Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient Safety atau Keselamatan pasien merupakan kompenen penting

dari mutu pelayanan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan kompenen kritis

manajemen mutu. Langkah awal untuk mengefektifkan upaya keselamatan

pasien adalah pihak manajemen rumah sakit perlu membangun budaya

keselamatan pasien. Keselamatan (safety) telah menjadi isu penting dan

global dalam pelayanan kesehatan, terutama keselamatan terhadap pasien.

Keselamatan pasien terjadi apabila tidak ada insiden keselamatan seperti

Kejadian Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian

tidak cedera (KTC), Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event dan

kejadian sentinel atau sentinel event (Kemenkes, 2017).

Budaya merupakan nilai-nilai yang diterapkan secara konsisten dalam

suatu organisasi atau kelompok individu di suatu tempat tertentu dengan

maksud dan tujuan tertentu. Budaya keselamatan pasien merupakan trend

issue terkini dikalangan layanan kesehatan secara international, bahkan

menjadi prioritas utama sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan perlindungan pasien sesuai dengan UU RS No. 44 tahun 2009.

Terlaksananya budaya keselamatan dapat mempengaruhi kepuasan pasien,

kerena dapat memberikan gambaran kualitas pelayanan di suatu layananan

kesehatan. Kepuasan pasien merupakan indikator jaminan mutu dan

pelayanan sebuah instansi penyedia jasa dan layanan kesehatan. Tingkat

1
kepuasan pelanggan institusi pelayanan kesehatan adalah added value bagi

dokter, paramedis, perusahaan farmasi, pemasok alat-alat kedokteran,

termasuk institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan. Apabila kepuasan

pelayanan tidak bisa tecapai maka akan mengakibatkan berkurangnya

kepercayaan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Hal ini dapat

menurunkan eksistensi rumah sakit sehingga dapat berpengaruh terhadap

added value bagi rumah sakit maupun anggota karyawan dan tenaga

kesehatan lainnya. Oleh sebab itu kepuasan pasien harus tercapai agar added

value dapat terpenuhi, pengguna layanan senang dan dapat menimbulkan

kepercayaan untuk terus menggunakan pelayanan yg disediakan (Azwar, 2013).

Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan baik di

Indonesia maupun di negara berkembang lainnya saat ini masih menjadi

masalah. Hasil penelitian di University Hospital Basel, Swiss dilaporkan 456

insiden yang ber-hubungan dengan keselamatan pasien selama 54 bulan.

Sebagian besar insiden terjadi di ruang rawat (80%). Jenis insiden yang

paling sering terjadi adalah kesalahan pengobatan (62%). Saat meresepkan

29% dan diikuti 26% komunikasi yang kurang tepat (Scharein & Trendelenburg,

2013). Data di rumah sakit salah satu negara ASEAN yakni Faculty of

Madicine Siriraj Hospital, Bangkok pada tahun 2016 didapatkan bahwa

kepuasan pasien 79%, sedangkan standar yang ditetapkan ke-puasan pasien

>80% dengan angka komplain 4–5 kasus/bulan (Klaipetch, 2016). Kepuasan

pasien di salah satu rumah sakit umum daerah di Indonesia juga yaitu RSUD

Syech Yusuf Gowa di-dapatkan 70% pasien mengatakan kurang puas

2
terhadap pelayanan keperawatan (Hafid, 2014). Penelitian Tulumang (2015) di

RSUD Prof R.D Kandou sebagai rumah sakit rujukan Provinsi Sulawesi

Utara bahwa sebanyak 27% pasien merasa tidak puas, beberapa kasus sering

ditemukan di fasilitas layanan publik mengenai ketidakpuasan pasien dimana

angka kepuasan pasien di RSUD Bitung pada tahun 2018 secara keseluruhan

menujukan bahwa sebanyak 19% pasien mengatakan tidak puas. Sedangakan

survey awal yang dilakukan oleh penulis mendapatkan data dari komite

keselamatan rumah sakit atau Komite PMKP RSUD Bitung angka rata-rata

yang memberikan keluhan 710 pasien kurun waktu 3 bulan terakhir (April-

Juni) mengatakan tidak puas terhadap kualitas pelayan di IGD RSUD Bitung

sementara jumlah rata-rata kunjungan keseluruhan pasien dalam periode 3

bulan terakhir (April-Juni) yaitu 1200 pasien tiap bulanya, artinya bahwa

60% pasien yang berkunjung di IGD RSUD Bitung merasa tidak puas dengan

pelayanan yang diberikan.

Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya

adalah kemampuan petugas dalam membudayakan prinsip-prinsip

keselamatan pasien di rumah sakit. Ketidakpuasan terhadap pelayanan dapat

di perburuk dengan adanya insiden keselmatan pasien sebagaimana yang

telah di atur dalam permenkes 11 tahun 2017. Hal ini menunjukan bahwa

petugas lalai meemenuhi sasaran keselamatan pasien. Akibatnya hal ini akan

menyebabkan kerugian bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien sebagai

penerima pelayanan. Dengan demikian keselamatan pasien merupakan hal

3
yang sangat penting dalam bidang kesehatan terutama dalam pelayanan

rumah sakit (Menap, 2018).

Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai

kepuasan mereka terhadap pelayanan, namum dengan memberikan pelayanan

maksimal dan menunjukan bahwa Rumah Sakit dalam hal ini IGD

berkomitmen mampu membangun budaya keselamatan pasien secara konsiten

dapat memberikan harapan kesembuhan penyakit terhadap klien dan hal ini

menimbulkan rasa kepuasan di mata pasien dan keluarganya. Adapun

penerapan budaya keselamatan pasien begitu luas cakupannya, salah satunya

adalah penerapan enam sasaran keselamatan pasien (6 SKP) sebagaimana

diamanatkan dalam Permenkes 11 tahun 2017 yaitu; ketepatan identifikasi

pasien, meningkatkan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat-pasien operasi,

pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan

resiko jatuh, berdasarkan uraian diatas dan oleh karena itu maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul “hubungan penerapan

budaya Patient Safety dengan kepuasan pasien di instalasi gawat darurat

UPTD. RSUD Bitung.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ada hubungan penerapanp

Patient Safety dengan kepuasan pasien di instalasi gawat darurat UPTD.

RSUD Bitung.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan penerapan budaya Patient Safety dengan kepuasan

pasien di instalasi gawat darurat UPTD. RSUD Bitung.

2. Tujuan Khusus

a. Diidentifikasi penerapan budaya Patient Safety pada pasien gawat

darurat

b. Diidentifikasi kepuasan pasien di instalasi gawat darurat (IGD)

UPTD. RSUD Bitung.

c. Dianalisa hubungan penerapan budaya Patient Safety dengan

kepuasan pasien di instalasi gawat darurat (IGD) UPTD. RSUD

BITUNG.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi

pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik dalam keperawatan gawat

darurat serta dapat menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan budaya Patient Safety.

2. Manfaat Praktis

5
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang berguna bagi

pihak Rumah Sakit dan institusi pelayanan kesehatan lainnya dalam

melakukan pentingnya penerapan budaya Patient Safety.

Anda mungkin juga menyukai