Anda di halaman 1dari 4

, total anggaran yang digelapkan masih dalam proses perhitungan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Modus korupsi

Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat Dwi Agus Arfianto mengungkapkan modus korupsi dana BOP ini.

Terima kasih telah membaca Kompas.com.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.

Daftarkan email

"Modusnya Saudara W mantan kepala sekolah itu memberi kode password kepada MF untuk bisa
mengakses aplikasi dana BOP," kata Dwi kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2021).

Baca juga: Korupsi Dana BOP Rp 7,8 Miliar, Kepsek SMKN 53 Jakbar Bagi-bagi ke Para Guru

"Padahal, sebenarnya satu-satunya yang boleh pegang password adalah kepala sekolah," tambah Dwi.

Setelah mendapat password untuk mengakses aplikasi dana BOP, MF pun mulai melakukan
penggelapan.

"Misalnya dia membuat SPJ fiktif dalam melakukan pengadaan barang," kata Dwi.

Setelah berhasil melakukan penggelapan, MF pun menyetorkan sejumlah uang kepada W.

Digunakan untuk membeli vila di Puncak

Dwi mengungkapkan bahwa MF menggunakan uang hasil korupsi dana BOP itu untuk memperkaya diri.
Salah satunya adalah membeli sebuah vila di Puncak, Bogor, Jawa Barat.
"Si MF, salah satu yang kelihatan agak signifikan dibelikan vila di daerah Puncak," ujar Dwi kepada
Kompas.com.

Baca juga: Staf Sudin Pendidikan 1 Jakbar Pakai Uang Korupsi Dana BOP untuk Beli Vila di Puncak

"Yang lain ya (digunakan) untuk kebutuhan sehari-hari yang bersangkutan," sambungnya.

Dibagikan ke guru

Sementara itu, kepala sekolah W menggunakan sebagian dari dana korupsi itu untuk memberi honor
tambahan bagi para guru SMKN 53.

Jumlah honor tambahan tersebut berkisar antara Rp 1 juta-Rp 2 juta per orang.

Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jakarta Barat Reopan Saragih mengatakan, para guru
menyatakan siap mengembalikan uang hasil korupsi itu kepada negara.

"Guru-guru yang harusnya tidak boleh menerima horor mereka ingin mengembalikan. Nilainya kecil,
hanya Rp 1 juta-Rp 2 juta," ujar Reopan, Selasa kemarin.

Reopan menyebutkan, para guru tidak tahu bahwa honor tambahan dari W adalah hasil penggelapan
dana BOP. Oleh karenanya, mereka tidak akan dijerat sebagai tersangka.

Baca juga: 2 Tersangka Korupsi Dana BOP di Jakbar Masih Berkantor seperti Biasa

"Kan kasihan juga, mereka juga punya iktikad baik (mengembalikan) untuk pemulihan keuangan negara,
walaupun nilainya tidak maksimal," kata Reopan.

Terancam 12 tahun penjara


Atas perbuatannya, W dan MF kini sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Keduanya dikenakan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). Ancaman
hukumannya mencapai 20 tahun penjara atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

Kejari Jakbar masih terus bekerja mengumpulkan bukti tambahan untuk menjerat dua pelaku.

Sampai Senin (24/5/2021) , penyidik Kejari Jakbar melakukan penggeledahan di Kantor Sudin Pendidikan
1 Jakbar serta di Gedung Sekolah SMKN 3 Jakbar.

Tak ditahan

Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, W dan MF belum ditahan oleh Kejaksaan Negeri Jakarta
Barat.

Alasannya, saat ini pihak kejaksaan masih menunggu hasil pemeriksaan kerugian negara dari BPK.

"Rp 7,8 miliar itu total anggaran, yang digelapkan kami perkirakan setengahnya. Tapi kami masih
menunggu hasil audit BPK," kata Reopan.

W dan MF pun masih berkantor seperti biasa sampai Selasa kemarin.

Hal ini disampaikan Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat (Jakbar) Aroman.

Menurut dia, W masih berprofesi sebagai guru meski tak lagi menjadi kepala sekolah. Adapun MF saat
ini bertugas di Kantor Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.

"Status Pak W saat ini masih sebagai guru dan Pak MF sebagai staf di Kasatlak Kecamatan Taman Sari,"
kata Aroman, Selasa kemarin.
Kompas.com Play

LIHAT SEMUA

Quiz Otomotif Dapatkan Nike Air Jordan

Arisan Parapuan Episode 3

Survei Liburan Sekolah

Dapatkan E-voucher dan Smar

Anda mungkin juga menyukai