Anda di halaman 1dari 14

Pemanfaatan Barang Milik Daerah

(Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan


metode pemanfaatan aset)

Nunung Runiawati 1

Abstrak

Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) adalah pendayagunaan BMD yang tidak digunakan
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi
Barang Milik Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikannya. Pemanfaatan BMD
memberikan peluang bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta
meningkatkan fasilitas publik. Rumusan masalah dalam kajian ini adalah konsep pemanfaatan
aset dalam peningkatan pendapatan asli daerah, metode pemanfaatan aset, penetapan kontribusi,
dan studi kasus pemilihan metode pemanfaatan aset dalam pengembangan kawasan pariwisata
pantai. Kajian ini menggunakan pendekatan teoritis dalam menjelaskan konsep dan metode
pemanfaatan BMD serta menggunakan data hasil penelitian dalam membahas studi kasus
pemilihan metode pemanfaatan BMD. Paper ini bertujuan memberikan gambaran dalam
pemanfaatan barang milik daerah serta manfaatnya dalam peningkatan PAD. Hasil pembahasan
menunjukan bahwa terdapat 5 merode pemanfaatan aset yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama
pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna, dan kerja sama infrastruktur yang satu
sama lain memiliki tujuan, keunggulan dan karakteristik tersendiri. Dalam rangka peningkatan
pendapatan asli daerah, setiap metode pemanfaatan aset (kecuali pinjam pakai) memiliki bentuk
kontribusinya masing-masing yang mampu meningkatkan pendapatan daerah dan/atau
peningkatan aset daerah.. Pemilihan metode pemanfaatan aset hendaknya didasarkan pada visi
dan misi daerah serta metode yang paling memberikan dampak rentetan terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah.

Kata Kunci : Pemanfaatan, Barang Milik Daerah, Sewa, Pinjam Pakai, Kerja Sama Pemanfaatan,
Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna, Kerja Sama Infrastruktur

1. Pendahuluan Kesadaran pentingnya pengelolaan aset


bagi pemerintah daerah semakin hari semakin
Saat ini, aset daerah atau yang dikenal meningkat seiring dengan perbaikan regulasi
sebagai barang milik daerah (BMD) tidak hanya pengelolaan aset di tingkat pusat dan daerah,
dipandang sebagai sarana dan prasarana agar tuntutan pelaporan keuangan serta tuntutan
urusan pemerintah daerah dapat diwujudkan otonomi daerah. Otonomi daerah mengharuskan
namun aset dapat dioptimalkan guna meng- suatu daerah untuk mandiri dalam melakukan
gerakan perekonomian daerah. Melalui mana- pendanaan termasuk mengoptimalkan sumber-
jemen aset, pemerintah daerah diharapkan sumber pendapatan asli daerah (PAD).
mampu mengoptimalkan pengelolaan aset Pemanfaatan aset memberikan peluang bagi
sehingga mampu menwujudkan pembangunan daerah untuk meningkatkan PADnya serta
yang berkelanjutan. meningkatkan fasilitas publik. Namun faktanya,

1
Dosen Administrasi Publik Fisip Universitas Padjadjaran

45
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 46

banyak aset yang dimiliki oleh pemerintah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
daerah yang belum mampu menghasilkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Repub-
keuntungan bagi daerah. Melalui mekanisme lik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
pemanfaatan aset inilah diharapkan dapat Pengelolaan Barang Milik Negara/DaerahPasal 3
menjadi peluang bagi daerah untuk meng- ayat (2) terdapat 11 siklus dalam pengelolaan
optimalisasi aset yang dimiliki sehingga mampu barang diantaranya adalah:
meningkatkan PADnya. a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
Definisi Pemanfaatan menurut PP 27/2014 b. Pengadaan;
Pasal 1 adalah pendayagunaan barang milik c. Penggunaan;
negara/daerah yang tidak digunakan untuk pe- d. Pemanfaatan;
nyelenggaraan tugas dan fungsi Keme- e. Pengamanan dan pemeliharaan;
nterian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah f. Penilaian;
dan/atau optimalisasi Barang Milik Ne- g. Pemindahtanganan;
gara/Daerah dengan tidak mengubah status kepe- h. Pemusnahan;
milikannya. Pemanfaatan merupakan tahapan i. Penghapusan;
keempat dalam pengelolaan BMD jika mengacu j. Penatausahaan; dan
kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia k. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan
barang milik negara/daerahpasal 3 ayat (2) Sesuai dengan ketentuan tersebut,
setelah perencanaan kebutuhan dan pengang- pemanfaatan merupakan tahapan keempat dalam
garan, pengadaan dan penggunaan. pengelolaan BMN/D.
Rumusan masalah dalam kajian ini adalah Dalam skema pemanfaatan, Savas bentuk-
bagaimana konsep pemanfaatan aset dalam serta bentuk pemanfaatan yang dikenal dengan the
metode, penetapan kontribusi, dan studi kasus spectrum of public and private partnership.
dalam pemilihan metode pemanfaatan aset. Adapun model-model privatisasi infrastruktur
Kajian ini menggunakan pendekatan teoritis dikategorikan dalam 3 jenis fasilitas, yakni
dalam menjelaskan konsep, metode dan pen- fasilitas yang ada, fasilitas yang membutuhkan
etapan kontribusi serta menggunakan data hasil investasi untuk ekspansi atau rehabilitasi dan
penelitian dalam membahas studi kasus fasilitas yang baru akan dibangun. Untuk jenis
pemilihan metode pemanfaatan aset. Paper ini fasilitas yang ada, model privatisasinya
bertujuan memberikan gambaran dalam peman- dilakukan dengan dijual, sewa, dan kontrak/
faatan barang milik daerah serta manfaatnya perjanjian operasional dan pemeliharaan. Selan-
dalam peningkatan PAD. jutnya untuk fasilitas yang membutuhkan
investasi untuk ekspansi atau rehabilitasi, model
2. Kajian Literatur privatisasi adalah dengan Lease-Build-Operate
(LBO) atau Buy-Build-Operate (BBO) dan
Menurut Siregar, “aset merupakan barang wraparound addition dimana Perusahaan swasta
(thing) atau sesuatu barang (anything) yang menyewa atau membeli fasilitas dari pemerintah,
mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial, atau beroperasi di bawah kesepakatan dan membayar
nilai tukar yang dimiliki oleh badan usaha, biaya tertentu. Sedangkan untuk fasilitas yang
instansi, atau individu (178).” Aset daerah dalam akan baru dibangun, model privatisasi dengan
ketentuan peraturan perundangan dikenal juga cara Build-Transfer-Operate (BTO), Build-
sebagai Barang Milik Daerah. Berdasarkan Operate-Transfer (BOT) dan Build Own Operate
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 (BOO).
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Apabila digambarkan the spectrum of
Negara/Daerah, Barang Milik Daerah adalah public and private partnership adalah sebagai
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas berikut:
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 47

Gambar 1 The Spectrum of Public and Private Partnership

Berdasarkan gambar tersebut semakin ke which the developer operates the facility and
kiri maka peran pemerintah dalam pemanfaatan has the opportunity to recover his investment
aset semakin besar. Sedangkan semakin ke kanan and earn a resonable return from user
maka peran badan usaha yang semakin besar. charges and commercial activities.
Adapun keterangan setiap model privatisasi 8. Build-Operate-Transfer (BTO); a private
adalah sebagai berikut: developer is awarded a franchise
(concession) to finance, build, own, and
1. Government Departement; the traditional operate a facility (hence this is sometimes
method of providing infrastructure-based referred to as BOOT- build, own, operate,
services is directly through government and transfer), and to collect user fees for a
departement specified period, after which ownership of
2. Public Authority; these are being formed by the facility is transferred to the public sector.
commercialization (managerial and finan- Similar to BTO but may encounter legal,
cial authonomy and separate budgets based regulatory, and liability issues arising
on user charges) and corporatization (legal during the long period of private ownership
company status with separation of before the transfer.
ownership and management). 9. Wraparound adition; a private developer
3. Service Contract; specific services finances and constructs an addition to an
associated with infrastructure may be existing public facility, and then operates the
contracted out to private firms. combined facility either for a fixed period or
4. Operations and Maintenance Contract until he recovers costs plus a reasonable
Lease; a private partner operates and return on his invested capital. He may on the
maintains a publicly owned facility under a addition.
management contract with the sponsoring 10. Buy-Build-Operate (BBO); an existing
government, which owns the facility. public facility is sold to a private partner
5. Cooperative; non profit, voluntary, coope- who renovates or expands it and operates it
rative association assumes responsibility for in perpetuity under a franchise. This is
the service. equivalent to divesting a company, which
6. Lease Build Operate (LBO); a private firm is then operates under a franchise.
given a long-term lease to develop (with its 11. Build-Own-Operate (BOO); a private
own funds) and operate an expanded facility. developer finances, builds, owns, and
It recovers its investment plus a reasonable operates a facility in perpetuity under a
return over the term of the lease and pays a franchise, subject to regulatory constrains
rental fee on pricing and operations. The long-term
7. Bulid-Transfer-Operate (BTO); a private property rights provide a significant
developer finances and builds a facility and, financial incentive for capital investment in
upon completion, transfers legal ownership the facility.
to the sponsoring government agency. The
agency then leases the facility back to
developer under a long-term lease, during
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 48

3. Pembahasan kontribusi pendapatan asli daerah, baik dari


sektor pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-
3.1. Pemanfaatan Aset dan Peningkatan lain pendapatan asli daerah yang sah, menun-
Pendapatan Asli Daerah (PAD) jukkan tren yang terus meningkat terhadap
Pendapatan Daerah.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Otonomi Daerah, Daerah memiliki kewenangan Daerah untuk meningkatkan PADnya banyak
untuk mengatur dan mengurus urusan peme- menghadapi tantangan Hal ini disebabkan Pen-
rintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik dapatan Asli Daerah khususnya pajak daerah dan
Indonesia atau dikenal dengan desentralisasi. retribusi daerah cenderung bias ke daerah yang
Makna dari desentralisasi seperti dikemukakan tingkat urbanisasinya tinggi (urban-biased),
Duncan (2007:713) ialah a process where central seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
government transfers political, fiscal and Kendaraan Bermotor, dan sebagainya. Sehingga
administrative powers to lower levels in an untuk daerah yang unsur kekotaannya tidak
administrative and territorial hierarchy. Ber- terlalu tinggi potensi penerimaan pajaknya
dasarkan pengertian tersebut, desentralisasi tidak menjadi kecil.
hanya dimaknai sebagai penyerahan kewenangan Salah satu strategi dalam peningkatan PAD
secara politik dan administratif tetapi juga yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
penyerahan kewenangan dari sektor fiskal. adalah melalui pemanfaatan aset. Melalui 5
Pada dasarnya, desentralisasi fiskal meru- skema dalam pemanfaatan aset ini selain dapat
pakan suatu konsep yang dimaksudkan agar mengoptimalkan aset yang dimiliki, juga dapat
daerah memiliki kewenangan untuk menggali meningkatkan kemampuan aset untuk meng-
sumber pendapatan asli daerahnya sendiri, hasilkan keuntungan melalui beberapa kontribusi
mengelola keuangan sendiri dan memper- sesuai dengan metode pemanfaatan aset. Selain
gunalannya sesuai dengan yang telah mereka itu melalui pemanfaatan aset dapat menambah
rencanakan sebelumnya (Soleh, 2010:37) artinya nilai aset yang juga dapat menjadi trigger dalam
daerah diberikan kewenangan untuk mengelola peningkatan PAD khususnya sektor pajak daerah
daerahnya masing-masing sesuai dengan dan retribusi daerah.
kebutuhan dan potensi daerahnya. Kontribusi merupakan salah satu benefit
Desentralisasi fiskal juga memberikan yang diperoleh dari pemanfaatan Barang Milik
kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan Daerah. Terdapat beberapa jenis kontribusi,
ekonomi. Decentralized choice in the public dimana bentuknya tergantung dengan bentuk
sector (as in the private sector) provides an pemanfaatan yang dipilih. Adapun jenis
opportunity to increase economic welfare by kontribusi dalam skema pemanfaatan adalah
tailoring levels of consumption to the preferences sebagai berikut:
of smaller, more homogeneous groups (Oates,
1988:5). Model Tiebout menjelaskan bahwa 1. Besaran nilai sewa (apabila pemanfaatan
pilihan desentralisasi di sektor publik adalah dalam bentuk sewa). Yang dimaksud dengan
untuk meningkatkan efisiensi alokasi sumber “formula tarif Sewa” adalah perhitungan
daya. Sebagaimana Oates juga mengemukakan nilai Sewa dengan cara mengalikan suatu
bahwa desentralisasi fiskal dilakukan untuk indeks tertentu dengan nilai Barang Milik
meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Negara/Daerah. Yang dimaksud dengan
Desentralisasi fiskal menuntut daerah agar “besaran Sewa” adalah besaran nilai nominal
dapat meningkatkan kreativitas dalam meng- Sewa Barang Milik Negara/Daerah yang
himpun pendanaan sehingga dapat membiayai ditentukan.
(self financing) pengeluaran daerah sesuai 2. Kontribusi tahunan (apabila pemanfaatan
dengan kebutuhannya. Salah satu wujud dari self dalam bentuk bangun guna serah/ bangun
financing ialah dengan memelihara agar serah guna) yang besarannya ditetapkan
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 49

berdasarkan hasil perhitungan tim yang Negara/Daerah yang telah ditetapkan nilainya
dibentuk oleh pejabat yang berwenang. dalam neraca Pemerintah Pusat/Pemerintah
3. Kontribusi tetap dan pembagian keuntungan Daerah, dapat dilakukan Penilaian kembali.
(apabila pemanfaatan dalam bentuk kerja-
sama pemanfaatan). Perhitungan besaran 3.2. Metode dalam Pemanfaatan Barang Milik
konstribusi pembagian keuntungan yang Daerah (BMD)
merupakan bagian Pemerintah Pusat/Daerah
harus memperhatikan perbandingan nilai Dalam konteks pemanfaatan aset di
Barang Milik Negara/Daerah yang dijadikan Indonesia, beberapa konsep E.S. Savas diadopsi
objek Kerja Sama Pemanfaatan dan manfaat dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
lain yang diterima Pemerintah Pusat/Daerah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
dengan nilai investasi mitra dalam Kerja tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/
Sama Pemanfaatan. Besaran kontribusi tetap Daerah (BMN/D) Pasal 27, bahwa pada dasarnya
dan pembagian keuntungan hasil kerja sama terdapat 5 metode pemanfaatan BMN/D, yaitu:
pemanfaatan ditetapkan berdasarkan hasil
perhitungan tim yang dibentuk dengan Gambar 2 Metode Pemanfaatan Aset
Keputusan Kepala Daerah dengan mem-
perhatikan:

a. Nilai tanah dan/atau bangunan sebagai


obyek kerjasama ditetapkan sesuai
NJOP dan/atau harga pasaran umum,
apabila dalam satu lokasi terdapat nilai
NJOP dan/atau pasaran umum yang
berbeda dilakukan penjumlahan dan
dibagi sesuai jumlah yang ada
b. Kegiatan kerjasama pemanfaatan untuk
kepentingan umum dan/atau kegiatan
perdagangan
c. Besaran investasi dari mitra kerja Dalam gambar tersebut nampak bahwa
d. Penyerapan tenaga kerja dan pening- terdapat jenis pemanfaatan pinjam pakai,
katan PAD. BGS/BSG, Sewa, Kerja sama pemanfaatan dapat
dilakukan atas bentuk pemanfaatan non
4. Pembagian kelebihan keuntungan (apabila infrastruktur sedangkan dalam bentuk infra-
pemanfaatan dalam bentuk kerjasama struktur maka bentuk pemanfaatan yang dapat
infrastruktur) dipilih adalah sewa, kerja sama pemanfaatan dan
Penetapan kontribusi dalam pemanfaatan kerja sama penyediaan infrastruktur. Adapun
Barang Milik Negara ditentukan oleh aktivitas ruang lingkup kegiatan infrastruktur berdasarkan
penilaian Barang Milik Daerah. Hal ini sesuai Pasal 33 ayat (3) meliputi:
dengan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik a. infrastruktur transportasi meliputi pelabuhan
Negara/Daerah bahwa penilaian Barang Milik laut, sungai dan/atau danau, bandar udara,
Negara/Daerah dilaksanakan dalam rangka terminal, dan/atau jaringan rel dan/atau
mendapatkan nilai wajar. Penilaian Barang Milik stasiun kereta api;
Negara/Daerah dilakukan dalam rangka pe- b. infrastruktur jalan meliputi jalan jalur
nyusunan neraca pemerintah, Pemanfaatan dan khusus, jalantol, dan/atau jembatan tol;
Pemindahtanganan Barang Milik Negara/ c. infrastruktur sumber daya air meliputi
Daerah. Dalam kondisi tertentu, Barang Milik saluran pembawa air baku dan/atau
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 50

waduk/bendungan; a. Kerja sama infrastruktur;


d. infrastruktur air minum meliputi bangunan b. kegiatan dengan karakteristik usaha yang
pengambilan air baku, jaringan transmisi, memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima)
jaringan distribusi, dan/atau instalasi tahun, atau;
pengolahan air minum; c. ditentukan dalam undang-undang
e. infrastruktur air limbah meliputi instalasi Adapun mitra sewa adalah:
pengolah air limbah, jaringan pengumpul a. Pemerintah Daerah dalam hal memanfaatkan
dan/atau jaringan utama, dan/atau sarana BMD tidak untuk penyelenggaraan tugas &
persampahan yang meliputi pengangkut fungsi
dan/atau tempat pembuangan; b. Badan Usaha Milik Negara/Daerah
f. infrastruktur telekomunikasi meliputi jari- c. Swasta
ngan telekomunikasi; • Perorangan
g. infrastruktur ketenagalistrikan meliputi • Persekutuan Perdata/Firma/Komanditer
pembangkit, transmisi, distribusi dan/atau • Perseroan Terbatas
instalasi tenaga listrik; dan/atau • Lembaga/organisasi internasional/
h. infrastruktur minyak dan/atau gas bumi • Yayasan
meliputi instalasi pengolahan, penyimpanan, • Koperasi
pengangkutan, transmisi, dan/atau distribusi d. Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan
minyak dan/atau gas bumi. pemerintahan/ negara
• Persatuan/perhimpunan PNS/TNI/POLRI
Berikut akan dijelaskan metode • Persatuan/perhimpunan istri PNS/TNI/
pemanfaatan barang milik daerah (BMD) POLRI
berdasarkan PP 27 Tahun 2014 tentang • Unit penunjang kegiatan lainnya
pengelolaan BMN/D sebagai berikut: e. Badan Hukum Lainnya
• Bank Indonesia
3.2.1. Sewa • Lembaga Penjamin Simpanan
• Badan hukum yang dimiliki negara
Sewa adalah pemanfaatan BMD oleh pihak • Badan hukum internasional/asing
lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima
imbalan uang muka tunai. Objek sewa adalah 3.2.2. Pinjam Pakai
tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan
oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/ Pinjam pakai adalah penyerahan peng-
Bupati/Walikota; Barang Milik Daerah berupa gunaan barang antara Pemerintah Pusat dan
sebagian tanah dan/atau yang masih digunakan Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah
oleh pengguna barang; dan BMD selain tanah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima
dan/atau bangunan. imbalan dan setelah jangka waktu tersebut
Tujuan sewa adalah optimalisasi BMD berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola
yang belum atau tidak dipergunakan dalam Barang. Objek pinjam pakai adalah berupa tanah
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh
mencegah penggunaan oleh pihak lain secara Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/
tidak sah. Penyewaan BMD dilakukan sepanjang Walikota; Barang Milik Daerah berupa sebagian
tidak merugikan daerah dan tidak menganggu tanah dan/atau yang masih digunakan oleh
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pengguna barang; dan BMD selain tanah
pemerintah daerah. dan/atau bangunan. Tujuannya adalah optima-
Jangka waktu Sewa paling lama 5 (lima) lisasi BMD yang belum/tidak dipergunakan
tahun sejak ditandatanganinya perjanjian. Jangka dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi juga
waktu sewa dapat lebih dari 5 tahun dan dapat menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.
diperpanjang untuk: Jangka waktu pinjam pakai paling lama 5
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 51

tahun dan dapat diperpanjang 1 kali. Dalam hal Besaran pembayaran kontribusi tetap dan
akan diperpanjang, permintaan perpanjangan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama
diajukan paling lambat 2 bulan sebelum jangka Pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan
waktu berakhir. tim yang dibentuk oleh:
Peminjam pakai dilarang untuk melakukan 1. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang
pemanfaatan atas objek pinjam pakai. Peminjam Milik Daerah berupa tanah dan/atau
pakai dapat mengubah BMD sepanjang tidak bangunan;
melakukan perubahan yang mengakibatkan 2. Pengelola Barang Milik Daerah, untuk
perubahan fungsi dan/atau penurunan nilai BMD Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau
dan sepanjang telah mendapat persetujuan dari bangunan.
Pengguna/Pengelola Barang. Pemeliharaan dan Besaran pembayaran kontribusi tetap dan
biaya yang timbul selama masa pinjam pembagian keuntungan hasil Kerja Sama
pakai,menjadi tanggung jawab peminjampakai. Pemanfaatan harus mendapat persetujuan
Setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam- Pengelola Barang.
pakai harus mengembalikan BMD yang dipinjam Dalam Kerja Sama Pemanfaatan Barang
dalam kondisi sesuai dengan perjanjian. Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan,
sebagian kontribusi tetap dan pembagian
3.2.3. Kerja Sama Pemanfaatan keuntungannya dapat berupa bangunan beserta
fasilitasnya yang dibangun dalam satu kesatuan
Kerja sama pemanfaatan adalah pen- perencanaan tetapi tidak termasuk sebagai objek
dayagunaan Barang Milik Daerah oleh pihak lain Kerja Sama Pemanfaatan. Besaran nilai ba-
dalam jangka waktu tertentu dalam rangka ngunan beserta fasilitasnya sebagai bagian dari
peningkatan pendapatan daerah dan sumber kontribusi tetap dan kontribusi pembagian
pembiayaan lainnya. Kerja Sama Pemanfaatan keuntungan paling banyak 10% (sepuluh persen)
Barang Milik Daerah dengan Pihak Lain dari total penerimaan kontribusi tetap dan
dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan pembagian keuntungan selama masa Kerja Sama
daya guna dan hasil guna Barang Milik Daerah; Pemanfaatan. Bangunan yang dibangun dengan
dan/atau meningkatkan pendapatan daerah. biaya sebagian kontribusi tetap dan pembagian
Kondisi yang melatarbelakangi kerja sama keuntungan dari awal pengadaannya merupakan
pemanfaatan adalah tidak tersedia atau tidak Barang Milik Daerah. Dalam hal mitra Kerja
cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah
dan Belanja Daerah untuk memenuhi biaya untuk penyediaan infrastruktur berbentuk Badan
operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan Usaha Milik Daerah, kontribusi tetap dan
yang diperlukan terhadap Barang Milik Daerah pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling
tersebut. Objek pinjam pakai adalah berupa tanah tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari hasil
dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh perhitungan tim
Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/ Jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan
Walikota, Barang Milik Daerah berupa sebagian paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian
tanah dan/atau yang masih digunakan oleh ditandatangani dan dapat diperpanjang. Jangka
pengguna barang, dan BMD selain tanah waktu Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang
dan/atau bangunan. Milik Daerah untuk penyediaan infrastruktur
Kerja sama pemanfaatan BMD tidak dapat diperpanjang paling lama 50 (lima puluh)
mengubah status BMD. Adapun mitra Kerja tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
Sama Pemanfaatan harus membayar kontribusi diperpanjang. Adapun mitra kerjasama peman-
tetap setiap tahun selama jangka waktu faatan Badan Umum Milik Negara/Daerah dan
pengoperasian yang telah ditetapkan dan pem- pihak swasta kecuali perorangan. Selama jangka
bagian keuntungan hasil Kerja Sama waktu pengoperasian, mitra Kerja Sama
Pemanfaatan ke rekening Kas Umum Daerah. Pemanfaatan dilarang menjaminkan atau
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 52

menggadaikan Barang Milik Daerah yang Milik Daerah


menjadi objek Kerja Sama Pemanfaatan. Tanah, Jangka waktu Bangun Guna Serah atau
gedung, bangunan, sarana dan fasilitas yang Bangun Serah Guna paling lama 30 (tiga puluh)
dibangun oleh Mitra KSP menjadi BMN sejak tahun sejak perjanjian ditandatangani dan tidak
diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian dapat diperpanjang. Penetapan mitra Bangun
atau pada saat berakhirnya perjanjian Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna
dilaksanakan melalui tender. Adapun mitra
3.2.4. Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun BGS/BSG adalah Badan Umum Milik
Serah Guna (BSG) Negara/Daerah, pihak swasta kecuali per-
orangan, Badan Hukum. Dalam hal mitra
Bangun Guna Serah adalah Pemanfaatan BGS/BSG membentuk konsorsium, mitra
Barang Milik Daerah berupa tanah oleh pihak BGS/BSG harus membentuk badan hukum
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau Indonesia sebagai pihak yang bertindak untuk
sarana berikut fasilitasnya, kemudian dida- dan atas nama Mitra BGS/BSG dalam perjanjian
yagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka BGS/BSG
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk Mitra Bangun Guna Serah atau mitra
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan,
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya selama jangka waktu pengoperasian memiliki
setelah berakhirnya jangka waktu. Sedangkan kewajiban sebagai berikut:
Bangun Serah Guna adalah Pemanfaatan Barang a. wajib membayar kontribusi ke rekening Kas
Milik Daerah berupa tanah oleh pihak lain Umum Negara/Daerah setiap tahun, yang
dengan cara mendirikan bangunan dan/atau besarannya ditetapkan berdasarkan hasil
sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat
pembangunannya diserahkan untuk didaya- yang berwenang;
gunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka b. wajib memelihara objek Bangun Guna Serah
waktu tertentu yang disepakati. atau Bangun Serah Guna; dan
Bangun Guna Serah atau Bangun Serah c. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau
Guna Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan memindahtangankan:
dengan pertimbangan: 1. tanah yang menjadi objek Bangun Guna
a. Pengguna Barang memerlukan bangunan Serah atau Bangun Serah Guna;
dan fasilitas bagi penyelenggaraan 2. hasil Bangun Guna Serah yang
pemerintahan negara/daerah untuk digunakan langsung untuk
kepentingan pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan Pemerintah Pusat/Daerah; dan/atau
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana 3. hasil Bangun Serah Guna.
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil
Negara/Daerah untuk penyediaan bangunan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna
dan fasilitas tersebut . harus digunakan langsung untuk penye-
Barang Milik Daerah berupa tanah yang lenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Pusat/
status penggunaannya ada pada Pengguna Daerah paling sedikit 10% (sepuluh persen).
Barang dan telah direncanakan untuk peny- Mitra Bangun Guna Serah Barang Milik
elenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang Daerah harus menyerahkan objek Bangun Guna
yang bersangkutan, dapat dilakukan Bangun Serah kepada Gubernur/Bupati/Walikota pada
Guna Serah atau Bangun Serah Guna setelah akhir jangka waktu pengoperasian, setelah
terlebih dahulu diserahkan kepada: dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Pemerintah dengan tata cara sebagai berikut:
Negara; atau a. mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang objek Bangun Serah Guna kepada
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 53

Gubernur/Bupati/ Walikota setelah selesainya Sama Penyediaan Infrastruktur:


pembangunan; a. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau
b. hasil Bangun Serah Guna yang diserahkan memindahtangankan Barang Milik Negara/
kepada Gubernur/Bupati/Walikota ditetapkan Daerah yang menjadi objek Kerja Sama
sebagai Barang Milik Daerah; Penyediaan Infrastruktur;
c. mitra Bangun Serah Guna dapat menda- b. wajib memelihara objek Kerja Sama
yagunakan Barang Milik Daerah sebagaimana Penyediaan Infrastruktur dan barang hasil
dimaksud pada huruf b sesuai jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur; dan
yang ditetapkan dalam perjanjian; dan c. dapat dibebankan pembagian kelebihan
d. setelah jangka waktu pendayagunaan keuntungan sepanjang terdapat kelebihan
berakhir, objek Bangun Serah Guna terlebih keuntungan yang diperoleh dari yang
dahulu diaudit oleh aparat pengawasan intern ditentukan pada saat perjanjian dimulai
Pemerintah sebelum penggunaannya ditetap- (clawback).
kan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota. Pembagian kelebihan keuntungan
disetorkan ke Kas Umum Negara/Daerah dengan
3.2.6. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur formula dan/atau besaran pembagian kelebihan
keuntungan ditetapkan oleh:
Kerja sama penyediaan infrastruktur ada- a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara;
lah kerja sama antara Pemerintah dan Badan atau
Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- Milik Daerah.
undangan. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
atas Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan harus menyerahkan objek Kerja Sama Penye-
terhadap: diaan Infrastruktur dan barang hasil Kerja Sama
a. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau Penyediaan Infrastruktur kepada Pemerintah
bangunan pada Pengelola Barang/Pengguna pada saat berakhirnya jangka waktu Kerja Sama
Barang; Penyediaan Infrastruktur sesuai perjanjian.
b. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah Barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infra-
dan/atau bangunan yang masih digunakan struktur menjadi Barang Milik Negara/Daerah
oleh Pengguna Barang; atau sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuai
c. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau perjanjian.
bangunan.
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur atas 3.3. Studi Kasus Pemilihan Metode Pe-
Barang Milik Negara/Daerah dilakukan antara manfaatan Barang Milik Daerah dalam
Pemerintah dan Badan Usaha. Badan Usaha Pengembangan Kawasan Pariwisata
sebagaimana dimaksud adalah badan usaha yang Pantai X
berbentuk:
a. perseroan terbatas; Pengembangan kawasan wisata di era
b. Badan Usaha Milik Negara; otonomi daerah menjadi salah satu potensi dalam
c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal
d. koperasi ini disebabkan Pendapatan Asli Daerah
Jangka waktu Kerja Sama Penyediaan khususnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun cenderung bias ke daerah yang tingkat ur-
dan dapat diperpanjang. Penetapan mitra Kerja banisasinya tinggi (urban-biased), seperti Pajak
Sama Penyediaan Infrastruktur dilaksanakan Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Kendaraan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bermotor. Sehingga untuk daerah yang unsur
Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang kekotaannya tidak terlalu tinggi potensi
telah ditetapkan, selama jangka waktu Kerja penerimaan pajaknya menjadi kecil. Dengan
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 54

adanya fakta tersebut, maka salah satu sektor internasional maka bentuk pemanfaatan ter-
strategis yang dapat dijadikan trigger pe- masuk pada bentuk pemanfaatan non-
ningkatan PAD adalah sektor pariwisata. infrastruktur. Berdasarkan hasil wawancara
Pengembangan sektor pariwisata harus mampu diketahui bahwa pihak ketiga yang melakukan
mendatangkan wisatawan baik dalam dan luar pemanfaatan adalah pihak swasta. Dengan
negeri yang potensial.Wisatawan yang tidak demikian maka model pemanfaatan yang
sekedar mengunjungi pantai dan berlalu begitu memungkinkan adalah sewa, bangun guna se-
saja tetapi wisatawan yang keberadaannya dapat rah/bangun serah guna, dan kerja sama peman-
menguntungkan perekonomian masyarakat se- faatan.
tempat.Wisatawan tertarik untuk menginap Jika dilihat dari sisi jangka waktu
dilokasi setempat, makan di restoran setempat, pemanfaatan maka bentuk kerja sama sewa
membeli aneka souvenir hasil masyarakat memiliki kelemahan sebab jangka waktu
setempat. pemanfaatan paling lama 5 tahun dan dapat
Berikut akan dibahas studi kasus pemilihan diperpanjang jika memenuhi 3 syarat:
metode pemanfaatan BMD pada kawasan wisata 1. Kerja sama infrastruktur
Pantai X di Kabupaten Y. Pada saat dilakukan 2. Kegiatan dengan karakteristik usaha yang
penelitian, terdapat sejumlah permasalahan yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5 tahun,
ditemui dalam pengelolaan kawasan pantai salah atau
satunya akses jalan menuju Pantai X masih 3. Ditentukan lain dengan undang-undang.
dimiliki masyarakat. Masyarakat yang mem- Mengacu pada ketentuan tersebut, bentuk
bangun jalan menuju ke pantai merasa memiliki pemanfaatan sewa dianggap kurang sesuai
jalan tersebut sehingga setiap wisatawan yang mengingat jangka waktu pemanfaatan yang
masuk dipungut uang masuk ke kawasan Pantai relatif singkat menimbulkan resiko keamanan
X. Akibat dari kondisi ini adalah terjadi potential investasi bagi pihak investor. Jangka waktu
lost dari sektor retribusi tempat rekreasi dan oleh pemanfaatan yang akan dievaluasi setiap 5 tahun
raga. Sesungguhnya pemerintah daerah dapat sekali memberikan potensi ketidakpastian inves-
memanfaatkan kondisi ini namun terdapat be- tasi perhotelan pada kawasan tersebut
berapa persyaratan yang harus dipenuhi agar Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
pemerintah daerah dapat mengambil manfaat bentuk pemanfaatan yang paling memungkinkan
khususnya dari sektor retribusi tempat rekreasi adalah Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna
dan olah raga. Pemerintah Kabupaten Y harus dan Kerja Sama Pemanfaatan. Adapun pemilihan
membangun sarana dan prasarana yang memadai bentuk kerja sama akan sangat tergantung dengan
sehingga menjadi legitimasi untuk memungut dasar pertimbangan Pemerintah Daerah
retribusi. Pemerintah dapat mengoptimalkan aset Kabupaten Y. Dasar dari kerja sama pemanfaatan
kawasan wisata tersebut perlu membuka akses Barang Milik Daerah (BMD) dalam rangka
jalan menuju pantai. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMD
Pengadaan sarana dan prasarana dalam dan meningkatkan penerimaan daerah. Adapun
mengembangkan sektor pariwisata bisa di- dasar pertimbangan Bangun Guna Serah/Bangun
lakukan melalui dua cara yaitu pengadaan Serah Guna adalah pengguna barang memer-
dengan pendanaan sendiri atau pengadaan yang lukan bangunan dan fasilitas bagi penye-
melibatkan pihak ke-3 yang secara teoritis lenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk
dikenal dengan istilah public and private kepentingan pelayanan umum dalam rangka
partnership. Mekanisme ini kemudian dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan tidak
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam
dikenal dengan istilah pemanfaatan. APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas
Berdasarkan hasil wawancara diketahui tersebut. Dasar pertimbangan penyelenggaraan
bahwa tujuan pemanfaatan Kawasan Wisata pemanfaatan menimbulkan konsekuensi yang
Pantai X yaitu kawasan perhotelan bertaraf berbeda baik dalam hal jangka waktu dan jenis
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 55

kontribusi. yang telah disepakati. Perbedaan yang mendasar


Pemilihan bentuk pemanfaatan harus antara BGS dan BSG terkait dengan sistem
didasarkan pada visi dan misi kepariwisataan audit.Pada BSG audit dilakukan di awal sebelum
pemerintah daerah serta mampu menimbulkan dioperasikan. Keuntungannya Pemerintah Darah
efek rentetan (multiplier effect) terhadap dapat mengetahui nilai bangunan sehingga
perekonomian masyarakat. Untuk itu terdapat memiliki legitimasi hukum yang tinggi. Mitra
dua model kebijakan pemanfaatan yang dapat BSG berkewajiban untuk menyerahkan ba-
diajukan: ngunan hasil BSG ketika kontrak berakhir
dengan nilai bangunan yang sesuai dengan audit
1. Model Bangun Guna Serah atau Bangun di awal. Sedangkan pada BGS audit dilakukan di
Serah Guna (BGS/BSG) akhir. Sistem BGS memiliki kelemahan terkait
dengan willingness dalam pemeliharaan ba-
a. Motif Pemanfaatan dengan Bentuk Bangun ngunan.
Guna Serah atau Bangun Serah Guna Beberapa fakta empiris menunjukan bahwa
BSG lebih efektif dari pada BGS. Salah satu studi
Model pemanfaatan BGS/BSG diper- penelitian yang dilakukan melalui kajian
syaratkan ketika pengguna barang memerlukan benchmarking dengan Pemerintah Kabupaten
bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan Kepulauan Seribu bentuk pemanfaatan lebih
pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan difokuskan kepada BSG hal ini disebabkan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan berdasarkan pengalaman kerja sama peman-
tugas dan fungsi dan tidak tersedia atau tidak faatan yang terjadi selama ini bahwa kondisi
cukup tersedia dana dalam APBD untuk bangunan pada akhir masa kontrak tidak
penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut. terpelihara. Atas pertimbangan itulah, saat ini
Berdasarkan hal tersebut, jika Pemerintah Ka- bentuk pemanfaatan pada Pemerintah Kabupaten
bupaten Y memerlukan bangunan dan fasilitas Kepulauan Seribu diarahkan kepada model
untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Bangun Serah Guna (BSG).
maka pemanfaatan Kawasan Wisata Pantai X Fakta Kedua terkait dengan pengalaman
dapat berupa menggunakan mekanisme Pemerintah Kabupaten Y atas Pengelolaan Pantai
BSG/BGS. Adapun pihak yang dapat menjadi Z yang menggunakan mekanisme BGS dimana
mitra BGS/BSG adalah BUMN/D, Swasta terjadinya permasalahan pada saat penyerahan
(kecuali perorangan). bangunan kepada pemerintah daerah setelah
berakhirnya masa kontrak. Mekanisme BGS
b. Perbedaan Bangun Guna Serah dan Bangun memberikan efek lain dimana pihak ketiga
Serah Guna merasa memiliki bangunan tersebut setelah 30
tahun memanfaatkan aset daerah tanpa
Pada dasarnya BGS adalah pemanfaatan melakukan audit aset diawal pembangunan. Atas
tanah pemerintah pusat oleh pihak lain dengan beberapa fakta tersebut maka jika Pemerintah
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut Daerah Kabupaten Y hendak memilih model ini
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak dalam melakukan pemanfaatan Kawasan Pantai
lain tersebut dalam jangka tertentu yang telah X, maka seyogyanya menggunakan mekanisme
disepakati dan selanjutnya diserahkan kembali Bangun Serah Guna (BSG).
kepada Pengelola Barang setelah jangka waktu
berakhir. Sedangkan BSG adalah pemanfaatan c. Keunggulan Model Bangun Guna Serah dan
tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain Bangun Serah Guna
dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, kemudian diserahkan kepada 1) Keamanan Aset Terjaga
Pengelola Barang untuk kemudian didaya- Keamanan aset menggunakan model
gunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka BGS/BSG lebih tinggi dibandingkan dengan
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 56

kerjasama pemanfaatan disebabkan oleh • Terdapat keuntungan lain dari model


beberapa hal: BGS/BSG dimana 10% hasil Bangun Guna
• Pasal 36 ayat (1) bahwa jangka waktu Serah atau Bangun Serah Guna harus
BGS/BSG paling lama 30 tahun sejak digunakan langsung untuk penyeleng-
perjanjian ditandatangani. Jangka waktu garaan tugas dan fungsi Pemerintah
yang ditetapkan paling lama 30 tahun Pusat/Daerah paling sedikit 10% (sepuluh
merupakan sebuah konsekuensi jika me- persen). Klausul ini memberi ruang bagi
ngacu kepada motif pemanfaatan pemerintah daerah mendapatkan bangunan
menggunakan mekanisme BSG/BGS. Pada di awal masa pembangunan. Jika peman-
dasarnya mekanisme ini ditujukan ketika faatan kawasan wisata pantai, maka
pemerintah daerah memerlukan aset dalam bangunan tersebut dapat diperuntukan bagi
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang terkait dengan pengembangan
namun tidak memiliki cukup dana. Oleh wisata atau SKPD lain yang berfungsi
karena itulah, sifat dasar jangka waktu menunjang pemngembangan sektor pari-
pemanfaatan aset dibatasi agar sesegera wisata, misalnya Dinas Koperasi, UMKM,
mungkin dapat digunakan dalam pe- dan sebagainya. Besarnya bagian objek
nyelenggaraan tugas pokok dan fungsi. BGS/BSG yang digunakan untuk tugas dan
• Pasal 36 ayat (3) huruf b dan c, bahwa fungsi ditetapkan oleh Pengelola Barang/
Mitra BGS/BSG selama jangka waktu Pengguna Barang.
pengoperasian 1) wajib memelihara objek
BGS/BSG dan 2) dilarang menjaminkan, 2. Model Kerja Sama Pemanfaatan
menggadaikan, atau memindahtangankan
tanah yang menjadi objek BGS/BSG; hasil a. Motif Pemanfaatan Kerja Sama Pemanfaatan
BGS yangdigunakan langsung untuk pe-
nyelenggaraan tugas dan fungsi Model Kerja Sama Pemanfaatan dapat
Pemerintah Daerah, dan hasil Bangu Serah digunakan jika objeknya berupa tanah/bangunan,
Guna. sebagian tanah/bangunan dan selain tanah/
• Pasal 36 ayat (6) bahwa “Izin mendirikan bangunan. Terkait dengan ruang lingkup objek
bangunan dalam rangka Bangun Guna pemanfaatan, model kerja sama pemanfaatan
Serah atau Bangun Serah Guna harus diatas lebih fleksibel dari pada BGS/BSG sebab
namakan Pemerintah Daerah untuk Barang mencakup objek selain tanah dan bangunan.
Milik Daerah”. Kondisi ini mengandung Model kerja sama memiliki keunggulan dari sisi
keunggulan juga kelemahan. Keung- Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling
gulannya bahwa pemerintah daerah lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditan-
memiliki legitimasi hukum dalam perijinan datanganinya perjanjian KSP dan dapat
mendirikan bangun melalui mekanisme diperpanjang.
BGS/BSG. Atas keunggulan tersebut
pemerintah perlu mengalokasikan se- b. Karakteristik dari model kerja sama
jumlah dana untuk membiayai kepengu- pemanfaatan
rusan perijinan tersebut.
Karakteristik kerja sama pemanfaatan
2) Sifat Kontribusi adalah sebagai berikut:
• Mekanisme ini mewajibkan pihak ketiga b. Tanah, gedung, bangunan, sarana, dan
membayar kontribusi ke Rekening Kas fasilitas yang dibangun oleh mitra KSP
Umum Daerah setiap tahunnya yang menjadi BMD sejak diserahkan kepada
besarannya ditetapkan berdasarkan hasil pemerintah sesuai dengan perjanjian atau
perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat pada saat berakhirnya perjanjian
yang berwenang. c. Biaya persiapan KSP yang dikeluarkan
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 57

oleh Pengelola Barang atau Pengguna pokok dan fungsi SKPD tertentu sebagaimana
Barang s.d. Penunjukan Mitra KSP dibe- yang dipersyaratkan dalam BGS dan BSG
bankan pada APBD Pada akhirnya baik BGS/BSG ataupun
d. Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah Kerja Sama Pemanfaatan akan diserahkan
ditetapkannya Mitra KSP dibebankan pada kepada daerah pada akhir masa kontrak. Setiap
mitra KSP dan tidak diperhitungkan dalam bentuk kerja sama memiliki sisi keuntungan dan
pembagian keuntungan kelemahannya dan bersifat trade off sehingga
e. Mitra KSP ditentukan melalui tender, pemilihan model sangat tergantung pada motif
kecuali BMD yang bersifat khusus pemerintah daerah dalam pengembangan wisata.
f. Pihak yang dapat menjadi mitra adalah Jika urgensinya terletak pada penambahan
BUMD dan Swasta kecuali perorangan fasilitas untuk penyelenggaraan tupoksi namun
Pemda belum memiliki dana yang cukup maka
c. Jenis kontribusi adalah: bentuk pemanfaatkan dapat diarahkan kepada
BGS/BSG. Namun jika urgensinya terletak pada
Terdapat dua jenis kontribusi, yaitu peningkatan PAD maka bentuk pemanfaatan
• Kontribusi tetap dapat diarahkan kepada kerja sama pemanfaatan.
Perhitungan kontribusi tetap = Besaran Pada prinsipnya, pembangunan wilayah
persentase kontribusi tetap x nilai wajar harus menjadi stimulus bagi masyarakat untuk
objek KSP meningkatkan perekonomian di wilayah Kabu-
• Pembagian keuntungan hasil pendapatan paten Y. Dengan adanya pengembangan sektor
KSP wisata ini diharapkan akan memberikan trickle
Perhitungan pembagian keuntungan = down effect terhadap peningkatan PAD. Peran
Perhitungan Pembagian Keuntungan x pemerintah selain sebagai regulator juga
Besaran Keuntungan Pelaksanaan KSP berperan sebagai stimulator. Dana yang dimiliki
Kontribusi dapat berbentuk bangunan pemerintah daerah dapat digunakan sebagai
• Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik stimulan untuk mengarahkan investasi swasta/
Negara/Daerah berupa tanah dan/atau masyarakat ke arah yang diinginkan oleh
bangunan, sebagian kontribusi tetap dan pemerintah daerah. Untuk menarik wisatawan
pembagian keuntungannya dapat berupa mengunjungi Kabupaten Y dapat dilakukan
bangunan beserta fasilitasnya yang melalui beberapa aspek seperti sektor pariwisata,
dibangun dalam satu kesatuan perencanaan kebudayaan, serta industri kreatif.
tetapi tidak termasuk sebagai objek Kerja
Sama Pemanfaatan 4. Kesimpulan dan Saran
• Besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya
sebagai bagian dari kontribusi tetap dan Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD)
kontribusi pembagian keuntungan paling adalah pendayagunaan BMD yang tidak di-
banyak 10% (sepuluh persen) dari total gunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
penerimaan kontribusi tetap dan satuan kerja perangkat daerah dan/atau
pembagian keuntungan selama masa Kerja optimalisasi Barang Milik Daerah dengan tidak
Sama Pemanfaatan bangunan yang mengubah status kepemilikannya. Pemanfaatan
dibangun dengan biaya sebagian kontribusi BMD memberikan peluang bagi daerah untuk
tetap dan pembagian keuntungan dari awal meningkatkan PADnya serta meningkatkan
pengadaannya merupakan Barang Milik fasilitas publik. Terdapat jenis pemanfaatan
Negara/Daerah. pinjam pakai, BGS/BSG, Sewa, Kerja sama
Kontribusi dalam bentuk bangunan dapat pemanfaatan yang dapat dilakukan atas bentuk
diperuntukan bagi pembangunan sarana dan pemanfaatan non infrastruktur sedangkan dalam
prasarana fasilitas publik dan tidak terikat pada bentuk infrastruktur maka bentuk pemanfaatan
pembangunan dalam rangka menunjang tugas yang dapat dipilih adalah sewa, kerja sama
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Suatu pendekatan teoritis dan praktis dalam menentukan metode pemanfaatan aset) 58

pemanfaatan dan kerja sama penyediaan in- Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah. 2010.
frastruktur. Dalam rangka peningkatan pen- Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
dapatan asli daerah, setiap metode pemanfaatan Bandung: Fokus Media
aset (kecuali pinjam pakai) memiliki bentuk
kontribusinya masing-masing yang mampu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
meningkatkan pendapatan daerah dan atau Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
peningkatan aset daerah.
Setiap bentuk kerja sama memiliki sisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
keuntungan dan kelemahannya dan bersifat trade Pemerintahan Daerah
off sehingga pemilihan model sangat tergantung
pada motif pemerintah daerah dalam pengem- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
bangan wisata. Jika urgensinya terletak pada 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
penambahan fasilitas untuk penyelenggaraan Barang Milik Negara/Daerah
tupoksi namun Pemda belum memiliki dana yang
cukup maka bentuk pemanfaatkan dapat di- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
arahkan kepada BGS/BSG. Namun jika Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
urgensinya terletak pada peningkatan PAD maka Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
bentuk pemanfaatan dapat diarahkan kepada Negara
kerja sama pemanfaatan. Selain itu, Pemilihan
metode pemanfaatan aset hendaknya didasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
pada visi dan misi daerah serta metode yang Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
paling memberikan dampak rentetan terbesar Barang Milik Daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Duncan CR. 2007. Mixed outcomes: The impact


of regional autonomy and decentralization
on indigenous ethnic minorities in
Indonesia. Dev. Change

Oates, Wallace E & John Joseph Wallis. 1988.


Decentralization in the Public Sector: An
Empirical Study of State and Local
Government. Chicago: University of
Chicago Press

Oates, William E. 2005. Toward a Second


Generation Theory of Fiscal Federalism.
International Tax and Public Finance

Savas, E. S. 2000. Privatization and Public


Private Partnership. London: Chantam
House Publisher

Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta:


Gramedia

Anda mungkin juga menyukai