Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk

mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti

jantung dan napas (kematian klinis) ke fungsi yang optimal (Muttaqin, 2009).

RJP terdiri dari pemberian bantuan sirkulasi dan napas, dan merupakan terapi

umum, diterapkan pada hampir semua kasus henti jantung atau napas.

Kompresi dan ventilasi merupakan tindakan yang efektif dalam melakukan

RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatan pun dapat

melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

Bantuan hidup dasar merupakan sekumpulan intervensi yang bertujuan

untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban

henti jantung dan henti nafas. (Hardisman, 2014). Tujuan bantuan hidup dasar

adalah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan

jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung

dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief,

2009). Bantuan Hidup Dasar (BHD) ditujukan untuk memberikan perawatan

darurat bagi para korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat

diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya (Sudiatmoko, 2011).

Data WHO tahun 2017 menyebutkan setiap tahun tercatat 1,35 juta orang

meninggal akibat kecelakaan lalu lintas diseluruh dunia. WHO menambahkan,

hanya dalam kurun waktu tiga tahun jumlah korban tewas di jalan raya

1
bertambah 100.000 orang. Kini, kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh

utama manusia dengan rentang usia lima hingga 29 tahun. Provinsi Sulawesi

Utara menduduki peringkat pertama untuk prevalensi proporsi cedera yang

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dengan angka 3,5 % dan untuk

prevalensi dengan angka terendah ada di provinsi Jambi (1,1 %). (Riksesdas,

2018)

Berdasarkan data satuan lalu lintas polresta manado, sejak tahun 2016

sampai dengan tahun 2018, banyak korban yang meninggal dunia akibat

kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2016 ada 555 kasus kecelakaan, 78 orang

diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2017 dan tahun 2018

korban yang meninggal dunia akibat kecelakan berkurang, pada tahun 2017

ada 62 orang dengan 491 kasus kecelakaan sedangkan pada tahun 2018 bulan

Januari sampai dengan bulan Mei, korban yang meninggal dunia akibat

kecelakaan lalu lintas ada 21 orang dengan 303 kasus kecelakaan.

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka tertinggi untuk prevalensi

penyakit jantung di Indonesia ada di provinsi Kalimantan Utara (2.2%) dan

terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur (0,7%). Terdapat 3910 kasus pada

penyakit jantung coroner dan 3494 kasus pada penyakit gagal jantung.

Provinsi Sulawesi Utara juga masuk dalam 10 besar prevalensi penyakit

jantung berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut

provinsi pada tahun 2018. (Riskesdas, 2018)

Kondisi kegawardaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sudah

menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut.

2
Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan

dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka

kondisi tersebut peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum

ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting (Sudiharto &

Sartono, 2011).

Keterampilan Resusitasi Jantung Paru sangat penting sebab didalamnya

diajarkan bagaimana teknik dasar untuk menyelamatkan korban dari berbagai

musibah sehari-hari yang biasa dijumpai (Fajarwati, 2012). Setiap orang harus

mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar orang pada

akhirnya akan berada dalam situasi yang memerlukan pertolongan pertama

untuk orang lain atau diri mereka sendiri (Thygerson, 2009), termasuk siswa-

siswi SMAN 2 Pineleng.

Keterampilan bantuan hidup dasar (BHD) siswa siswi tingkat SMA di

Kabupaten Minahasa menurut Turambi (2016) di SMA N 2 Langowan

sebanyak 100% tidak terampil dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar

sebelum dilakukannya pelatihan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21 februari

2019 di SMAN 2 Pineleng didapati bahwa siswa tidak mengetahui tentang

bantuan hidup dasar. Dari 28 siswa yang ditanya tentang bantuan hidup dasar,

tak satupun siswa yang tahu tentang bantuan hidup dasar.

Dari uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Bantuan Hidup

3
Dasar Pada Orang Awam Terhadap Keterampilan Siswa-Siswi SMAN 2

Pineleng.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bantuan hidup dasar

terhadap keterampilan siswa-siswi SMAN 2 Pineleng?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bantuan hidup

dasar pada siswa-siswi di SMAN 2 Pineleng dalam meningkatkan

keterampilan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi keterampilan siswa-siswi di SMAN 2

Pineleng tentang bantuan hidup dasar sebelum dilakukan penyuluhan

kesehatan tentang bantuan hidup dasar.

b. Untuk mengidentifikasi keterampilan siswa-siswi di SMAN 2

Pineleng tentang bantuan hidup dasar sesudah dilakukan penyuluhan

kesehatan tentang bantuan hidup dasar.

c. Untuk menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bantuan

hidup dasar pada orang awam terhadap keterampilan siswa-siswi di

SMAN 2 Pineleng.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijakdikan bahan ajar untuk meningkatkan

keterampilan tentang bantuan hidup dasar.

2. Manfaat Bagi Lokasi Penelitian

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang bantuan hidup dasar

siswa-siswi menjadi lebih terampil dan dapat mengenal korban yang

membutuhkan penanganan untuk diberikan bantuan hidup dasar.

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk peneliti yang akan

meneliti tentang bantuan hidup dasar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

1. Definisi Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

Bantuan hidup dasar merupakan tindakan pertama yang dilakukan

pada seseorang yang mengalami henti jantung. Aspek dasar pada bantuan

hidup dasar dimulai dari mengenali tanda-tanda seseorang mengalami

henti jantung, mengaktifkan Emergency Medical Service (EMS),

melakukan resusitasi jantung paru, dan defibrilasi dengan segera

menggunakan Automated External Defibrilator (AED) pada korban (Berg

et all, 2010).

Bantuan hidup dasar merupakan tindakan yang dilakukan untuk

menolong korban dalam keadaan henti jantung (AHA, 2010). Bantuan

hidup dasar adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk

mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti

jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi

dada dan bantuan nafas. (Hardisman, 2014).

2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

Tujuan bantuan hidup dasar menurut American Heart Association

(AHA) 2015 antara lain:

a. Mengurangi tingkat morbiditas dan kematian dengan mengurangi

penderitaan.

b. Mencegah penyakit lebih lanjut atau cedera

6
c. Mendorong pemulihan

Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara

efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi

buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat

menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief

& Kartini 2009).

3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang terkandung didalam

bantuan hidup dasar sangat penting terutama pada pasien dengan cardiac

arrest karena fibrilasi ventrikel yang terjadi di luar rumah sakit, pasien di

rumah sakit dengan fibrilasi ventrikel primer dan penyakit jantung iskemi,

pasien dengan hipotermi, overdosis, obstruksi jalan napas atau primary

respiratory arrest (Alkatri, 2007).

a. Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan

curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen keotak dan organ

vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal, jika dilakukan

tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan

otak menetap kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung yang

terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tertentu tidak termasuk

henti jantung atau cardiac arrest.

Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel

atau takikardi tanpa denyut, kemudian disusun oleh ventrikel asistol

7
dan terakhirnya oleh disosiasi elektro-mekanik. Dua jenis henti jantung

yang berakhir lebihsulit ditanggulangi kerana akibat gangguan

pacemaker jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena koordinasi

aktivitas jantung menghilang. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi

besar yang tidak teraba (karotis, femoralis, radialis) disertai kebiruan

(sianosis), pernafasan berhenti atau gasping, tidak terdapat dilatasi

pupil karena bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.

Pengiriman oxygen ke otak tergantung pada curah jantung, kadar

hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap oxygen dan fungsi pernapasan.

Iskemia melebihi 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan

kortek serebri rusak menetap, walaupun setelah itu dapat membuat

jantung berdenyut kembali. (Kaliammah, 2013).

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tidak teraba (a.

karotis, a. femoralis, a. radialas), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat

sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi

pupil tidak bereaksi dengan rangsang cahaya dan pasien dalam

keadaan tidak sadar (Latief, Kartini dan Rusman, 2009).

b. Henti Napas (Respiratory Arrest)

Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh

banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,

inhalasi asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat

listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglottis,

8
tercekik (suffocation), trauma dan lain-lain (Latief, Kartini dan

Rusman, 2009).

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,

pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai

beberapa menit. Jika henti napas mendapat pertolongan dengan segera

maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaliknya jika

terlambat akan berakibat henti jantung yang mungkin menjadi fatal

(Latief, Kartini dan Rusman, 2009).

4. Bantuan Hidup Dasar Untuk Orang Awam

American Heart Association (AHA) dalam guidelines 2015

menyebutkan penolong tidak terlatih harus mengenali serangan, meminta

bantuan, dan memulai Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) serta

memberikan defibrilasi hingga tim penyedia layanan medis darurat

(EMS/Emergency Medical Service) yang terlatih secara professional

mengambil alih tanggung jawab, lalu memindahkan pasien ke unit gawat

darurat dan/atau laboratorium kateterisasi jantung. Pada akhirnya pasien

dipindahkan ke unit perawatan kritis untuk perawatan lebih lanjut.

5. Resusitasi Jantung Paru (Cardiopulmonary Resuscitation)

Berikut ini adalah langkah CPR untuk orang awam atau penolong tidak

terlatih menurut AHA 2015

a. Keamanan (Safety)

Memastikan bahwa penolong aman serta lingkungannya aman,

penolong harus memperhatikan keamanan untuk menolong korban.

9
b. Mengenali Serangan

Periksa terkait reaksi pada korban nafas terhenti serta nadi,

pemeriksaan denyut dan nafas bisa dilakukan secara bersamaan

penilaian dalam 10 detik. Kesadaran korban dapat diperiksa dengan

memberikan rangsangan verbal dan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan

setelah lingkungan dianggap aman untuk korban maupun penolong.

Rangsangan verbal dilakukan untuk memanggil korban disertai dengan

menepuk bahunya.

1) Respon korban

Pengenalan serangan jantung dapat dilakukan dengan

memeriksa adanya reaksi dari korban, dengan cara:

a) Memanggil korban

b) Menggoyangkan bahunya

c) Memberikan respon nyeri pada pasien (dengan menekan

area sternum)

2) Pola nafas

Pemeriksaan juga dilakukan pada pola nafas korban, yang

meliputi

a) Ketersediaan nafas

b) Keadekuatan nafas

c) Gangguan nafas

10
3) Sirkulasi

Pemeriksaan denyut nadi dilakukan untuk menilai keadekuatan

sirkulasi pada pasien sehingga dapat diputuskan untuk

diberikan bantuan CPR ataukah tidak.

c. Pengaktifan Emergency Call

AHA 2015 menjelaskan bahwa menerapkan teknologi media sosial

untuk memanggil penolong yang berada dalam jarak dekat dengan

dugaan korban out of hospital cardiac arrest (OHCA) serta bersedia

dan mampu melakukan CPR adalah tindakan yang wajar bagi

masyarakat.

d. Kompresi (Compresion)

Menurut AHA 2015 penolong tidak terlatih harus memberikan CPR

hanya kompresi (Hands-Only) dengan atau tanpa panduan operator

untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong harus melanjutkan

CPR hanya kompresi hingga Automated External Defibrillator (AED)

atau penolong dengan pelatihan tambahan tiba. Semua penolong tidak

terlatih pada tingkat minimum, harus memberikan kompresi dada

untuk korban serangan jantung.

6. Teknik Melakukan Kompresi

CPR hanya kompresi mudah dilakukan oleh penolong yang tidak

terlatih dan dapat dipandu secara lebih efektif oleh operator melalui

telepon. Selain itu tingkat kelangsungan hidup dari seerangan jantung

dewasa terkait etiologi jantung baik dengan CPR hanya kompresi maupun

11
CPR dengan kompresi dan napas adalah sama bila diberikan sebelum

Emergency Medical Service (EMS) tiba.

Kriteria resusitasi dilakukan dengan berkualitas (High Quality CPR)

menurut AHA 2015 yaitu:

a. Kecepatan Kompresi

Pada orang dewasa yang menjadi korban serangan jantung, penolong

perlu melakukan kompresi dada pada kecepatan 100 hingga 120/menit.

b. Kedalaman Kompresi

Kedalaman kompresi adalah kedalaman yang dianjurkan ketika

memberikan kompresi pada korban, kedalaman kompresi dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Dewasa

Kedalaman kompresi pada korban dewasa adalah minimun 5 cm

atau 2 inci.

2) Anak

Kedalaman kompresi pada korban anak adalah sepertiga dari

diameter anteroposterior dada atau sekitar 2 inci (5cm).

3) Bayi

Kedalaman kompresi pada korban bayi ( 28 hari-1 tahun) adalah

sepertiga dari diameter anteroposterior atau sekitar 1,5 inci atau

4cm.

12
c. Penempatan tangan pada saat kompresi

Penempatan tangan menjadi bagian penting dalam memberikan

kompresi pada pasien karena jika tidak tepat akan menimbulkan akibat

yang membahayakan bagi korban sendiri. Penempatan tangan pada

bayi, anak, dan dewasa memiliki perbedaan, yaitu :

1) Dewasa

Penempatan tangan pada korban dewasa adalah menempatkan 2

tagan berada di separuh bagian bawah tulang dada (sternum).

2) Anak

Penempatan tangan pada korban anak adalah menempatkan 2

tangan atau 1 tangan (opsional untuk anak yang sangat kecil)

berada di separuh bagian bawah tulang dada (sternum).

3) Bayi

Penempatan tangan pada bayi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a) 1 penolong : 2 jari di bagian tengan dada, tepat di bawah baris

puting susu.

b) 2 penolong : 2 tangan dengan ibu jari bergerak melingkari di

bagian tengah dada, tepat di bawah baris putting

7. Indikasi Dihentikan Resusitasi Jantung Paru

a. Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan

b. Ada yang lebih bertanggung jawab

c. Penolong lelah atau sudah lebih dari 30 menit tidak ada respon

d. Tanda kematian yang ireversibel

13
B. Penyuluhan Kesehatan

1. Definisi Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap

upaya peningkatan kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat

diselenggarakan untuk mengubah perilaku seorang atau kelompok

masyarakat agar hidup sehat melalui informasi, komunikasi dan edukasi.

(Richo, 2009). UU No. 36 tahun 2009 menjelaskan, penyuluhan kesehatan

diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam

upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat

pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan

diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.

2. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik

komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi

(Depkes, 2008)

a. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka

dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

b. Metode Didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan

penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak

14
diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya

atau mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. Dan proses

penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh

metode ini adalah metode ceramah.

c. Metode Sokratik

Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang

memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan

tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan

lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat,

diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang

akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Diskusi

Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan

telah dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20

peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah

ditunjuk.

2) Curah pendapat

Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang

terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas

pendapat– pendapat tadi dilakukan kemudian.

3) Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide,

dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan

15
teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu

tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini

digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

4) Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam

kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh

dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh

kelompok.

5) Simposium

Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2

sampai 5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling

berhubungan

6) Seminar

Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul

untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli

yang menguasai bidangnya.

7) Studi kasus

Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya,

yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu.

Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang

mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat

disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga

berupa rekaman.

16
C. Keterampilan

1. Definisi Keterampilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah

kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Keterampilan merupakan suatu

kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam

mengerjakan, mengubah maupun membuat sesuatu menjadi lebih

bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan

tersebut.

Keterampilan hendaknya dikembangkan dan dilatih terus menerus agar

dapat menambah kemampuan seseorang sehingga menjadi ahli atau

profesional dalam salah satu bidang tertentu. Contoh dari keterampilan

adalah keterampilan menjahit, keterampilan memasak, keterampilan

menyanyi, keterampilan menulis, dan lain sebagainya

(sumberpengertian.id) termasuk juga keterampilan dalam melakukan

tindakan bantuan hidup dasar.

Berikut ini adalah pengertian keterampilan yang dikemukakan oleh

para ahli:

a. Gordon

Pengertian keterampilan menurut Gordon adalah kemampuan

seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan

tepat. Pendapat tentang keterampilan menurut Gordon ini lebih

mengarah pada aktivitas yang memiliki sifat psikomotorik.

17
b. Nadler

Menurut Nadler, keterampilan harus dilakukan dengan praktek sebagai

pengembangan aktivitas.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan

Menurut Bertnus (2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keterampilan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan adalah sebagai

berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan mencakup segenap apa yang diketahui tentang obyek

tertentu dan disimpan didalam ingatan. Pengetahuan dipengaruhi

berbagai faktor yaitu latar belakang pendidikan, pengalaman kerja,

usia dan jenis kelamin.

b. Pengalaman

Pengalaman akan memperkuat kemampuan dalam melakukan sebuah

tindakan (keterampilan). Pengalaman ini membangun seorang perawat

bisa melakukan tindakan –tindakan yang telah diketahui. Pengalaman

kerja seseorang yang banyak, selain berhubungan dengan masa kerja

seseorang juga dilatarbelakangi oleh pengembangan diri melalui

pendidikan baik formal maupun informal.

c. Keinginan/motivasi

Merupakan sebuah keinginan yang membangkitkan motivasi dalam

diri seorang perawat dalam rangka mewujudkan tindakantindakan

tersebut.

18
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pre Test Proses Post Test


Sebelum Sesudah
Penyuluhan Penyuluhan
Keterampilan
Kesehatan Tentang Kesehatan Tentang
BHD BHD

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis penelitian

B. Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bantuan hidup dasar

pada orang awam teradap pengetahuan dan keterampilan siswa-siswi SMAN 2

Pineleng.

Ha: Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bantuan hidup dasar pada

orang awam teradap pengetahuan dan keterampilan siswa-siswi SMAN 2

Pineleng.

19
C. Definisi Operasional

Alat Skala
Variabel Definisi Parameter Skore
ukur Ukur
Independen:

Penyuluhan Kegiatan Definisi, SAP - -

Kesehatan memberikan dan tujuan

Tentang materi tentang BHD

Bantuan bantuan hidup Prosedur

Hidup Dasar dasar kepada BHD untuk

siswa-siswi di orang

SMA N 2 awam

Pineleng.
Dependent:

Keterampilan Kemampuan Prosedur Lembar Nominal Terampil

siswa-siswi SMA BHD untuk observasi :1

N 2 Pineleng orang Tidak

mengimplementas awam terampil:

ikan prosedur 0

BHD yang diukur

sebelum dan

sesudah

penyuluhan

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengacu pada pendekatan penelitian kuantitatif sedangkan

jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperiment

dengan menggunakan desain one-group pre test-post test design.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2019

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 2 Pineleng

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMAN 2 Pineleng

kelas X-XII berjumlah 136 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi atau wakil populasi yang

akan diteliti. Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka

sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian

berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% atau

20%-25% atau lebih. (Arikunto, 2010).

21
n = 15% × N

n = 0,15 × 136

n = 20,4

n = 20 sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling

dengan metode purposive sampling. Penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Sampel berjumlah 20 orang diambil 15% dari

populasi yang ada.

a. Kriteria Inklusi

1) Siswa-siswi SMAN 2 Pineleng kelas XI

2) Belum pernah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar

b. Kriteria Eksklusi

1) Siswa-siswi SMAN 2 Pineleng yang sakit dan tidak berada di

tempat

2) Siswa-siswi SMAN 2 Pineleng yang tidak bersedia

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi untuk

memperoleh data primer secara langsung dari responden mengenai informasi

yang berhubungan dengan variabel penelitian.

1. Penyuluhan Kesehatan Tentang Bantuan Hidup Dasar

Penyuluhan akan diberikan melalui modul BHD dengan metode

ceramah, diskusi, dan peragaan dengan menggunakan alat bantu

22
audiovisual. Alat bantu audiovisual meliputi slideshow, powerpoint,

leaflet.

2. Lembar observasi

Lembar observasi berbentuk checklist yang diisi oleh peneliti dimana

terdapat 11 item penilaian yang sesuai dengan prosedur bantuan hidup

dasar untuk masyarakat awam menurut AHA 2015 digunakan untuk

melihat keterampilan siswa-siswi dalam melakukan langkah-langkah

bantuan hidup dasar. Jika dilakukan diberikan nilai 1 dan tidak dilakukan

diberikan nilai 0

E. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer yaitu data yang secara langsung dari

subjek penelitian yang didapatkan dari wawancara dan pengisian lembar

observasi tentang bantuan hidup dasar sebelum dan sesudah diberi

penyuluhan.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data pendukung yang

didapatkan langsung dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMAN

2 Pineleng.

F. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010), sebagai berikut:

23
a. Pengeditan data (editing)

Yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan

melalui kuesioner dan lembar observasi meliputi kelengkapan,

kesesuaian, kejelasan dan kosistensi jawaban.

b. Pengkodean data (Coding)

Pemberian kode pada setiap komponen variabel agar

mempermudah dalam proses tabulasi dan analisis data.

c. Memasukkan data (Entry Data) atau Processing

Setelah seluruh kuesioner terisi dan diberikan kode, selanjutnya

dilakukan pemrosesan data agar data yang sudah dimasukkan

dianalisis.

d. Pembersihan data (Cleaning Data)

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan untuk

memastikan data yang telah dimasukkan yaitu benar.

2. Analisa Data

Analisa data digunakan untuk memberikan informasi mengenai

pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bantuan hidup dasar kepada orang

awam terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa-siswi SMAN 2

Pineleng.

a. Analisis univariat

Analisa univariat adalah seluruh variabel yang akan di gunakan

dalam analisa di tampilkan dalam distribusi frekuensi, Analisa univarat

24
untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variable

dependen dan independen dengan rumus:

f
P= ×100
n

Keterangan :

P: Jumlah persentase yang di cari

f: Jumlah frekuensi untuk setiap katagori

n: Jumlah sampel

100 angka konstan

b. Analisis bivariate

Analisa bivarat adalah analisa yang di gunakan untuk

membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan,

dengan menggunakan uji t jika syarat uji t dipenuhi. Jika tidak, maka

akan dilakukan uji alternatif lain dari uji t yaitu Wilcoxon Signed

Ranks Test. Dengan derajat kesalahan 0.05% atau derajat kemaknaan

95%.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Masalah etika ini

terutama ditekankan pada :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

25
Lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang akan mengisi

kuesioner dan memenuhi kriteria inklusi. Jika subyek menolak, peneliti

tetap menghormati hak-hak mereka.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan maka subjek tidak mencantumkan nama tapi

diberi kode atau inisial.

3. Kerahasiaan (Confidentialy)

Kerahasiaan informal responden dijamin oleh peneliti dan hanya data-data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan kebebasan

pribadi.

H. Jadwal Penelitian

Maret April Mei Juni

No Agenda Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian
2 Perencanaan
3 Pelaksanaan
4 Pengolahan Data
5 Penyusunan Laporan

26
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA). 2010. Adult Basic Life Support: Guidelines
for CPR and Emergency Cardiovascular Care.
American Heart Association (AHA). 2015. Adult Basic Life Support: Guidelines
Update for CPR and Emergency Cardiovascular Care.
Berg, R.A., Hemphill, R., Abella, B.S., Aufderheide, T.P., Cave, D.M., Hazinski,
M.F., et al. 2010. Part 5: Adult basic life support: 2010 American Heart
Association guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency
cardiovascular care. Circulation. Research Journal: 122.
Bertnus. (2009). Faktor yang mempengaruhi Keterampilan. Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Dawangi, H. (2018, 13 Juni). Data Polresta Manado Tahun ini. Dikutip 21
Februari 2019 dari Manado Tribun News
DEPKES RI. 2008. Modul Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di
Puskesmas. Jakarta. Departmen Kesehatan Republik Indonesia
Fajarwati, D. 2012. Basic Life Support Tim Bantuan Medis FK UII. Yogyakarta.
Universitas Islam Indonesia. Vol: 6
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta. Gosyen Publishing.
Kaliammah, G 2013. Indikasi dan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru. Bali.
Universitas Udayana, Vol: 6 (1-7)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2019. Pengertian Keterampilan. Diakses
15 Mei 2019. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta
Balitbang Kemenkes RI.
Latief, A. Kartini, A. S. dan Rusman, D. 2009. Petunjuk Praktis Anastesiologi
Edisi Dua. Jakarta Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif FK UI.
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kliendengan Gangguan
system Kardiovaskular dan Hematodologi. Jakarta. Salemba Medika
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. RinekaCipta
Richo, dkk. 2009. Redaksi Best Pubisher-Undang-Undang Kesehatan dan Praktik
Kedokteran. Jakarta. Galangpress

27
Sudiatmoko, A. 2011. Tindakan Awal Sebelum Medis. Kalasan: Rona Pancaran
Ilmu.
Sudiharto dan Sartono. 2011. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta.
CV.Sagung Seto.
Sumber Pengertian. (2018, 18 Maret). Pengertian Keterampilan Menurut Para
Ahli. Dikutip 15 Mei 2019 dari Sumber Pengertian
Syamsuddin, A. R. dan Vismaia S. D. 2011. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung. Remaja Rosdakarya
Thygerson, A. 2009. First Aid: Pertolongan Pertama Edisi Kelima. Jakarta.
Erlangga.
Turambi, D. 2016. Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Siswa Kelas XI dan XII SMA
Negeri 2 Langowan. Tomohon. Universitas Sariputra Tomohon. Vol: 6 (56-
62)
World Health Organization (WHO). 2017. Road Traffic Injuries.

28

Anda mungkin juga menyukai