubuh sesuai kelompoknya masing-masing seperti:
organ-organ yang tergolong dalam sistem pencernaan, dan sistem reproduksi.
Selanjutnya dilakukan pengukuran berat, panjang atau volume dari masingmasing organ
tersebut.
Metode penelitian yang digunakan oleh Sinery (2006) dalam mendata jenis
kuskus yang ada di Taman Wisata Gunung Meja Kabupaten Manokwari, terdiri atas
beberapa tahapan kegiatan, yaitu: survei pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan lokasi penelitian. Penentuan stasiun pengamatan secara proposif berdasarkan
kepadatan populasi, dengan batas plot pengamatan berdasarkan batas taman wisata
sehingga dibuat 4 stasiun pengamatan masing-masing pada arah timur, barat, utara dan
selatan. Pengambilan obyek; dilakukan dengan bantuan masyarakat pada siang hari dan
malam hari, dan dilakukan di kawasan hutan juga di luar kawasan hutan (masyarakat).
Pengukuran ukuran tubuh menggunakan mistar (meteran) dinyatakan dalam
millimeter (mm), berat tubuh menggunakan timbangan dinyatakan dalam gram (g), suhu
dan kelembaban udara menggunakan termohigrometer (pukul 19.00, 24.00 dan
05.00 WIT) sedangkan gambar obyek diambil menggunakan kamera. Hasil deskripsi
morfologi kuskus dicatat pada tally sheet, selanjutnya dilakukan identifikasi jenis
berdasarkan kunci identifikasi kuskus New Guinea dan kunci identifikasi kuskus Irian
Jaya. Deskripsi habitat ditemukannya obyek, meliputi ketinggian tempat, jenis pakan,
suhu dan kelembaban lingkungan. Pemanfatan kuskus oleh masyarakat di sekitar
kawasan, meliputi dikonsumsi, dijual, dibuat karya kerajinan dan dipelihara. Variabel
yang diamati terdiri dari variabel utama yaitu karakter morfologi kuskus dan variabel
pendukung yaitu jenis pakan kuskus, habitat kuskus, waktu aktif kuskus dan etnozoologi
kuskus (pemanfaatan kuskus oleh penduduk lokal). Data yang dikumpulkan terdiri atas:
deskripsi karakter morfologi kuskus, jenis pakan (pengamatan dan wawancara), habitat
kuskus, waktu aktif kuskus, pemanfaatan kuskus oleh penduduk lokal (konsumsi, jual
(hidup/mati), karya kerajinan dan pelihara. Data hasil penelitian ditabulasi dan disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar.
Sedangkan Pattiselanno (2006), melakukan penelitiannya dalam dua tahap.
Tahap pertama: berupa wawancara pada masyarakat yang berprofesi sebagai pemburu,
sedangkan tahap kedua berupa peninjauan langsung ke lokasi perburuan sekaligus
menghimpun data kuantitatif dan kualitatif kuskus hasil buruan. Melode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah melode deskriptif dengan teknik studi kasus. Kasus yang
dipelajari adalah perburuan kuskus oleh masyarakat di pesisir Napan Yaur, L au Ratewi,
Nabire.
Responden ditentukan secara sengaja dengan menentukan 50% dari total 55
kepala keIuarga (KK) yang tinggal di desa Arui atau sebanyak 28 mKK. Selanjutnya
dari 28 KK tersebut dilakukan (1) identifikasi jumlah KK yang melakukan perburuan
dan memanfaatkan kuskus; diperoleh 20 KK, (2) identifikasi KK yang tidak melakukan
perburuan tetapi memanfaatkan kuskus; diperoleh 5 KK, (3) identifikasi KK yang tidak
melakukan perburuan dan juga tidak memanfaatkan kuskus; diperoleh 2 KK.
Penelitian tahap pertama dilakukan dengan mewawancarai 20 orang responden
yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini dilakukan wawancara secara
terstruktur, berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan. Untuk mendapatkan informasi
yang lebih akurat klarifikasi terhadap data sekunder dilakukan dengan mewawancarai
sejumlah informan kunci (tokoh adat, kelompok pemburu, lokoh masyarakat). Pada
penelitian tahap kedua dilakukan survei langsung ke lokasi perburuan untuk uji silang
terhadap hasil wawancara sebagai klarifikasi terhadap lokasi, alai buru, melode berburu
dan habitat kuskus. Kuskus hasil buruan yang diperoleh pemburu responden kemudian
diamati karakter kualitatifnya dengan cara mengamati warna tubuh kuskus pada bagian
ventral dan dorsal, warna lelinga bagian dalam dan luar. Dan analisis data yang
dilakukan dijelaskan secara deskriptif.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Febriadi, I. 2016. Sudi Tentang Habitat dan Pendugaan Populasi Kuskus Bertotol Biasa
(Spilocuscus Maculatus Desmarest, 1803) di Pulau Numfor Kabupaten Biak
Numfor. Jurnal Agroforestri Vol 10 No. 3 pp. 171-180.
Supriyantono et al. 2006. Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Kuskus di Pulau Moor
Kabupaten Nabire Papua. Berk. Penel. Hayati No. 11 pp. 139-145
Pattiselanno. F.., & Koibur, J.F. 2008. Cuscus (Phalangeridae) Hunting by Biak Ethnic
Group in Surrounding North Biak Strict Nature Reserve, Papua. HAYATI
Journal of Biosciences. Vol 15. No. 3 pp. 130-134