Anda di halaman 1dari 31

ILEUS

OLEH KELOMPOK 4

WIDYATMA ARYA SAWITRA

NINING MARNIAWATI

EVI MAHYUDDIN

STIKKES ST. FATIMAH MAMUJU


S1 KEPERAWATAN
2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini di zaman modern dengan adanya peningkatan derajat ekonomi yang
juga terjadi pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap gaya hidup sehari-hari,
misalnya pola aktifitas dan pekerjaan, namun tanpa disadari bahaya yang
mengancam kesehatan juga tidak dapat di hindari (Sjamsuhidayat, 2005).
Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan
keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagai keluhan utama. (Iin Inayah, 2004)
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia di diagnosis ileus. Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di
Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
di rawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan (Departemen Kesehatan RI, 2010).
Laparatomi pada ileus merupakan jenis pembedahan darurat abdomen yang paling
sering dilakukan di Negara-negara barat. Ileus dapat terjadi pada setiap usia,
perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk
menderita penyakit ini. Namun penyakit ini sering dijumpai pada dewa samu dan
antara umur 20-30 tahun (Smeltzer, 2002).
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akut abdomen yang bukan appendicitis akut. Penyabab yang paling
sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/streng.
Ileus paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contoh nya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes melitus atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson. (Mansjoer, 2011)
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usiadi diagnose ileus
(Davidson, 2006). I Amerika di perkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus
setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus aralitik
dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada
tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia. Ada 4 hal yang
tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi ileus, ialah :
1. Makin meningkatnyaketerdapatanobstruksi ileus.
2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi untuk
mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalamrong ga abdomen
tetapmerupakanhal yang sulit.
3. Bahayastrangulasi yangamatditakuti seringtidakdisertai gambaran klinik.
4. khas yang dapatmendukungnya. Untuk dapat melaksanakan penanggulangan
penderita obstruksi ileus de ngan Cara yang sebaik  baiknya, diperlukan
konsultasi antara disiplin yang beke
rjadalamsatutimdengantujuanuntukmencapai 4 keuntungan :
a) Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan
umum penderita optimal.
b) Dapatmencegahstrangulasi yang terlambat.
c) Mencegah laparotomi negatif.
d) Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab
obstruksinya
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuanumum Untuk memenuhi salah satu syarat dalam tugas seminar mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan perolehnya pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Ileus Paralitik.
2. TujuanKhusus Diharapkan mahasiswa/i mampu :
a) Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Ileus Paralitik
b) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Ileus
Paralitik
c) Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Ileus
Paralitik
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien denganIleus
Paralitik
e) Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Ileus Paralitik
f) Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan praktik.
g) Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
mencari solusi dan alternatif pemecahan masalah pada klien dengan Ileus
Paralitik
h) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Ileus
Paralitik

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medik
1. Defenisi
Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus bisa akut dengan kronik , partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya
lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi
total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila pasien ingin tetap hidup. Ada 2 tipe obstruksi
yaitu :
a. Mekanis ( ileus obstruktif ) Suatu penyebab fisik menyumbat usus halus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini bisa akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intusepsi, tumor polipoid, dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia, dan abses.
b. Neorogenik/partial ( ileus paralitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf
otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak
mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya : amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis
seperti Parkinson.
Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. (Iin Inayah, 2004)
Ileus paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contoh nya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes melitus atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson. (Mansjoer, 2011)
Ileus Paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
karena usus tidak bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak dapat buang air
besar. (Person, 2006)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ileus paralitik adalah
istilah gawat abdomen atau gawat perut yang yang biasanya timbul mendadak
dengan  nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat bergerak
(mengalami motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar.
(Syamsuhidayat, 2005)
2. Etiologi
Walaupun predisiposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen,
tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko terjadinya
ileus, di antaranya (Behm, 2003) sebagai berikut.
a. Sepsis
b. Obat-obatan (misalnya: opioid, antasid,coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine).
c. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia, hipomagnesemia,
hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas).
d. Infark miokard
e. Pneumonia
f. Trauma (misalnya: patah tulang iga, cedera spina).
g. Bilier dan ginjal kolik.
h. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf.
i. Inflamasi intraabdomen dan peritonitis.
j. Hematoma retroperitonel.
3. Tanda Dan Gejala
a. Obstruksi usus halus Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian
tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan
jalannya obstruksi dan bersifat hilang tumpul. Pasien dapat mengeluarkan
darah dan mukus.
b. Obstruksi usus besar Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama
dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
Muntah muncul bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi
disigmoid dan rektum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama
beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus
besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien
menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.
4. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana
paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltic
mula-mula diperkuat, kemudian intermiten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan tegang oleh cairan dan gas
170% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena
itu sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorbs dapat mengakibatkan penimbunan intra sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah
penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi,
hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolic dan kematian bila tidak dikoreksi.
5. Komplikasi
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadiperadangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organintraabdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
b. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia)
c. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau
cairan dalam usus
d. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah
darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume
plasma dan kemungkinan infeksi.
e. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. (Doengoes, 2000)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Data Fokus Dan Pengkajian
a. Anamnesa
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien.
(Nursalam, 2001).
1) Biodata pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis,
no. register.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan pasien merasakan nyeri
pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan
lepas, abdomen tegang dan kaku.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien mencari
pertolongan, dikaji  dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, apakah hilang, timbul
atau terus- menerus.
R  : Di daerah mana gejala dirasakan
S  : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien dengan memakai
skala numeric 1 s/d 10.
T  : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
c) Riwayat kesehatan masa lalu Perlu dikaji apakah pasien pernah
menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan
terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
·        Keadaan umum : keadaan sakit px, tingkat kesadaran, dan tanda-tanda
vital
·        Kepala : adakah benjolan, kerontokan rambut, ada luka atau tidak, dan
kebersihan terjaga / tidak
·        Muka : apa bentuk simetris / tidak ada acne / tidak, kulit muka, ekspresi
wajah.
·        Mata : bentuk simetris / tidak, konjungtiva anemis / tidak, penglihatan
terganggu atau tidak.
·        Telinga : bentuk simetris / tidak, fungsi pendengaran, tidak / ada cairan
dan serumen, menggunakan alat bantu / tidak.
·        Hidung : bentuk hidung, pembauan baik / tidak, kebersihan terjaga /
tidak.
·        Mulut dan faring : bentuk simetris ada / tidak perdarahan pada mulut,
gigi utuh / caries, ada / tidak peradabngan pada faring.
·        Leher : bentuk simetris, bersih terjaga / tidak, ada / tidak perbesaran
pada varien jugalaris / kelenjar hiroid.
·        Thorak’s : bentuk simetris / tidak, ada / tidak nyeri tekan, terasa
hangat / tidak, ada / tidak suara ronchi, reles / wheezing.
·        Abdomen : bentuk simetris / tidak, ada tidak nyeri tekan, tidak / ada
distensi bendung kemih, terdengar bising usus.
·        Inguinal, genihal dan anus : kebersihan terjaga / tidak, ada benjolan
bulat lonjong , tes zaimen ada / tidak dorongan dan nyeri tekan.
·        Integumen : ada / tidak luka, kebersihan terjaga / tidak, turgor normal /
tidak.
·         Estermitas : ada tidak gangguan bagai mana bentuknya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam, dan
atau diforesis.
b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam, dan
atau diforesis.
Tujuan: Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital normal, masukan dan keluaran seimbang.
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala
syok
2) Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik, dan vitamin
3) Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
4) Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat
5) Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi, jumlah: hindari
konstipasi
b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
Tujuan: Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria Hasil: Menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan
relaks Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
2) Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
3) Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping analgesic
4) Berikan periode istirahat terencana
5) Berikan dan anjurkan tindakan alternative penghilang nyeri
6) Kaji dan anjurkan melakukan latihan tentang gerak pasif atau pasif setiap
4 jam
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan
Tujuan: Pola napas menjadi efektif
Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan
pernapasan, pernapasan yang dalam dan perlahan.
Intervensi:
1) Kaji statusn pernapasan, observasi terhadap menelan, “pernapasan
cepat”
2) Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat
3) Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
4) Kaji dan anjurkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan
napas dalam setiap jam
5) Auskultasi dada terhadap bunyi napas setiap 4 jam
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan: Ansietas teratasi
Kriteria Hasil: Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini
Intervensi:
1) Kaji prilaku koping baru dan anjurkan penggunaan penampilan yang
berhasil
2) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stress
3) Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat
4) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
5) dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa
takut: berikan penanganan
4. Implementasi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam, dan
atau diforesis.
1) Memantau tanda-tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala
syok
2) Memantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik, dan vitamin
3) Memantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
4) Mengukur masukan dan haluaran sampai adekuat
5) Mengobservasi feses pertama terhadap warna, konsistensi, jumlah:
hindari konstipasi
b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
1) Mempertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
2) Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri
3) Mengkaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping analgesic
4) Memberikan periode istirahat terencana
5) Memberikan dan anjurkan tindakan alternative penghilang nyeri
6) Mengkaji dan anjurkan melakukan latihan tentang gerak pasif atau pasif
setiap 4 jam
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan
1) Mengkaji statusn pernapasan, observasi terhadap menelan,
“pernapasan cepat”
2) Meninggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat
3) Memantau terapi oksigen atau spirometer insentif
4) Mengkaji dan anjurkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam
dan napas dalam setiap jam
5) Mnegauskultasi dada terhadap bunyi napas setiap 4 jam
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
1) Mengkaji prilaku koping baru dan anjurkan penggunaan penampilan
yang berhasil
2) Mempertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stress
3) Mendorong dukungan keluarga dan orang terdekat
4) Menjelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
5) Mendorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut: berikan penanganan
5. Evaluasi
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan
sudah tercapai atau belum, dapat juga timbul masalah baru.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan
klien dugunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A : analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien
yang telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn.D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Tanggal Masuk : 21 Januari 2016,
status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Betawi
Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln Bendungan Melayu,
Sumber Biaya : BPJS
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga.
2. Riwayat Keluhan
Tn D (37 th), datang ke IGD RSUD Koja pada tanggal 21Januari 2016 jam 12.55
WIB dengan keluhan nyeri perut kiri bawah, belum BAB ± 14 hari, tidak bisa
flatus demam, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh
dokter didapatkan diagnosa Ileus Paralitik. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan data, klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah, klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien tampak meringis kesakitan , skala
nyeri klien 7, kesadaran compos metis, TD: 110/80mmHg, N: 80x/menit, RR:
22x/menit, S: 38,5ºC. Dari data yang diatas didapatkan diagnosa keperawatan
yaitu: peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit, gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan gangguan eliminasi fekal (konstipasi)
berhubungan dengan menurunnya mobilitas intestinal. Untuk masalah tersebut
diatas dilakukan tindakan keperawatan adalah mengkaji tanda-tanda vital klien,
tehnik relaksasi, tehnik distraksi, kolaborasi diberikan infus RL 20 tetesx/menit.
Hasil Lab: tanggal 21 Januari 2016 Hb 12,4 gr/dl, leukosit 23,0 u/l, trombosit
546.000 ribu, hematokrit 36,0 %. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
didapatkan evaluasi yaitu, klien mengatakan belum bisa BAB selama ± 14 hari,
belum bisa flatus dan klien mengatakan masih terasa nyeri diperut bagian kiri
bawah, klien tampak lebih tenang. TTV klien TD: 110/80mmHg, N: 80x/menit, S:
38,5ºC, RR: 22x/menit.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama: Klien mengatakan tidak bisa
BAB selama ±14 hari, nyeri perut kiri bawah seperti ditusuk-tusuk. Faktor
pencetus yaitu makan pedas timbulnya bertahap, lamanya keluhan 3
minggu, upaya klien untuk mengatasi berobat ke Klinik.
b. Riwayat kesehatan masa lalu Klien tidak mempunyai riwayat alergi dan klien
tidak pernah mengalami kecelakaan, klien tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit sebelumnya, dan di dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan dan
klien pernah memakai obat-obatan yaitu promag.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi
faktor risiko
Klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menjadi faktor risiko
2) Riwayat Psikososial dan Spritual
Orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anaknya, pola
komunikasi baik dan terarah, pembuat keputusan dalam keluarga adalah
istri, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Dampak penyakit terhadap keluarga yaitu cemas dan sedih, masalah
yang mempengaruhi klien saat ini adalah kondisi kesehatannya klien
tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Mekanisme koping
terhadap masalah yang digunakan adalah klien diem, persepsi klien
terhadap penyakitnya saat ini klien memikirkan kelanjutan pengobatan,
harapan setelah menjalani pengobatan adalah sembuh, dan perubahan
yang di rasakan setelah sakit adalah klien merasa takut penyakitnya
tidak bisa sembuh . Tidak ada sistem nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan, aktivitas, agama atau kepercayaan
yang di lakukan klien adalah shalat dan berdoa. Kondisi lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan tidak ada.
3) Pola Kebiasaan Sehari-hari di Rumah
a) Pola Nutrisi Frekuensi makan sebelum sakit 3 kali sehari, nafsu
makan klien kurang karena mual, porsi makan yang dihabiskan  1
porsi, semua makanan disukai oleh klien, klien tidak ada alergi, klien
minum obat diet dan tidak menggunakan alat bantu makan. Selama
di rumah sakit frekuensi makan klien 3 kali sehari nafsu makan klien
kurang karena mual, klien hanya minum susu dan makan roti,
semua makanan klien suka, klien tidak ada alergi makanan dan
tidak ada makanan pantangan tidak ada makanan pantangan, klien
mendapatkan diet susu cair, dan klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
b) Pola Eliminasi
 BAK Pola eliminasi BAK sebelum klien masuk Rumah Sakit
frekuensi 5 kali sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan
saat BAK, dan klien tidak menggunakan alat bantu BAK. Pola
eliminasi BAK klien klien setelah masuk Rumah Sakit frekuensi
BAK 5 kali warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan
tidak menggunakan alat bantu BAK (kateter, dll).
 BAB Pola eliminasi BAB klien sebelum klien masuk Rumah Sakit
klien tidak BAB selama ±14 hari, dan selama di Rumah Sakit 1
kali BAB , klien mengeluh nyeri perut kiri bawah.
 Pola Personal Hygiene Kebiasaan klien sebelum masuk Rumah
Sakit mandi 2 kali sehari waktunya pagi dan sore hari
menggunakan sabun mandi, oral hygiene 2 kali sehari pada
waktu pagi setelah makan klien mencuci rambut 2 kali dalam
seminggu menggunakan sampho. Sedangkan selama di Rumah
Sakit Klien mandi satu kali pada waktu pagi hari, oral hygiene 2
kali pada waktu pagi dan waktu yang tidak ditentukan
(sebelum tidur/sore), dan selama di rumah sakit klien belum
pernah mencuci rambut.
 Pola Istirahat dan Tidur Sebelum klien masuk rumah sakit klien
jarang tidur siang, lama tidur malam adalah 6 jam dan
kebiasaan belum tidur adalah berdoa. Selama di Rumah Sakit
klien tidur siang selama kurang lebih 2 jam, tidur malem 5
sampai 6 jam dan kebiasaan sebelum tidur adalah berdoa.
 Pola Aktivitas dan Latihan Kegiatan klien dalam sehari-hari
adalah bekerja, klien tidak berolahraga, klien tidak ada keluhan
saat beraktifitas, tetapi setelah di rumah sakit klien
mengatakan mengalami kesulitan dalam beraktifitas karena
pemasangan infusan pada tangan kirinya.
 Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan Pola kebiasaan
klien, klien merokok sebanyak 1 bungkus dan tidak minum-
minuman keras/Nabza.
4) Pengkajian Fisik
a) Pemeriksaan Fisik Umum Berat badan klien 58 kg, berat badan
sebelum sakit 62 kg,. Tinggi badan 170 cm, tekanan darah
110/70mmHg, nadi: 80x/menit, frekuensi nafas: 22x/menit, suhu:
38,5ºC, keadaan umum klien ringan, dan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
b) Sistem Penglihatan Posisi mata simetris, kelopak mata normal,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea
normal, sklera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan pada otot-
otot mata, fungsi pengihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang,
klien tidak memakai kaca mata maupun lensa mata kontak, reaksi
terhadap cahaya baik.
c) Sistem Pendengaran Daun telinga klien normal, tidak ada serumen
dalam telinganya, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan
dalam telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus,
dan fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan
di telinga, dan klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
d) Sistem Wicara Klien tidak mengalami gangguan bicara.
e) Sistem Pernafasan Jalan nafas klien bersih, klien tidak sesak nafas,
klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas
22x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal, klien batuk tidak
produktif, pernafsan spontan, tidak ada sputum, saat dilakukan
palpasi dada simitris, pergerakan normal dan tidak ada benjolan,
saat diperkusi tidak ada ronchi, suara nafas vasikuler, klien
mengtakan tidak merasakan nyeri saat bernafas, dan tidak
menggunakan otot bantu nafas.
f) Sistem Kardiovaskuler Sirkulasi perifer nadi 80x/menit, irama
teratur, denyut nadi kuat, tekanan darah 110/70mmHg, tidak ada
distensi vena jugularis pada sisi kanan dan kiri, temperatur kulit
hangat, warna kulit pucat, pengisian kapiler 3 dtk, tidak ada edema.
Pada sirkulasi jantung kecepatan denyut apical 85x/menit, irama
teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.
g) Sistem Hematologi Klien terdapat gangguan hematologi, klien
tampak pucat, tetapi tidak ada perdarahan
h) Sistem Saraf Pusat Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala,
tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E: 4, M: 6, V: 5, tidak
ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, klien merasakan
kesemutan pada kali, pada pemeriksaan refleks fisiologis normal,
dan refleks patologis tidak ada.
i) Sistem Pencernaan Keadaan mulut: gigi tidak ada caries, klien tidak
menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah kotor, silifa
normal, klien tidak muntah, klien mengatakan nyeri pada daerah
perut, skla nyeri klien 7, lokasi nyeri di perut kiri bawah ,
karakteristik nyeri seperti ditusuktusuk, bising usus 3, klien tidak
diare, klien konstipasi ±14 hari, hepar tidak teraba dan abdomen
mengalami kembung.
j) Sistem Endokrin Saat di lakukan pemeriksaan fisik tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka
gangren.
k) Sistem Urogenital Balance  cairan: intake 1000 cc (Infus 500cc,
Minum 500cc) output 1036 cc (Urine 700cc, keringat 100cc, BAB
200cc IWL 36 cc), intake 1000ml/24 jam- 1036ml/24 jam. Balance
cairan (1000cc - 1036cc = -36cc), pola berkemih tidak ada distensi,
warna kuning jernih.
l) Sistem Integumen Turgor kulit tidak elastis, temperatur hangat,
warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit,
kondisi kulit pemasangan infus baik tidak ada tanda-tanda infeksi,
keadaan rambut tekstur baik, rambut bersih
m) Sistem Muskuloskeletal Klien mengalami kesulitan dalam
pergerakan karena pemasangan infus disebelah di tangan sebelah
kiri, tidak ada nyeri sendi maupun nyeri kulit, klien tidak mengalami
fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelaianan
struktur tulang belakang, keadaan tonus otot hipotoni, kekuatan
otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, kaki kiri 5.
n) Data Penunjang Pada tanggal 21 Januari 2016 di dapatkan hasil
laboratorium hematologi hemoglobin: 12,4gr/dl (p:13-16, w: 12-14),
leukosit 23.0u/l (5000-10.000), trombosit 546.000/mm (150.000 -
400.000/mm), hematokrit 36% (p: 45-55%, w: 40 - 50). Kimia klinik
elektrolit natrium 130 mEq/L (135 - 147), kalium 3,81 mEq/L (3,5 -
5,0), klorida 94 (96 108) mEq/L. Hematologi ureum 27,0 mg/dL (16,6
– 48,5), kreatinin 0,63 mg/dL (0,67 – 1,17), glukosa sewaktu 120
mg/dL.
o) Penatalaksanaan Therapy infus:             RL 20 tetes x/menit
p) Therapy injeksi:           Ranitidin 1x25 gram                        
Cetorolak L/P                        
OMZ 2x1 amp                        
Ondansentron 1x1 amp                        
Clybotik 3x250 gram                        
Mesopanem 3x1 amp                        

DATA FOKUS

NO DATA SUBJEKTIF NO DATA OBJEKTIF


PRE OP: PRE OP:
1 Klien mengatakan nyeri pada perut 1 wajah klien menahan sakit,
sebelah kiri bawah 2 skala nyeri 7,
2 klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- 3 nyeri tekan pada area kiri bawah,
tusuk 4 klien gelisah,
3 klien mengatakan tidak bisa BAB selama 5 klien lemas,
± 14 hari 6 klien pucat,
4 klien mengatakan tidak bisa flatus 7 klien meringis kesakitan,
5 klien mengatakan badannya demam 8 klien memegangi perutnya,
6 klien mengatakan kepalanya pusing 9 suhu tubuh klien teraba demam
7 klien mengatakan lemas (38,5),
8 mengatakan sulit untuk BAB, klien 10 turgor kulit klien  tidak elastis,
9 mengatakan demam sudah 2 hari, 11 mukosa bibir klien kering,
10 klien mengatkan setelah diberikan obat 12 skala nyeri klien 7,
yal BAB 1x dan feses klien cair 13 klien susah untuk BAB,
(berwarna hitam), 14 feses klien berwarna hitam  dan
11 klien mengatkan perutnya keras cair,
(kembung). 15 perut klien teraba kembung..
16 Tekanan darah 110/70mmHg,
17 nadi 80x/menit
18 suhu 38,5ºC,
19 pernafasan 22x/menit.
20 Hasil LAB tanggal 21 Januari 2016
Hb 12,4 gr/dl, leukosit 23,0 u/l,
trombosit 546.000 ribu,
hematokrit 36,0 vol%.

ANALISIS DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


PRE OP:
1 Ds: Peningkatan suhu Proses penyakit
1. klien mengatakan badannya tubuh
demam sudah 2 hari
2. klien mengatakan badannya lemas
3. klien mengatakan kepalanya
pusing
Do:
1. suhu tubuh klien teraba demam
(38,5ºC)
2. klien lemas
3. klien pucat
4. TTV klien
TD: 110/80
mmHg, S: 38,5ºC,
N: 80 x/menit,
RR: 22 x/menit
5. hasil laboratorium
Hb: 12,4 g/dL
Ht: 36.0 vol%
L: 23,0 uL
T: 546/uL

Pre operasi
2 Ds: Nyeri Distensi Abdomen
1. klien mengatakan nyeri dibagian
perut kiri bawah
2. klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Do:
1. klien meringis kesakitan
2. klien lemas
3. klien terlihat memegangi perutnya
4. skala nyeri klien 7
5. TTV klien
TD: 110/80
mmHg, S: 38,5ºC,
N: 80 x/menit,
RR: 22 x/menit
Pre operasi
3 Ds: Gangguan Intake tidak
1. klien mengatakan lemas keseimbangan adekuat
2. klien mengatakan kepalanya cairan dan elektrolit
pusing kurang dari
3. klien mengatakan BAB baru 1x, kebutuhan tubuh
konsistensi cair
Do:
1. klien lemas
2. turgor kulit klien tidak elastis
3. mukosa bibir klien tidak
lembab/kering
4. TTV klien
TD: 110/80
mmHg, S: 38,5ºC,
N: 80 x/menit,
RR: 22 x/menit
5. Hasil Laboralatorium
Natrium: 130 mEq/dl
Kalium: 3,81 mEq/dl ( N )
klorida 94 mEq/dl (    )
6. intake:
Infus     500
Minum 500     +            1000
Output:
Urine      700
Keringat 100 BAB       200   +
1000 IWL 15 x 58 = 36             24
IWL + output 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan: Intake – output
1000 – 1036 = -36 c
Pre operasi
4 Ds: Gangguan eliminasi Menurunnya
1. klien mengatakan belum BAB ± 14 fekal (konstipasi) mobilitas intestinal
hari
2. klien mengatakan sukit untuk BAB
3. Klien mengatakan setelah
diberikan obat yal BAB 1x dan
feses klien cair (berwarna hitam)
4. klien mengatakan perutnya keras
(kembung)
Do:
1. klien sulit untuk BA
2. feses klien berwarna hitam dan
cair
3. perut klien teraba keras
4. bising usus klien 3

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri  berhubungan dengan distensi abdomen


2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya mobilitas intestinal

PERENCANAAN, PELAKSANAAN, EVALUASI

1. Nyeri  berhubungan dengan distensi abdomen


Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri dibagian perut kiri bawah
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan perutnya kembung
Data Objektif:
Klien meringis kesakitan
Klien lemas
Klien memegangi perutnya
Skala nyeri klien 7 TTV klien
Tekanan darah 110/80 mmHg Suhu 38,5ºC Nadi 80 x/menit Pernafasan 22 x/menit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan
masalah nyeri berhubungan dengan distensi abdonmen dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1)   Klien tidak merasa nyeri lagi
2)   Klien terlihat lebih rileks
3)   Klien dapat melakukan teknik relaksasi
4)   Skala nyeri klien (0-3)
Rencana Tindakan Mandiri
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: agar klien menjadi lebih rileks
2) Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional: mengalihkan rasa nyeri klien dan mengurangi ketegangan
3) Kaji TTV klien (Tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
4) Kaji karakteristik nyeri misalnya: tajam konstan, ditusuk-tusuk atau seperti di
cubit
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan
Kolaborasi
5) Berikan terapi obat ranitidine
Rasional: untuk menghilangkan rasa nyeri klien.
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a. 10.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD: 96/80 mmHg, S: 37ºc, N: 88x/menit, RR: 23x/menit
b. 10.15 WIB Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman
Respon: Klien sudah diberikan posisi semi fowler
c. 10.30 WIB Mengajarkan klien tehnik napas dalam
Respon: Klien sudah diajrkan tehnik napas dalam
d. 10.45 WIB Mengkaji karakteristik nyeri klien
Respon: Skala nyeri klien 7 seperti ditusuk-tusuk
e. 11.00 WIB Memberikan terapi obat ranitidine
Respon: Klien sudah diberikan obat ranitidine
Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.15 WIB)
S: Klien mengatakan perutnya nyeri dibagian bawah, klien mengatakan nyerinya
seperti ditusuk-tusuk.
O: Klien terlihat meringis kesakitan, klien terlihat memegangi perutnya dengan skala
nyeri klien 6.
A: Tujuan belum tercapai, masalah nyeri berhubungan dengan distensi belum
teratasi
P:  Lanjutkan intervensi 1-5

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Data Subjektif:
Klien mengatakan lemas
Klien mengatakan kepalanya pusing
Klien mengatakan
bab baru 1 kali, konsistensi cair
Data Objektif:
Klien lemas
Klien pucat
Turgor kulit klien tidak elastis
Mukosa bibir klien tidak lembab/kering
TTV klien
Tekanan darah 110/80 mmHg
Suhu 38,5ºC
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 22 x/menit
Intake Infus 500 Minum 500 = 1000
Output: Urine 700 Keringat 100 BAB 200= 1000
IWL 15 x 58  = 36 24
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan: Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc
Hasil Lab
Natrium: 130 mEq/dl, (    )
Kalium: 3,81 mEq/dl ( N )
Klorida 94 mEq/dl (    )
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output yang berlebihan dapat teratarasi
Kriteria Hasil:
1)      Mukosa bibir klien lembab
2)      Turgor kulit klien kembali elastis
3)      Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Rencana Tindakan Mandiri
1) Observasi tanda-tanda dehidrasi (mukosa bibir dan turgor kulit)
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi
2) Ukur tanda-tanda vital klien (tanda-tanda vital, sushu, nadi, pernapasan)
Rasional : untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat menyebabkan hipotensi,
edema dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
3) Monitor intake dan output cairan
Rasional: mengidentifikasi keseimbangan cairan
4) Anjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500 ml/hari
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien

Kolaborasi
5) Pemberian cairan intravena
Rasional: untuk mempertahankan cairan
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a. 11.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 96/80 mmhg, N: 88x/menit, S: 37ºC RR: 23x/menit
b. 11.10 WIB Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi klien
Respon: Mukosa bibir klien masih kering, turgor kulit klien kurang elastis
c. 11.15 WIB Memonitor intake dan ouput klien
Respon:Intake  Infus 500 + Minum  600 = 1100
Output: Urine 700 + Keringat 100 + BAB 200 = 1000
IWL 15 x 58/24  = 36
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan: Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc

d. 11.30 WIB Menganjurkan klien untuk minum air mineral 1500-2500ml/hari


Respon: Klien mampu minum air 600ml/hari
e. 11.45 WIB Memberikan cairan intravena
Respon: Klien sudah diberikan cairan intravena (asering 500ml/hari,
20tts/menit)
Evaluasi  
Tanggal 26 Januari 2016 (13.30 WIB)
S: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan kepalanya pusing, klien
mengatakan BAB cair.
O: Klien terlihat lemas, klien terlihat pucat, turgor kulit klien tidak elastis, mukosa
bibir klien terlihat kering.
A: Tujuan belum tercapai, masalah gangguan cairan dan elektrolit belum teratasi
P:   Lanjutkan inervensi 1-5
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Data Subjektif:
Klien mengatakan badannya demam sudah 2 hari
Klien mengatakan badannya lemas
Klien mengatakan kepalanya pusing
Data Objektif:
Suhu tubuh klien teraba demam (38,5ºC)
Klien lemas, pucat 
TTV klien: Tekanan Darah: 110/80 mmHg Nadi: 80 x/menit Pernafasan: 22x/menit
Suhu: 38,5ºC
Hasil laboratorium
Hemoglobin 12,4 g/dL (   )
Hematokrit 36.0 vol% (    )
Leukosit 23,0 uL (   )
Trombosit 546/uL.(    )
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 1x24 jam
diharapkan masalah gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakit dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1)   Suhu tubuh klien dalam batas normal suhu dewasa 36,5 - 37ºC
2)   Klien terlihat lebih tenang
3)   Tidak ada perubahan warna pada kulit
4)   Hasil Lab dalam batas norma (Hb: 13,5 – 18,0 g/dl, Ht: 42,0 – 52,0 vol%, T: 163 –
337/ul, L: 4,00 – 10,50/ul)
Rencana Tindakan Mandiri
1) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan kompres hangat   
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh klien
3) Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2500 ml/hari
Rasional: untuk mencegah dehidrasi
4) Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut dan pakaian tebal
Rasional: untuk mengurangi adanya peningkatan suhu tubuh
Implementasi
Selasa, 26 Januari 2016
a. 09.00 WIB Mengkaji tanda-tanda vital
Respon:Tekanan Darah 96/80 mmHg Nadi: 88 x/menit Suhu: 37ºC Pernafasan:
23 x/menit
b. 09.30 WIB Melakukan kompres hangat di dahi
Respon: Klien sudah diberikan kompres hangat di dahi
c. 09.50 WIB Menganjurkan klien untuk banyak minum 1500-2500 ml/hari
Respon: Klien mau minum air sebanyak 800 ml.
d. 10.00 WIB Menganjurkan klien untuk tidak menggunakan selimut dan pakaian
tebal
Respon: Klien terlihat tidak menggunakan pakaian tebal.
Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.00 WIB)
S:   Klien mengatakan demamnya sudah turun, klien mengatakan tidak demam lagi
O:  Badan klien teraba tidak demam, suhu tubuh klien 37ºC.
A:  Tujuan tercapai, masalah peningkatan suhu tubuh teratasi
P:   Pertahankan intervensi 1-4
4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan menurunnya mobilitas intestinal
Data Subjektif:
Klien mengatakan belum BAB ± 14 hari Klien mengatakan sulit untuk BAB
Klien mengatakan setelah diberikan obat Yall BAB 1x dan fesesnya cair (berwarna
hitam)
Klien mengatakan perutnya keras (kembung) Data
Objektif:
Klien terlihat sulit untuk BAB Feses klien berwarna hitam dan konsistensinya cair
Perut klien teraba keras Bising usus klien 3x/menit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. D selama 3x24 jam diharapkan
masalah gangguan eliminasi fekal (konstipasi) berhubungan dengan mobilitas
intestinal dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1)      BAB klien kembali normal (3x.hari)
2)      Perut klien tidak keras/kembung lagi
3)      Feses klien setengah padat, berwarna kuning, berbau khas feses
4)      TTV klien kembali normal
5)      Bising usus klien dalam batas normal (9-12x/menit)
Rencana Tindakan Mandiri
1) Kaji TTV klien (TD,S,N,RR)
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
2) Anjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Rasional: untuk merangsang paristaltik sebelum defekasi
3) Anjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli, kismis, buah apel,
pir, pisang, oat dan gandum)
Rasional: membantu klien mengatasi masalah susah BAB
4) Auskultasi bising usus klien
Rasional: untuk mengetahui bising usus biasanya meningkat pada saat
konstipasi
5) Monitor intake dan output klien
Rasional: membantu mengidentifikasi dehisrasi dan kekurangan nutrisi
Kolaborasi
6) Pemberian therapy obat Yall (Dulcolax) setiap pagi
Rasional: membantu mencahar feses atau mengeluarkan fese
7) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: agar klien menjadi lebih rileks
Implementasi
Selasa, 26 januari 2016
a. 12.00 WIB Mengkaji ttv klien
Respon: TTV Klien TD : 96/80 mmhg, N: 88x/menit, S: 37ºC RR: 23x/menit
b. 12.10 WIB Menganjurkan klien untuk minum air hangat atau jus buah
Respon: Klien mengatakan belum minum jus tetapi sudah minum air hangat
c. 12.25 WIB Menganjurkan klien untuk makan makanan yang berserat (brokoli,
kismis, pir, pisang pepaya)
Respon: Klien mau makan buah pisang
d. 12.30 WIB Mengauskultasi bising usus klien
Respons: Bising usus klien 3x/menit
e. 12.45 WIB Memonitor intake dan output klien
Respon: Intake : Infus 500 + Minum  600  = 1100
Output: Urine  700 + Keringat  100 + BAB  200  = 1000
IWL 15 x 58/24  = 36
IWL + output = 36 + 1000 = 1036
Balance Cairan: Intake – output = 1000 – 1036 = -36 cc
f. 12.50 WIB Memberikan terapi  obat Yall (Dulcolax)
Respon: Klien sudah diberikan obat sesuai instruksi dokter setiap pagi
Evaluasi
Selasa, 26 Januari 2016 (13.45 WIB)
S:     Klien mengatakan tadi pagi diberikan obat dulcolax, klien mengatakan sudah
BAB 1x/hari, klien mengatakan fesesnya cair dan berwarna hitam.
O:  Bising usus klien 5x/menit, klien terlihat minum air hangat sebanyak 1 gelas
A:   Tujuan belum tercapai, masalah gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan
menurunnya mobilitas intestinal
P:   Lanjutkan inervensi 1-6 (Dulcolax)

Anda mungkin juga menyukai