Anda di halaman 1dari 10

RESUME 08

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ Teori Belajar dan Penerapannya dalam Pembelajaran(Lanjutan)”

DOSEN PENGAMPU :

VERLANDA YUCA,M.Pd

OLEH

Nama : Sri Muliani Sianipar

Nim : 19076028

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan
antara stimulus dan
respon

proses penyesuaian,
pengembangan dan
pengintegrasian
Menurut Piaget pengetahuan baru ke
dalam struktur kognitif
belajar dengan
yang telah dimiliki
memfokuskan pada
seseorang sebelumnya.
perubahan proses Prinsip-Prinsip Belajar
mental dan struktur Menurut Teori Belajar
yang terjadi sebagai Kognitif bahwa proses belajar
hasil dari upaya untuk akan berjalan dengan
memahami dunia baik dan kreatif jika
Pengertian Belajar
Teori Belajar Kognitif guru memberi
Menurut Teori Belajar Menurut Jarome Bruner
kesempatan kepada
Kognitif
siswa untuk
menemukan suatu
Hakekat belajar
aturan
menurut teori kognitif
dijelaskan sebagai
suatu aktivitas belajara Penerapan Teori Belajar
siswa akan belajar
yang berkaitan dengan Kognitif Dalam
dengan baik jika isi
penataan informasi, Pembelajaran
pelajarannya
reorganisasi
didefinisikan dan
persepsual, dan prosese Menurut Ausebel
kemudian
intelektual
dipresentasikan dengan
baik dan tepat kepada
siswa

belajar dipandang
Menurut Robert M. sebagai proses
Gagne pengolahan informasi
dalam otak manusia
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif
Salah satu kegiatan manusia adalah belajar. Kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang berproses dan juga merupakan unsur yang paling fundamental dalam
setiap penyeleng-garaan jenis dan jenjang pendidikan atau pembelajaran. Dalam hal
ini berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu berarti sangat tergantung
pada proses belajar yang dialami oleh pembelajar, baik ketika ia berada dalam
lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan rumah atau keluarganya (Syah, 1996).
Istilah “Cognitif” berasal dari kata “Cognition” yang padanannya “Knowing”,
berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan
penggunaan pengetahuan (Neissser, 1976). Kognitif adalah salah satu ranah dalam
taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif
berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal).
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar
behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-
respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau
membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi kompenen-komponen yang kecil-kecil
dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di
dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Pengertian belajar menurut tokoh-tokoh kognitif :
1. Menurut Piaget
Piaget berpendapat (dalam Alfallahu, 2013) bahwa belajar merupakan proses
penyesuaian, pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang sebelumnya. Proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang
terbagi kedalam empat tahap, yaitu :
a) Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)
b) Tahap preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)
c) Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)
d) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin
teratur dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya, serta memberikan
isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami
seorang anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan
isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
2. Menurut Jarome Bruner
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan ( termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh
yang menggambarkan ( mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan
ini “belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu
informasi umum dan diminta untuk mencari contoh-contoh khusus dan konkrit .
Menurut bruner (dalam Alfallahu, 2013) ada 3 tahap dalam perkembangan
kognitif, yaitu:
a) Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan
dengan observasi, pengalaman terhadap suatu realita
b) Ikonik : siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan
visualaisasi verbal.
c) Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.
3. Menurut Ausebel
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full
learning).
Menurut Ausebel (dalam Alfallahu, 2013) siswa akan belajar dengan baik
jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa (Advanced Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa.
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik,
dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak,
umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus
memiliki logika berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi
pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan
materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.
4. Menurut Robert M. Gagne
Menurut gagne (dalam Alfallahu, 2013) belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak manusia :

a. Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan


mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol informasi
yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan
seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang
masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian
hilang dalam system.
c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan
untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan
informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di
transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke
memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan
dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
e. Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi
jawaban.
B. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada
perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk
memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-
tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti
pemecahan masalah yang tidak jelas.
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
a) Pembelajaran aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif
dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini
konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang pemandangan pengembangan
pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka mencari
informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan, mereka
memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan
perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman. teori
belajar kognitif pandangan manusia sebagai "agen goal-directed yang aktif
mencari informasi.
b) Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah
mereka ketahui.
Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja, peserta
didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan
percaya. Sebagai contoh, sering anak-anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan
setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian
menggambar permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan
bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi
anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan
bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga
membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah
pemahaman peserta didik
a) Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan
mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru mengatakan
kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya, mereka menggunakan
apa yang telah mereka ketahui untuk membangun pemahaman tentang apa
yang mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam
upaya mereka untuk membuat informasi baru dimengerti, mereka secara
dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan
serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa
siswa membangun pemahaman mereka sendiri.
b) Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mantal
seseorang yang atas kapasitas untuk menunjukkan perilaku yang berbeda.
Perhatikan kalimat "menciptakan kapasitas. Dari perspektif kognitif, belajar
dapat terjadi tanpa ada perubahan langsung dalam perilaku, bukti perubahan
dalam struktur mental dapat terjadi dalam beberapa waktu kemudian. "struktur
mental" bahwa perubahan termasuk skema, keyakinan, tujuan, harapan dan
komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena randy misalnya sadar
walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat catatan, dan Tanta, Rendy
dan Juan membentuk hubungan, dalam pikiran mereka, menghubungkan
informasi dari grafik, transparansi, dan demonstrasi.
Kegiatan pembelajaran kognitif mengikuti prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-
tahap tertentu.
2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar
dengan baik, terutama jika menggunakan benda –benda kongkrit.
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,
karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan penggalaman dapat terjadi dengan baik.
4) Untuk menarik minat dan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki si pembelajar.
5) Pemahaman dan retensi akan meningkatkan jika meteri pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana
ke kompleks.
6) Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.
Agar bermakna informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
7) Adanya perbedaan individualis pada diri siswa perlu diperhatikan,
karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan
berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
C. Penerapan Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajara
yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi persepsual, dan prosese
intelektual. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah
banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan
dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih bermakana bagi siswa.
Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
c) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d) Untuk menarik minat dan menigkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi beru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
e) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
f) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
makna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
g) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor
ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan
sebagainya.
Dari pemahan diatas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan
oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda. Secara garis besar langkah-langkah
pembelajaran yang dikemukakan oleh Sutiah (2003) dapat digunakan. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah pembelajaran menurut piaget
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Memilih materi pelajaran.
3) Menetukan topik-topik yang dapat dipelajar siswa secara aktif.
4) Mementukan kegiatan yang sesuai dengan topik-topik tersebut, misalnya
peneletian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya.
5) Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan
cara berpikir siswa.
6) Melakukan penilaian dan proses belajar siswa.

Langkah – langkah pembelajaran menurut bruner


1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karekteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar dan sebagainya.
3) Memilih materi pelajaran
4) Memilih topik-topik yang dapat di pelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh ke generalisasinya).
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke yang kompleks,
dari yang konkret ke yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik,
sampai ke simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Langkah – langkah pembelajaran menurut ausubel


1) Menentukan tujuan pelajaran.
2) Melakukan identifikasi karekteristik siswa (kemampuan awal, motivasi,
gaya belajar, dan sebagainya).
3) Memilih materi pelajaran sesuai dengan karekteristik siswa dan
mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep ini.
4) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance
organizer yang akan di pelajari siswa.
5) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapakannya dalam
bentuk nyata atau konkret.
6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai