Anda di halaman 1dari 19

“LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL AKUT”

DI SUSUN OLEH
INDAH SETIANI
NPM 2020207209184

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
“LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL AKUT”

I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal (Brunner &
Suddarth, dalam Nuari & Widiyati, 2017).
Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinis yang di tandai dengan
fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasannya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerolus yang menurun
dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5% mg/dl/hari
dan at kadar nitrogen urea darah sebanyak 10% mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF
(Acute Renal Failure) biasanya disertai oleh oliguria (keluaran urine).

B. ETIOLOGI
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
1. Kondisi Pra Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan
terjadinya hipoperfusi renal adalah :
a) Hipofolemik (perdarahan post partum, luka bakar, kehilangan cairan dari gastro
intestinal, pankreatitis, pemakaian diuritik berlebihan).
b) Fasodilatasi (sepsis atau anfilaksis).
c) Penurunan curah jantung (distritmia, infak miokardium, gagal jantung
konghesif, shok kardiogenik, emboli paru).
d) Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombopsis).
2. Kondisi Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus
ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
a) Trauma langsung pada ginjal dan cedra akibat terbakar
b) Iskemia (pemakaian nsaid, kondisi syok pasca bedah).
c) Reaksi transpusi (dic akibat transfusi tidak cocok).
d) Penyakit glumerofaskular ginjal: glumerulunefritis, hipertensi maligna.
e) Nefritis interstitial akut: infeksi berat, induksi obat-obat nefrotoksin.

3. Kondisi pasca Renal (obstruksi aliran urin)


Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-
kondisi sebagai berikut :
a) obstruksi muara pesika urinaria: hipertropi prostat, karsinoma.
b) obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumabatan dari tumor.

C. KLASIFIKASI
Gagal ginjal akut (GGA) atau acute renal failure (ARF) diklasifikasikan menjadi 3
kategori umum yaitu :
1. GGA atau ARF pre renal
GGA atau ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan
perfusi ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi volume dan
dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Gagal ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat
dapat reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal akut Prerenal
merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik/morfologik pada
nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan
terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA)
2. GGA atau ARF renal
GGA atau ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya
aliran darah ginjal keseluruh bagian atau sebagian ginjal hal ini dikarenakan
keadaan pra renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab lain karena stenosis arteri
renalis sehingga mengurangi aliran darah keseluruh ginjal, iskemik lokal dapat
terjadi bila terjadi penyakit vaskuler oklusif, glomerulonefritis akut, nefrosklerosis
maligna, penyakit kolagen, angitis hipersensitif.
3. GGA atau ARF post renal
GGA atau ARF post renal adalah suatu keadaan dimana sebagai akibat dari
obstruksi pada sepanjang saluran perkemihan dari tubulus sampai meatus uretral.
GGA posrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun
alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi,
meskipun dapat juga karena ekstravasasi

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :
- Vital sign rendah

- Turgor kulit menurun

- Tekanan vena sentral

- Hipotensi ortostatik

2. Pada ARF intra renal :

a) Fase oliguria berlangsung 7- 21 hari atau kurang dari 4 minggu. Apabila

lebih dari 4 minggu perlu dilakukan biopsi ginjal.

- Kesadaran : disorientasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai

koma.

- Gastro intestinal : anoreksia, mual, muntah, mulut terasa kering,

stomatitis, perdarahan gastrointestinal.

- Pernafasan : kusmaul, dyspnea, cheyne stokes bau nafas kha ureum/

pneumonia uremik.

- Kulit/ mukosa : perdarahan, anemia, dermatitis uremik dijumpai

adanya udem karena overhidrasi.


- Kenaikan sisa metabolisme protein : uruem kreatinin, NPN, asam urat.

- Gangguan keseimbangan asam basa asidosis metabolic

- Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatriumia atau

hiponatrium, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.

b) Fase poliuria

Fase ini terjadi diuresis dimana volume urin lebih dari 1 liter/ 24 jam dan

kadang dapat mencapai 4- 5 liter/ 24 jam. Poliuria terjadi karena efek

diuretik ureum, disamping adanya gangguan faal tubuli dalam

mereabsorbsi garam dan air.

Pada fase ini kadar ureum dan kreatini masih meningkat pada 3- 5 hari

pertama. Setelah itu akan menurun dan diiringi perbaikan klinisnya,

karena permulaan fase poliuria, LFG masih terlalu rendah.

Pada fase ini banyak kehilangan cairan dan elektrolit sehingga perlu

diperhatikan kemungkinan terjadinya dehidrasi serta gangguan

keseimbangan elektrolit.

c) Fase penyembuhan

Penyembuhan secara sempurna faal ginjal akan berlangsung sampai 6- 21

bulan. Faal ginjal yang paling akhir adalah normal pada faal konsentrasi.

d) Pada post renal

Pada post renal sering diketahui tanda- tanda seperti :

- Poliuria disertai anuria

- Syndrom diabetes insipidus (pittesin- resisten diabetes insipidus )

- Kolik, batu
- Hidronefrosis bilateral

E. PATHTWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Urin
 Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
 Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
 Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
 Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
 Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau
hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
 Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24
jam setelah ginjal rusak.
 Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
Mioglobin, porfirin.
 Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh :
glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk
memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
 PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan
gagal ginjal kronik.
 Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal,
dan ratio urine/serum sering 1:1.
 Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN
dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
 Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila
ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
 Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
 SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau
peningkatan GF.
 Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat
rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada
NTA biasanya ada proteinuria minimal.
 Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna
tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular
ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis
glomular.
b) Darah :
 Hb. : menurun pada adanya anemia.
 Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan/penurunan hidup.
 PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir
metabolisme.
 BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
 Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan
urine.
 Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
 Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
 Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
 Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
 Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan
sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
c) Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada kecurigaan adanya sumbatan pada
saluran kemih. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam/basa Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena)
dilakukan jika diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah.
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika
pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal akut,
maka dilakukan biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis

G. KOMPLIKASI
Gagal ginjal akut yang tidak segera diobati lama kelaman berpotensi menimbulkan
komplikasi. Komplikasi potensial gagal ginjal akut, di antaranya:
1. Penumpukan cairan. Gagal ginjal akut menyebabkan penumpukan cairan di paru-
paru yang dapat menyebabkan sesak napas
2. Sakit dada. Jika lapisan yang menutupi jantung (perikardium) meradang, pengidap
gagal ginjal akut bisa mengalami nyeri dada.
3. Kelemahan otot. Ketika cairan dan elektrolit tubuh tidak seimbang akibat fungsi
ginjal menurun, kelemahan otot dapat terjadi
4. Kerusakan ginjal permanen. Kadang-kadang, gagal ginjal akut bisa menyebabkan
kehilangan fungsi ginjal permanen, atau penyakit ginjal tahap akhir. Orang dengan
penyakit ginjal tahap akhir membutuhkan dialisis permanen, yaitu penyaringan
mekanis yang digunakan untuk menghilangkan racun dan limbah dari tubuh atau
transplantasi ginjal untuk bertahan hidup
5. Kematian. Gagal ginjal akut dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal dan pada
akhirnya bisa menyebabkan kematian

H. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPRAWATAN


Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakit primer yang menyebabkan gagal
ginjal akut tersebut, dan berdasarkan keadaan klinis yang muncul.
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien. Masukan dan haluaran oral dan
parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase luka, dan perspirasi dihitung
dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
2. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
a) Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan
darurat sementara untuk menangani heperkalemia)
b) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan
bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
c) Pembatasan diit kalium
d) Dialisis
3. Menurunkan laju metabolism
a) Tirah baring
b) Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
4. Pertimbangan nutrisional
a) Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
b) Tinggi karbohidrat
c) Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi,
maksimal 2 gram/hari
d) Bila perlu nutrisi parenteral
5. Merawat kulit
a) Masase area tonjolan tulang
b) Alih baring dengan sering
c) Mandi dengan air dingin
6. Koreksi asidosis
a) Memantau gas darah arteri
b) Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
c) Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk
mengurangi keasaman
7. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu
penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan
dialisis :
Volume overload
a) Kalium > 6 mEq/L
b) Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
c) BUN > 120 mg/dl
d) Perubahan mental signifikan

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a) Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),
- Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal ginjal,
namun usia pun penting kita ketahui. karena semakin lansia umur
seseorang, semakin beresiko.
- Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan
oleh hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan, infeksi saluran kemih
yanng berulang yang dapat menyebabkan GGA, serta padaa wanita
yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.,
- Alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga
mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak daerah yang
kekurang air.
- Status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status
perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK, yang
mampu menjadi akibat gagal ginjal.
- Agama/keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih banyak
masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan.
- Pekerjaan/sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk
mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa banyak,
karena berpengaruh juga terhadap pola hidup.
- Diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa
mediknya: Gaagal Ginjal Akut
- No. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat tidak
salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk
menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin parah.
b) Identitas Penanggung Jawab :
- Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan perawat
membeikan infomasi terhadap klien.
- Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi dengan
keluarga klien.
- Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat
berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga klien.
- Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana
sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk
membiayai klien itu sendiri.
- Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk mengetahui
hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah saudara, orang tua,
suami/istri, anak/cucu.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang dirasakan yang
didapatkan secara langsung dari pasien/ keluarga. yang dimana keluhan yang paling
dirasakan oleh klien itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi.
3. Riwayat Kesehatan :
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada malam hari,
kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya GGA serta
kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan
berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi
bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM,
gagal jantung/hati.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius atau yang
lainnya.
4. Pola kebutuhan
a) Aktivitas dan istirahat
Gejala  : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda  : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
b) Sirkulasi
Tanda  : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi
orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan umum, pucat,
kecenderungan perdarahan
c) Eliminasi
Gejala  : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi, poliuria (kegagalan dini) atau
penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu berkemih, dorongan
kurang, kemih tidak lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung,
diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropi prostat, batu/kalkuli
Tanda  : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah, coklat, berawan,
Oliguria (bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari)
d) Makanan/cairan
Gejala  : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi), mual,
muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat penggunaan diuretik
Tanda  : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema
e) Neurosensorik
Gejala  : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom ‘kaki gelisah”
Tanda  : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilanggan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia,
ketidakseimbanggan elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang
f) Nyeri/Kenyamanan
Gejala  : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda  : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
g) Pernafasan
Gejala  : Nafas pendek
Tanda  : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
(kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda (edema
paru)
h) Keamanan
Gejala  : ada reakti tranfusi
Tanda  : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit, pruritus, kulit kering.

B. DIAGNOSA
1. Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal ginjal akut
2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan Ph pada cairan serebrospinal
3. Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper
kalemia.
4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan,
ketidakseimbangan elektrolit, efek uremik pada otot jantung
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus,
nausea.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.

C. INTERVENSI
1. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi
kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap,
turgor kulit normal, TTV dalam batas normal, urine >600 ml/hari

Intervensi Rasional
a. Monitor status cairan a. Jumlah dan tipe cairan pengganti
(turgor kulit membran ditentukan dari keadaan status cairan.
mukosa dan urine output) b. Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik
b. Auskultasi TD dan timbang perubahan berat badan sebagai parameter
berat badan dari terjadinya defisit cairan.
c. Kaji warna kulit, suhu, c. Mengetahui adannya pengaruh
sianosis, nadi perifer, dan pertahanan perifer
diaforesis secara teratur d. Program dialisis akan mengganti fungsi
d. Program untuk dialisis. ginjalyang terganggu dalam menjaga
e. Pertahan pemberian cairan keseimbanngan cairan tubuh.
intravena e. Jalur yang paten penting untuk
pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat untuk melakukan
kontrol intake dan output cairan
2. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif B.D Penurunan Ph Pada Cairan
Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-20x/menit

Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab a. untuk mengatasi penyebab dasar dari
asidosis metabolik asedosis metabolik
b. monitor ketat TTV b. perubahan TTV akan memberikan dampak
pada resiko asidosis yang bertambah berat
c. istirahatkan klien dan berindikasi pada intervensi untuk
dengan posisi fowler secepatnya melakukan koreksi asedosis
d. ukur intake dan output c. posisi fowler akan meningkatkan ekspansi
e. lingkungan tenang dan paru optimal.
batasi pengunjung d. penurunana curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium dan
f. berikan cairan ringer penurunan urine output.
laktat secara intravena e. lingkungan tenang akan menurunkan
stimulasi nyeri, dan pembatasan kunjungan
akan membantu meningkatkan kondisi O2.
f. untuk memperbaiki keadaan asisosis
metabolik.
3. Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper kalemia
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia
Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual muntah, TTV dalam batas
normal, kadar kalium serum dalam batas normal.

Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab dari a. penanganan disesuaikan dengan faktor
keadaan individu dan faktor- penyebab
faktor hiperkalemi
b. beri diet rendah kalium b. makanan yang mengandung kalium tinggi
yang harus dihindari termasuk kopi, cocoa,
teh, buah yang dikeringkan, kacang yang
dikeringkan, dan rti gandum utuh.
c. memonitor TTV tiap 4 jam c. adanya T,perubahan TTV secara tepat dapat
menjadi pencetus aritmia.
d. memonitor ketat kadar d. upaya untuk mencegah hiperkalemi
kalium darah dan EKG
e. memonitor klien yang terjadi e. untuk mencegah terjadinya beban kalium
hipokalemi berlebihan
f. memonitor klien yang f. untuk tidak memberikan infus larutan IV
mendapat infus cepat yanng yang mengandunng kallium
mengandung kallium dengankecepatan tinggi

4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat


Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria
hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi Rasional

a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. a. Untuk mengetahui terjadinya


Adanya takikardia frekuensi jantung penurunan curah jantung
tidak teratur
b. Untuk mengetahui tingi TD akibat
b.   Kaji adanya hipertensi
beban jantung yang meningkat
Hipertensi dapat terjadi karena
karena peningkatan cairan
gangguan pada sistem aldosteron-renin-
c. Untuk mengetahui sekala nyeri
angiotensin (disebabkan oleh disfungsi
yang dirasakan dan mampu
ginjal)
memprediksi lokasi dan
c. kaji keluhan nyeri dada, perhatikan tempatnya.
lokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10) d. Untuk mengetahui tingkat aktivitas
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap dan mengetahui terjadinya anemia,
aktivitas, kelelahan dapat menyertai
GGK juga anemia

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, vomitus, nausea.
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
kriteriahasil: Menunjukan BB stabil

Intervensi Rasional

a. Observasi status klien dan a. Untuk mampu menyeimbangkan kebutuhan


keefektifan diet. nutrisi dalam tubuh
b. Berikan dorongan hygiene oral b. Untuk mendapatkan Higiene oral yang tepat,
yang baik sebelum dan setelah yanng dapat mencegah bau mulut dan rasa
makan. tidak enak akibat mikroorganisme,
c. Berikan makanan Rendah membantu dan mencegah stomatitis
garam c. Lemak dan protein tidak digunakan sebagai
d. Berikan makanan dalam porsi sumber protein utama, sehingga tidak terjadi
kecil tetapi sering. penumpukan yang bersifat asam, serta diet
e. Kolaborasi pemberian obat rendah garam memungkinkan retensi air
anti emetic. kedalam intra vaskuler.
d. Untuk Meminimalkan anoreksia, mual
sehubungan dengan status uremik.
Antiemetik dapat menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkan pemasukan
oral.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.


Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat
ditoleransi
Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan aktivitas denngan baik
Intervensi Rasional

a. Kaji kebutuhan pasien a. Memberi panduan dalam penentuan


dalam beraktifitas dan pemberian bantuan dalam pemenuhan ADL.
penuhi kebutuhan ADL b. Untuk menentukan derajat dan efek
b. Kaji tingkat kelelahan. ketidakmampun
c. Karena mempunyai efek akumulasi
c. Identifikasi factor (sepanjang factor psykologis) yang dapat
stess/psikologis yang diturunkan bila ada masalah dan takut untuk
dapat memperberat. diketahui.
d. Ciptakan lingkungan d. Untuk menghemat energi untuk aktifitas
tengan dan periode perawatan diri yang diperlukan
istirahat tanpa e. Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang
gangguan. dibutuhkan memberika rasa aman bagi
e. Bantu aktifitas klien.
perawatan diri yang f. Untuk mengetahui Ketidak seimbangan Ca,
diperlukan. Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi
neuromuscular yang memerlukan
f. Kolaborasi pemeriksaan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb
laboratorium darah. yang menurun adalah menunjukan salah
satu indikasi terjadinya gangguan
eritopoetin

DAFTAR PUSTAKA

Nuari, Nian Arifin, 2017. Gangguan Pada System Perkemihan Dan Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakata : CV BUDI UTAMA.

Syah, Omand, 2019. Asuhan Keperawatan pada pasien gagal ginjal. Academia

Anda mungkin juga menyukai