Nunung Runiawati 1
Abstrak
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) adalah pendayagunaan BMD yang tidak digunakan
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi
Barang Milik Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikannya. Pemanfaatan BMD
memberikan peluang bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta
meningkatkan fasilitas publik. Rumusan masalah dalam kajian ini adalah konsep pemanfaatan
aset dalam peningkatan pendapatan asli daerah, metode pemanfaatan aset, penetapan kontribusi,
dan studi kasus pemilihan metode pemanfaatan aset dalam pengembangan kawasan pariwisata
pantai. Kajian ini menggunakan pendekatan teoritis dalam menjelaskan konsep dan metode
pemanfaatan BMD serta menggunakan data hasil penelitian dalam membahas studi kasus
pemilihan metode pemanfaatan BMD. Paper ini bertujuan memberikan gambaran dalam
pemanfaatan barang milik daerah serta manfaatnya dalam peningkatan PAD. Hasil pembahasan
menunjukan bahwa terdapat 5 merode pemanfaatan aset yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama
pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna, dan kerja sama infrastruktur yang satu
sama lain memiliki tujuan, keunggulan dan karakteristik tersendiri. Dalam rangka peningkatan
pendapatan asli daerah, setiap metode pemanfaatan aset (kecuali pinjam pakai) memiliki bentuk
kontribusinya masing-masing yang mampu meningkatkan pendapatan daerah dan/atau
peningkatan aset daerah.. Pemilihan metode pemanfaatan aset hendaknya didasarkan pada visi
dan misi daerah serta metode yang paling memberikan dampak rentetan terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah.
Kata Kunci : Pemanfaatan, Barang Milik Daerah, Sewa, Pinjam Pakai, Kerja Sama Pemanfaatan,
Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna, Kerja Sama Infrastruktur
1
Dosen Administrasi Publik Fisip Universitas Padjadjaran
45
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 46
banyak aset yang dimiliki oleh pemerintah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
daerah yang belum mampu menghasilkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Repub-
keuntungan bagi daerah. Melalui mekanisme lik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
pemanfaatan aset inilah diharapkan dapat Pengelolaan Barang Milik Negara/DaerahPasal 3
menjadi peluang bagi daerah untuk meng- ayat (2) terdapat 11 siklus dalam pengelolaan
optimalisasi aset yang dimiliki sehingga mampu barang diantaranya adalah:
meningkatkan PADnya. a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
Definisi Pemanfaatan menurut PP 27/2014 b. Pengadaan;
Pasal 1 adalah pendayagunaan barang milik c. Penggunaan;
negara/daerah yang tidak digunakan untuk pe- d. Pemanfaatan;
nyelenggaraan tugas dan fungsi Keme- e. Pengamanan dan pemeliharaan;
nterian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah f. Penilaian;
dan/atau optimalisasi Barang Milik Ne- g. Pemindahtanganan;
gara/Daerah dengan tidak mengubah status kepe- h. Pemusnahan;
milikannya. Pemanfaatan merupakan tahapan i. Penghapusan;
keempat dalam pengelolaan BMD jika mengacu j. Penatausahaan; dan
kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia k. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan
barang milik negara/daerahpasal 3 ayat (2) Sesuai dengan ketentuan tersebut,
setelah perencanaan kebutuhan dan pengang- pemanfaatan merupakan tahapan keempat dalam
garan, pengadaan dan penggunaan. pengelolaan BMN/D.
Rumusan masalah dalam kajian ini adalah Dalam skema pemanfaatan, Savas bentuk-
bagaimana konsep pemanfaatan aset dalam serta bentuk pemanfaatan yang dikenal dengan the
metode, penetapan kontribusi, dan studi kasus spectrum of public and private partnership.
dalam pemilihan metode pemanfaatan aset. Adapun model-model privatisasi infrastruktur
Kajian ini menggunakan pendekatan teoritis dikategorikan dalam 3 jenis fasilitas, yakni
dalam menjelaskan konsep, metode dan pen- fasilitas yang ada, fasilitas yang membutuhkan
etapan kontribusi serta menggunakan data hasil investasi untuk ekspansi atau rehabilitasi dan
penelitian dalam membahas studi kasus fasilitas yang baru akan dibangun. Untuk jenis
pemilihan metode pemanfaatan aset. Paper ini fasilitas yang ada, model privatisasinya
bertujuan memberikan gambaran dalam peman- dilakukan dengan dijual, sewa, dan kontrak/
faatan barang milik daerah serta manfaatnya perjanjian operasional dan pemeliharaan. Selan-
dalam peningkatan PAD. jutnya untuk fasilitas yang membutuhkan
investasi untuk ekspansi atau rehabilitasi, model
2. Kajian Literatur privatisasi adalah dengan Lease-Build-Operate
(LBO) atau Buy-Build-Operate (BBO) dan
Menurut Siregar, “aset merupakan barang wraparound addition dimana Perusahaan swasta
(thing) atau sesuatu barang (anything) yang menyewa atau membeli fasilitas dari pemerintah,
mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial, atau beroperasi di bawah kesepakatan dan membayar
nilai tukar yang dimiliki oleh badan usaha, biaya tertentu. Sedangkan untuk fasilitas yang
instansi, atau individu (178).” Aset daerah dalam akan baru dibangun, model privatisasi dengan
ketentuan peraturan perundangan dikenal juga cara Build-Transfer-Operate (BTO), Build-
sebagai Barang Milik Daerah. Berdasarkan Operate-Transfer (BOT) dan Build Own Operate
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 (BOO).
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Apabila digambarkan the spectrum of
Negara/Daerah, Barang Milik Daerah adalah public and private partnership adalah sebagai
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas berikut:
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 47
Berdasarkan gambar tersebut semakin ke which the developer operates the facility and
kiri maka peran pemerintah dalam pemanfaatan has the opportunity to recover his investment
aset semakin besar. Sedangkan semakin ke kanan and earn a resonable return from user
maka peran badan usaha yang semakin besar. charges and commercial activities.
Adapun keterangan setiap model privatisasi 8. Build-Operate-Transfer (BTO); a private
adalah sebagai berikut: developer is awarded a franchise
(concession) to finance, build, own, and
1. Government Departement; the traditional operate a facility (hence this is sometimes
method of providing infrastructure-based referred to as BOOT- build, own, operate,
services is directly through government and transfer), and to collect user fees for a
departement specified period, after which ownership of
2. Public Authority; these are being formed by the facility is transferred to the public sector.
commercialization (managerial and finan- Similar to BTO but may encounter legal,
cial authonomy and separate budgets based regulatory, and liability issues arising
on user charges) and corporatization (legal during the long period of private ownership
company status with separation of before the transfer.
ownership and management). 9. Wraparound adition; a private developer
3. Service Contract; specific services finances and constructs an addition to an
associated with infrastructure may be existing public facility, and then operates the
contracted out to private firms. combined facility either for a fixed period or
4. Operations and Maintenance Contract until he recovers costs plus a reasonable
Lease; a private partner operates and return on his invested capital. He may on the
maintains a publicly owned facility under a addition.
management contract with the sponsoring 10. Buy-Build-Operate (BBO); an existing
government, which owns the facility. public facility is sold to a private partner
5. Cooperative; non profit, voluntary, coope- who renovates or expands it and operates it
rative association assumes responsibility for in perpetuity under a franchise. This is
the service. equivalent to divesting a company, which
6. Lease Build Operate (LBO); a private firm is then operates under a franchise.
given a long-term lease to develop (with its 11. Build-Own-Operate (BOO); a private
own funds) and operate an expanded facility. developer finances, builds, owns, and
It recovers its investment plus a reasonable operates a facility in perpetuity under a
return over the term of the lease and pays a franchise, subject to regulatory constrains
rental fee on pricing and operations. The long-term
7. Bulid-Transfer-Operate (BTO); a private property rights provide a significant
developer finances and builds a facility and, financial incentive for capital investment in
upon completion, transfers legal ownership the facility.
to the sponsoring government agency. The
agency then leases the facility back to
developer under a long-term lease, during
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 48
berdasarkan hasil perhitungan tim yang Negara/Daerah yang telah ditetapkan nilainya
dibentuk oleh pejabat yang berwenang. dalam neraca Pemerintah Pusat/Pemerintah
3. Kontribusi tetap dan pembagian keuntungan Daerah, dapat dilakukan Penilaian kembali.
(apabila pemanfaatan dalam bentuk kerja-
sama pemanfaatan). Perhitungan besaran 3.2. Metode dalam Pemanfaatan Barang Milik
konstribusi pembagian keuntungan yang Daerah (BMD)
merupakan bagian Pemerintah Pusat/Daerah
harus memperhatikan perbandingan nilai Dalam konteks pemanfaatan aset di
Barang Milik Negara/Daerah yang dijadikan Indonesia, beberapa konsep E.S. Savas diadopsi
objek Kerja Sama Pemanfaatan dan manfaat dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
lain yang diterima Pemerintah Pusat/Daerah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
dengan nilai investasi mitra dalam Kerja tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/
Sama Pemanfaatan. Besaran kontribusi tetap Daerah (BMN/D) Pasal 27, bahwa pada dasarnya
dan pembagian keuntungan hasil kerja sama terdapat 5 metode pemanfaatan BMN/D, yaitu:
pemanfaatan ditetapkan berdasarkan hasil
perhitungan tim yang dibentuk dengan Gambar 2 Metode Pemanfaatan Aset
Keputusan Kepala Daerah dengan mem-
perhatikan:
tahun dan dapat diperpanjang 1 kali. Dalam hal Besaran pembayaran kontribusi tetap dan
akan diperpanjang, permintaan perpanjangan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama
diajukan paling lambat 2 bulan sebelum jangka Pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan
waktu berakhir. tim yang dibentuk oleh:
Peminjam pakai dilarang untuk melakukan 1. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang
pemanfaatan atas objek pinjam pakai. Peminjam Milik Daerah berupa tanah dan/atau
pakai dapat mengubah BMD sepanjang tidak bangunan;
melakukan perubahan yang mengakibatkan 2. Pengelola Barang Milik Daerah, untuk
perubahan fungsi dan/atau penurunan nilai BMD Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau
dan sepanjang telah mendapat persetujuan dari bangunan.
Pengguna/Pengelola Barang. Pemeliharaan dan Besaran pembayaran kontribusi tetap dan
biaya yang timbul selama masa pinjam pembagian keuntungan hasil Kerja Sama
pakai,menjadi tanggung jawab peminjampakai. Pemanfaatan harus mendapat persetujuan
Setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam- Pengelola Barang.
pakai harus mengembalikan BMD yang dipinjam Dalam Kerja Sama Pemanfaatan Barang
dalam kondisi sesuai dengan perjanjian. Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan,
sebagian kontribusi tetap dan pembagian
3.2.3. Kerja Sama Pemanfaatan keuntungannya dapat berupa bangunan beserta
fasilitasnya yang dibangun dalam satu kesatuan
Kerja sama pemanfaatan adalah pen- perencanaan tetapi tidak termasuk sebagai objek
dayagunaan Barang Milik Daerah oleh pihak lain Kerja Sama Pemanfaatan. Besaran nilai ba-
dalam jangka waktu tertentu dalam rangka ngunan beserta fasilitasnya sebagai bagian dari
peningkatan pendapatan daerah dan sumber kontribusi tetap dan kontribusi pembagian
pembiayaan lainnya. Kerja Sama Pemanfaatan keuntungan paling banyak 10% (sepuluh persen)
Barang Milik Daerah dengan Pihak Lain dari total penerimaan kontribusi tetap dan
dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan pembagian keuntungan selama masa Kerja Sama
daya guna dan hasil guna Barang Milik Daerah; Pemanfaatan. Bangunan yang dibangun dengan
dan/atau meningkatkan pendapatan daerah. biaya sebagian kontribusi tetap dan pembagian
Kondisi yang melatarbelakangi kerja sama keuntungan dari awal pengadaannya merupakan
pemanfaatan adalah tidak tersedia atau tidak Barang Milik Daerah. Dalam hal mitra Kerja
cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah
dan Belanja Daerah untuk memenuhi biaya untuk penyediaan infrastruktur berbentuk Badan
operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan Usaha Milik Daerah, kontribusi tetap dan
yang diperlukan terhadap Barang Milik Daerah pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling
tersebut. Objek pinjam pakai adalah berupa tanah tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari hasil
dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh perhitungan tim
Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/ Jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan
Walikota, Barang Milik Daerah berupa sebagian paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian
tanah dan/atau yang masih digunakan oleh ditandatangani dan dapat diperpanjang. Jangka
pengguna barang, dan BMD selain tanah waktu Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang
dan/atau bangunan. Milik Daerah untuk penyediaan infrastruktur
Kerja sama pemanfaatan BMD tidak dapat diperpanjang paling lama 50 (lima puluh)
mengubah status BMD. Adapun mitra Kerja tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
Sama Pemanfaatan harus membayar kontribusi diperpanjang. Adapun mitra kerjasama peman-
tetap setiap tahun selama jangka waktu faatan Badan Umum Milik Negara/Daerah dan
pengoperasian yang telah ditetapkan dan pem- pihak swasta kecuali perorangan. Selama jangka
bagian keuntungan hasil Kerja Sama waktu pengoperasian, mitra Kerja Sama
Pemanfaatan ke rekening Kas Umum Daerah. Pemanfaatan dilarang menjaminkan atau
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 52
adanya fakta tersebut, maka salah satu sektor internasional maka bentuk pemanfaatan ter-
strategis yang dapat dijadikan trigger pe- masuk pada bentuk pemanfaatan non-
ningkatan PAD adalah sektor pariwisata. infrastruktur. Berdasarkan hasil wawancara
Pengembangan sektor pariwisata harus mampu diketahui bahwa pihak ketiga yang melakukan
mendatangkan wisatawan baik dalam dan luar pemanfaatan adalah pihak swasta. Dengan
negeri yang potensial.Wisatawan yang tidak demikian maka model pemanfaatan yang
sekedar mengunjungi pantai dan berlalu begitu memungkinkan adalah sewa, bangun guna se-
saja tetapi wisatawan yang keberadaannya dapat rah/bangun serah guna, dan kerja sama peman-
menguntungkan perekonomian masyarakat se- faatan.
tempat.Wisatawan tertarik untuk menginap Jika dilihat dari sisi jangka waktu
dilokasi setempat, makan di restoran setempat, pemanfaatan maka bentuk kerja sama sewa
membeli aneka souvenir hasil masyarakat memiliki kelemahan sebab jangka waktu
setempat. pemanfaatan paling lama 5 tahun dan dapat
Berikut akan dibahas studi kasus pemilihan diperpanjang jika memenuhi 3 syarat:
metode pemanfaatan BMD pada kawasan wisata 1. Kerja sama infrastruktur
Pantai X di Kabupaten Y. Pada saat dilakukan 2. Kegiatan dengan karakteristik usaha yang
penelitian, terdapat sejumlah permasalahan yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5 tahun,
ditemui dalam pengelolaan kawasan pantai salah atau
satunya akses jalan menuju Pantai X masih 3. Ditentukan lain dengan undang-undang.
dimiliki masyarakat. Masyarakat yang mem- Mengacu pada ketentuan tersebut, bentuk
bangun jalan menuju ke pantai merasa memiliki pemanfaatan sewa dianggap kurang sesuai
jalan tersebut sehingga setiap wisatawan yang mengingat jangka waktu pemanfaatan yang
masuk dipungut uang masuk ke kawasan Pantai relatif singkat menimbulkan resiko keamanan
X. Akibat dari kondisi ini adalah terjadi potential investasi bagi pihak investor. Jangka waktu
lost dari sektor retribusi tempat rekreasi dan oleh pemanfaatan yang akan dievaluasi setiap 5 tahun
raga. Sesungguhnya pemerintah daerah dapat sekali memberikan potensi ketidakpastian inves-
memanfaatkan kondisi ini namun terdapat be- tasi perhotelan pada kawasan tersebut
berapa persyaratan yang harus dipenuhi agar Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
pemerintah daerah dapat mengambil manfaat bentuk pemanfaatan yang paling memungkinkan
khususnya dari sektor retribusi tempat rekreasi adalah Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna
dan olah raga. Pemerintah Kabupaten Y harus dan Kerja Sama Pemanfaatan. Adapun pemilihan
membangun sarana dan prasarana yang memadai bentuk kerja sama akan sangat tergantung dengan
sehingga menjadi legitimasi untuk memungut dasar pertimbangan Pemerintah Daerah
retribusi. Pemerintah dapat mengoptimalkan aset Kabupaten Y. Dasar dari kerja sama pemanfaatan
kawasan wisata tersebut perlu membuka akses Barang Milik Daerah (BMD) dalam rangka
jalan menuju pantai. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMD
Pengadaan sarana dan prasarana dalam dan meningkatkan penerimaan daerah. Adapun
mengembangkan sektor pariwisata bisa di- dasar pertimbangan Bangun Guna Serah/Bangun
lakukan melalui dua cara yaitu pengadaan Serah Guna adalah pengguna barang memer-
dengan pendanaan sendiri atau pengadaan yang lukan bangunan dan fasilitas bagi penye-
melibatkan pihak ke-3 yang secara teoritis lenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk
dikenal dengan istilah public and private kepentingan pelayanan umum dalam rangka
partnership. Mekanisme ini kemudian dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan tidak
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam
dikenal dengan istilah pemanfaatan. APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas
Berdasarkan hasil wawancara diketahui tersebut. Dasar pertimbangan penyelenggaraan
bahwa tujuan pemanfaatan Kawasan Wisata pemanfaatan menimbulkan konsekuensi yang
Pantai X yaitu kawasan perhotelan bertaraf berbeda baik dalam hal jangka waktu dan jenis
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 55
oleh Pengelola Barang atau Pengguna pokok dan fungsi SKPD tertentu sebagaimana
Barang s.d. Penunjukan Mitra KSP dibe- yang dipersyaratkan dalam BGS dan BSG
bankan pada APBD Pada akhirnya baik BGS/BSG ataupun
d. Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah Kerja Sama Pemanfaatan akan diserahkan
ditetapkannya Mitra KSP dibebankan pada kepada daerah pada akhir masa kontrak. Setiap
mitra KSP dan tidak diperhitungkan dalam bentuk kerja sama memiliki sisi keuntungan dan
pembagian keuntungan kelemahannya dan bersifat trade off sehingga
e. Mitra KSP ditentukan melalui tender, pemilihan model sangat tergantung pada motif
kecuali BMD yang bersifat khusus pemerintah daerah dalam pengembangan wisata.
f. Pihak yang dapat menjadi mitra adalah Jika urgensinya terletak pada penambahan
BUMD dan Swasta kecuali perorangan fasilitas untuk penyelenggaraan tupoksi namun
Pemda belum memiliki dana yang cukup maka
c. Jenis kontribusi adalah: bentuk pemanfaatkan dapat diarahkan kepada
BGS/BSG. Namun jika urgensinya terletak pada
Terdapat dua jenis kontribusi, yaitu peningkatan PAD maka bentuk pemanfaatan
• Kontribusi tetap dapat diarahkan kepada kerja sama pemanfaatan.
Perhitungan kontribusi tetap = Besaran Pada prinsipnya, pembangunan wilayah
persentase kontribusi tetap x nilai wajar harus menjadi stimulus bagi masyarakat untuk
objek KSP meningkatkan perekonomian di wilayah Kabu-
• Pembagian keuntungan hasil pendapatan paten Y. Dengan adanya pengembangan sektor
KSP wisata ini diharapkan akan memberikan trickle
Perhitungan pembagian keuntungan = down effect terhadap peningkatan PAD. Peran
Perhitungan Pembagian Keuntungan x pemerintah selain sebagai regulator juga
Besaran Keuntungan Pelaksanaan KSP berperan sebagai stimulator. Dana yang dimiliki
Kontribusi dapat berbentuk bangunan pemerintah daerah dapat digunakan sebagai
• Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik stimulan untuk mengarahkan investasi swasta/
Negara/Daerah berupa tanah dan/atau masyarakat ke arah yang diinginkan oleh
bangunan, sebagian kontribusi tetap dan pemerintah daerah. Untuk menarik wisatawan
pembagian keuntungannya dapat berupa mengunjungi Kabupaten Y dapat dilakukan
bangunan beserta fasilitasnya yang melalui beberapa aspek seperti sektor pariwisata,
dibangun dalam satu kesatuan perencanaan kebudayaan, serta industri kreatif.
tetapi tidak termasuk sebagai objek Kerja
Sama Pemanfaatan 4. Kesimpulan dan Saran
• Besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya
sebagai bagian dari kontribusi tetap dan Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD)
kontribusi pembagian keuntungan paling adalah pendayagunaan BMD yang tidak di-
banyak 10% (sepuluh persen) dari total gunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
penerimaan kontribusi tetap dan satuan kerja perangkat daerah dan/atau
pembagian keuntungan selama masa Kerja optimalisasi Barang Milik Daerah dengan tidak
Sama Pemanfaatan bangunan yang mengubah status kepemilikannya. Pemanfaatan
dibangun dengan biaya sebagian kontribusi BMD memberikan peluang bagi daerah untuk
tetap dan pembagian keuntungan dari awal meningkatkan PADnya serta meningkatkan
pengadaannya merupakan Barang Milik fasilitas publik. Terdapat jenis pemanfaatan
Negara/Daerah. pinjam pakai, BGS/BSG, Sewa, Kerja sama
Kontribusi dalam bentuk bangunan dapat pemanfaatan yang dapat dilakukan atas bentuk
diperuntukan bagi pembangunan sarana dan pemanfaatan non infrastruktur sedangkan dalam
prasarana fasilitas publik dan tidak terikat pada bentuk infrastruktur maka bentuk pemanfaatan
pembangunan dalam rangka menunjang tugas yang dapat dipilih adalah sewa, kerja sama
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 58
pemanfaatan dan kerja sama penyediaan in- Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah. 2010.
frastruktur. Dalam rangka peningkatan pen- Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
dapatan asli daerah, setiap metode pemanfaatan Bandung: Fokus Media
aset (kecuali pinjam pakai) memiliki bentuk
kontribusinya masing-masing yang mampu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
meningkatkan pendapatan daerah dan atau Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
peningkatan aset daerah.
Setiap bentuk kerja sama memiliki sisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
keuntungan dan kelemahannya dan bersifat trade Pemerintahan Daerah
off sehingga pemilihan model sangat tergantung
pada motif pemerintah daerah dalam pengem- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
bangan wisata. Jika urgensinya terletak pada 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
penambahan fasilitas untuk penyelenggaraan Barang Milik Negara/Daerah
tupoksi namun Pemda belum memiliki dana yang
cukup maka bentuk pemanfaatkan dapat di- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
arahkan kepada BGS/BSG. Namun jika Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
urgensinya terletak pada peningkatan PAD maka Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
bentuk pemanfaatan dapat diarahkan kepada Negara
kerja sama pemanfaatan. Selain itu, Pemilihan
metode pemanfaatan aset hendaknya didasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
pada visi dan misi daerah serta metode yang Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
paling memberikan dampak rentetan terbesar Barang Milik Daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA