Anda di halaman 1dari 120

PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP NEGERI 8

KOTA MAKASSAR

Hasil Penelitian Untuk Tesis


Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Oleh

A. ZULFIKAR IMRAN

NIM: 0001.03.43.2018

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
Hasil Penelitian untuk Tesis

PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP NEGERI 8


KOTA MAKASSAR

Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Oleh

A. ZULFIKAR IMRAN

NIM : 0001.03.43.2018

Telah disetujui untuk diseminarkan :

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd. Tanggal,……………………

Anggota,

Dr. Hj. Nur Setiawati, MA., Ph. D. Tanggal,……………………

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini,

menyatakan bahwa Tesis ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri.

Jika kemudian hari terbukti bahwa Tesis ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat,

atau dibuat orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka tesis dan gelar yang

diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Februari 2021


Penyusun

A. ZULFIKAR IMRAN
0001.03.43.2018

iii
KATA PENGANTAR
‫بسن هللا الرحمن الرحين‬

.‫الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على أشرف األنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, selaku hamba dari Zat yang

Maha menggenggang jiwa dan pemberi segala nikmat yang ada di muka bumi ini,

karena itu senantiasa mengucapkan syukur seraya membesarkan dan

mengagungkan asma-Nya, sebagai salah satu penghambaan dan ungkapan terima

kasih kepada-Nya yang telah memberi nikmat dan ridha-Nya, sehingga proposal

yang berjudul “Pendidikan Karakter Di SMP Negeri 8 kota makassar” dapat

diselesaikan dan dapat dikomunikasikan kepada para pembimbing untuk

mendapat perbaikan.

Rasa hormat dan syukur kepada seluruh pihak yang telah memberikan dan

motivasi dalam penyelesaian penyusunan tesis ini. Karena itu diucapkan terima

kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Kepada Kedua orang tua, yakni Ayahanda H. Imran Ibrahim, S.Pd. dan Ibunda

Hj. Andi Rosnani, S.Pd. M.Pd. yang telah memelihara dan mendukung penulis

dalam menuntut ilmu pengetahuan.

2. Bapak Ketua Yayasan Unversitas Muslim Indonesia, yang telah memberi izin

untuk menempuh pendidikan di lembaga ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Basri Modding, SE. M.Si. sebagai Rektor

Universitas Muslim Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menempuh ilmu pengetahuan di UMI.

iv
4. Bapak Prof. Dr. Baharuddin Semmaila, sebagai Direktur Pascasarjana

Universitas Muslim Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada penulis

dalam menempuh pendidikan pada Pascasarjana ini.

5. Bapak Dr. H. M. Hasibuddin Mahmud, M.A. Ketua Program Studi Magister

Islam, dengan kebijaksanaannya memberi kemudahan dalam penyelesaian

studi.

6. Bapak Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd. selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Hj.

Nur Setiawati, M.Ag., Ph.D. selaku pembimbing II, yang senantiasa tulus

membimbing dan memotivasi penulis, sehingga segala kendala dalam

penyusunan proposal ini dapat teratasi dengan baik.

7. Seluruh dosen Magister Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas

Muslim Indonesia, yang telah menyalurkan keilmuan yang sangat bermanfaat

kepada penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa di kelas Pendidikan Islam Program Pascasarjana

Universitas Muslim Indonesia (UMI), yang senantiasa memberi motivasi

kepada penulis.

9. Kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan, dan terima

kasih dan mohon maaf tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, semoga

Allah mencatat pahala untuk semua.

Makassar, Februari 2021

Penulis,

A. Zulfikar Imran

v
ABSTRAK

Nama : A. Zulfikar Imran


Judul : Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 Kota Makassar
Pembimbing : 1. Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd.
2. Dr. Hj. Nur Setiawati, MA., Ph.D.
Kata Kunci : Implementasi Pendidikan Karakter, SMP Negeri 8 Makassar

Pada dasarnya pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia


pendidikan dewasa ini, hal ini terkait dengan fenomena dekadensi moral yang
terjadi di tengah masyarakat yang semakin meningkat dan beragam. Sebab itu,
alternatif yang bisa dilakukan untuk menghambat perkembangan lebih pesat,
adalah dilakukan pendidikan karakter di sekolah dengan mengoptimalkan
pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui penerapan


berbagai macam pembelajaran oleh guru SMP Negeri 8 Makassar dan realisasi
untuk membentuk karakter siswa di sekolah tersebut.

Pada dasarnya penelitian dilakukan secara kualitatif deskriptif, pendekatan


sosialis agamis dan observasi terhadap realitas kegiatan proses pembelajaran
untuk mendapat data primer melalui observasi, wawancara dan data dokumen.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Pelaksanaan proses


pembelajaran tetap berlangsung, 2) upaya pendidikan karakter siswa terus
dilakukan dalam muatan pembelajaran, Ekstrakurikuler dan berbagai kegiatan
sosial baik di lingkungan sekolah maupun dalam masyarakat.

Diupayakan kiranya siswa SMP Negeri 8 Makassar dapat


mempertahankan dan menunjukkan karakter yang baik dalam pergaulan di
sekolah di luar lingkungan sekolah/masyarakat dan berusaha melakukan kebaikan
dan mencegah berbuat kemungkaran.

vi
ABSTRACT

Name : A. Zulfikar Imran


Title : Character Education at SMP Negeri 8 Makassar City
Advisors : 1. Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd.
2. Dr. Hj. Nur Setiawati, MA., Ph.D.
Keywords : Implementation of Character Education, SMP Negeri 8 Makassar

Basically character education is an important issue in the world of


education today, this is related to the phenomenon of moral decadence that occurs
in an increasing and diverse society. Therefore, an alternative that can be done to
inhibit faster development is character education in schools by optimizing
learning.

This research was conducted with the intention of knowing the application
of various kinds of learning by teachers of SMP Negeri 8 Makassar and its
realization to shape the character of students in the school.

Basically the research was conducted in a qualitative descriptive, religious


socialist approach and observations of the reality of the learning process to obtain
primary data through observation, interviews and document data.

The results of this study indicate that: 1. The implementation of the


learning process continues, 2) the efforts to educate students' character are
continuously carried out in learning content, extracurricular activities and various
social activities both in the school environment and in the community.

It is strived for students of SMP Negeri 8 Makassar to be able to maintain


and show good character in the relationships at school outside the school/
community environment and try to do good and prevent doing evil.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 4
D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional ................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya ..................................... 6
B. Landasan Teori .............................................................................. 7
1. Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia ............................... 7
2. Konsep Pendidikan Karakter di Sekolah.................................. 12
3. Pendidikan Karakter sebagai bagian dari Pendidikan Akhlak . 22
4. Pendidikan Agama Islam ......................................................... 29
C. Kerangka Berfikir........................................................................... 39
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 40
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................... 40
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 43
C. Subyek Penelitian .......................................................................... 43
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 44
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
A. Profil SMP Negeri 8 Makassar ...................................................... 48
B. Hasil Analisis Tentang Karakter Siswa SMP Negeri 8 Makassar . 54

viii
C. Nilai-nilai Karakter yang Dipopulerkan Di SMP Negeri 8
Makassar ........................................................................................ 57
D. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Kegiatan
Ekstrakurikuler ............................................................................... 88
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 101
A. Kesimpulan .................................................................................... 101
B. Saran............................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah siswa pertahun .................................................................. 48

Tabel 4.2 Keadaan guru di SMP Negeri 8 Makassar .................................... 49

Tabel 4.3 Ruang belajar................................................................................. 52

Tabel 4.4 Data ruang belajar lainnya............................................................. 53

Tabel 4.5 Data ruang kantor .......................................................................... 53

Tabel 4.6 Data ruang penunjang.................................................................... 53

Tabel 4.7 Siswa yang mendapat Pendidikan karakter ................................... 54

Tabel 4.8 Pendidikan karakter menarik bagi siswa ...................................... 54

Tabel 4.9 Apakah sikap kejujuran diajarkan di sekolah anda ....................... 55

Tabel 4.10 Sifat berkata benar diajarkan di sekolah anda ............................... 55

Tabel 4.11 Di sekolah anda diajarkan tentang sikap toleransi ........................ 56

Tabel 4.12 Di sekolah anda diajarkan saling salam bila bertemu sesama
teman/guru ..................................................................................... 56

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting artinya, karena dapat menentukan terjadinya

proses belajar mengajar dan pembinaan. Begitu juga dalam dunia Pendidikan

islam, bahwa hakekat manusia sebagai subyek atau pelaku Pendidikan membantu

jalannya proses Pendidikan yang akan dilakukan.

Pendidikan harus mampu meningkatkan dan meneguhkan kembali fitrah

manusia yang bertauhid dan berkarakter pada terwujudnya sebagai manusia yang

taat terhadap Tuhannya. Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia

Pendidikan akhir-akhir ini, hal ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral

yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang semakin meningkat dan beragam.

Terjadinya dekadensi moral dalam masyarakat turut berpengaruh buruk

terhadap siswa-siswa yang berada di tengah-tengah masyarakat, baik secara

internal keluarga maupun faktor-faktor luar seperti sosial media digunakan secara

berlebihan, sehingga menyebabkan siswa dapat berkarakter buruk.

Pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang tepat atas

permasalahan-permasalahan tersebut, dan sekolah-sekolah sebagai penyelenggara

Pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat mewujudkan misi dari Pendidikan

karakter tersebut.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan

Pendidikan karakter di sekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran materi

Pendidikan agama islam dengan dukungan berbagai macam pembelajaran. Peran

1
2

Pendidikan dipandang sangat strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter

siswa.

Pendidikan Agama Islam merupakan sarana transformasi pengetahuan

dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta

nilai moral untuk membentuk sikap (aspek afektif), yang berperan dalam

mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian

manusia seutuhnya.

Penerapan berbagai macam pembelajaran Pendidikan Islam, diharapkan

mampu menghasilkan karakter siswa yang selalu berupaya menyempurnakan

iman, takwa dan berakhlak mulia beretika dan berbudi pekerti yang baik sebagai

perwujudan dari Pendidikan.

Siswa seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,

hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan di sekolah dan

lingkungan masyarakat dimana siswa tersebut bertempat tinggal.

Al-Qur’an mengungkap realita-realita yang dihadapi langsung dalam

kehidupan ini, dan berfungsi sebagai hidayah untuk menata sikap dan prilaku

yang harus dilakukan manusia itu, agar memiliki karakter yang islami sesuai yang

dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Kurangnya perhatian orang tua terhadap pembinaan karakter anak didik di

rumah, sehingga menyebabkan harapan agar anak didik menjadi manusia yang

berguna kepada agama, bangsa dan negara menjadi terkendala, sebab pembinaan

anak didik diserahkan penuh kepada sekolah yang mereka pilih, padahal Lembaga

Pendidikan hanya mampu memberi pembinaan pada anak didik dalam waktu yang
3

sedikit, sementara waktu yang lebih banyak bagi anak yaitu di rumah dan

lingkungan masyarakat.

Kondisi Pendidikan karakter anak didik saat ini cukup memprihatinkan,

hal ini ditandai dengan adanya kesenjangan sosial, seringnya terjadi perkelahian

antar pelajar, bahkan antar sekolah yang mencerminkan bahwa karakter anak

didik masih rendah. Dengan demikian sangat dibutuhkan cara-cara untuk

membentuk karakter anak didik menjadi lebih baik.

Lembaga Pendidikan seperti Sekolah Menengah Pertama adalah salah satu

alternatif bagi anak atau siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan implementasi

karakter yang baik, sebab sekolah mengembangkan proses Pendidikan karakter

melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstrakurikuler, Kerjasama

dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya. 1

Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Makassar adalah salah satu Lembaga

Pendidikan yang memiliki komitmen untuk mencetak generasi yang berprestasi

dan berkarakter tinggi, upaya tersebut dilakukan dengan memberikan

pembelajaran Pendidikan secara maksimal dengan berbagai cara pembelajaran

seperti pembiasaan siswa memuliakan sesama siswa dan guru, mengucapkan dan

menjawab salam, pembiasaan tolong-menolong, berbagi dan melaksanakan hak

dan kewajibannya sebagai manusia.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap pembelajaran Pendidikan karakter

di SMP 8 tersebut, maka direncanakan melakukan penelitian dengan judul

“Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama 8 Makassar”.

1
Kokom Komalasari, Pendidikan Karakter. (Cet. I., Jakarta: PT. Rafika Aditama, 2017),
h. 14.
4

B. Rumusan Masalah

Menganalisa dari uraian latar belakang masalah di atas, dikemukakan

rumusan masalah dan dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Makassar ?

2. Bagaimana efektifitas pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Makassar ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengkaji penerapan pendidikan karakter dalam peningkatan

kompetensi Siswa di SMP Negeri 8 Makassar.

b. Untuk mengkaji efektifitas pendidikan karakter di SMP Negeri 8

Makassar.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat ilmiah, sebagai suatu karya ilmiah yang dapat memberi

kontribusi pemikiran dan pengetahuan, khususnya di kalangan

pendidik, baik di tingkat dasar, menengah dan tingkat perguruan

tinggi.

b. Manfaat praktis, yaitu penelitian ini dapat menjadi bahan analisis dan

kajian bagi para pendidik diberbagai Lembaga Pendidikan.

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

1. Pengertian Judul

Adapun tesis ini berjudul “Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8

Makassar”, untuk memahami maksud judul tersebut terlebih dahulu

dikemukakan pengertian beberapa kata sebagai berikut :


5

Kata “Pendidikan” berarti perbuatan atau cara mendidik dalam bentuk

usaha secara sistimatis dan prakmatis dalam membantu anak didik.2

Kata “karakter”, berarti tabiat, watak, sifat, kejiwaan, akhlak, budi

pekerti atau seorang yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk.3

SMP Negeri 8 adalah salah satu lembaga Pendidikan (sekolah) yang

beralamat Jln. Batua Raya No. 1 Kelurahan Batua Kecamatan Manggala Kota

Makassar, selaku obyek penelitian untuk mengetahui tentang penerapan

Pendidikan karakter siswa di sekolah tersebut.

Memperhatikan uraian di atas, dapat dimengerti bahwa yang

dimaksudkan pengertian judul tersebut adalah implementasi Pendidikan

karakter dalam rangka menaikkan kualitas kemampuan siswa di SMP Negeri

8 Makassar.

2. Definisi operasional

Definisi operasional judul di atas adalah suatu kajian analisis berbagai

upaya untuk penerapan Pendidikan karakter dalam rangka peningkatan

pemahaman dan pengamalan berbagai perbuatan baik siswa di SMP Negeri 8

Makassar.

2
W.J.S. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1984), h. 250.
3
Ibid., h. 445.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya

Sesuai hasil pembelajaran atau bacaan dan pengamatan dan berbagai hasil

penelitian yang terkait dengan Pendidikan karakter, baik dari segi judul ataupun

struktur atau obyek yang diteliti, dapat disimak sebagai berikut :

Pertama, Sudirman yang meneliti tentang “Implementasi Pendidikan Islam

dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten

Barru”1 dan pembahasan tesis ini, lebih cenderung menekankan terhadap proses

pembelajaran Pendidikan Islam berupa pembiasaan menghormati guru,

pembiasaan membaca Al-Qur‟an setiap memulai pelajaran, berbahasa sopan,

saling menyapa dan menerima pendapat jika mereka berdiskusi. Keserasian dari

penelitian yang dilakukan terdapat keterkaitan dengan masalah akhlak, yaitu

pembiasaan melakukan kebaikan.

Kedua, Tarlang Rosadi, meneliti tentang “Pendidikan Nilai-Nilai Moral

dan Prilaku Keagamaan di SLTP Negeri 1 Ketapang” 2 , Penelitian ini banyak

membicarakan tentang prilaku keagamaan dan nilai-nilai moral dan tertuju kepada

pembinaan akhlak bagi siswa SLTP Negeri 1 Ketapang. Kesamaan persepsi

terhadap penelitian ini (penulis) adalah dari segi tuntutan prilaku siswa melalui

proses Pendidikan karakter.

1
Sudirman, Implementasi Pendidikan Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri
1 Tanete Rilau. Tesis UMI 2012.
2
Tarlang Rosadi, Pembinaan

6
7

Menganalisa kedua hasil penelitian di atas, pada dasarnya terfokus pada

pola prilaku keagamaan, kepribadian pada peserta didik di sekolah. Pola prilaku

pada peserta didik tersebut, dilihat pada implementasi pembiasaan berbuat

kebaikan yang ditampilkan di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di

masyarakat di mana siswa tersebut bertempat tinggal.

Adapun penelitian ini, lebih spesifik mengkaji tentang prilaku siswa

sehari-hari hasil dari realisasi Pendidikan karakter yang dilakukan dalam proses

belajar sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan berbagai

prilaku siswa di SMP Negeri 8 Makassar.

Istilah karakter baru dipakai secara khusus dalam kaitan Pendidikan pada

akhir abad ke-18, Adapun pencetusnya adalah FW. Foerster, yakni lahirnya

Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan Kembali

pedagogi ideal yang spiritual, yang sempat hilang disebabkan gelombang

perkembangan positivism yang dipelopori oleh filosuf Perancis yaitu Auguste

Comte.3

Dari istilah Pendidikan karakter yang dipelopori oleh Augusti Comte

tersebut, menunjukkan bahwa Pendidikan karakter bangsa telah lama menjadi

perhatian para ahli, baik ahli pendidikan maupun filosof.

B. Landasan Teori

1. Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia

Pendidikan karakter belakangan ini menjadi perhatian banyak kalangan

yang mensosialisasikannya, seperti sesuatu yang baru, namun setelah dipahami

3
Jamal Majmur Aswari, Buku Pamduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jakarta: Diva Press, 2001), h. 27.
8

tentang Undang-undang nomor 20 tahun 2003, bahwa Pendidikan itu sudah

mencakup Pendidikan karakter.

Sebagaimana disebutkan bahwa menurut UU nomor 20 tahun 2003

disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 4

Pemahaman tentang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut,

menggambarkan tujuan Pendidikan yang mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi

ketuhanan, dimensi pribadi dan dimensi social. Hal itu berarti Pendidikan bukan

hanya diarahkan pada pendidikan yang sekuler, bukan pada Pendidikan

individualistic, dan bukan pula pada Pendidikan individualistik, tetapi Pendidikan

yang diarahkan di Indonesia itu adalah Pendidikan mencari keseimbangan antara

ketuhanan, individu dan sosial.

Dalam rangka merealisasikan Pendidikan Karakter yang pada umumnya

banyak dilakukan dalam proses pembelajaran, maka dikemukakan beberapa

model pembelajaran, sehingga Pendidikan karakter dapat tercapai, sekalipun akan

termaktub bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala

situasi dan kondisi pada setiap pembelajaran.5

4
Helmawati, Pendidikan Karakter Sehari-hari, Cet. I. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017), h. 19.
5
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Cet. I,
Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2013), h. 115.
9

Model Pendidikan yang paling baik harus memperhatikan situasi siswa,

materi atau bahan ajar, fasilitas media yang tersedia dan kompetensi guru-guru

sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh model Pendidikan sebagai

berikut:

a. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Tim Siswa Kelompok Prestasi/STAD, Adapun Langkah-langkahnya

sebagai berikut :

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

(kelompok menurut prestasi, jenis kelamin, dan suku)

2) Guru menyajikan pelajaran

3) Guru memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota pada

anggota lainnya hingga semua anggota dalam kelompok tersebut dapat

mengerti tentang tugas tersebut

4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa pada saat menjawab

kuis tidak boleh saling membantu

5) Memberi evaluasi

6) Kesimpulan

b. Jigsaw

Menurut Aronson, Blaney, Stephen, and Snapp:

1) Siswa dikelompokkan kedalam empat anggota tim.

2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.


10

4) Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang

sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan

sub bab mereka.

5) Setelah selesai diskusi sebahagian tim ahli tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang

sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan

dengan sungguh-sungguh,

6) Tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi,

7) Guru memberi evaluasi.

c. Problem Based Introduction (PBI)

1. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana

atau alat pendukung yang dibutuhkan.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal).

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai

dengan topik masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang

sesuai.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.6

6
Ibid., h. 116
11

Agar ilmu yang akan diajarkan kepada anak didik bisa diterima, maka

yang dilakukan oleh guru bukan hanya mempersiapkan materi, tapi metode atau

model pembelajaran. Dan tidak kalah penting juga adalah sebuah keikhlasan yang

tulus dari seorang guru.

d. Pembelajaran Berbasis Masalah dan e-learning.

1) Pembelajaran berbasis masalah dan system managemen belajar, seperti

papan tulis, sumber belajar dan perlengkapan belajar yang cukup

menyenangkan, rangkaian informasi, dokumen, pengukuran, penataan

dalam sinergi yang baik untuk mencapai tujuan7

2) Inovasi e-learning memiliki manfaat yang cukup besar terutama Ketika

dikaitkan dengan jarak dan keterbatasan waktu dalam belajar, dan belajar

dapat dilakukan hanya melalui web.

Beberapa landasan prinsip menggunakan PBM dalam e-learning adalah:

1) Menggunakan kekuatan masalah yang rill untuk membangkitkan motivasi;

2) Mengkondisikan lingkungan kaitannya dengan informasi global;

3) Mendorong proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e-learning;

4) Menekankan pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan daripada

bahan belajar

5) Menyediakan system dalam kalaborasi;

6) Optimis dalam menggunakan struktur yang fleksibel;

7) Mengembangkan evaluasi dan kritik terhadap sumber informasi.8

7
Rusman, Op, cit., h. 240
8
Ibid., h. 240
12

Ibrahim dan Nur mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk merangsang berpikir

tingkat tinggi siswa di dalam belajar dan bagaimana belajar.9

Dari pandangan tentang pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan e-

learning menunjukkan bahwa adanya harapan bagi siswa untuk meningkatkan

daya piker, kecerdasan dan karakteristiknya dalam proses pembelajaran.

2. Konsep Pendidikan Karakter di Sekolah

Kata karakter berasal dari Bahasa latin, yaitu “Kharakter”, “Kharassein”,

“Kharax”, yang bermakna “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed

stake”. Ketika masuk ke dalam bahasa Inggris, kata “character” ini berubah

menjadi “character”. Selanjutnya dalam Bahasa Indonesia kata ”character” ini

menjadi “karakter”.10

Karakter menurut Ki Hadjar Dewantara yang disadur oleh Agus Wibowo,

adalah sebagai sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma

sebagai tenaga. Dengan adanya budi pekerti, manusia akan menjadi pribadi yang

merdeka sekaligus berkepribadian, dan dapat mengendalikan diri sendiri (mandiri,

zelfbeheersching).11

Pendidikan karakter merupakan Pendidikan budi pekerti plus, yaitu

Pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan

(feeling), dan tindakan (action). Menurut Lickona yang dikutip Agus, Pendidikan

9
Ibid., h. 241
10
Agus Wibowo & Sigit Purnama, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi,
Membangun Karakter Ideal Mahasiswa di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
h. 33-34.
11
Ibid., h. 34-35
13

karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik

berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat.

Salah satu lembaga yang dapat berperan dalam Pendidikan karakter adalah

perguruan tinggi. Dengan catatan, dalam lingkungan perguruan tinggi tersebut

tersedia suatu lingkungan moral (moral environment) yang menekankan nilai-nilai

yang baik dan menjaganya dalam kesadaran setiap orang. 12

Menurut T. Ramli yang disadur Agus, Pendidikan karakter memiliki

esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral atau Pendidikan akhlak.

Tujuannya adalah membentuk pribadi peserta didik, agar menjadi pribadi yang

baik, jika di masyarakat menjadi warga Negara yang baik pula.13

Ijtihady atau Kaizen merupakan konsep usaha sungguh-sungguh untuk

mencapai hasil yang optimal. Konsep tersebut menekankan pada high standard,

yang antara lain kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, serta disiplin harus

dijadikan pedoman dalam Pendidikan karakter di sekolah. Hal ini penting,

terutama untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga peserta didik sebagai

generasi muda memiliki karakter tinggi sesuai dengan yang diharapkan.

Jurus pertama yang harus diperhatikan dalam menyukseskan Pendidikan

karakter di sekolah adalah memahami hakikat Pendidikan karakter dengan baik.

Keberhasilan Pendidikan karakter di sekolah sangat tergantung pada ada tidaknya

sebuah kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen dari semua

penyelenggara Pendidikan.

12
Ibid., h. 38
13
Ibid., h. 39
14

Oleh karena itu, Pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui berbagai

tindakan praktik dalam proses pembelajaran, dan jangan terlalu teoritis, dan

jangan banyak membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di kelas

saja. Di rumah dan lingkungan masyarakat juga sangat menentukan bagi anak

untuk memiliki kepribadian yang baik sebelum mereka berada di lingkungan

sekolah, karena perilaku seorang anak sekolah adalah cerminan dari kebiasaan di

rumah dan lingkungannya.

Ginanjar dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter

positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asma

al-Husna. Ini merupakan sebuah sumber inspirasi setiap karakter positif yang

dirumuskan oleh siapapun. Dari sini Ari Ginanjar menerangkan ada tujuh karakter

dasar yang harus dimiliki manusia yaitu; jujur, tanggungjawab, disiplin, visioner,

adil, peduli, dan kerja sama.

Meskipun demikian, karakter Nabi Muhammad SAW, hanya menyangkup

empat hal Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah (STAF). Dan keempat hal

tersebut telah mencakup seluruh perilaku, sehingga dia dijuluki sebagai al-amin.

Agar pendidikan karakter ini berhasil dalam memandu pribadi peserta didik perlu

dirumuskan dan diidentifikasi kata-kata operasional berkarakter yang dapat

dijadikan pedoman para guru dalam pembelajaran di sekolah.

Jurus kedua yang harus diperhatikan dalam menyukseskan Pendidikan

karakter di sekolah adalah mensosialisasikannya dengan tepat terhadap seluruh

warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik.

Sosialisasi ini penting, agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami visi
15

dan misi sekolah, serta Pendidikan karakter yang akan diimplementasikannya.

Sosialisasi bisa langsung oleh kepala sekolah apabila yang bersangkutan sudah

mengendalikan cukup memahaminya.

Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar

Pendidikan karakter yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara

optimal. Kemudian diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga

kependidikan, dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan

pengesahan dari berbagai dalam menyukseskan Pendidikan karakter.

Jurus ketiga yang harus diperhatikan dalam menyukseskan Pendidikan

karakter di sekolah adalah menumbuhkan disiplin peserta didik, khususnya

disiplin membantu menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya

problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman,

nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka

menaati segala peraturan yang diterapkan.

Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang

sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia

No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab II Pasal 6 disebutkan bahwa

kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk

melaksanakan system Pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan Pendidikan

nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
16

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis

dan bertanggung jawab.14

Guru dan seluruh komponen tenaga Pendidikan harus menjadi teladan

yang terbaik terhadap peserta didik, karena guru adalah tut wuri handayani.

Reismen dan payne, mengemukakan Sembilan strategi untuk mendisiplinkan

peserta didik berikut:

a. Konsep diri, guru harus bersikap empatik, menerima, dan terbuka,

sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya

dalam memecahkan masalah

b. Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki

keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua

perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

c. Konsekuensi dan alami, perilaku yang salah terjadi pada peserta didik.

Guru harus menunjukkan perilaku yang baik agar peserta didik dapat

memahami akibat-akibat perilaku tersebut.

d. Klarifikasi nilai, strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik

dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk

system nilainya sendiri.

e. Analisis transaksional, disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa,

terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi

masalah.

14
Undang-Undang RI, No. 12 Tahun 2012, Pendidikan Tinggi, Dilengkapi: UU RI No. 14
Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Cet. I, Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 94.
17

f. Terapi realitas (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi

kegagalan dan meningkatkan ketertiban. Dalam hal ini guru harus bersikap

positif dan bertanggung jawab.

g. Disiplin yang terintergrasi (assertive discipline), metode ini menekankan

pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan

mempertahankan peraturan.

h. Modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku salah disebabkan

oleh lingkungan, sebagai tindakan remidiasi.

i. Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), guru diharapkan cekatan,

sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini

mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai

keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu,

membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berbeda dalam posisi

sebagai pemimpin.15

Jurus keempat yang harus diperhatikan dalam menyukseskan Pendidikan

karakter di sekolah adalah kepala sekolah yang amanah, terutama dalam

mengkordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya

Pendidikan yang tersedia. Dalam menyukseskan Pendidikan karakter, kepala

sekolah yang amanah harus mempersiapkan pengangkatan yang professional,

misalnya yang dipilih dalam kurung waktu tertentu (3-5 tahun), dan setelah itu

dilakukan lagi pemilihan yang baru.

15
E. Malyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Cet. 4, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2014), h. 27
18

Kepala sekolah yang amanah dan professional harus berusaha

menanamkan, memasukkan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai,

yakni pembinaan mental, fisik dan artistik. 16 Dalam hal ini, kepala sekolah

dibantu oleh para pembantunya harus mampu merencanakan berbagai program

pembinaan artistic, seperti karyawisata, agar dalam pelaksanaannya tidak

mengganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, pembinaan artistic harus

terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Jurus kelima yang harus diperhatikan dalam menyukseskan Pendidikan

karakter di sekolah berkaitan dengan sosok guru, yakni guru yang dapat ditiru,

karena guru merupakan factor penting yang sangat besar pengaruhnya, bahkan

sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik untuk belajar.

Mengingat bahwa Pendidikan karakter menekankan pada aspek sikap, nilai,

dan watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai dari gurunya.

Dalam upaya membentuk peserta didik menjadi shaleh, diperlukan guru yang

mampu membimbing mereka dengan pendekatan Pendidikan karakter. Karena

Pendidikan karakter atau budi pekerti adalah sesuatu yang sangat penting untuk

dilakukan17

Kementerian Pendidikan Nasional (Selanjutnya disebut Kemndiknas) telah

merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik

sebagai upaya membangun karakter bangsa. Sedangkan kementrian Agama,

melalui Direktorat Jendral Pendidikan Islam mencanangkan nilai yang merujuk

pada karakter mulia dari Nabi Muhammad SAW yakni Shiddiq (benar), Amanah
16
E. Mulyasa, Ibid, h. 30
17
Ibid. h. 32
19

(dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (menyatunya

kata dan perbuatan). Nilai karakter versi Kemendiknas sebagaimana tertuang

dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, antara lain

sebagai berikut:

a. Religius, Nilai ini merupakan nilai yang mengajarkan pada ketaatan dan

kepatuhan seorang peserta didik untuk memahami dan menjalankan ajaran

agamanya masing-masing.

b. Jujur, merupakan sikap perilaku peserta didik yang mencerminkan

kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan, sehingga

menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

c. Toleransi, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan penghargaan

terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,

etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar

dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah-tengah perbedaan tersebut.

d. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

e. Kerja keras, yakni prilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-

sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan

berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-

baiknya.

f. Kreatif, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan

cara-cara baru yang lebih baik dari sebelumnya.


20

g. Mandiri, yakni sikap dan prilaku yang tidak tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini

bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak

boleh melempar tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

h. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan

hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, yakni cara berfikir, sikap dan prilaku yang mencerminkan

penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar,

dan dipelajari secara lebih mendalam.

j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi

atau individu dan golongan.

k. Cinta tanah air, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa bangga,

setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, budaya,

ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran

bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

l. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan

mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi

yang lebih tinggi.

m. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan

terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga

tercipta Kerjasama secara kolaboratif dengan baik.


21

n. Cinta damai, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan suasana damai,

aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau

masyarakat tertentu.

o. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan kebiasaan dengan tanpa paksaan

untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai

informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga

menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan, yakni sikap dan Tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

q. Peduli social, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian

terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

r. Tanggung jawab, yakni sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, biak yang berkaitan dengan diri sendiri. Sosial,

masyarakat, bangsa, negara maupun agama.18

Selanjutnya lingkungan sekolah dengan suasana yang khas mempunyai

pengaruh pada Pendidikan karakter anak, maka suasana sekolah yang tidak sesuai

dengan nilai karakter yang akan dibangunkan pada siswa jelas tidak akan

membantu perkembangan karakter siswa. Sementara suasana sekolah yang

sungguh ditata dan diatur sesuai dengan nilai karakter yang ingin ditekankan pada

siswa, akan membangun siswa cepat akan berkembang.19

18
Suryadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cet. Kedua, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset), h. 7-9
19
Paul Suparno, S.J., Pendidikan Karakter di Sekolah, Cet. I. (Yogyskarta: PT. Kanisius,
2015), h. 70
22

Nilai karakter yang berjumlah 18 nomor di atas, menunjukkan sifat-sifat

baik yang ideal, dan sangat dibutuhkan untuk membentuk prilaku siswa dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam lingkungan sekolah.

3. Pendidikan Karakter sebagai bagian dari Pendidikan Akhlak

Gerakan Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan mengidentifikasi lima nilai utama karakter yang saling berkaitan,

membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai perioritas. Kelima

nilai karakter yang dimaksud sebagai berikut :

a. Nilai religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan pada Tuhan yang

Maha Esa, yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan

kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan, menjunjung sikap toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan

damai dengan pemeluk agama lain.

b. Nilai nasionalis

Adapun nilai nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi

terhadap lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan menempatkan

kepentingan bangsa di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

c. Nilai mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung

pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk

merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.


23

d. Nilai gotong royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan Tindakan menghargai

semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan Bersama,

menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan pada orang-orang

yang membutuhkan.

e. Nilai integritas

Karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang

didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan, Tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan

kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.20

Kelima nilai karakter tersebut, memungkinkan membentuk akhlak yang

baik bagi orang-orang yang dapat merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebab itu pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan akhlak karimah.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pandangan tentang akhlak sebagai

inplementasi dari pendidikan karakter.

Secara etimologi kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, Akhalak adalah

bentuk Masdar (infinitive) dari kata akhlaqa, yakhluqu, ikhlaqan yang memiliki

arti perangai (as-sajiyah); kelakuan, tabiat, atau watak dasar (ath-thabi‟ah);

kebiasaan atau kelaziman (al-„adat); peradaban yang baik (al-muru‟ah); dan

agama (ad-din)21

20
Kokom Komalasari, Pendidikan Karakter, (Cet. I. Jakarta: PT. Refika Aditama, 2017),
h. 9-10.
21
NAshiruddin Abdullah bin Nashir At-Turky, Al-Fasad Al-Khuluqi fi Al-Mujtama‟ fi
Dau‟I Al-Islam, (Riyadh: Mathabi‟ Al-Hamidi, 1423H), h. 16. Dan lihat, Ibid, hal 72.
24

Sedangkan secara terminology ulama sepakat mengatakan bahwa akhlak

adalah hal yang berhubungan dengan perilaku manusia.22

Dalam perspektif Islam, akhlak terkait erat dengan ajaran dan sumber

Islam tersebut, yaitu wahyu. Sehingga sikap dan penilaian akhlak selalu

dihubungkan dengan ketentuan Syariah dan aturannya.

Secara garis besar dikenal dua jenis akhlak, yaitu akhlaq al-karimah

(akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al-

madzmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut

syariat Islam.23

Akhlak terbagi menjadi lima bagian menurut Muhammad Darras, Pertama

Akhlak pribadi yang mencakup akhlak yang diperintahkan, yang dilarang dan

yang dibolehkan serta akhlak yang dilakukan dalam keadaan darurat. Kedua,

akhlak berkeluarga yang mencakup tentang kewajiban antara orang tua dan anak,

kewajiban antara suami istri, dan kewajiban terhadap keluarga dan kerabat. Ketiga,

akhlak bermasyarakat yang mencakup akhlak yang dilarang dan dibolehkan dalam

bermuamalah serta kaidah-kaidah adab. Keempat, akhlak bernegara yang

mencakup akhlak diantara pemimpin dan rakyatnya serta akhlak terhadap Negara

lain. Kelima, akhlak beragama yang mencakup tentang kewajiban terhadap Allah

Swt.24

Sedangkan Syafri membagi ruang lingkup akhlak menjadi tiga bagian

besar, yaitu:
22
Ibid
23
Ibid., hal 74-75.
24
Muhammad Abdul Darras, Dustur Al-Akhlaq fi Al-Qur‟an, (Beirut: Mussasah al-Risalah,
1973), h. 687-771. Dan lihat, Ibid., h. 79-80
25

a. Akhlak kepada Allah Swt dan Rasulullah saw.

Akhlak terhadap Allah merupakan sikap dan perbuatan manusia yang

seharusnya sebagai makhluk kepada sang Khalik. Sikap ini dijelaskan di

banyak surat dalam Al-Qur‟an seperti tidak menyekutukan-Nya (Q.S. An-

Nisa‟: 116), bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imran: 159), mensyukuri

nikmat-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 152), dan lainnya.

b. Akhlak Pribadi dan Keluarga

Mencakup Bahasa sikap dan profil muslim yang mulia. Akhlak sesama

manusia dalam hal ini juga termasuk akhlak terhadap keluarga, merupakan

implikasi dari tumbuh dan berkembangnya iman seseorang. Sikap

memperlakukan manusia baik merupakan salah satu indicator kuatnya

keimanan seseorang. Al-Qur‟an mengungkap banyak cara yang dapat

dilakukan manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, antara lain

senantiasa mengucap yang baik dan benar (Q.S. An-Nur: 58, Q.S Al-Ahzab:

70), tidak mengucilkan seseorang, berprasangka buruk, menceritakan

keburukan orang dan memanggil seseorang dengan panggilan buruk (Q.S. Al-

Hujurat: 11-12), dan ayat-ayat lain yang mengungkap perilaku manusia

terhadap manusia lainnya.

Sebab itu segala tingkah laku manusia dalam kehidupannya pada

awalnya fitrah yang suci, namun perubahan yang lebih baik atau buruk

tergantung pada keluarga dan lingkungannya, sebagaimana sabda Rasulullah

Saw. dalam Riwayat Muslim dari Abu Hurairah yang artinya:


26

Dari Abu Hurairah , sesungguhnya dia pernah berkata: Rasulullah Saw.


bersabda: “setiap anak itu dilahirkan (kedunia ini) melainkan ia berada
dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua otang tuanyalah yang akan
membuatnya menjadi Yahudi., Nasrani ataupun Majuzi….25

Memahami hadis di atas, menunjukkan bahwa seorang anak akan

memiliki karakter sangat tergantung kepada lingkungannya, baik internal

keluarganya maupun pada lingkungan sekitarnya, ketika keluarga dan

lingkungan sekitarnya itu baik, maka besar kemungkinannya anak itu akan

memiliki karakter yang baik dan apabila keluarga dan lingkungannya buruk,

maka juga memungkinkan anak itu akan memiliki karakter buruk.

c. Akhlak bermasyarakat dan muamalah

Mencakup hubungan antar-manusia. Akhlak ini mengatur konsep

hidup seorang muslim dalam bermuamalah di segala sector, seperti dalam

sector ekonomi, kenegaraan, maupun sector komunikasi, baik itu kepada

muslim atau non muslim dalam tataran local ataupun global.26

Dalam perspektif Islam, Pendidikan karakter secara teoritik sebenarnya

telah ada sejak Al-Qur‟an diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi

Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak manusia.

Seluruh sikap, perilaku, perbuatan, dan tingkah laku Nabi Muhammad

SAW telah tercermin dalam Al-Qur‟an. Sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam

Qur‟an Surah Q.S Al-Ahzab (33): 21, sebagai berikut:

                 

25
Achmad Sunarto, Mutiara Hadis Shahih Muslim, (Surabaya: Karya Agung, 2007), h.
97.
26
Ulil Amri Syafri, Op. cit. h. 80-81.
27

Terjemahannya :

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang berharap (rahmat) Allah dan
(ketenangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 27

Ahmad Mustafa al-Maraghi menjelaskan bahwa sesungguhnya norma-

norma yang tinggi dan teladan yang baik telah ada pada diri Rasulullah SAW, dan

hanya orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dengan tulus dan ikhlas

mengikuti ajaran Rasulullah. Orang yang mengikuti ajaran Rasulullah akan orang

yang mengikuti ajaran Rasulullah akan memiliki akhlak yang mulia. Dan orang

tersebut insya Allah Bahagia di dunia dan bahagia di akhirat, akibat dari akhlak

perbuatan yang mereka lakukan di saat mereka hidup di dunia dengan mengikuti

sunnah Rasulullah Saw.28

Berdasarkan kajian nilai agama, norma social, peraturan atau hukum, Etika,

akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah terindentifikasi butir-butir nilai yang

dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia,

lingkungan , dan kebangsaan. Adapun nilai-nilai yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Nilai karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan

Nilai ini bersifat religious. Dengan kata lain, pikiran perkataan, dan

Tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan

dan/atau ajaran agama.

27
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya,(Jakarta: Zigma, 2010), h. 670
28
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Kairo: Mustafa al-Bab al-Halab,
1974), h. 523.
28

b. Nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri

Nilai yang berhubungan dengan diri sendiri terdiri dari:

1) Jujur

2) Bertanggung jawab

3) Bergaya hidup sehat

4) Disiplin

5) Kerja keras

6) Percaya diri

7) Berjiwa Wirausaha

8) Berfikir Logis, kritis, kreatif, dan inovatif

9) Mandiri

10) Ingin tahu

11) Cinta ilmu

c. Nilai karakter hubungannya dengan sesama

Hubungannya dengan sesama, nilai karakter terdiri dari:

1) Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain

2) Patuh pada aturan-aturan social

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

4) Santun

5) Demokratis

d. Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan

Nilai ini berhubungan dengan kepedulian terhadap social dan

lingkungan, yang berupa sikap dan tidakan yang selalu berupaya mencegah
29

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. Selain itu, mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Nilai yang berkenaan dengan kebangsaan bermakna bahwa cara

berfikir, bertindak, dan wawasan yang mendapatkan kepentingan bangsa dan

negara di atas kepentingan diri dan kelompok. Antara lain sebagai berikut:

1) Nasionalisme

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian dan penghargaan tertinggi terhadap bahasa, lingkugan fisik,

social, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam

hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya suku, maupun agama.29

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pendidikan Agama dimasa Rasulullah hingga masa kekhalifaan

Pola Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-

tahapan dakwah yang disampaikan kepada kaum Quraisy. 30 Tahapan ini dikenal

dengan tahap rahasia dan perorangan. Mulai Rasulullah mendidik istrinya Khadija,

untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh

anak angkatnya Ali Ibn Thalib (anak pertamanya) dan Zait ibn Haritsah (seorang

29
Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 36-41.
30
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, (Cet. Ke-5, Jakarta: Kencana, 2013), h. 5.
30

pembantu rumah tangga, yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).

Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar As-Siddiq.

Tahapan terang-terangan, tahapan ini ditandai dengan turunnya wahyu

pada surah ke-26 (Asy-Syu‟araa) ayat 213-216, yang memerintahkan dakwah

secara terbuka dan terang-terangan. Mula-mula beliau mengundang keluarga

untuk berkumpul di bukit shafa, untuk menyerukan agar berhati-hati terhadap

azab Allah yang keras di hari akhirat.

Tahapan untuk umum ini, Rasulullah menyeru secara umum, yakni untuk

umat manusia secara keseluruhan, seruan ini didasarkan kepada peru=intah Allah,

surah Al-Hijr ayat 94-95, sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim

haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para Jemaah haji, pada awalnya tidak

banyak yang menerima , kecuali Jemaah haji dari Yastrib, Kabilah Khazraj, yang

menerima dakwah secara antusias. Dan dari sinilah Sinar Islam memancar ke luar

Mekah31

Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran Islam secara antusias

tersebut, dikarenakan beberapa factor; pertama, adanya kabar dari kaum yahudi

akan lahir seorang Rasul; Kedua, Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan

ancaman dari sekelompok Yahudi; Ketiga antara Khazraj dan Aus yang

berkelanjutan dalam rentang waktu sudah lama, oleh karena itu mereka harapkan

seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka.32

31
Ibid., h. 6
32
Ramayalis, Sejarah Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat, dan
Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi saw sampai Ulama Nusantara, (Cet. 1, Kalam Mulia,
2012), h. 23
31

Musim haji berikutnya di tempat yang sama ada 73 orang dari Jemaah haji

dari Yastrib mendatangi Rasulullah, dan berikrar akan selalu setia dan melindungi

Rasulullah SAW. dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasulnya SAW ke

Yastrib. Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwakan

agama, maka seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi.

Melihat ummat Islam mulai berkembang, maka dirasa perlu adanya wadah

atau tempat terjadinya proses pembelajaran atau Lembaga dalam membina dan

mendidik kaum muslim yang telah menyatakan keislamannya kepada Allah SWT.

Dan Rasulullah Muhammad SAW. Lembaga Pendidikan Islam pada fase ini ada

dua yaitu: rumah Arqam Ibnu Arqam dan Kuttab. Rumah AL-Arqam Ibnu Abi

Arqam adalah tempat pertama berkumpulnya kaum muslim beserta Rasululullah

untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Dan apa Adapun yang

mengajar pertama dalam Lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri, dan metode

yang dilakukan dalam bentuk ceramah dan kemudian diikuti dengan praktek

beragama yang berkaitan dengan ibadah, terutama ibadah sholat.33

Kemudian dalam sejarah Pendidikan Islam, dikenal istilah Kuttab yang

telah dikenal di kalangan bangsa Arab sejak pra Islam. Ahmad Syalaby

mengatakan bahwa, Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar

puisi-puisi Arab, dan sebagai besar gurunya adalah non-muslim. Kuttab jenis ini

merupakan Lembaga Pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Pada

33
Ibid., h. 24
32

mulanya Pendidikan Kuttab hanya berlangsung di rumah-rumah para guru atau di

pekarangan sekitar masjid.34

Pelaksanaan Pendidikan Islam semakin berkembang pada masa Dinasti

Umayyah yang telah meletakkan dasar-dasar bagai kemajuan Pendidikan.

Sehingga masa ini disebut “masa inkubasi” atau masa perkembangan intelektual

Islam.35

Warisan ummat Islam dalam bidang ilmu agama dan ilmu pengetahuan

dapat berdampingan dengan kemajuan dalam bidang Pendidikan yang

diselenggarakan pada berbagai institusi Lembaga Pendidikan di berbagai belahan

dunia. Intinya ummat Islam juga mewariskan berbagai Lembaga Pendidikan

tinggi yang terbesar diberbagai negara, seperti di Baqdad (Universitas Baqdad),

Mesir (Universitas Al-Azhar), India (Universitas Douband dan Aligarch), Spanyol,

Damaskus, Syiriah, Turki, dan sebgainya.

Dari sanalah maka lahir tokoh-tokoh intelektual Islam dari berbagai

disiplin ilmu pengetahuan, misalnya, Abu Al-Hasan Al-Asy‟ari hidup antara

tahun 873-931 M. awalnya sebagai salah seorang tokoh mu‟tazilah, kemudian

mengubah pendapat-pendapat teologinya yang berbeda dengan mu‟tazilah. 36

Muhammad Ibnu Idrisal-syafi‟i lahir di Gazza tahun 767 M, dan berasal dari suku

bangsa Quraisy, beliau ahli fiqh.37

34
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam , Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan
Paska Rasulullah Sampai Sekarang, (Cet. 5, Jakarta: Kencana, 2013), h. 7
35
Abdullah Nata, Sejarah Pendidikan Islam, pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Cet.
Ke-3, Jakarta: Rajawali Press, 2012),h. 11
36
Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Cet. I,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 42
37
Ibid., h. 48
33

Bidang Al-Akhlak wa Tathhir al-A‟rag, Imam al-Ghazali dengan kitabnya

al-Akhlaq. Dibidang politik al-Farabi, 38 Bidang Sains al-Battani, beliau ahli

astronomi.39 Ibnu Sina seorang fisikawan brilian dan beliau seorang ahli bidang

kedokteran. Beliau menyatakan bahwa cahaya berasal dari diminasi partikel-

partikel yang datang dari sumber cahaya itu sendiri yang sekarang dikenal dengan

foton-foton.40

Jabir Ibn Hayyan, beliau seorang ahli obat-obatan, Jabir dikenal sebagai

ahli kimia muslim yang terkenal. 41 Ibn Nafis di kalangan para ahli kedokteran

beliau dianggap sebagai salah seorang dokter dan fisiologi muslim yang telah

menemukan pembuluh kapiler pada paru-paru sejak abad ke-13 M. dialah yang

pertama kali melukiskan kerja jantung dan fungsi pembuluh-pembuluhnya.42

Dari beberapa nama tokoh intelektual muslim yang telah disebutkan,

masih banyak yang belum disebutkan. Ini dikarenakan bukanlah tujuan pokok dari

penulisan tesis ini. Namun perlu disadari bahwa, lahirnya tokoh-tokoh Islam

mulai dari sahabat, tabi‟in, tabi‟tabi‟in hingga runtuhnya masa kejayaan Islam, ini

tidak terlepas dari peran Rasulullah SAW, dalam melahirkan pendidikan Islam.

Secara institusional telah berproses secara mapan dengan ebrio model Pendidikan,

seperti sutfah, halaqah, majelis, kuttab, zawiyah, masjid, khan, ribath, rumah-

38
Ibid., h. 59
39
Ibid., h. 72
40
Ibid., h. 93
41
Ibid., h. 95
42
Ibid., h. 105
34

rumah Ulama. Inilah embrio lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan pada masa

klasik sebelum munculnya nama madrasah.43

Beberapa paradigma dapat digunakan dalam memandang sejarah dan

motivasi pendiri madrasah. Paling tidak ada tiga teori tnentang timbulnya nama

madrasah.

Pertama; madrasah selalu dikaitkan dengan nama Nidzam al-Mulk (W.

485 H/1092 M) salah seorang wasir dinasti saljuk sejak 456 H/1068 M. sampai

dengan wafatnya. Dengan usahanya membangun madrasah Nizhamiyah

diberbagai kota utama daerah kota kekuasaan saljuk.

Kedua; menurut al-Makrizi ia berasumsi bahwa madrasah pertama adalah

madrasah Nizhamiyah yang dilahirkan tahun 457 M.44

Ketiga; madrasah sudah eksis semenjak awal Islam seperti Bait al-Hikmah

yang dilahirkan al-Makmum di Baqdad abad ke-3 H.45

Madrasah Nizhamiyah mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap

lahirnya Lembaga Pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan

pengembangan dari system pengajaran dan Pendidikan yang pada awalnya

berlangsung di masjid-masjid.

Di tempat inilah anak-anak, reamaja dan orang tua belajar dasar-dasar

keyakinan dan amalan keagamaan seperti rukun iman, rukun Islam dan

perinciannya lebih lanjut. Bentuk-bentuk Pendidikan Islam pada waktu itu berupa

43
Abuddin Nata, Op, Cit. h. 31
44
Ahmad Syalaby, Tarikh al-Thiba‟ah al-Islamiyah (al-Qahirah: Kasyaf li al Nasr wa al-
Thiba‟ah wa al Tauzi, 1954), h. 99.
45
Abuddin Nata, Op. cit, h. 53
35

pengajian kitab. Selain itu juga dikenal beberapa institusi Lembaga Pendidikan

sepeti surau, pesantren, dan madrasah.

Oleh karena itu untuk memahami lebih jelas tentang Lembaga Pendidikan

tersebut, perlu ada penjelasan yang kongkrit, yaitu:

1) Surau

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Azyumardi Azra menyatakan

bahwa surau merupakan suatu istilah yang luas digunakan di Asia Tenggara

yang sudah cukup lama, dan istilah ini banyak digunakan Minangkabau,

Sumatra Selatan, Semenanjung Malaysia, Sumatera Tengah dan Patani

(Thailand Selatan).46 Menurut pengertian asalnya surau adalah bangunan kecil

yang dibangun untuk penyembahan arwah nenek moyang. Sicli Gazalba

menyatakan, bahwa merupakan bangunan peninggalan kebudayaan

masyarakat setempat sebelum datangnya Islam. Surau dalam system adat

Minangkabau adalah kaum, suku, atau indu.47

Dalam Ensiklopedi Islam, dinyatakan bahwa surau adalah suatu

bangunan kecil tempat shalat yang digunakan sebagai tempat mengaji al-

Qur‟an dan belajar dasar-dasar pengetahuan agama bagi anak-anak. Pengertian

surau ini dalam penggunaannya hamper sama dengan istilah langar atau

mushallah.48

46
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
(Jakarta: Kencana, 2013), h. 7
47
Ibid
48
Katrawi Ridwan, Ensiklopedi Islam, Jilid IV; (Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve, 1994),
h. 318.
36

2) Pesantren

Wahjoetomo mengatakan bahwa pesantren yang berdiri di tanah air,

khususnya di Jawa dimulai dan dibawa oleh Wali Songo, dan pondok

pesantren yang pertama didirikan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim atau

terkenal dengan sebutan Syekh Maulana Magribi (W. 12 Rabiul Awal 822 H/8

April 1419 M) di Gresik. 49 Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

Pendidikan Islam tradisional sebagai para siswanya tinggal Bersama dan

belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal

dengan sebutan Kiay.

Pada masa Orde Baru, pembinaan pondok pesantren telah dilakukan

oleh pemerintah melalui proyek pembangunan lima tahunan. Dan pada tahun

1975 muncul gagasan baru dalam usaha pengembangan pesantren, yaitu

mendirikan pondok pesantren model baru, baik oleh masyarakat maupun oleh

pemerintah, dengan nama karya pembangunan.

Semenjak zaman Orde Baru, pemerintah Indonesia, melalui

Departemen Agama, telah berusaha ikut membantu, membina, dan

mengembangkan pesantren. 50

3) Madrasah

Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah

yang cukup Panjang, madrasah sebagai salah satu institusi Pendidikan di

Indonesia baru muncul pada awal abad ke-20 dan mulai berkembang di akhir

adab ke-20. Pertumbuhan madrasah di motivasi oleh keadaan dan situasi


49
Syamsul Nizar, Op. cit., h. 89
50
Ibid., h. 99
37

tertentu baik perseorangan dan Lembaga swasta tertentu, hingga pada

perkembangan selanjutnya dibina oleh pemerintah.51

Dalam peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia,

sejak merdeka sampai sekarang madrasah sebagai sebuah institusi, hanya

terdapat dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1990 yang menyatakan

bahwa “Sekolah Dasar dan Lanjutan Tingkat Pertama berciri khas Agama

Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama, masing-masing disebut

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah”.52

Pertumbuhan Lembaga Pendidikan Islam yang demikian pesat justru

berakibat pada munculnya respon “negatif” colonial terhadap Ummat Islam

pada waktu itu. Untuk mengurangi ketakutan tersebut dibentuklah suatu badan

khusus yang bertugas mengawasi kehidupan keagamaan dan Pendidikan Islam.

Atas dasr inilah lahir peraturan tahun 1905 yang menetapkan bahwa setiap

guru agama harus meminta izin lebih dahulu. Dan tahun 1925 muncul

peraturan bahwa tidak semua Kiyai boleh meberikan pelajaran.53

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian Pendidikan karakter berbeda dengan Pendidikan pengajaran,

namun sering kali diartikan sama. Secara etimologi, kata Pendidikan yang kita

gunakan sekarang dalam Bahasa Arab adalah „tarbiyah‟, dengan kata kerja

51
Ibid., h. 254
52
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Sekertaris Jendral 1992, “Himpunan
Peraturan Perundangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan”, PP No. 28,
tahun 1990 Pasal 4 ayat 3.
53
Sayamsul Nizar, Op. cit., h. 265
38

„rabba‟. Kata pengajaran dalam Bahasa Arab adalah „ ta‟lim „ dengan kata kerja

„allama‟.54

Setelah melihat pengertian secara etimologi di atas, maka terlihatlah

perbedaan pengertian Pendidikan dengan pengajaran. Pendidikan bukan

pengajaran karena materi pelajaran yang diajarkan tidak semata-mata hanya untuk

diketahui namun juga untuk diamalkan.

M. Arifin dalam Ai Ida Rosdiana, mengatakan bahwa pada hakekatnya

pendidiakn adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

mengembangkan kepribadian serta kemampuan anak didik dalam bentuk

Pendidikan formal dan non formal.55

Sedangkan dalam konteks Pendidikan Agama Islam, Pendidikan dapat

diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peran,

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi

manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya diakhirat.56

Senada dengan yang diungkapkan oleh Zuhairini, dkk. Bahwa Pendidikan

karakter berbasis Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam

membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.57

54
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 25.,
dan lihat Ai Ida Rosdiana, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan Akhlak
Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajkan Pondok Cabe Ilir, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2011), h. 9
55
M. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga, (Cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 14 Dan lihat Ibid.
56
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma‟arif, 1980), h. 944
57
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Cet. II, Surabaya: Usaha
Nasional, 1978), h. 27
39

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa Pendidikan karakter berbasis Islam adalah suatu usaha dalam membimbing

dan mengembangkan kepribadian anak didik agar senantiasa berbuat dan

bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam yang diajarkan dan dicontohkan oleh

Rasulullah Muhammad SAW.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan Karakter di SMP


Negeri 8 Makassar

Terintegrasi Dalam Melalui Budaya Melalui Kegiatan


Pembelajaran Sekolah Ekstrakurikuler

Karakter Siswa
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah kualitatif yang berbasis lapangan (fild

research), ialah suatu penelitian yang memberikan gambaran tentang kondisi

secara factual dan sistimatis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi dasar-dasarnya saja.1

Metode penelitian tersebut dilaksanakan dengan melakukan eksplorasi dan

memperkuat pridiksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang

diperoleh di lapangan.2

Berdasarkan kedua pandangan di atas, dapat dipahami bahwa jenis

penelitian yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah penelitian kualitatif yang

diawali sebuah upaya eksplorasi melalui observasi terhadap berbagai realitas

dalam kegiatan proses belajar mengajar di SMP Negeri 8 Makassar, terutama

dalam upaya pembentukan karakter siswa.

Jika dalam interprestasi deskriptif, fenomena keagamaan dapat

digambarkan dalam berbagai macam tipologi, maka dalam interprestasi

fenomologis pengalaman keagamaan dianalisis pada kebermaknaan dan

1
Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet. II. Bandung: Rosda Karya, 2007). h.
11.
2
Sukardi, Metodologi Penelitian Kompetensi dan Prakteknya, (Cet. IV. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), h. 14.

40
41

signifikasi agama dalam dunia kehidupan para penganutnya dalam kultur

keagamaan yang utuh.3

Memperhatikan kedua asumsi tersebut, menunjukkan bahwa jenis

penelitian yang dimaksud dalam tulisan ini ialah penelitian kualitatif bernuansa

keagamaan yang berbasis pada data lapangan, kemudian digunakan interprestasi

dalam menganalisa berabgai data yang telah diperoleh dari tenaga pendidik dan

peserta didik di SMP Negeri 8 Makassar, yang relevan dengan variable yang

dibahas pada penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian (teologis, historis, sosiologis)

Tujuan pendekatan penelitian untuk mengungkapkan berbagai fenomena

dan temuan di lapangan, sebagai acuan bagi peneliti dalam menganilisis data yan

sesuai atau dibutuhkan, pendekatan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah

metode pendekatan deskriptif kualitatif.4

Pendekatan penelitian biasanya disesuaikan dengan profesi peneliti,

namun demikian tidak menutup kemungkinan peneliti menggunakan pendekatan

multi disipliner.5

Di bawah ini dikemukakan rincian pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Pertama, pendekatan teologis normatif, yaitu dalam memahami agama

secara harfiah, dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan

menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
3
Clive Erricker, Aneka Perspektif Studi Agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002), h. 18.
4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Cet. IV. Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
309
5
Muliati Amin, Dakwah Jamaah, (Makassar: PPs UIN Alauddin, 2010), h. 129.
42

wujud empiric dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar

dibandingkan dengan yang lainnya. 6

Untuk memahami agama sangat dibutuhkan suatu pendekatan teologis

normatif, sekalipun diketahui bahwa arogansi teologis sering terjadi secara

internal dalam suatu komunitas agama.7

Landasan normatif juga dipahami dalam ajaran Islam berarti mengesakan

Allah SWT. Yang dipormulasikan dengan kalimat Lailahaillallah, berarti tiada

Tuhan selain Allah sebagai pencipta dan sumber segala kehidupan.8

Berdasar dari ketiga pandangan di atas, berarti pendekatan teologis

normatif, pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan di dalam memahami

melalui naskah aslinya yaitu Al-Qur’an dan Hadis.

Kedua, pendekatan historis untuk memperoleh pengetahuan tentang

keadaan obyek yang diteliti di masa lampau, yang berkenaan dengan sejarah

berdiri dan berkembangnya obyek yang diteliti.

Maksud penelitian historis dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan

yang digunakan dalam mendeskripsikan seluruh proses pembelajaran di sekolah

tersebut, yang meliputi sejarah berdirinya SMP Negeri 8 Makassar, visi dan misi

serta sejumlah hal yang terkait berkenaan dengan substansi penelitian pada

sekolah tersebut.

Ketiga, pendekatan sosiologis, yakni pendekatan untuk mengetahui

tentang dinamika masyarakat/siswa sebagai obyek pembelajaran, atau suatu


6
Abdullah Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet. IX. Jakarta: Grafindo Persada, 2004), h. 35.
7
Komaruddin Hidayat, Agama Masa Depan Perspektif Filsafat Perennial, (Cet. I. Jakarta:
Paramida, 1995), h. 9.
8
Abdullah Nata, Op. Cit., h. 41.
43

pendekatan yang mempelajari hidup Bersama dalam masyarakat dan menyelidiki

ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. 9

Pendekatan sosiologis sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk membaca

gejala social yang sifatnya kecil, pribadi hingga kepada hal-hal yang bersifat besar.

Demikian juga dalam menelaah SMP Negeri 8 Makassar sebagai bagian dari

masyarakat, tentu banyak terkait dengan dinamika di lapangan, sebab itu

pendekatan sosiologis digunakan untuk menelaah dan mencermati aplikasi atau

implementasi pembelajaran Pendidikan karakter dalam meningkatkan kompetensi

siswa.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 8

Makassar, yaitu berupaya mengamati fenomena pembelajaran Pendidikan

Karakter dalam meningkatkan kompetensi siswa di sekolah tersebut.

C. Subyek Penelitian

Untuk memahami populasi penelitian, mengutip pandangan Burhan

Bungin, menyebutkan bahwa penelitian kualitatif sumber datanya adalah anggota

masyarakat, guru, siswa dan pemerintah setempat, tetapi meliputi semua

komponen, baik dari individu, organisasi ataupun komunitas dan masyarakat. 10

Berdasarkan maksud di atas, maka yang dimaksud dengan populasi

penelitian di atas adalah seluruh sumber daya manusia di SMP Negeri 8 Makassar

dan sampel penelitian adalah 3 Guru Pendidikan Agama Islam, 3 Guru Pendidikan

9
Hasan Sadily, Sosiologis Untuk Masyarakat Indonesia, (Cet. IX. Jakarta: Bina Aksara,
1983), h. 1.
10
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah
Ragam Kontenporer, (Cet. IX. Jakarta: Raja Grafindo, 2004),h. 35.
44

umum, 7 siswa kelas VII, 7 siswa kelas VIII dan 7 siswa kelas IX di SMP Negeri

8 Makassar.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam rangka penelitian untuk

penyelesaian tesis ini sebagai berikut :

1. Metode observasi, yaitu pengumpulan data langsung ke lokasi penelitian di

SMP Negeri 8 Makassar, untuk mengamati secara seksama dan mencari data

secara sistematis, sesuai data yang dibutuhkan dalam penyelesaian tesis ini.

Winarno Surahmat berpandangan bahwa observasi adalah pengamatan

yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena social dengan

gejala-gejala psikis yang kemudian dilakukan pencatatan.11

Pelaksanaan observasi oleh peneliti adalah mendatangi lokasi penelitian

secara langsung di SMP Negeri 8 Makassar untuk mengamati pelaksanaan metode

pembentukan karakter pada proses pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi

siswa

2. Metode Wawancara, yaitu peneliti melakukan wawancara terhadap kepala

seolah, guru dan siswa SMP Negeri 8 Makassar, yang dianggap berkompeten

memberikan informasi sesuai data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Adapun pedoman wawancara dilakukan secara tidak berstruktur yaitu

hanya memuat garis-garis besar yang akan ditanyakan kepada informan, dan

wawancara dilakukan secara terstruktur dengan disusun secara terperinci.12

11
Winarno Surahmat, Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), h. 100.
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Cet. XIII. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 130.
45

Pada penelitian ini digunakan kedua pedoman wawancara tersebut dalam

rangka berusaha mengkaji berbagai prilaku atau karakter siswa SMP Negeri 8

Makassar.

3. Telaah dokumen, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data sejarah

SMP Negeri 8 Makassar, yakni dengan jalan pengumpulan data dengan cara

membuat catatan penting terkait data yang dibutuhkan untuk mendukung

mengakuratkan data yang diperoleh.13

Dokumen-dokumen tersebut, bisa bersumber dari surat, memorandum,

pengumuman resmi agenda notulen, laporan penelitian, dan berbagai laporan

administratif yang berkaitan penguatan data.14

Memahami kedua pandangan di atas, maka metode dokumentasi yang

digunakan oleh peneliti dalam memperoleh data di lapangan adalah berusaha

mencatat dan menjelaskan berbagai dokumen administrative yang ada

relevansinya dengan subtansi penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan, bahkan bagian

yang menentukan dari berbagai langkah penelitian sebelumnya, Analisis data

dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan komprasi data guna memenuhi

kualitas data yang dibutuhkan dalam penulisan.

Melakukan analisis data adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja

keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi

13
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Penelitian Research Sosial, (Bandung: Alumni,
1990), h. 28.
14
A. Kadir Ahmad, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif, (Makassar: CV. Indobis
Media Centre, 2003), h. 106.
46

bahkan tidak cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga

setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan jenis

penelitiannya.15

Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dengan pengumpulan

fakta-fakta di lapangan, dengan demikian analisis dapat dilakukan sepanjang

proses penelitian. Proses analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Reduksi data

Analisis data secara reduksi, yaitu proses pemilihan, pemusnahan,

perhatian untuk menyederhanakan, mengabstrakkan, sebab itu analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif (memilih data yang

berkualitas), artinya bersumber dari data-data yang telah dikumpulkan kemudian

ditelaah secara cermat dan sistemtis selanjutnya diberikan suatu kesimpulan yang

bersifat khusus.16

Teknik analisis data bersifat reduksi diharapkan menyederhanakan data

yang telah diperoleh agar memberikan kemudahan dalam menyimpulkan hasil

penelitian.

2. Proses penyajian data

Data yang telah diperoleh di lapangan terkait dari seluruh permasalahan

penelitian, kemudian dipilih antara data yang dibutuhkan dengan data yang tidak

dibutuhkan, selanjutnya dikelompokkan, kemudian diberi balasan masalah,

tentang yang mana data subtanif dan yang mana data pendukung.

15
Nasution, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Cet. VI. Bandung: Alfabet, 2009), h.
244.
16
Winarno Surahmat, Dasar-Dasar Teknik Research, (Bandung: Tarsito, 1977), h. 235.
47

3. Teknik analisis perbandingan

Teknik ini dilakukan dengan cara mengkaji data yang telah diperoleh

melalui observasi, wawancara dan telaah dokumen secara sistematis dan

mendalam, kemudian membandingkan suatu data dengan data yang lain kemudian

ditarik sebuah kesimpulan.

Untuk menyempurnakan analisis data kualitatif, dilakukan penarikan

kesimpulan dan verifikasi bukti-bukti data yang akurat, kuat sebagai pendukung

dalam penyempurnaan penelitian.

Setiap kegiatan dalam penelitian ilmiah, diharuskan menarik kesimpulan

dari seluruh data yang telah dikumpulkan, mulai dari data yang telah direduksi

dan disajikan, sehingga tidak menutup kemungkinan dari data yang telah

disimpulkan tersebut, akan melahirkan saran dari peneliti kepada lembaga yang

telah diteliti, dalam hal ini SMP Negeri 8 Makassar, demi pengembangan

Lembaga tersebut, khususnya dalam yang berkaitan pembentukan karakter siswa.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Propil SMP Negeri 8 Makssar

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 8

Sebagaimana diketahui bahwa SMP Negeri 8 Makassar atau disebut juga

Spandel adalah berdiri pada tanggal 09 - 08 – 1977 dan salah satu Sekolah

Menengah Pertama Unggulan di Makassar yang menyandang status SSN yang

pada tahun 2011 akan menjadi RSBI. SMP Negeri 8 Makassar memiliki 27 kelas,

yang masing-masing rentang memiliki 9 level yaitu: Kelas Bilingual

A,B,C,D,E,F,G,H. Tiap kelas memiliki siswa maksimal 35 (khusus Bilingual 30

siswa).1

SMP Negeri 8 didirikan pada tahun 1977 dan beroperasi tahun 1980,

trletak di tengah Kota Makassar, tepatnya di jl. Batua Raya Kelurahan Tello Baru

Kecamatan Panakkukang, kemudian dimekarkan menjadi Kelurahan Batua Kota

Makassar karena pemekaran. Karena itu SMP Negeri 8 Makssar telah berusia 43

tahun dewasa ini.

Tabel 4.1
Jumlah siswa pertahun
Jumlah (Kls.
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Th. Jumlah VII + VIII +IX)
Pelajaran Pendaftar Jml Jumlah Jml Jumlah Jml Jumlah
Siswa Rombel
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
2007/2008 440 288 9 288 9 360 9 936 27
2008/2009 439 288 9 288 9 288 9 864 27

1
Sumber data Kantor SMP Negeri 8 Makassar, tgl 20 September 2020.

48
49

2009/2010 624 288 9 297 9 290 9 875 27


2010/2011 873 342 9 304 9 307 9 953 27
2011/2012 845 376 10 340 9 310 9 1026 30
2012/2013 1.202 406 11 386 10 349 9 1.141 30
2013/2014 954 428 12 406 12 387 12 1.221 36
2014/2015 1.248 380 11 447 12 412 13 1.227 34
2015/2016 1.058 409 12 384 11 434 13 1.227 36
2016/2017 1.185 516 14 417 11 380 10 1.313 35
2017/2018 1.091 348 10 515 15 414 12 1.287 37
2018/2019 674 432 11 390 12 530 15 1.352 38
2019/2020 813 386 11 396 11 432 12 1.214 34
2020/2021 1.035 396 11 396 11 432 12 1.244 34
Sumber data : Kantor SMP Negeri 8 Makassar, tanggal 20 Oktboer 2020.

Dari data tefrsebut, hanya 15 tahun diperoleh bahwa setiap tahun ratrata

siswa SMP Negeri 8 berkisar 800 yang menempati 15 rombel sebagai fasilitas di

Lembaga Pendidikan tersebut.

Untuk mengetahui jumlah guru yang mengajar sesuai dengan mata

pelajaran yang diajarkan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.2
Keadaan guru di SMP Negeri 8 Makassar
No. Mata Pelajaran Jumlah Guru
1 Kepala Sekolah 1
2 Kimia 2
3 Biologi 3
4 Fisika 3
5 Bahasa Indonesia 3
6 Bahasa Inggris 2
7 Pend. Agama 3
50

8 Matematika 3
9 Mipa 2
10 IPS 4
11 PKN 2
12 Pendidikan Hukum 2
13 Pend. Keterampilan 2
14 Penjaskes 3
15 Pend. Ekonomi 2
16 Komputer 2
17 Bahasa Daerah 2
18 ADM. Negara 2
19 Guru BK 2
20 Seni Budaya 3
Jumlah 49
Sumber Data: Kantor SMP Negeri 8 Makassar

- Visi Sekolah

Menuju Sekolah kompetitif, berprestasi, mampu berbahasa inggris,

berbasis lingkungan, berperan aktif dalam pengelolaan sanitasi, mencegah

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, berwawasan kebangsaan

berdasarkan IPTEKSO dan IMTAQ.

Adapun indikator sekolah sebagai berikut:

1. Unggul dalam berinovasi pembelajaran berdasarkan imtaq

2. Unggul dalam prestasi akademik, seni dan olahraga

3. Unggul dalam kinerja professional guru dan pegawai

4. Unggul dalam pengembangan lingkungan

5. Unggul dalam pengelolaan sanitasi

6. Unggul dalam pelestarian lingkungan


51

- Misi Sekolah

1. Mengembangkan pembelajaran sesuai dengan standar isi berdasarkan

imtaq.

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan

sanitasi

3. Mengembangkan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan.

4. Mengembangkan partisipasi masyarakat yang berwawasan lingkungan.

5. Mengembangkan lingkungan sekolah hijau, bersih dan nyaman yang

mendukung pembelajaran.

6. Mewujudkan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung pelestarian.2

Memperhatikan visi dan misi di atas menenjukkan bahwa SMP Negeri 8

Makassar merupakan Lembaga Pendidikan bernuangsa untuk mengembangkan

Ilmu pengetahuan, iman dan teknonologi.

- Identitas sekolah

1. Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Makassar

2. Nomor Statistik (12 Digit) : 201196010008 / 40312441

3. Tipe Sekolah :A

4. Alamat Lengkap : Jl. Batua Raya No.1

Kecamatan : Manggala

Kabupaten/Kota : Makassar

Propinsi : Sulawesi Selatan

2
Sumber data: kantor SMP Negeri 8 Makassar, tanggal 20 Oktober 2020.
52

No. Telp/Hp : (0411) 493722, Fax (0411) 497320

5. Status Sekolah : Negeri

6. Nilai Akreditasi Sekolah : A Skor = Amat baik

7. Luas Lahan : 10.490 m2

8. Jumlah kelas bilingual :4

9. Jumlah kelas akselerasi :2

2. Fasilitas sekolah

Kelengkapan fasilitas belajar terus menerus ditingkatkan dan dilengkapi,

mengingat hal tersebut sangat menunjang pencapaian proses belajar di sekolah.

a. Data Ruang Belajar (Kelas)

Tabel 4.3
Ruang belajar
Jumlah dan Ukuran Jumlah
Kondisi Ukuran Ukuran Ukuran Ruangan
Jumlah
7x9 m2 >63 m2 <63 m2 Lainnya
Baik 29 - - 29 34
Rsk Ringan 5 - - 5
Rsk Sedang - - - -
Rsk Berat - - - -
Rsk Total - - - -
Sumber data: Kantor SMP Negeri 8 Makassar, 28 Oktober 2020

Keteranagn Kondisi :

Baik (kerusakan <15%)

Rusak Ringan (15%-<30%)

Rusak Sedang (30%-<45%)

Rusak Berat (45%-65%)


53

b. Data ruang belajar lainnya

Tabel 4.4
Data ruang belajar lainnya
Ukuran Kondisi Ukuran
Jenis Ruangan Jumlah Jenis Ruangan Jumlah Kondisi
(pxl) (*) (pxl)
Perpustakaan 1 7x15 Baik Lab Bahasa 1 8x15 Baik
Lab IPA 1 7x15 Baik Lab Komputer 1 8x12 Baik
Multimedia - - - PTD - - -
Kesenian - - - Aula 1 10x15 Baik
Keterampilan 1 8x15 Baik Kelas Bilingual 1 6x9 Baik
Sumber data: Kantor SMP Negeri 8 Makassar, 5 Oktober 2020

c. Data Ruang Kantor

Tabel 4.5
Data ruang kantor
Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi (*)
Kepala Sekolah 1 9x5 Rusak ringan
Wakil Kepala Sekolah 1 8x4 Baik
Guru 1 8x18 Rusak ringan
Tata Usaha 1 8x15 Rusak ringan
Tamu 1 8x6 Rusak ringan
Sumber data: Kantor SMP Negeri 8 Makassar

d. Data Ruang Penunjang

Tabel 4.6
Data ruang penunjang
Jenis Jenis
Jumlah Ukuran Kondisi Jumlah Ukuran Kondisi
Ruangan ruangan
Gudang 1 4x4 Baik Ibadah 1 10x13 Baik
Dapur 1 6x6 Rusak Ganti - - -
54

Reproduksi 1 7x8 Rusak Koperasi 1 6x5 Rusak


WC Guru 1 2x2 Rusak Hall 1 6x5 Baik
WC Siswa 1 2x2 Rusak Kantin 4 5x6 Baik
BK 1 8x7 Baik Menara 1 2x2,5 Baik
UKS 1 3x6 Baik Parkir - - -
PMR 1 3x4 Baik Rumah 3 3x3 Rusak
OSIS 1 4x7 Baik Pos 1 2x2 Rusak
(Sumber data: Arsip SMP Negeri 8 Makassar)

B. Hasil Analisis Tentang Karakter Siswa SMP Negeri 8 Makassar

Hasil dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.7
Siswa yang mendapat Pendidikan karakter
No Jawaban Siswa Frekuensi Persentase(%)
1 Selalu 85 85
2 Kadang-Kadang 15 15
3 Jarang - -
Jumlah 100 100

Menyimak table 4.7 di atas menunjukkan bahwa ada 85% anak yang

menyatakan selalu mendapat Pendidikan karakter, dan hanya 15% yang

menyebutkan bahwa kadang-kadang mendapat Pendidikan karakter.

Tabel 4.8
Pendidikan karakter menarik bagi siswa

No Jawaban Siswa Frekuensi Presentase(%)


1 Sangat menarik 90 90
2 Menarik 10 10
3 Kurang menarik - -
Jumlah 100 100
55

Pada tabel 4.8 di atas memberi petunjuk bahwa ada 90% anak yang

menyatakan bahwa Pendidikan karakter sangat penting dan hanya 10% siswa

yang menyatakan bahwa Pendidikan karakter penting.

Tabel 4.9
Apakah sikap kejujuran diajarkan di sekolah anda
No Jawaban Siswa Frekuensi Presentase(%)
1 Tahu 75 75
2 Kurang tahu 20 20
3 Tidak tahu 5 5
Jumlah 100 100

Tabel 4.9 menunjukkan 75% anak yang tahu bahwa kejujuran itu di

ajarkan sekolah dan yang kurang tahu terdapat 20% anak, hanya 5% yang tidak

tahu jika diajarkan sikap kejujuran.C

Untuk mengetahui tentang apakah siswa mendapat perhatian atau

pembelajaran berkenaan dengan prilaku terhadap kebenaran, maka di bawah ini

diperjelas oleh siswa-siswa Ketika dipertanyakan tentang apakah mereka mendat

pembelajaran agar selalu berkata benar, maka akan diperjelas melalui tabel 4.10 di

bawah ini

Tabel 4.10
Sifat berkata benar diajarkan di sekolah anda
No Jawaban Siswa Frekuensi Presentase(%)
1 Selalu 80 80
2 Kadang-kadang 20 20
3 Jarang - -
Jumlah 100 100
56

Berdasarkan table 4.10 di atas menunjukkan bahwa anak yang merasa

dirinya di ajarkan untuk berkata benar ada 80% dan merasa kadang-kadang saja

diajarkan hal berkata benar adalah hanya 20% saja

Tabel 4.11
Di sekolah anda diajarkan tentang sikap toleransi
No Jawaban Siswa Frekuensi Presentase(%)
1 Diajarkan 84
2 Kurang diajarkan 15
3 Tidak diajarkan 1
Jumlah 100 100

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa terdapat 84 anak yang menyatakan selalu

diajarkan untuk selalu bersikap toleransi dan 15 anak menyatakan kurang

diajarkan dan terdapat 1 anak yang menyataksn tidak diajarkan.

Tabel 4.12
Di sekolah anda diajarkan saling salam bila bertemu sesama teman/guru
No Jawaban Siswa Frekuensi Presentase(%)
1 Diajarkan 90 90
2 Kurang diajarkan 8 8
3 Tidak tahu 2 2
Jumlah 100 100

Berdasarkan table 4.12 dapat diketahui bahwa 90% siswa yang merasa

diajarkan saling menyapa diantara teman dan guru, dan terdapat 8% siswa yang

menyatakan kurang dajarkan, hanya 2 % yang tidak tahu.


57

C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Dipopulerkan Di SMP Negeri 8


Makassar

Berdasarkan temuan penulis saat di lapangan mengenai nilai-nilai

pendidikan karakter yang terintegrasi pada pembelajaran di SMP Negeri 8

Makassar adalah sebagai berikut:

1. Religius

Religius merupakan perilaku yang patuh melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat penting untuk kehidupan

seseorang muslim terkhusus kepada peserta didik dan menjadi sikap hidup yang

mengacu pada tatanan dan larangan sikap yang telah diatur atau ditetapkan oleh

sang maha kuasa yaitu Allah swt.

Adapun implementasi nilai pendidikan karakter religius pada SMP Negeri

8 Makassar dapat dilihat pada keterangan yang diberikan oleh guru pendidikan

agama Islam yaitu Bapak Drs. Ma’lum, M.Pdi. yaitu sebagai berikut:

Implementasi nilai religius dalam rangka melaksanakan nilai pendidikan


kartakter di SMP Negeri 8 Makassar dapat dilihat dengan adanya
kebiasaan- kebiasaan guru dan peserta didik untuk memulai dan menutup
pelajaran dengan bersemangat secara berjamaah berdoa terlebih dahulu.
Hal tersebut dilakukan untuk dapat menumbuhkan semangat religius pada
lingkungan sekolah khususnya di kelas. Dengan memberikan contoh
kepada peserta didik maka akan lebih mudah melakukannya karena sudah
menjadi kebiasaan setiap hari bahkan setiap pergantian jam pelajaran.
Meskipun pada awalnya kebiasaan atau pekerjaan rumahaktek berdoa
hanya diimplementasikan hanya guru pendidikan agama Islam, namun
seiring bergulirnya waktu dengan implementasi nilai pendidikan karakter
religius pada lingkungan sekolah, maka berdoa sudah menjadi kebiasaan
bagi semua pendidik yang ada di SMP Negeri 8 Makassar.3

3
Drs. Ma’lum,M.Pdi, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, Tanggal 23 Oktober
2020, di SMP Negeri 8 Makassar.
58

Hal tersebut sesuai dengan adanya keterangan yang diberikan oleh guru

bahasa Inggris yaitu Syarifah Saleh, S.Pd.M.Pd. adalah sebagai berikut:

Implementasi nilai pendidikan karakter yaitu religius pada sekolah SMP


Negeri 8 Makassar dapat kita perhatikan dari adanya kegiatan atau
kebiasaan memulai dan mengakhiri setiap proses pembelajaran di dalam
kelas dengan berdoa terlebih dahulu. Hal itu dilakukan agar supaya
aktivitas di dalam proses pembelajaran dapat memperoleh berkah dan
ridho dari yang maha pencipta yaitu Allah swt. Agar ilmu yang dipelajari
dapat memberikan manfaat terutama kepada dirinya sendiri maupun orang
lain, bagi bangsa maupun negara kita yang tercinta yaitu Indonesia. Pada
awalnya kebiasaan berdoa ini hanya dilakukan oleh guru pendidikan
agama Islam kemudian diikuti oleh guru-guru yang lain untuk
mengimplementasikan atau menerapkan nilai pendidikan karakter yaitu
nilai religius dalam proses pembelajaran di kelas yang lain. 4

Ini perkuat dengan penjelasan Muslang S. Pd selaku guru memberikan

keterangan bahwa:

Implementasi nilai pendidikan karakter yaitu religius pada peserta didik di


sekolah SMP Negeri 8 Makassar memang terlihat pada kegiatan berdoa
pada awal dan akhir pelajaran tetapi juga dilakukan oleh peserta didik
ketika pergantian jam pelajaran. Hal ini dilakukan agar peserta didik
terbiasa mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru-gurunya baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Dan Drs. Ma’lum, M.Pdi, Guru Agama
Islam SMP Negeri 8 Makassar, Wawancara Tanggal 25 September 2020.
Syarifah Saleh, S.Pd.M.Pd., Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 8 Makassar,
Wawancara Tanggal 25 September 2020. terbiasa juga mengucapkan
salam kepada kedua orang tuanya di rumah terutama sebelum berangkat ke
sekolah dan sesudah pulang sekolah. Dan juga sangat dianjurkan kepada
peserta didik agar terbiasa mengucapkan salam pada orang yang lebih
muda atau lebih tua daripada mereka.5

Kemudian Muslang S.Pd. selaku guru pendidikan jasmani dan kesehatan

juga memberikan pendapat bahwa:

Dengan kebiasaan berdoa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama


Islam membuat guru lain termotivasi untuk mengikuti kebiasaan tersebut

4
Syarifah Saleh, Guru Bahasa Inggris, Wawancara, Tanggal 12 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
5
Muslang, Guru Kelas 6b, Wawancara, Tanggal 20 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
59

yaitu berdoa. Dan peserta didik juga sangat antusias didalam berdoa
karena sudah terbiasa berdoa ketika mata pelajaran pendidikan agama
Islam.6

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa

implementasi nilai pendidikan karakter yaitu nilai religius telah terintegrasi pada

proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada kebiasaan berdoa sebelum

memulai dan mengakhiri proses pembelajaran bahkan disetiap pergantian jam

pelajaran dan peserta didik selalu terbiasa mengucapkan salam. Kemudian

implementasi nilai pendidikan karakter yaitu nilai religius ini dapat dilihat dengan

adanya kegiatan rutin bagi para peserta didik untuk melaksanakan kegiatan shalat

berjamaah dhuhur dan ashar di masjid Babuttaubah yang berlokasi kurang lebih 5

meter pada pintu masuk ke masjid dengan jalan masuk sekolah. Sebagaimana

dikatakan oleh Hj. Johar Tahir S.Pd selaku guru sebagai berikut:

Melalui bimbingan atau arahan dari guru mata pelajaran pendidikan agama
Islam dengan mengimplementasikan atau menerapkan kebiasaan
melaksanakan shalat berjamaah dhuhur dan ashar di masjid secara
berjamaah peserta didik diharapkan mampu mengembangkan nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu nilai religius sekaligus Sahrul S.Pd, Guru Kelas
VIb SMP Negeri 8 Makassar, Wawancara Tanggal 25 September 2020.
Muslang S.Pd, Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMP Negeri 8
Makassar, Wawancara Tanggal 25 September 2020. dapat membangun
semangat kerjasama dengan siapa saja terutama teman sendiri. Shalat
berjamaah yang dilakukan oleh peserta didik mempunyai banyak manfaat.
Diantaranya adalah dapat menjalin hubungan silaturrahmi dan
persaudaraan yang baik diantara para peseta didik sehingga dapat menutup
timbulnya benih-benih permusuhan diantara peserta didik.7

Berdasarkan keterangan di atas dapat diperoleh gambaran bahwa SMP

Negeri 8 Makassar telah terimplementasi dengan kuat pada diri peserta didik nilai

6
Muslang, Guru Olah Raga, Wawancara, Tanggal 2 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
7
Hj. Johar Tahir, Guru Bahasa Indonesia, Wawancara, Tanggal 20 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
60

pendidikan karakter yaitu nilai religius serta semangat melalui pencerahan

ataupun bimbingan shalat berjamaah yang langsung dibimbing guru pendidikan

agama Islam. Tetapi menurut penulis hal yang demikian tidak cukup kalau ibadah

shalat berjamaah di masjid Babuttaubah hanya dihadiri oleh peseta didik dan guru

pendidian agama Islam saja.

Seharusnya guru-guru kelas dan guru bidang studi lain juga ikut

berpartisipasi dan kalau bisa kepala sekolah juga dengan bersama-sama dengan

peserta didik shalat berjamaah di Masjid Babuttaubah supaya tidak terkesan dalam

pemikiran peserta didik bahwa hanya peserta didik saja yang diwajibkan shalat

berjamaah dimasjid ataukah muncul kesan yang kurang baik bahwa aturan shalat

berjamaah dimasjid hanya diberlakukan kepada peserta didik sehingga muncul

ketidakadilan akan tetapi semua komponen yang ada pada lingkungan sekolah,

termasuk kepala sekolah sampai kepada jajarannya kebawah. Selain itu pula hal

yang tidak kala pentingnya adalah keteladanan dan pembiasaan yang baik dari

semua pendidik akan mempermudah dan mempercepat implementasi nilai nilai

Pendidikan.

Hj. Johar Tahir guru SMP Negeri 8 Makassar, Wawancara Tanggal 20

Oktober 2020. Pendidikan karakter di sekolah SMP Negeri 8 Makassar banyak

elemen yang terlibat langsung untuk menciptakan peserta didiknya memiliki nilai

karakter religius pada diri peserta didk termasuk kepala sekolah dan paling utama

adalah guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu

peserta didik memiliki karakter yang mulia terutama nilai karakter religius. Guru

pula yang selalu memberikan semangat dan dorongan agar peserta didik selalu tak
61

bosan- bosan melakukan ibadah. Dalam hal ini guru memberikan keteladanan,

memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya agar dapat menirunya.

Seorang pendidik atau guru harus tampil sebagai figur yang dapat memberikan

contoh-contoh yang baik dalam dikehidupan sehari-hari terutama pada lingkungan

sekolah.8

Keberhasilan sangat bergantung pada kualitas kesungguhan realisasi

karakteristik pendidik yang diteladaninya. Guru yang selalu membiasakan

mengucapkan salam, membiasakan shalat berjamaah dhuhur dan ashar maupun

shalat –shalat sunnah maka secara tidak langsung peserta didik akan menirunya.

Dengan kondisi pendidikan seperti ini maka pengaruh teladan akan berjalan

semakin baik. Oleh karena itu, setiap yang diharapkan menjadi teladan hendaknya

selalu memelihara dan menjaga tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia

bertanggung jawab dihadapan Allah swt., pada segala hal yang dapat diikuti oleh

orang lain terutama peserta didik sebagai pengagumnya. Saat ini anak-anak atau

peserta didik khususnya di SMP Negeri 8 Makassar masih kurang keteladanan

dari pihak pendidik terutama shalat berjamaah di masjid Babuttaubah.

2. Disiplin

Disiplin merupakan suatu kepatuhan terhadap peraturan atau hukum,

tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Adapun tujuan kedisiplinan itu

sendiri agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya agar mampu berperilaku

tertib sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya pada lingkungan sekolah.

Adapun Implementasi nilai pendidikan karakter yaitu nilai kedisiplinan dapat

8
Hj. Johar Tahir, Guru Bahasa Indonesia, Wawancara. Tanggal 20 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.,
62

dipahami melalui penjelasan yang disampaikan oleh siswi SMP Negeri 8 sebagai

berikut:

Penegakan nilai pendidikan karakter yaitu nilai kedisiplinan di sekolah ini


sangat ketat terutama menyangkut peserta didik yang terlambat datang ke
sekolah. Batas maksimal yang diberikan kepada peserta didik untuk hadir
di lingkungan sekolah yaitu jam 7.20 karena pembelajaran dimulai 7.20.
Peserta didik yang terlambat tanpa dibaringi orang tuanya dengan tujuan
untuk memberikan keterangan yang benar maka akan diberikan teguran
langsung. Ketika keterlambatan ini masih terulang maka akan diberikan
sangsi atau hukuman yaitu disuruh berdiri di depan kelas sampai jam
istirahat. Ketika hal ini masih terjadi keesokan harinya maka peserta didik
disuruh kembali ke rumahnya untuk memanggil orang tuanya ke sekolah.
Ketika orang tuanya tidak datang maka tas peserta didik disita dan tidak
dimasukkan kedalam ruang kelas sebelum orang tuanya bertemu dengan
kepala sekolah. Kebijakan ini berlaku kepada peseta didik kelas 4, 5, dan 6.
Sebelum diterapkan kebijakan ini banyak peserta didik yang datang
terlambat ke sekolah, tetapi Alhamdulillah selama diterapkan kebijakan ini
peserta didik sudah mampu menjaga kedisiplinanannya. 9

Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat ibu Hj Johar Tahir S.Pd.

selaku guru kelas yang mengatakan bahwa:

Implementasi nilai kedisiplinan di sekolah ini sangat ketat, banyak hal-hal


yang menyebabkannya salah satu diantaranya adalah ketegasan kepala
sekolah terhadap kedisiplinan baik pendidik atau guru, pengawai, dan
terutama juga kepada peseta didik. Kepala sekolah selalu memberikan
sangsi yang berat kepada peserta. Peserta didik yang tidak disiplin salah
satu contonya diperingati secara tegas kemudian dikembalikan kepada
orang tuanya.10

Ini diperkuat oleh Muslang S. Pd selaku guru memberikan pendapat

bahwa:

Hal yang sangat penting sehingga peserta didik mampu disiplin adalah
keteladanan kepala sekolah terhadap semua pihak dalam lingkungan
sekolah terutama kehadiran lebih dibangdingkan dengan guru , pegawai
ataupun peserta didik sehingga mereka merasa malu ketika tidak hadir di

9
Dwi Aryani, Siswi SMP Negeri 8, Wawancara, Tanggal 27 September 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar
10
Hj. Johar Tahir, Guru Bahasa Indonesia, Wawancara, 21 September 2020. Di SMP
Negeri 8 Makassar.
63

lingkungan sekolah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau


ditentukan.11

Berdasarkan keterangan yang disampaikan di atas tergambar dengan jelas

mengenai penegakan kedisipilan di SMP Negeri 8 Makassar salah satunya dengan

menerapkan jam masuk sekolah pada pukul 07.20 secara konsisten. Kemudian

keteladanan kepala sekolah kepada semua pihak yang ada di lingkungan sekolah

terutama kedisiplinan tentang kehadiran. Adapun peserta didik yang melanggar

maka akan diberikan teguran oleh guru kemudian apabila pelanggaran ini masih

terulang kembali maka akan diberikan sanksi berupa disuruh berdiri di depan

kelas sampai jam istirahat.

Tidak hanya cukup sampai disitu saja, ketika pelanggaran peserta didik

masih terulang keesokan harinya maka akan dipulangkan kerumahnya untuk

memanggil orang tuanya untuk bertemu dengan kepala sekolah. Jika peserta didik

datang ke sekolah tanpa orang tua maka peserta didik akan disita tasnya dan

dilarang mengikuti Muh. Fadhi Akbar, Siswa SMP Negeri 8 Makassar kelas 8,

Wawancara Tanggal 28 September 2020. jam pelajaran sampai orang tuanya

bertemu dengan kepala sekolah. Hal ini dimaksudkan agar terjalin kerjasama

antara orang tua dengan kepala sekolah untuk mendisiplinkan anaknya. Tentunya

orang tua tersebut akan malu ketika dipanggil kepala sekolah secara berulang-

ulang ketika anaknya melakukan kesalahan atau pelanggaran. 12

11
Muslang, Guru Olah Raga, Wawancara, Tanggal 2 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
12
Muh. Fadhi Akbar, Siswa SMP Negeri 8 kelas 8, Wawancara, Tanggal 28 oktober
2020, di SMP Negeri 8 Makassar.
64

Guru olahraga Muslang S.Pd., memberikan keterangan mengenai

penyebab peserta didik datang terlambat yaitu:

Peserta didik yang datang terlambat dikarenakan saat ini berada pada
musim hujan, jadi ada memang beberapa peserta didik yang tidak diantar
oleh orang tuanya ke sekolah apalagi agak jauh rumahnya dari sekolah
itulah biasa yang mengalami keterlambatan masuk kelas.13

Berdasarkan keterangan tersebut ternyata peserta didik yang terlambat

tidak sepenuhnya karena kemalasan peserta didik tetapi karena keadaan cuaca

yang kurang kondusif seperti turunnya air hujan di waktu pagi bahkan juga

sampai siang. Sesuai pengamatan di lapangan ada juga peserta didik yang

mengalami keterlambatan masuk ke dalam kelas karena ada peserta didik yang

menunggu orang tuanya yang ingin pergi ketempat kerjanya. Kemudian

berdasarkan hasil wawancara yaitu siswi yang bernama Aliyah Sabirah

Najamuddin mengatakan bahwa ada beberapa sangsi yang diberikan kepada

peserta yang melanggar terutama mengenai kedisiplinan sebagai berikut:

1. Teguran secara lisan bagi yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan


atau aturan yang berlaku di SMP Negeri 8 Makassar.
2. Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuat
rangkuman buku tertentu, menerjemahkan tulisan-tulisan bahasa Inggris
dan lain-lain.
3. Peserta didik disuruh berdiri sampai waktu istirahat.
4. Dipulangkan peserta didik kepada orang tuanya.
5. Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang
bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya. 14

Kedisiplinan ini sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Oleh

karena itu siapapun yang terlambat akan diberikan sangsi atau hukuman. Bahkan

13
Muslang, Guru Olah Raga, Wawancara, Tanggal 25 September 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
14
Aliyah Sabirah Najamuddin, Siswa Kelas 8, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020, di
SMP Negeri 8 Makassar.
65

ketika pendidik yang terlambat akan diberikan teguran langsung oleh kepala

sekolah dan ketika peserta didik yang terlambat akan dihukum dengan berdiri

bahkan dikembalikan kepada orang tuanya. Selain datang tepat waktu, penegakan

kedisiplinan di SMP Negeri 8 Makassar juga dapat dilihat pada tumbuh dan

berkembangnnya budaya disiplin dalam lingkungan sekolah seperti tidak

ditemukannya peserta didik berkeliaran diluar kelas pada jam pelajaran sedang

berlangsung serta tidak ditemukan juga laki-laki yang berambut panjang sehingga .

Drs. Ma’lum M.Pdi, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Makassar,

Wawancara Tanggal 22 Oktober 2020. 70 dapat dilihat bahwa peserta didik di

SMP Negeri 8 Makassar memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Ini terlihat

dengan jelas pada kepatuhan peserta didik terhadap peraturan-peraturan atau tata

tertib yang ada di sekolah. Seorang peseta didik ketika mengikuti kegiatan

pembelajaran di sekolah tidak terlepas pada peraturan dan tata tertib yang

diberlakukan di sekolah, dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku

sesuai dengan aturan dan tata tertib yang ada.

Berdasarkan berbagai konsekuensi yang diterapkan pihak sekolah terutama

kepala sekolah dan guru-guru terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh peserta

didik maka membuat peserta didik tersebut tentu sangat memperhatikan mengenai

masalah kedisiplinan. Dan tentunya pendidik sangat dianjurkan agar tidak bosan-

bosannya mengingatkan dan menggerakkan peseta didik untuk tetap mengikuti

dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal ini pula, peseta didik akan

lebih mudah disiplin, dapat menjaga dan memelihara dirinya pada berbagai

pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Tidak dapat dipungkiri


66

bahwa peraturan yang ada di sekolah sangat menentukan kesuksesan dan

keberhasilan peserta didik. Aturan- aturan itu yang harus dijalankan oleh semua

komponen di sekolah terutama kepala sekolah, guru, dan khususnya peserta didik

karena secara eksplisit aturan-aturan tersebut adalah bentuk larangan-larangan

sehingga kapan aturan itu dilanggar akan diberikan sanksi. Adapun sanksi yang

diberikan oleh pihak sekolah tentu berbeda- beda sesuai dengan pelanggaran yang

dilakukan oleh peserta didik. Sanksi yang diberikan secara bertahap mulai yang

paling ringan sampai kepada sanksi yang seberat-beratnya.

3. Tekun

Tekun berati rajin, sungguh-sungguh melaksanakan sesuatu. Orang yang

tekun adalah orang yang bekerja secara teratur, mampu menahan rasa bosan atau

jenuh, dan mau belajar pada kesalahan orang lain maupun dirinya dimasa lalu agar

tidak terulang kembali di hari selanjutnya. Orang yang tekun akan berhasil setiap

pekerjaan yang dilakukannya. Tangan orang yang tekun ibarat pesulap yang dapat

mewujudkan apa saja yang diinginkannya. Setiap keinginan yang dinyatakan di

hati orang tekun akan mengalir secara teratur pada perbuatan setahap demi

setahap berdasarkan perhitungan matang-matang sampai keinginannya tersebut

menjadi kenyataan. Seorang yang tekun pada bidang yang ditekuninya akan

menjadi profesional dan akan dapat menuai hasil ketekunannya beberapa waktu

kemudian.

Kesuksesan akan sulit diraih tanpa ketekunan. Orang yang tidak memiliki

kemantapan dalam pekerjaan dipilihnya akan sulit mendapatkan hasil yang

diinginkan karena itulah sangat dibutuhkan sekali ketekunan atau keuletan untuk
67

melaksanakan sesuatu. Jangan berharap akan turun bintang di langit, tetapi

bagaimana kita berusaha dengan tekun sehingga dapat meraih bintang tersebut.

Oleh karena itu, nilai karakter ketekunan juga diimplementasikan di SMP Negeri

8 Makassar.

Adapun Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yaitu nilai karakter

tekun pada peserta didik SMP Negeri 8 Makassar terlihat pada kerajinan peserta

didik yang selalu datang ke sekolah. Hal ini dijelaskan oleh salah satu siswi SMP

Negeri 8 Makassar yaitu sebagai berikut:

Karakter tekun pada peserta didik di SMP Negeri 8 Makassar terlihat pada
kerajinannya datang ke sekolah setiap hari, sangat sulit kita dapati peserta
didik yang tidak masuk ke sekolah kecuali memang dalam keadaan
kesehatannya terganggu atau sakit dan terkena musibah seperti kematian.15

Ini sesuai dengan pendapat Syarifah Saleh,S.Pd.M.Pd., selaku guru bahasa

Inggris yang mengatakan bahwa:

Nilai karakter tekun juga terlihat pada peserta didik di SMP Negeri 8
Makassar dengan kerajinannya mengerjakan tugas dan kewajibannya yang
diberikan oleh pendidik atau guru seperti kerajinannya berdoa baik diawal
maupun diakhir pelajaran, kerajinan mengerjakan pekerjaan rumah,
kerajianan membersihkan ruang kelas sebelum dan sesudah pelajaran dan
kerajinan mengerjakan soal-soal atau LKS yang diberikan oleh guru.16

Ini sesuai dengan firman Allah swt., yang terdapat pada QS. Ali Imran/3

ayat 159 yang menjelaskan:

                 

                

15
Rizki Amelia, Siswi SMP Negeri 8 kelas 8, Wawancara, Tanggal 29 September 2020,
di SMP Negeri 8 Makassar.
16
Syarifa Saleh, Guru Bahasa Inggris, Wawancara, Tanggal, 20 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
68

Terjemahnya:

Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap


mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri sekelilingmu karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
pada urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah swt., menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.17

Berdasarkan hasil wawancara guru pendidikan agama Islam yaitu Drs

Ma’lum M.Pdi mengatakan bahwa ada beberapa cara yang dilakukan untuk

meningkatkan ketekunan peserta didik yaitu:

1. Meminta peserta didik saling mengoreksi pekerjaan.


2. Memuji dan memberi tepuk tangan kepada peserta didik.
3. Selalu memberikan semangat atau motivasi kepada pesrta didik.
4. Selalu melakukan pendekatan kepada peserta didik terutama yang rendah
kapasitas ilmunya.
5. Selalu tampil dihadapan peserta didik sebagai pelayan. 18

Berdasarkan keterangan tersebut maka penulis memberikan analisis bahwa

cara tersebut mampu membuat peserta didik prestasi dan membuat tingkat

intelegensi dan kepercayaanya akan meningkat. Apalagi guru selalu mengatakan

kepada peserta didik bahwa anda pintar, cerdas, bagus. Ini merupakan salah satu

cara yang dilakukan pendidik atau guru untuk menghargai usaha dan hasil yang

dilakukan oleh peserta didik. Guru tidak boleh mematahkan semangat atau usaha

yang ada pada peserta didik. Selain itu yang tak kala pentingnya adalah guru harus

selalu semangat melakukan pendekatan kepada peserta didik khususnya yang

tingkat intelektualitasnya rendah agar dia juga mampu mengetahui sesuatu yang

17
Departemen Agama RI, al-Qur ’an dan Terjemahnya, al-Madinah alMunawwarah:
alMalik Fahdi Thiba’at al-Mushaf, 1423H/2002 M., h.322.
18
Ma’lu, Guru Olah Raga, Wwancara, Tanggal 12 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
69

telah disampaikan atau diajarkan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan

secara perorangan atau individu atau boleh juga dikatakan pendampingan.

Pendampingan diberikan baik yang bermasalah maupun yang tidak

bermasalah. Seorang guru harus memahami beban batin yang dirasakan peserta

didik di sekolah, dimulai pada beban yang dibawanya di rumah, seperti merasa

cemburu karena dinomor duakan oleh kehadirann adiknya dan beban batin yang

didapatkan di sekolah, seperti dicemohi atau direndahkan oleh temannya. Beban

batin ini juga dapat dikatakan stress peserta didik di sekolah. Sebagai contohnya

terlalu banyak pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya sampai berlipat-lipat.

Hal yang demikian yang menyebabkan peserta didik tidak berkonsentrasi ketika

belajar, yang pada gilirannya peserta didik akan berputus asa dan menunjukkan

ketidaksanggupan ketika mengerjakan soal-soal latihan atau pekerjaan rumah.

Guru sebagai orang tua di sekolah melihat peserta didiknya yang lemah

atau rendah intelektualitasnya berusaha untuk membantu peseta didik melalui

proses pendampingan dengan duduk bersama peseta didik yang bersangkutan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik pada proses

pembelajaran berlangsung maupun diluar proses pembelajaran. Apalagi peseta

didik yang selalu tegang dan cemas ketika berada di ruangan kelas atau sementara

proses pembelajaran berlanjut.

Guru harus mampu membantu menyelesaikan atau menuntaskan setiap

permasalahan-permasalahan yang dihadapi peserta didik. Membantu masalah

dengan maksud hanya mendorong atau memotivasi peserta didik mencari solusi

atau pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapinya. Membantu peseta didik


70

memecahkan masalah merupakan upaya guru atau pendidik membiasakan peserta

didik memecahkan kesulitannya sendiri dan sekaligus melatihnya atau

membimbing untuk mampu dan selalu bertanggung jawab. Ini sesuai dengan

firman Allah swt., pada Q.S. Yusuf ayat 87:

               

     


Terjemahnya;

Hai anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan janganlah kamu berputus asa pada rahmat Allah swt.,
melainkan kaum kafir.19

Langkah dengan pendampingan tersebut merupakan tindakan kreatif yang

diciptakan oleh seorang guru untuk mengetahui dan memahami perasaan peseta

didik ketika belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa belajar tidak ada

pengesampingan emosional terhadap peserta didik. Belajar dapat dikatakan

berhasil, apabila terciptanya keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Namun

alangkah baiknya apabila guru atau menciptakan suasana dan gaya belajar sesuai

dengan keinginan dan minat peserta didik. Guru memang harus profesionalisme

ketika mendidik dan mengajar. Guru harus menemukan gaya belajar yang sesuai

dan tepat untuk peserta didiknya, apakah peserta didiknya bergaya belajar visual,

auditing ataukah kinestetik.

19
Departemen Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahnya, al-Madinah al-Munawwarah: al-
Malik fadhi Tiba’at al-Mushaf, 1411 H. h.
71

4. Rasa inginTahu

Rasa ingin tahu merupakan suatu emosi yang berkaitan dengan perilaku

ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu ditandai

dengan banyaknya pertanyaan diajukan, selalu timbul rasa penasaran, menggali,

menjelajahi, menyelidiki, tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan

jawabannya, mengintai, mengintip, dan mengelisahkan rasa ingin tahu yang terus

berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan

pengetahuan pada manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu bisa disebabkan dari luar

dirinya dan bisa juga dari dalam dirinya. Pada luar dirinya seperti motivasi,

semangat dan harapan-harapan baik pada orang tua maupun guru. Adapaun rasa

ingin tahu dari dalam itu muncul karena kesadaran dirinya dan kemampuan

sebagai manusia yang selalu ingin berubah, bangkit dan menjadi pribadi yang

lebih cerdas untuk menuju manusia yang lebih baik.

Oleh karena itu Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yaitu rasa

ingin tahu pada peserta didik di SMP Negeri 8 Makassar terlihat pada banyaknya

peserta didik yang selalu bertanya atau menanyakan sesuatu ketika proses

pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh Muslang S.Pd selaku guru pendidikan

jasmani dan kesehatan sebagai berikut:

Karakter ingin tahu peserta didik di SMP Negeri 8 Makassar terlihat pada
aktivitas yang selalu bertanya ketika proses pembelajaran, pada saat
pendidik membacakan materi ajar ataukah sementara menjelaskan
pelajaran dan bahkan ketika guru menulis dipapan tulis.20

20
Muslang, Guru Olah Raga, Wawanara, Tanggal 24 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
72

Nilai karakter rasa ingin tahu peserta didik secara gamblang dilihat pada

beberapa peserta didik yang aktif bertanya baik kepada guru maupun kepada

teman. sendiri. Apalagi ketika proses pembelajaran, pendidik atau guru

menggunakan metode diskusi maka peserta didik terlihat lebih aktif .

Hal tersebut sesuai dengan pendapat siswa SMP Negeri 8 Makassar

sebagai berikut:

Nilai karakter rasa ingin tahu peserta didik terlihat pada aktivitas peserta
didik menulis inti isi materi yang guru jelaskan atau terangkan. Bahkan
ketika peserta didik merasa masih belum terlalu jelas, peserta didik
bertanya kembali tentang materi yang dijelaskan oleh guru. 21

Kemudian Drs Ma’lum M.Pdi selaku guru pendidikan agama Islam

memperkuat pendapat tersebut bahw

Nilai karakter rasa ingin tahu peserta didik juga bisa kita lihat dari
beberapa peserta didik yang meminta pekerjaan rumah atau pekerjaan
rumah ketika pelajaran itu sudah berakhir. Bahkan ada beberapa peserta
didik yang minta pekerjaan rumah lebih awal atau ketika pendidik atau
guru masih sementara proses menjelaskan materi ajarnya. 22

Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh penjelasan bahwa implementasi

nilai pendidikan karakter yaitu nilai rasa ingin tahu peserta didik dilakukan

dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta kepada guru. Rasa ingin

tahu juga ditunjukkan oleh sebagian rasa penasaran peserta didik dengan bertanya

mengenai pelajaran yang diajarkan guru di kelas ketika istirahat atau keluar main.

Dan bahkan ditunjukkan pula rasa ingin tahunya peserta didik dengan

meminta pekerjaan rumah atau pekerjaan rumah kepada guru yang bersangkutan.

21
Aunur Rafiq Heriyadi, Siswa SMP Negeri 8, Wawancara, Tanggal 27 September 2020,
di SMP Negeri 8 Makassar.
22
Ma’lum, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020, di
SMP Negeri 8 Makassar.
73

Ini merupakan indikasi bahwa peserta didik di memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi. Rasa ingin tahu peserta didik harus terus ditingkatkan supaya bisa memiliki

tingkat pemahaman yang tinggi pula. Orang-orang besar atau orang sukses saat ini

tentu ia berawal pada keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Jika para

guru ingin menjadikan peserta didiknya sebagai ulama atau cendekiawan maka

harus dikembangkan rasa ingin tahu mereka. Rasa ingin tahu itu membuat peserta

didik aktif. Tidak ada hal yang paling bermanfaat sebagai modal belajar selain

pikiran yang aktif.

Peserta didik yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik. Ini sesuai

dengan teori kontruktivisme dimana peserta didik ketika belajar harus secara aktif

membangun pengetahuannya. Rasa ingin tahu membuat peserta didik menjadi

pengamat yang aktif. Salah satu cara belajar yang optimal adalah dengan

mengamati . Banyak ilmu pengetahuan yangg berkembang karena berawal pada

suatu pengamatan bahkan pengamatan yang sederhana sekalipun. Rasa ingin tahu

membuat peserta didik lebih peka mengamati berbagai fenomena atau kejadian-

kejadian di sekitarnya, Ini berarti dengan demikian peseta didik akan mudah

belajar lebih banyak. Oleh karena itu guru harus mengembangkan atau

meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik.

Menurut Putri Auliya Salsabila Pattanra memberikan pendapat tentang

hal-hal yang perlu dilakukan guru untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta

didik yaitu sebagai berikut:

1. Guru harus selalu membuka pemikiran peserta didik terhadap hal-hal yang
baru atau hal-hal yang mereka sudah pelajari.
2. Guru harus mengajari peserta didik untuk selalu bertanya.
74

3. Guru harus selalu mengajari agar peserta didik tidak pernah bosan untuk
belajar atau menuntut ilmu.
4. Guru harus selalu mengajari peserta didik untuk melihat dan menyadari
bahwa belajar itu adalah sesuatu yang menyenangkan.
5. Guru harus membiasakan peserta didik untuk selalu membaca untuk
mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru.23

Berdasarkan beberapa keterangan di atas penulis memberikan analisis

bahwa ketika kelima hal di atas mampu terimplementasi pada diri peserta didik

maka akan mampu membuka dunia baru yang menantang dan menarik peserta

didik untuk mempelajari lebih jauh lagi. Jika ada banyak hal yang membuat

munculnya rasa ingin tahu pada diri peserta didik, maka akan jendela dunia baru

yang menantang akan terbuka baginya. Banyak hal yang menarik untuk dipelajari

di dunia ini, tetapi seringkali karena rasa ingin tahu peserta didik yang rendah,

membuat mereka melewatkan dunia-dunia yang menarik itu dengan entengnnya.

Rasa ingin tahu membawa kejutan-kejutan kepuasan pada diri peserta didik dan

meniadakan rasa bosan untuk belajar. Jika jiwa peserta didik dipenuhi rasa ingin

tahu maka mereka dengan segala keinginan dan kesukarelaannya akan

mempelajarinya. Setelah memuaskan rasa ingin tahunya, mereka akan merasakan

betapa nikmat dan menyenangkannya hal tersebut. Kejutan-kejutan kepuasan ini

akan meniadakan perasaan bosan belajar. Maka itulah pengtingnya seorang guru

meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik.

5. Peduli

Peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya. Peduli tersebut menuntut

23
Putri Auliya Salsabila Pattanra, Siswi Kelas VIII, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020,
di SMP Negeri 8 Makassar.
75

kepekaan hati seseorang terhadap situasi di sekitar. Orang yang memiliki

kepedulian sosial yang tinggi maka akan memiliki banyak teman atau sahabat

karena dia selalu memposisikan dirinya sama halnya dengan orang lain. Adapun

implementasi nilai pendidikan karakter yaitu peduli bagi peserta didik di SMP

Negeri 8 Makassar terlihat pada adanya rasa peduli peseta didik meringankan

penderitaan temannya dengan cara menyumbang atau mengumpulkan uang

apabila ada temannya yang sedang sakit atau kondisi tidak sehat atau terkena

musibah. Hal ini diperjelas melalui guru pendidikan jasmani dan kesehatan yaitu

Muslang. S.Pd sebagai berikut:

Salah satu nilai karakter yang diajarkan oleh guru pendidikan agama Islam
di ruangan kelas adalah pentingnya memiliki sikap kepedulian terhadap
sesama. Hal tersebut kami terapkan pada kehidupan nyata melalui
sumbangan peserta didik. Ketika peserta didik sakit dan dirawat di rumah
sakit biasanya diberikan sumbangan uang, ketika peserta peserta didik
mengalami musibah kematian juga diberikan sumbangsi uang, dan apabila
musibah yang dialami peserta didik berupa kebakaran maka biasanya uang
dan peralatan sekolah seperti tas, buku, pulpen bahkan baju seragam. 24

Hal ini juga disampaikan oleh Muslang S.Pd. selaku guru pendidikan

jasmani dan kesehatan yang mengatakan bahwa:

Karakter peduli sosial dikembangkan di sekolah SMP Negeri 8 Makassar


melalui kegiatan menyumbang, sedekah atau infaq dan mengumpulkan
peralatan-peralatan sekolah yang masih layak pakai untuk kemudian
dibawakan kepada korban atau yang terkena musibah seperti halnya
kematian dan korban kebakaran.25

Nilai karakter peduli peserta didik juga terlihat pada aktivitas peserta didik

mendoakan temannya baik itu kondisi temannya keadaan kurang sehat atau sakit

24
Ma’lum, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020, di
SMP Negeri 8 Makassar.
25
Muslang, Guru Olah Raga, Wawancara, Tanggal 7 Oktober 2020,di SMP Negeri 8
Makassar.
76

ataukah kondisi dimana terkena musibah seperti kecelakaan, kebakaran,

keluarganya meninggal dan lain sebagainya dan ini langsung dipimpin langsung

oleh gurunya masing-masing.

Berdasarkan observasi atau pengamatan penulis di SMP Negeri 8

Makassar bahwa rasa peduli sosial peserta didik juga diimplementasikan kepada

peminta–minta yang pada waktu itu kondisi tubuhnya tidak sempurna atau hal ini

cacat. Bahkan penulis pernah melihat langsung dan mendapati peserta didik

menunggu pengemis di depan pintu ruangan kelasnya untuk memberikan

sumbangan berupa uang. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dipahami bahwa

memang implementasi nilai pendidikan karakter yaitu nilai karakter peduli sosial

yang telah diimplementasikan atau dilaksanakan di SMP Negeri 8 Makassar

berupa sumbangan material atau peralatan sekolah yang masih layak pakai dan

sangat membantu peserta didik yang mengalami musibah baik musibah sakit,

korban kebakaran maupun musibah meninggal dunia.

Ini merupakan wujud kekhawatiran dan kepedulian sosial kepada sesama

manusia terkhusus kepada peserta didik itu sendiri. Selain itu kegiatan ini juga

bertujuan untuk mendorong tumbuhnya semangat dan antusias peserta didik

menyumbang yang kelak akan terwujud pada karakter peseta didik yang mandiri

pada segi finansial dan dapat menjadi hartawan yang dermawan kelak ketika

dewasa. Dengan demikian karakter bekerja keras juga akan terbangun melalui

kegiatan tersebut.
77

Untuk membiasakan peseta didik menyumbang dan peduli terhadap

sesama ada beberapa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada

peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Memperketat tuntutan pada peserta didik mengenai sikap peduli dan


tanggung jawab.
2. Mengajarkan perbuatan-perbuatan baik khususnya yang berkaitan dengan
kepedulian pada sesama.
3. Melatih peseta didik mempraktekkan perbuatan baik terutama menyangkut
kepedulian sosial.26

Jika peserta didik dibiasakan memiliki sikap peduli dan diwujudkan sikap

tersebut pada aktivitas sehari-hari, maka akan tumbuh dan berkembang dijiwanya

karakter sikap kepedulian tanpa perlu dipikirkan untuk memunculkan sikap peduli

dalam kehidupannya.

Pada pembelajaran pendidikan agama Islam, implementasi nilai

pendidikan karakter peduli sosial dilakukan oleh guru dengan memimpin

pembacaan doa di kelas jika terdapat peseta didik tidak hadir karena sakit. Begitu

pula jika ada guru atau peserta didik lainnya yang terkena musibah. Doa dilakukan

sebagai bentuk dukungan moral dan spiritual dengan memohon kepada Allah swt.,

agar yang bersangkutan diberi kesembuhan, kesehatan dan ketabahan menerima

dengan ikhlas musibah yang menimpanya.

6. Tangung jawab

Nilai karakter tanggung jawab merupakan Sikap dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, budaya , negara dan Tuhan yang

26
Nurul Aulia, Siswi Kelas VIII, Wawancara, Tanggal 7 0ktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
78

Maha Esa. Nilai karakter tanggung ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena

menyangkut masalah tugas yang harus dijalankan ataua dilaksanakan dengan

sebaik- baiknya.

Adapun implementasi nilai pendidikan karakter tanggung jawab bagi

peserta didik di SMP Negeri 8 Makassar dapat dipahami melalui penjelasan yang

diberikan oleh guru pendidikan agama Islam yai tu Drs.Ma’lum.M.Pd.I yang

mengatakan sebagai berikut:

Implementasi nilai pendidikan karakter yaitu nilai tanggung jawab terlihat


nyata pada perilaku peseta didik SMP Negeri 8 Makassar yang selalu
menjaga kebersihan sekolah, baik sebelum masuk sekolah maupun sehabis
selasai pembelajaran. Dan bahkan ketika dia melakukan kesalahan di kelas
atau diluar kelas seperti pop ice yang tumpah maka peserta didik langsung
membersihkannya tanpa harus diperintahkannya.27

Sikap tanggung jawab peserta didikyang ada di SMP Negeri 8 Makassar

dapat juga dianalisis dan dilihat pada ketekunan peserta didik mengerjakan

pekerjaan rumahnya yang sungguh-sungguh. Di lingkungan sekolah khususnya di

kelas sudah jarang kita temukan atau dapatkan peserta didik yang tidak

mengerjakan pekerjaan rumah atau pr. Ini disebabkan karena aturan-aturan yang

ditegakkan oleh kepala sekolah tersebut yang tegas dan disiplin kemudian

diimplementasikan oleh pendidik bahwa peserta didik yang tidak mengerjakan

pekerjaan rumah atau pr maka harus disita tasnya dan hanya bisa diambil kembali

ketika datang bersama orang tuanya.

Juga disampaikan oleh Hj. Johar Tahir S.Pd selaku guru yang mengatakan

bahwa:

27
Ma’lum, Guru Pendidikan Agama, Wawancara, Tanggal 7 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
79

Implementasi nilai karakter yaitu nilai karakter tanggung jawab terlihat


dari hal yang cukup sederhana seperti peseta didik mampu melaksanakan
tugas dengan baik, baik tugas kelompok maupun tugas individu yang
sifatnya terkait dengan tugas mata pelajaran. 28

Tanggung jawab peserta didik juga terlihat dari kemampuannya

menjalankan tugas ketika membersihkan ruangan kelas dan luar kelas. Kemudian

setelah dibersihkan kemudian dipel untuk memperkilap ruangan kelas. Peserta

didik semuanya sudah memiliki jadwal menyapu, setiap hari peserta didik

mengerjakannya dan juga mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Salah satu indikasinya adalah ruangan bersih dan indah dipandang sampai besok

harinya.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat diketahui bahwa

implementasi nilai pendidikan karakter yaitu nilai tanggung jawab terlihat pada

kemampuan peserta didik menjalankan tugas baik tugas individu maupun tugas

kelompok atau amanah yang diberikan seperti oleh guru seperti kemampuan

menjalankan piket menyapu, mampu mengerjakan pekerjaan rumah dan mampu

bertanggung jawab jika melakukan kesalahan-kesalahan di lingkungan sekolah.

Menurut Drs. Ma’lum M.Pd.I yaitu guru pendidikan agama Islam

mengatakan bahwa yang mendukung implementasi nilai pendidikan karakter yaitu

terutama nilai tanggung jawab adalah sebagai berikut:

1. Adanya ketegasan kepala sekolah terhadap kebijakan yang dibuat.


2. Adanya keteladan kepala sekolah yang paling awal datang dan akhir
meninggalkan lokasi sekolah setiap hari.

28
Hj. Johar Tahir, Guru, Wawancara, Tanggal 7 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
80

3. Kemampuan kepala sekolah dalam menciptakan sekolah yang mampu


bersaing dengan sekolah-sekolah lain.29

Berdasarkan keterangan tersebut penulis menganalisis bahwa memang

tidak bisa dipungkiri bahwa jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang tinggi sangat

mempengaruhi keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Kepala sekolah memang

sangat diharapkan menjadi orang yang pertama mampu membuat sekolahnya

berhasil. Ketika kepala sekolah selalu antusias menjalankan tugasnya dengan

sebaik- baiknya maka guru juga akan termotivasi dan tentunya akan berorientasi

pada keberhasilan dan kesuksesan peserta didik. Kepala sekolah harus menpunyai

konsep yang baik dan harus realistis sehingga ketika menjalankan kepemimpinan

mempunyai garis yang jelas dan tegas menuju arah yang telah dicita-citakan. Oleh

karena itu kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap kemajuan dan

keberhasilan sekolah.

D. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Kegiatan


Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta

didik yang dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan diberbagai

bidang diluar bidang akademik. Kegiatan ini dilakukan secara swadaya pada pihak

sekolah dan peseta didik untuk merintis kegiatan diluar jam pelajaran di sekolah.

banyak peserta didik menganggap bahwa kegiatan ini hanya sekadar dibuat dan

tidak ada manfaatnya, bahkan mereka menganggap kegiatan ini sebagai bahan

acuan dan tak perlu mengikutinya secara serius.

29
Ma’lum, Guru Pendidikan Islam, Wawanca, Tanggal 7 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
81

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta

didik diluar jam pelajaran di sekolah dengan mengembangkan pengetahuan atau

kemampuannya, bakat dan minatnya dengan berbagai macam kegiatan yang

diberikan oleh Pembina sesuai dengan bakat dan minatnya. Kegiatan

ekstrakurikuler ini sebenarnya merupakan wadah untuk menyalurkan dan

mengembangkan potensi, bakat peserta didik agar dapat menjadi manusia yang

berkreativitas tinggi dan penuh dengan karya bahkan dapat melatih kedisiplinan,

kejujuran, kepercayaan dan tanggung jawab peserta didik ketika menjalankan

tugas.30

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis ada beberapa kegiatan

ekstrakurikuler yang dilakukan oleh SMP Negeri 8 Makassar yaitu adalah

Pendalaman ilmu tajwid, seni tari, Drumband dan futsal and les mata pelajaran

matematika.

Tabel 4.13
Berikut ini tabel kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 8 Makassar

No Nama Kegiatan Guru Pembina


1 Pendalaman Tajwid Guru Agama Islam
2 Les Matematika Guru Matemati
3 Drumband Guru SBK
4 Futsal Guru Olahraga
5 Seni Tari Guru Seni
6 Les IPA Guru IPA

30
Muslang, Guru olah Raga, Wawancara, Tanggal 7 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
82

Menurut hasil wawancara guru pendidikan agama Islam yaitu Drs.

Ma’lum M.Pd.I mengatakan bahwa implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

pada kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

1. Melalui pemberian motivasi kepada peserta didik

Pemberian motivasi kepada peserta didik pada kegiatan ekstrakurikuler

merupakan hal yang penting dan sangat dibutuhkannya, sebab pemikiran peserta

didik seusia ini masih sangat labil, sangat mudah terpengaruh, tidak konsisten atau

berubah ubah. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang Pembina yang cerdas dan

profesional menangani hal tersebut. Ini sesuai dengan hasil wawancara guru

pendidikan agama Islam yaitu Drs. Ma’lum M.Pd.I yang mengatakan bahwa:

Peserta didik mampu mengembangkan aktivitas, kreativitas dan


inisiatifnya bila didukung oleh faktor motivasi, sehingga harus selalu
diberikan semangat ataupun motivasi yang secara terus-menerus.
Memotivasi peserta didik merupakan salah satu usaha dan upaya
membangkitkan semangat untuk selalu melakukan sesuatu yang sifatnya
positif seperti tekun mengikuti kegiatan-kegiatan, rajin berlatih dan selalu
mengulang-ulang apa yang sebelumnya telah disampaikaan atau
diajarkan.31

Pernyataan di atas, diperkuat oleh Muslang S.Pd guru pendidikan jasmani

dan kesehatan sekaligus Pembina kegiatan olahraga futsal yang mengatakan

bahwa:

Semua kegiatan yang dilakukan di sekolah baik intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi karena dengan motivasi,

peserta didik akan ulet mengerjakan sesuatu, tidak mudah putus asa, serta mampu

31
Ma’lum, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, tanggl 2 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
83

memecahkan masalah. Ini terlihat dengan kerajinan dan kedisiplinan peserta didik

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Ini sesuai yang disampaikan oleh guru les matematika ibu Kamsinah S.P.d

yang mengatakan bahwa:

Salah satu pengaruh motivasi yang diberikan oleh Pembina kegiatan


ekstrakurikuler terlihat dengan keuletan dan kerajinan peserta didik
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu contohnya adalah peserta
didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler masuk pada jam 5.00 sore
akan tetapi dia sudah hadir di sekolah sesudah ashar sekitar kurang lebih
jam 4 bahkan ada yang shalat ashar di Masjid di dalam sekolah.32

Berdasarkan keterangan tersebut jelas bahwa pengaruh pemberian

motivasi kepada peserta didik ketika bertindak atau mengerjakan sesuatu sangat

besar. Ini terlihat dengan kedisiplinan peserta didik ketika mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler . Jadwal yang ditentukan oleh Pembina yatitu pukul 5.00 akan

tetapi peserta didik sudah ada di sekolah sebelum jam yang ditentukan. Memang

pemberian motivasi Pembina sangat mempengaruhi peningktan kedisiplinan

peserta didik.

Hal ini merupakan salah satu ciri bahwa pendidik atau Pembina berhasil

membuat peseta didik tekun. Motivasi yang disampaikan guru kepada peserta

didik merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan peserta

didik. Peserta didik akan selalu tergugah dan tersentuh pikirannya ketika Pembina

tak pernah berhenti memberikan semangat atau motivasi yang bersifat konstruktif

demi keberhasilan dan kesuksesan peserta didik, sebab motivasi merupakan faktor

yang berarti untuk mendorong peserta didik untuk menggerakkan segala potensi

32
Kamsinah, Guru Matematika, Wawancar, Tanggal 2 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
84

yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat

sehingga apa yang menjadi tujuan dari Pembina bisa terimplementasi dengan baik.

Pemberian motivasi Pembina membuat bakat dan minat peserta didik menjadi

lebih aktif, lebih tergerakkan dan terarahkan.

Tergerakkan maksudnya dengan adanya motivasi yang diberikan oleh

Pembina dapat menggerakkan diri peserta didik untuk melakukan sesuatu sesuai

keinginan Pembina. Terarahkan maksudnya adanya motivasi akan menjadi suatu

pengarahan dan penuntun bagi peserta didik untuk melakukan berbagai hal

dengan sesungguh-sungguhnya dan dapat menyelesaikan dengan baik sehingga

pekerjaan rumahestasi juga dapat meningkat karena seorang Pembina mempunyai

andil pada keberhasilan peserta didik.

Pembina ketika menjalankan tugasnya harus mampu memberikan

penghargaan kepada peserta didik sehingga dapat menuumbuhkan inisiatifnya,

kemampuannya yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat. Pemberian

penghargaan sebagai upaya pemberian motivasi tidak selalu harus berwujud

barang tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah immaterial.

Bahkan pemberian perhatian yang cukup terhadap peserta didik dengan segala

potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi paling sederhana karena

banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak adanya atau kurang

perhatian guru atau Pembina kepada peserta didik. Penghargaan dan perhatian

serta puji-pujian yang diberikan.

Pembina dapat meningkatkan motivasi peserta didik. Memang Pembina

selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan juga bertugas


85

meningkatkan kreatifitas peserta didik. Tidak bisa kita dipungkiri bahwa motivasi

peserta didik antara satu dengan yang lainnya berbeda, untuk itulah penting untuk

selalu senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi peserta didik

yang prestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal. Proses

pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik mempunyai motivasi dalam

belajar. Oleh karena itu, Pembina perlu menumbuhkan motivasi belajar peserta

didik. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, guru diharapkan memiliki

kreatifitas untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Guru atau

Pembina harus selalu mengajak dan mengulurkan tangannya kepada peserta didik

agar mampu berpartisipasi aktif pada kegiatan yang menyangkut masalah

kompetensi.

2. Pemberian pemahaman kepada peserta didik

Pemberian pemahaman oleh pendidik atau Pembina kegiatan

ekstrakurikuler sangat mempengaruhi semangat, perhatian, antusias dan pemikiran

peserta didik ketika melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik akan

merasa bangga, senang, bahagia dan ceria ketika materi yang disampaikan atau

diajarkan mampu dipahami oleh peserta didik.

Menurut hasil wawancara guru SBK yaitu Abdur Rahman mengatakan

bahwa:

Pemberian pemahaman oleh Pembina kegiatan ekstrakurikuler sangat


menentukan hasil kegiatan tersebut. Materi yang dikemas secara menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah dan praktis tentu sangat
mempengaruhi antusias peserta didik. Ketika peserta didik sudah muncul
didalam dirinya antusias, tentu sudah pasti ada kemauan yang kuat untuk
86

mengetahui sesuatu, ketika pengetahuan tentang sesuatu itu sudah muncul


maka sudah ada benih-benih keberhasilan pada dirinya.33

Ini sesuai yang disampaikan oleh Sahrul S.Pd sebagai pendidik les

matematika yang mengatakan bahwa:

Pembina kegiatan ekstrakurikuler harus menjadi Pembina yang profesional


terutama harus mampu memahamkan materi yang sampaikan atau
diajarkan. Pembina harus melihat sejauh mana kemampuan peserta didik
menerima materi. Pembina harus mampu membuat peserta didiknya
senang dan cinta kepadanya bukan membuat benci dengan materi yang
disampaikan apakah karena susahnya atau sukarnya materi disampaikan
ataukah karena cara digunakan tidak cocok dengan peserta didik.34

Hj. Adriani S.Pd.I selaku Pembina les pendalaman ilmu tajwid

memberikan pendapat bahwa:

Paham tidaknya materi yang disampaikan oleh Pembina kegiatan


ekstrakurikuler tergantung dari kapasitas Pembina itu sendiri. Pembina
yang menentukan paham tidaknya peserta didik terhadap materi yang
disampaikan. Pembina ketika menjelaskan materi dan mampu membuat
peserta didik tertarik, mendapatkan perhatian, maka lambat laun peserta
didik akan paham karena akan selalu terfokus terhadap materi yang
disampaikan oleh Pembina. Makanya seorang Pembina harus menjadi
Pembina yang profesional yang tahu cara-cara mencerdaskan peserta
didiknya baik yang kemampuan berfikirnya terbatas apalagi memang yang
sudah dikategorikan cerdas.35

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis memberikan analisis bahwa

Pembina kegiatan ekstrakurikuler harus mampu memahamkan materi yang

diajarkan baik yang memiliki kapasitas ilmu yang tinggi maupun yang rendah,

agar peserta didik senang, tertarik, dan perhatian sehingga ketertarikan itu mampu

membuat peserta didik paham dengan materi yang disampaikan oleh Pembina.

33
Abdurrahman, Guru SBK, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
34
Sahrul, Pembina Ekstrakurikuler, Wawancara, Tanggal 5 Oktber 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
35
Hj. Adriani, Pembina les Ilmu Tajwid, Wawancara, Tanggal 7 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
87

Tentu hal ini tidak mudah dilakukan kecuali Pembina yang profesional. Menarik

perhatian peserta didik adalah kunci bagi masuknya setiap informasi kepemikiran

seseorang. Oleh karena itu Pembina harus memastikan bahwa peseta didik telah

cukup berkonsentrasi pada pelajaran sebelum memulai proses pembelajaran

supaya apa yang disampaikan Pembina bisa terarah langsung pada pemikiran

peserta didik sehingga bisa mengerti dan paham terhadap materi yang

disampaikan. Makanya guru atau Pembina sangat diharapkan menjadi.

Pembina yang profesional terutama selalu menyampaikan kepada peserta

didik bahwa apa yang disampaikan ini adalah sesuatu yang luar biasa, istimewa,

penting untuk keberhasilan kalian di masa depan sehingga peserta didik tidak

berpura-pura memperhatikan, pikirannya tidak terbang kesana kemari atau

berbagai penjuru dunia tapi memang sadar bahwa apa yang disampaikan itu

adalah sesuatu yang bernilai atau berharga.

Bahkan guru atau Pembina yang profesional harus jelas artikulasi ketika

menyampaikan materi. Kejelasan terhadap pemaparan materi, dimulai pada

penguasaan materi yang disampaikan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan

penyampaian yang baik dan teratur. Pengaturan volume suara, kecepatan bicara,

serta pemilihan kata- kata yang dimengerti peseta didik akan lebih memperjelas

materi. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kejelasan guru ketika

menyampaikan materi adalah dengan latihan. Disamping itu juga Pembina harus

memberikan contoh supaya peserta didik lebih paham. Sebaiknya memberikan

contoh yang lebih mudah dipahami. Terkadang guru hanya menggunakan buku

teks apa adanya, seingga buku teks disusun oleh seorang ahli sehingga contohnya
88

terkadang sulit dipahami peserta didik. Yang tak kala pentingnya untuk lebih

mudah peserta didik paham terhadap matei yang disampaikan adalah semangat

Pembina ketika menyampaikan materi yang akan disampaikan. Senyum dan

wajah yang menunjukkan semangat akan memberikan kesan positif pada diri

peserta didik. Apabila jika secara tepat guru dapat memberikan humor yang tidak

mengganggu konsentrasi peserta didik maka pembelajaran akan lebih

menyenangkan.

Jangan menuntut semangat belajar peserta didik jika disisi lain Pembina

justru tidak menunjukkan semangat menyampaikan materi. Setelah

menyampaikan materi maka Pembina seharusnya mengecek pemahaman peserta

didik. Pembina seharusnya tidak langsung menanyakan secara langsung, apakah

kalian paham atau ngerti, tentu saja sebagian peserta didik akan menjawab paham,

paling tidak Pembina atau guru harus selalu memberikan pertanyaan yang terkait

dengan materi yang telah disampaikan atau diajarkan. Akan lebih baik lagi jika

ada sebagian peserta didik ada yang berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan

atau bisa juga dilakukan secara bergantian menyimpulkan materi yang telah

disampaikan oleh Pembina apakah memang betul paham atau hanya sekadar

ucapan. Tentunya itu tidak terlepas pada kemampuan atau kapasitas Pembina

sehingga nanti tumbuh benih-benih keberhasilan.

3. Pemberian Nasihat

Cara yang digunakan Pembina untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan

karakter kepada peserta didik adalah dengan pemberian nasihat karena dengan

pemberian nasihat peserta didik selalu dapat memperbaiki diri dan mampu
89

membuatnya tidak mengulangi kesalahan yang sama serta dapat membentuk

karakter peserta didik.

Berdasarkan pengamatan peneliti Pembina selalu memberikan nasihat

kepada peserta didik pada setiap kesempatan ketika kegiatan ekstrakurikuler

berlangsung.

Selaku Pembina olahraga futsal selalu mengingatkan kepada peserta didik

pada setiap pertemuan untuk selalu datang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler.agar bakat dan minat kalian bisa tersalurkan dengan baik sehingga

nantinya bisa menjadi peserta didik yang bisa diandalkan. Ini sesuai yang

disampaikan oleh Hj. Adriani S.Pd.I selaku Pembina les pendalaman ilmu tajwid

yang mengatakan bahwa:

Setiap Pembina kegiatan ekstrakurikuler pasti berharap agar peserta didik


yang dibinanya menjadi berhasil. Sudah menjadi sebuah kewajiban
Pembina untuk selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada
peserta didiknya. Bahkan bukan hanya sekadar mengingatkan untuk selalu
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tapi mendengarkan apa yang
disampaikan oleh setiap Pembina seperti tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merusak tanaman, tidak membuang-buang air, rajin
mengulang-ulang materi yang disampaikan, rajin berlatih, bertanya kepada
Pembina kalau ada sesuatu yang kurang jelas, kerjakan kalau ada tugas
yang diberikan, disiplin waktu, berani bertanggung jawab dan jangan lupa
berdoa disetiap mulai kegiatan sampai akhir kegiatan.36

Berdasarkan keterangan tersebut jelas bahwa Pembina memiliki peran

penting untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada peserta didik.

Ini terlihat bahwa setiap pertemuan selalu diberikan nasihat terutama

kedisiplinannya, bukan hanya nasihat kedisiplinan tapi banyak lagi yang

esensinya adalah mengajak peserta didik untuk memiliki karakter atau pribadi

36
Hj. Adriani, Pembina Ilmu Tadwid, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
90

yang baik Dengan pemberian nasihat secara terus-menerus maka akan secara

pelan-pelan memunculkan kesadaran peserta didik. Dengan menumbuhkan

kesadaran peserta didik mampu memiilik sikap tanggung jawab, rasa percaya diri,

disiplin, kerjasama, jujur, rasa hormat, tekun, kreatif , peduli dan religius.

Memang tidak salah ketika pepatah mengatakan bahwa guru ibarat sebuah lilin,

membakar diri hanya untuk menerangi orang lain. Artinya guru atau Pembina rela

mengorbankan diri agar peserta didik memiliki pengetahuan sehingga bisa

menjadi cerdas dan sukses di kemudian hari. Walaupun pada awalnya ada

beberapa peserta didik masih melakukan pelanggaran tapi minimal bisa sebagian

besar memiliki karakter yang baik. Nasihat yang diberikan guru atau Pembina

tidak lain dan tidak bukan hanya untuk kesuksesan mereka. Percaya atau tidak,

banyak nasihat dari guru yang berguna ketika peserta didik sudah dewasa. Bahkan

nasihat itu bisa membuat peserta didik meraih kesuksesan bila mempraktekkan

nasihat tersebut karena nasihat yang berkesan pada seorang guru akan terus

diingat oleh peserta didik. Nasihat itu akan terus memotivasi diri peserta didik

untuk selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan jalur kebenaran.

4. Pemberian sangsi

Sangsi merupakan tindakan yang dilakukan oleh guru atau Pembina

terhadap peserta didik karena telah melakukan pelanggaran atau kesalahan. Salah

satu tujuan pemberian sangsi kepada peserta didik adalah supaya ada efek jerah

sehingga peserta didik tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama sehingga

peserta didik lebih berhati-hati ketika bertindak atau melakukan sesuatu. Bentuk

sangsi yang diberikan oleh Pembina adalah hukuman badan atau fisik, seperti
91

(cubitan, pukul kasih sayang yang bagian lengang) , hukuman intelektual seperti

(peserta didik diberikan kegiatan tertentu sebagai sanksi atas perbuatannya dengan

orientasi tidak lain dan tidak bukan hanya untuk perbaikan peserta didik

kedepannya. Ini sesuai dengan pendapat Muslang S.Pd selaku Pembina olahraga

futsal yang mengatakan bahwa:

Peserta didik yang melakukan pelanggaran atau kesalahan akan diberikan


sangsi oleh Pembina. Sangsi yang diberikan oleh Pembina bermacam-
macam ada hukuman badan atau fisik, seperti (peserta didik dicubit,
dipukul kasih sayang yang bagian lengang) dan ada juga hukuman
intelektual seperti (peserta didik diberikan kegiatan tertentu sebagai sanksi
atas perbuatannya dengan orientasi tidak lain dan tidak bukan hanya untuk
perbaikan peserta didik kedepannya.37

Sahrul S.Pd. selaku Pembina kegiatan ekstrakurikuler les matematika

memberikan pendapat bahwa:

Bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran akan diberikan sangsi


oleh Pembina. Adapun sangsi yang diberikan ada dua, yaitu sangsi ringan
dan sangsi berat. Adapun sangsi ringan yang diberikan kepada peserta
didik adalah berupa teguran langsung, membersihkan sampah di halaman
kelas atau lingkungan sekolah dan adapun sangsi berat berupa push up, sit
up, lari keliling lapangan, menyapu ruangan kelas sekalugus dipel,
membersihkan wc atau kamar mandi dan sekaligus mengisi bak air.38

Ini diperkuat Kamsinah S.Pd selaku Pembina les matimatika yang

mengatakan bahwa :

Pemberian sangsi secara umum kepada peserta didik ketika melanggar


adalah hanya teguran yang bersifat membimbing, kalaupun tidak jera
dengan teguran tersebut maka Pembina melakukan semacam ancaman-
ancaman dimana peserta didik tidak diberikan nilai atau dianggap tidak
lulus.39

37
Muslang, Guru Olah Raga, Wawancara, Tanggal 5 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
38
Sahrul, Pembina Ekstrakurikuler, Wawancara, Tanggal 5 Oktber 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
39
Kasminah, Pembina Les Matimatika, Tanggal 12 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
92

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas penulis memberikan analisis

bahwa setiap peserta didik yang melanggar atau melakukan kesalahan dalam

kegiatan ekstrakurikuler akan diberikan sangsi, baik sangsi yang ringan maupun

sangsi berat yang intinya bersifat mendidik seperti teguran, cubit, pukul kasih

sayang bagian lengan, sangsi intelektual, push up dan sit up, lari keliling lapangan,

membersihkan wc atau kamar mandi sekaligus mengisi bak air dan mengancam

tidak memberi nilai atau dalam hal ini tidak lulus supaya peserta didik menjadi

berubah dari kebiasaan- kebiasaanya yang tidak baik. Memang tidak bisa

dipungkiri bahwa sangsi itu menghadirkan atau memberikan suatu situasi yang

tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari oleh setiap orang.

Imam al-Gazali pernah mengatakan bahwa hukuman itu sebenarnya suatu

perbuatan dimana seseorang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang

lain dengan tujuan untuk memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri pada

kelemahan jasmani dan rohani sehingga terhindar pada segala macam pelanggaran.

Memberi sangsi memang ada larangan tapi pada batas-batas yang wajar sehingga

tidak terlalu menyakitkan badan dan jiwa anak, apalagi sampai cacat pada bagian

tubuh. Kemudian paling utama adalah pemberian sangsi kepada peserta didik

harus selaras dengan kesalahannya. Tentu sangat dilarang bagi Pembina kegitan

ekstrakurikuler memberikan sangsi yang berlebihan ketika hanya melakukan

kesalahan yang ringan. Harus bersifat adil dan ketika memberikan sangsi kepada

peserta didik maka harus secepatnya dijalankan agar peserta didik tau betul apa

sebabnya dia diberikan sangsi oleh Pembina dan apa maksud pada sangsi tersebut.

Pada pemberian sangsi maka Pembina harus dalam keadaan tenang, tidak emosi
93

atau terbawa suasana karena kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan peserta

didik sehingga sangsi tersebut dapat mendidik diri peserta didik.

Tidak menyakiti fisik peserta didik apalagi sampai pada merusak psikologi

peserta didik karena dapat menghambat keberhasilan dan kesuksesan peserta didik

di masa akan datang. Ketika Pembina memberikan sangsi kepada peserta didik

maka hal yang harus dilakukan juga adalah diberikan penjelasan terhadap sangsi

tersebut supaya peserta didik tau akan kesalahannya dan membuat peserta didik

bisa menyadari itu semua sehingga berusaha untuk tidak mengulagi kesalahan

yang sama. Pemberian sangsi harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang. Kita

memberikan sangsi pada peserta didik bukan karena ingin menyakiti hatinya,

melampiaskan rasa dendam dan sebagainya. Akan tetapi kita memberi sangsi

demi kebaikan, demi kepentingan peserta didik demi masa depan sendiri. Oleh

karena itu, sehabis memberikan sangsi tidak boleh berakibat putusnya hubungan

kasih sayang.

5. Menjadi teladan bagi peserta didik

Keteladanan sangat penting ketika ingin mengimplementasikan nilai-nilai

pendidikan karakter bagi peserta didik, karena ketika ingin menganalisis berbagai

permasalahan-permasalahan yang terjadi pada generasi muda saat ini adalah

disebabkan oleh krisis keteladan. Dengan kata lain, kurangnya memberikan

contoh yang baik (uswatun hasanah) pada generasi muda baik guru, pejabat

Negara, masyarakat ditambah lagi dengan perkembangan zaman atau arus

modernisasi yang ditampilkan lewat jejaring sosial, media massa, dan televise-
94

televisi, seakan-akan berlomba-lomba menayangkan iklan yang menjurus pada

pemorosotan akhlak.

Kondisi ini membutuhkan guru-guru yang sejati agar dapat membangun

peserta didik yang berkarakter. Inilah tugas penting yang harus dilakukan oleh

guru karena kebobrokan akhlak yang sudah merajalela di negeri ini. Dengan

demikian untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter langkah utama adalah

membangun karakter para guru, mempunyai jiwa sejati, jiwa pengorbanan,

berpikiran cemerlang, mencintai pekerjaan rumahofesinya dengan sepenuh hati,

sehingga ketika melaksanakan aktifitas di sekolah memang benar-benar terlahir

jiwa-jiwa yang ikhlas dan dapat dijadikan teladan oleh peserta didiknya dan orang

sekitarnya. Guru merupakan motivator yang membimbing peserta didik untuk

menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya untuk menghadapi

permasalahan pada kehidupannya.

Guru diharapkan menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.

Sebagaimana Nabi Muhammad saw. telah menjadi teladan bagi umat Islam,

karena Nabi Muhammad saw. memiliki karakter yang bisa diandalkan dan

dicontoh. Allah swt. Berfirman Q.S. al- Ahzab/33:21

               

 
Terjemahnya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
95

Menurut hasil wawancara dari guru pendidikan agama Islam Drs. Ma’lum

M.Pd.I yang mengatakan bahwa:

Faktor yang sangat mempengaruhi karakter peserta didik adalah faktor


keteladanan baik keteladanan dari orang tua, guru dan masyarakat.
Didalam mengimplementasikan nilai- nilai pendidikan karakter di sekolah
maka guru harus menjadi penggerak utama didalam membentuk karakter
peserta didik dalam hal ini suri tauladan.40

Ini disampaikan oleh Muslang S.Pd Pembina olahraga Futsal yang

mengatakan bahwa:

Seorang pendidik atau guru harus tampil sebagai pigur yang dapat
memberikan contoh-contoh yang baik kepada peserta didik. Keberhasilan
sangat bergantung kepada pendidik atau Pembinanya.Karena apa yang
dilihat, apa yang didengar dan apa yang diucapkan oleh Pembina akan
terekam oleh poeserta didik. Ketika yang ditampilkan ,yang diucapkan,
itua dalah nilai nilai kebaikan maka yang bahkan terekam didalam otak
peserta didik adalah nilai-nilai kebaikan.Dan twntunyaketika
Pembinamenampilkan atau mengucapian katat kata yang buruk maka itu
pulahlah yang akan terekam.41

Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa keberhasilan peserta didik

tergantung dari keteladanan yang ditampilkan oleh Pembina. Ketika Pembina

menampilkan yang terbaik atau uswatun hasanah maka peserta didik akan mudah

mendapatkan pengetahuan, dan ketika pengetahuan itu sudah tertanam dalam diri

peserta hasil yang maka akan mudah mendapatkan keberhasilan. Peserta didik

akan selalu meniru apa yang didengar, apa yang lihat dan apa dilakukan. Disini

peserta didik masih sangat labil pemikirannya sehingga dia masih sangt mudah

terengaruh. Ketika pengaruh positif yang diberikan kepadanya maka yang akan

tertanam dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai posiif. Dan ketika pengaruh

40
Ma’lum, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, tanggl 2 Oktober 2020, di SMP
Negeri 8 Makassar.
41
Muslang, Guru Olah Raga, Wawancara, Tanggal 7 Oktober 2020, di SMP Negeri 8
Makassar.
96

negatif yang diberikan pula kepada peserta didik itu pula yang akan diterimanya

sehinngga pendidik atau Pembina sangat dianjurkan dan diharapkan menjadi idola,

panutan, contoh yang baik bagi peserta didik baik dalam bertindak atau

berperilaku, bertutur kata, ataupaun dalam segala hal yang lainnya. Tidak bisa

dipungkiri bahwa keteladanan Pembina sangat mempengaruhi keberhasilan

peseserta didik. Guru harus selalu memberikan yang terbaik dihadapan peserta

didik. Guru harus selalu tampil sebagai sosok yang patut digugu, ditiru, dicontoh

sikap dan perilakunya agar peserta didik bisa mencontohi atau mengikuti yang

yang dilihat dari kepribadian Pembina.

Pembina harus selalu menjadi contoh suri tauladan bagi peserta didik

karena pembina merupakan refresentatif dari sekolompok orang pada suatu

komunitas atau masyarakat yang diharapkan menjadi teladan yang dapat ditiru

dan digugu karena teladan itu sendiri terkait masalah perkataan, perbuatan, sikap,

dan perilaku yang dapat ditiru atau diteladani oleh pihak lain. Teladan yang baik

contoh yang baik dari guru atau Pembina yang baik yang berhubungan dengan

sikap, perilaku, tutur kata, mental, maupun yang terkait dengan akhlak yang patut

dijadikan contoh oleh peserta didik karena ada peribahasa mengatakan bahwa

guru kencing berdiri murid kencing berlari. Ini salah satu indikasi bahwa tidak

bisa dipungkiri bahwa Pembina harus selalu menjadi contoh dihadapan peserta

didik karena apa yang dilihat, apa yang didengar kurang lebih itu juga yang akan

diimplentasikan oleh peseta didik sehingga keteladanan pendidik harus lebih dari

peseta didiknya.
97

Keteladanan didalam mendidik peserta didik ini sangat penting. Oleh karena

itu Pembina harus mampu menjadi idola dihadapan peserta didiknya agar apa yang

disampaikan dan diajarkan bisa terinternalisir didalam hatinya sehingga mampu

mengimplementasikan didalam kehidupannya. Baik dari segi cara bertutur kata

yang baik kepada peserta didik, datang ke sekolah tepat waktu atau disiplin,

penampilan yang rapi, sikap dan ramah, memberikan pujian dan kritik kepada

peserta didik, peka dan respek serta berupaya membantu permasalahan yang

dihadapi peserta didik. Keberhasilan Pembina dalam mendidik peserta didik tidak

hanya diukur oleh nilai berupa angka tetapi keberhasilan mentransformasikan nilai-

nilai karakter kapada peserta didik. Makanya suatu kenicscayaan bagi seorang

pendidik atau Pembina memberikan suri tauladan yang baik kepada peserta

didiknya sehingga dapat membawa peserta didiknya kepada apa yang sudah

menjadi tujuan sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan secara maksimal.

Dimasa sekarang banyak sekali Pembina atau pendidik tidak bersikap

selayaknya. Banyak Pembina yang bersikap semaunya sendiri terhadap peserta

didiknya. Sikap yang dilakukan Pembina merupakan cerminan bagi peserta

didiknya. Bagaimana peseta didiknya maka begitulah gurunya. Pembina harus

selalu bersikap baik dan beribawa sehingga dapat menjadi suri tauladan karena

guru yang beribawa adalah guru yang mampu mempengaruhi peserta didik

berperilaku dan bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan dan yang dilakukan.

6. Memberikan hadiah kepada peserta didik

Salah satu hal yang sangat urgent dan vital didalam mensukseskan anak -

anak bangsa adalah bagaimana kemudia guru atau pendidik mampu untuk
98

senantiasa mengelisahkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Guru

belum bisa dikatakan profesional ketika tidak mampu membangkitkan potensi –

potensi peserta didiknya karena peserta didik akan terlihat kesuksesannya ketika

potensi itu sudah muncul atau terlihat. Makanya guru sangat diharapkan untuk

menjadi pendidik yang profesional.

Guru atau Pembina memiliki cara yang berbeda-beda untuk membuat

peserta didiknya sukses dan berhasil. Mengenai kegiatan ekstra kurikuler ini guru

atau Pembina harus mampu menghargai pekerjaan rumahestasi atau keseriusan

peserta didik didalam melaksanakan kegiatan kegiatan itu.

Berdasarkan hasil penemuan di lapangan, pembina memberikan hadiah

atau hadiah kepada peseta didik lebih aktif mengikuti kegiatan. Hadiah ini

bertujuan untuk memotivasi diri peserta didik untuk lebih aktif lagi mengikuti

kegiatan. Hadiah yang diberikan Pembina kepada peserta didik adalah tepuk

tangan, pujian dan hadiah berupa buku. Hal ini sesuai dengan penjelasan Pembina

olahraga futsal yaitu Muslang S.Pd yang mengatakan: Bagi peserta didik yang

aktif dan rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu futsal akan diberikan

hadiah berupa tepuk tangan dari Pembina untuk dapat membangkitkan semangat

dan gairah untuk tetap rajin mengikuti kegitan Ekstrakurikuler.

Ini disampaikan oleh Pembina les matematika kelas ibu Kamsinah yang

mengatakan bahwa: Pembina didalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter

dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan memberikan pujian-pujian yang

sifatnya dapat membangun atau membantu memunculkan atau menggairahkan

semangat unutk tetap disiplin datang mengikuti les matematika.


99

Kemudian Drs. Ma’lum M.Pd.I selaku Pembina pendalaman ilmu tajwid

juga mengatakan bahwa: Untuk mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan

karakter pada peserta didik adalah dengan memberikan hadiah-hadiah kepada

peserta didik. Hadiah yang diberikan itu bermacam-macam bisa diberikan tepuk

tangan, bisa juga dengan pujian, bisa juga dengan hadiah langsung seperti buku

tulis, pulpen atau buku pelajaran.

Saya pernah memberikan buku pelajaran yaitu metode qirooah cara cepat

membaca al-quran yang dipekerjaan rumahakarsai oleh Andi Suryadi S. Pd. I M.Q.

kepada peserta didik yang selalu mengulang-ulang materinya di rumah dan aktif

ketika di dalam kelas terutama sudah dahulu paham sebelum Pembinanya

menjelaskan materi yang diajarkan hari itu. Ini salah satu cara yang dapat

membantu peseta didik semuanya lebih tekun lagi baik untuk datang mengikuti

les pendalaman ilmu tajwid maupun tekun didalam mengulang- ngulang materi

yang diajarkan aatu bisa dibaca juga materi yang belum diajarkan. Untuk

pertemuan selanjutnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas jelas bahwa Pembina

ekstrakurikuler memberikan hadiah didalam mengimplementasikan nilai-nilai

pendidikan karakter. Adapun hadiah yang diberikan berupa hadiah tepuk tangan,

pujian serta hadiah berupa buku qiroah mengenai cara cepat membaca al-quran.

Memang hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa umur peserta didik yang seperti ini

akan sangat tergugah motivasinya dalam proses pembelajaran ketika pendidik atau

Pembina selalu memberikan hadiah kepadanya. Peserta didik memang sangat

membutuhkan hadiah itu karena mereka punya persepsi bahwa dirinya telah
100

mampu berbuat sesuatu yang baik dan itu juga merupakan salah satu indikasi

bahwa pendididk atau Pembina memperhatikan usahanya. Tidak bisa dipungkiri

bahwa pemberian hadiah oleh Pembina kepada peserta didik dapat meningkatkan

semangat belajar peserta didik. Peserta didik yang mulanya terlihat kurang serius

dalam belajar menjadi lebih semangat dalam belajar atau mengulang-ulang materi

yang telah disampaikan dan diajarkan oleh Pembina.

Peneliti melihat banyak perubahan yang dialami oleh peserta didik ketika

memberikan hadiah dalam proses pembelajaran. Pemberian hadiah sangat

dibutuhkan dan diperlukan dalam hubungannya dengan minat dan bakat peserta

didik dan bahkan kedisiplinannya. Sebenarnya pemberian hadiah ini memiliki

nilai pendidikan, hadiah juga dapat mengulang-ulang perilaku yang diterima oleh

masyarakt atau lingkungan. Melalui hadiah peserta didik justru akan lebih

termotivasi untuk mengulang yang memang diharapkan oleh masyarakat.

Berdasarkan analisis di lapangan peserta didik amat senang apabila usahanya

dihargai dan mendapat pengakuan dari guru atau Pembina walaupun amat

sederhana. Oleh karena itu, Pembina harusnya tidak boleh pelit didalam

memberikan hadiah baik itu penghargaan berupa materi maupun immateri karena

penghargaan itu sendiri dapat dimaknai sebagai alat pendidikan dalam rangka

pengkondisian peserta didik menjadi senang dalam belajar. Ketika kesenangan,

semangat dan antusias peserta didik tinggi maka apa yang menjadi tujuan dari

Pembina akan tercapai secara maksimal.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bertitik tolak pada pembahasan tesis ini, peneliti dapat menarik beberapa

kesimpulan mengenai implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SMP

Negeri 8 Makassar sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran

adalah nilai religius, disiplin, tekun, rasa ingin tahu, peduli, dan tanggung

jawab.

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler

adalah melalui kegiatan drumband, seni tari, olahraga dan pengayaan

dengan memberikan motivasi, pemahaman, teladan, nasihat, sanksi, dan

hadiah.

3. Hasil implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SMP Negeri 8

Makassar adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang tinggi

dan akhlaq yang mulia.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk kepentingan ilmiah

menyangkut implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SMP

Negeri 8 Makassar.

2. Sebagai masukan kepada sekolah SMP Negeri 8 Makassar agar tetap

meningkatkan lagi implementasi nilai-nilai pendidikan karakter baik dalam

proses pembelajaran atau kegiatan intrakurikuler mauapun kegiatan

101
102

ekstrakurikuler agar dapat menciptakan generasi yang berkarakter,

generasi yang berintegritas yaitu komitmen dan loyalitas, respect, dapat

dipercaya, konsisten, jujur dan berkualitas serta unggul


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A. Kadir, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Makassar, CV


Indobis Media Center, 2003.
Al- Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai- nilai al- Qur’an dalam Sistem
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pekerjaan rumahess, 2005.
Alang, M. Sattu. Kesehatan Mental dan Terapi Islam, Makassar: CV Berkah
Utami Makassar, 2005.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al- Bukhari Juz I. Indonesia:
Maktabah Dahlan, t.th.
Al-Qarashi, Baqir Sharif. Seni Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.
Arikunto, Suharsimi. Pekerjaan rumahosedur Penelitian Suatu pendekatan
Pekerjaan rumahaktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Asmani,Jamal Ma’ruf. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah, Jogjakarta: Diva Stress, 2012
Assegaf, Abd. Rahman. Pendidikan Islam Integratif, Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
Jogjakarta: Laksana, 2011.
Azizy,A. Qodri, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, Semarang:
CV Aneka Ilmu, 2003
Azra, Azzumardi. Pendiidkan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010.
Bani, Suddin. Pendidikan Karakter menurut Al- Gazali, Makassar: Alauddin
Pekerjaan rumahes, 2011.
Daradjat, Zakiah, dkk.Metodologi Pengajaran Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta.Pokok-pokok Filsafat Hukum; Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1996.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT Sygma
Examedia Arkanlema, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001.

103
104

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Peseta didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta ,2010.
Elmubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak
Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai, Bandung:
Alfabeta, 2008.
Fahmi, Mustafa. Penyesuain Diri, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Getteng, Abd Rahman, Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Era
Teknologi dan Globalisasi dalam Lentera Edisi Perdana, Ujung Pandang,
Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, Bandung:
Alfabeta, 2012.
Imam al-Hafid Abi Daud Sulaiman Ibn al- Asy’as al- Azadi, Sunan Abi Daud, Juz
I, Beirut-Libanon: Dar Ibn Hizam, 1998 M/1419 H.
Kementrian Pendidikan Nasioanal Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
Jakarta: 2011.
Kementrian Pendidikan Nasional dalam Desain Induk Pendidikan Karakter,
Jakarta: 2010.
Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pusat Pengembangan
Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
Pedoman Sekolah, 2009.
Koesoema A, Doni. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh,
Yogjakarta:Kanisius, 2012.
Lickona, Thomas Educating for Character, ter. Lita S, Pendidikan Karakter:
Panduan Lengkap Mendidik Peseta didik Menjadi Pintar dan Baik,
Bandung:Nusamedia, 2013.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Pekerjaan rumahespektif
Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Mashudi, Farid.Psikologi Konseling: Buku Panduan Lengkap dan Praktis
Menerapkan Psikologi Konseling, Jogjakarta: Ircisod,2012.
Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat Untuk Membangun
Bangsa, Jakarta: Star Energi, 2004.
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Pekerjaan rumahenada
Media, 2006.
105

Munirah. Lingkungan dalam Pekerjaan rumahespektif Pendidikan Islam: Peran


Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Perkembangan Anak,
Makassar: Alauddin Pekerjaan rumahess, 2011.
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010.
Q Anees, Bambang & Adang Hambali. Pendidikan Karakter Berbasis Al- Qur’an,
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.
Rajab, Khairunnas. Psikologi Agama, Jogjakarta: Aswaja Pekerjaan
rumahessindo, 2012.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Republik Indonesia Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta:
Kemko Kesejahteraan Rakyat, 2010.
Republik Indonesia Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Laksana, 2012.
Republik Indonesia, Undang- undang RI Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka panjang 2005-2025, Jakarta: Sekretariat Negara,
2007.
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. Etika Pekerjaan rumahofesi Keguruan,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2012.
Saridjo, Marwan. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan Kebijakan
Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Yayasan Ngali
Aksara, 2011.
Satori, Djam’an , dkk. Metodologi Penelitian Kuantitatif , Bandung: Alfabeta,
2009.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2008.
Sutrisno dan Muhyidin Albarobis. Pendidikan Islam Berbasis Pekerjaan
rumahoblem Sosial, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Syarbini, Amirullah. Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap
Mendidik Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah, Jakarta: As@-
Pekerjaan rumahima, 2012.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005.
106

Tobrani, Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis, dan Spiritualitas


Malang: UMM Pekerjaan rumahess, 2008.
Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2011.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012.
L
A
M
P
I
R
A
N
INSTRUMEN PENELITIAN

STUDI DOKUMENTASI

1. Pekerjaan rumahofil SMP Negeri 8 Makassar

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 8 Makassar

3. Keadaan Guru dan Pegawai SMP Negeri 8 Makassar

4. Keadaan peserta didik SMP Negeri 8 Makassar

5. Keadaan sarana dan pekerjaan rumahasarana SMP Negeri 8 Makassar

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana implementasi nilai pendidikan karakter religius dalam kegiatan

proses pembelajaran?

2. Bagaimana implementasi nilai pendidikan karakter disiplin dalam kegiatan

proses pembelajaran?

3. Bagaimana implementasi nilai pendidikan karakter tekun dalam kegiatan

proses pembelajaran?

4. Bagaimana implementasi nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu dalam

kegiatan proses pembelajaran?

5. Bagaimana implementasi nilai pendidikan karakter peduli dalam kegiatan

proses pembelajaran?

6. Bagaimana implementasi nilai pendidikan karakter tanggung jawab dalam

kegiatan proses pembelajaran?

7. Sangsi apa yang diberikan bagi peserta didik yang melanggar?

8. Upaya guru untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik?


9. Upaya guru untuk meningkatkan kepedulian peserta didik?

10. Hal apa yang mendukung implementasi nilai pendidikan karakter ?

11. Apa yang bapak ketahui tentang kegiatan ekstrakurikuler?

12. Bagaimana menurut bapak/ibu implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

pada kegiatan ekstrakurikuler?

13. Bagaimana hasil implementasi nilai-nilai pendidikan karakter?

PEDOMAN OBSERVASI

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Sering Muncul dalam Kegiatan


No
Pembelajaran

1 Religius

2 Disiplin

3 Tekun

4 Rasa Ingin Tahu

5 Peduli

6 Tanggung Jawab
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Penulis
a. Nama Lengkap : A. Zulfikar Imran
b. Tempat, Tgl. Lahir : Makassar, 11 April 1988
c. Alamat : Jl. Manggala Raya No. 189
d. Nama orang tua : Ayah : H. Imran Ibrahim, S.Pd.
Ibu : Hj. Andi Rosnani, S.Pd., M.Pd.
e. Saudara : Anak ke-2 dari 3 bersaudara
1. Andi Miftahul Khair, S.Kep., Ners., M.Kep.
2. Andi Raodah Imran, S.Ked.

2. Pendidikan
a. SD Inpres Antang 3
b. MTs DDI Al-Amin Manggala
c. SMK Keperawatan Harapan Bhakti Makassar
d. Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai