Oleh :
Kelompok 1 Kelas A 2020
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia dengan
Dosen Pengampu Ns. Alfid Tri Afandi, M.Kep.
Oleh :
Kelompok 1 Kelas A 2020
Anindiah Putri N 202310101014
Prasita Kusumaningtyas 202310101020
Kamila Aulia Safitri 202310101092
Mochammad Farizco Zulfa 202310101098
Nikmatul Nur Aisyah 202310101106
Anna Agustina Pangesti 202310101113
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penyusunan
makalah “Kebutuhan Kebersihan Diri dan Pencegahan Infeksi” berjalan sesuai
rencana.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kami menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Ns. Alfid Tri Afandi, M. Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
Farmakologi dalam Keperawatan;
2. Anggota kelompok 1 kelas A angkatan 2020;
3. Semua pihak yang telah terlibat dalam proses pembuatan makalah.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurrna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan dimasa yang mendatang. Semoga karya yang disusun bermanfaat
dan menambah pengetahuan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................2
1.3 Tujuan Penulis...................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
2.1 Definisi Kebutuhan Kebersihan, Perawatan Diri dan
Pencegahan Infeksi.............................................................3
2.2 Jenis-Jenisnya.....................................................................4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygeine.......5
2.4 Tujuan Kebutuhan Kebersihan, Perawatan Diri dan
Pencegahan Infeksi.............................................................6
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Kebersihan, Perawatan Diri dan Pencegahan Infeksi.........6
BAB III ANALISIS JURNAL..................................................................9
3.1 Analisis Jurnal....................................................................9
BAB IV PENUTUP...................................................................................13
4.1 Kesimpulan........................................................................13
4.2 Saran..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................14
LAMPIRAN..............................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kuku, serta personal hygiene tentang genital care atau perawatan organ
genitalia (Potter& Perry, 2005).
Pencegahan infeksi sangat diperlukan oleh semua tenaga kesehatan
sebagai dasar untuk melaksanakan prosedur tindakan dalam praktik
Keperawatan. Prinsippencegahan infeksi merupakan suatu upaya untuk
memutus mata rantai penularanantara klien, petugas dan peralatan yang
digunakan saat melakukan asuhan baik dirumah sakit, puskesmas, maupun
dimasyarakat.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
2.2 Jenis-Jenis pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
a. Cuci tangan bersih
Menggosok dengan sabun secara bersama, seluruh kulit permukaan
tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di air yang
mengalir
b. Pengelolaan alat dan bahan terkontaminasi
Tindakan pembersihan alat-alat maupun bahan terkontaminasi
yang bisa membahayakan diri perawat, pasien, maupun lingkungan sekitar
c. Pembuatan larutan desinfektan
Menyiapkan atau membuat larutan desinfektan sesuai ketentuan
d. Menyiapkan tempat tidur tertutup
Tempat tidur yang telah disiapkan dan masih tertutup dengan
overlaken
e. Menyiapkan tempat tidur terbuka
Tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa overlaken dan boven
laken selimut dilipat kebawah pada bagian kaki
f. Menyiapkan tempat tidur pasca bedah (Aether Bed)
Tempat tidur yang disiapkan untuk pasien pasca bedah yang
mendapatkan obat bius (Narkose)
g. Memandikan klien di tempat tidur
Membersihkan tubuh klien yang tidak dapat mandi sendiri dengan
menggunakan air bersih dan sabun
h. Membantu klien mandi sendiri di tempat tidur
Membantu klien dalam mengerjakan perasat dan melakukan
kegiatan yang tidak dapat dikerjakan sendiri di tempat tidur
i. Membantu klien mandi sendiri di kamar mandi
Membantu klien dalam mengerjakan perasat dan melakukan
kegiatan yang tidak dapat dikerjakan sendiri di kamar mandi
j. Membantu klien yang dapat menggosok gigi sendiri diatas tempat tidur
Menggosok gigi adalah membersihkan ggi dengan menggunakan
sikat dan tapal gigi
k. Membantu klien yang tidak dapat menggosok gigi sendiri
Menggosok gigi adalah membersihkan ggi dengan menggunakan
sikat dan tapal gigi
l. Membantu menggosok gigi klien yang bergigi palsu (Protesa)
Menggosok gigi adalah membersihkan ggi palsu dengan
menggunakan sikat dan tapal gigi, pada penderita yang menggunakan gigi
palsu
m. Memelihara kebersihan mulut dan gigi klien yang lemah/tidak sadar
Yang dimaksud dengan membersihkan mulut adalah
membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan dan lain lain
n. Prineal care
4
Membersihkan alat kelamin wanita/pria dan daerah sekitar
perineum agar kebersihan tetap terpelihara
o. Perawatan kuku kaki dan tangan
Suatu usaha untuk menjaga kebersihan kuku kaki dan tangan yang
memerlukan perhatian kusus untuk mencegah infeksi, bau dan kerusakan
jaringan sekitar kuku
p. Mencuci rambut di tempat tidur
Mencuci rambut dengan shampo sampai dalam keadaan bersih
5
Nilai pribadi dan kepercayaan budaya dapat mempengaruhi
personal hygeine seperti budaya apabila sakit tidak diperbolehkan mandi
sedangkan apabila seseorang yang sedang sakit tidak mandi akan
menimbulkan penyakit kulit. Budaya seorang wanita yang sedang
menstruasi tidak boleh keramas sedangkan penelitian menunjukkan bahwa
seorang anita yang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan
rambut agar kulit kepalanya tidak berminyak dan menimbulkan ketombe.
e. Kondisi fisik
Kondisi fisik dalam personal hygeine merupakan tingkat
kemampuan seseorang dalam melakukan personal hygeine. Kondisi fisik
yang tidak baik atau sakit dalam personal hygeine juga kurang sehingga
perlu bantuan orang lain dalam pemenuhan personal hygeine.
1. Pengkajian
Pengkajian perawat tentang personal hygiene yang meliputi kulit, kaki dan
kuku, rambut, gigi dan mulut, mata, hidung, telinga, genitalia, pakaian, dan
juga waktu mandi pasien. Pasien yang tidak melakukan kebersihan diri pada
saat dirawat di rumah sakit maka akan menimbulkan masalah pada
kesehatannya, karena pada konsepnya kebersihan sangat berpengaruh dalam
masa pemulihan pasien di rumah sakit. Pengkajian yang dilakukan perawat
adalah memeriksa apakah ada masalah dalam personal hygiene pasien,
setelah ditemukan maka perawat bertanggungjawab untuk membantu pasien
untuk melakukan perawatan diri. Identifikasi yang dilakukan perawat dengan
6
baik/akurat akan menjadi patokan dalam mendiagnosis masalah personal
hygiene pada pasien.
Dalam pengkajian ini hal – hal yang perlu dicari adalah tentang pola
kebersihan pasien sehari –hari, sarana dan prasarana yang dimiliki dan faktor
yang mempengaruhi personal hygiene pasien baik itu faktor yang mendukung
masalah maupun faktor yang menjadi dasr timbulnya masalah pada personal
hyginene pasien. Setelah melakukan ini maka tindak selanjtnya adalah
melakukan pemeriksaan fisik.
2. Penetapan Diagnosis
a. Diagnosis keperawatan umum untuk pasien dengan masalah personal hygiene
adalah defisit perawatan diri. Diagnosis tersebut dibagi menjadi empat yaitu:
1) Defisit perawatan diri : makan,
2) Defisit perawatan diri : mandi/hygiene,
3) Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias,
4) Defisit perawatan diri :eliminasi, dan diagnosis umum lain yang
muncul yaitu gangguan interitas kulit dan gangguan citra tubuh
(Kozier, 2004).
b. Berdasarkan Diagnosa Medis dan Kebutuhan Dasar Pada masalah kebutuhan
dasar personal hygiene diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut
Potter & Perry, (2006) adalah sebagai berikut:
1) Resiko kerusakan integritas kulit
2) Perubahan perfusi jaringan perifer
3) Kerusakan integritas jaringan
4) Resiko infeksi g.
5) Defisiensi pengetahuan perawatan kaki dan kuku
6) Perubahan membrane mukosa mulut
7) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
8) Defesiensi pengetahuan tentang hygiene oral, dan
9) Gangguan citra tubuh.
3. Pencegahan Infeksi
Perawat memainkan peran penting dalam mencegah dan mengendalikan
penularan infeksi melalui penerapan kewaspadaan standar dan pemeliharaan
lingkungan perawatan kesehatan. Semua, perawat, dalam semua peran dan
pengaturan, dapat menunjukkan kepemimpinan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan menggunakan Pengetahuan, keterampilan, dan
penilaian mereka untuk memulai dengan tepat dan prosedur pengendalian infeksi
segera.
Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi yang efektif
didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
7
1. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi
yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang
akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau
darah, harus diangap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan
harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya
telah diproses dengan benar, maka semua itu harus dianggap masih
terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi yang benar dan konsisten. (Wiknjosastro, G, 2008)
8
BAB 3
ANALISIS JURNAL
9
Capitis yang dimana kutu ini sulit untuk dideteksi. Dalam penelitian ini juga
ditemukan fakta bahwa siswa perempuan yang memiliki rambut panjang, dan
tidak cukup dalam perawatan rambut serta mereka juga saling pinjam atau
menukarkan jepit rambut, sisir, dan topi dapat meningkatkan resiko penyebaran
yang sangat tinggi. Diperkirakan bahwa pelaksanaan studi di pesantren,
kurangnya perhatian terhadap personal hygiene, kontak dekat antar individu,
penggunaan aksesoris pribadi, pakaian dan sprei secara umum dapat menjadi
faktor meningkatnya penyebaran P. Capatis. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa P. Capitis merupakan masalah penting pada kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, pelayanan kesehatan harus direncanakan dengan baik untuk
pencegahan penyakit menular karena ngaka kasusnya masih tinggi. Kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya personal hyegene pada masyarakat perlu
ditingkatkan untuk pencegahan dan mennghentikan penyebaran P. Capatis.
Hasil analisa pengaruh personal hygeine mandi dengan hasil lukadekubitus
pada pasien stroke sebagai berikut.
Berdasarkan dari tabel atas dapat dilihat bahwa pasien stroke yang
dimandikan secara sempurna sampai membersihkan area belakang sebagian besar
95,8% tidak mengalami dekubitus. Pasien stroke yang dibersihkan pada bagian
depan meliputi dada mengalami luka dekubitus sebasar 63,6% pada derajat 1.
Sedangkan pada pasien yang dibesihkan pada bagian wajah, lengan, dan kaki saja
mengalami luka dekubitus sebesar 60% di bagian derajat 2. Pasien stroke sangat
rentan mengalami luka dekubitus karena adanya keterbatasan kemampuan dalam
merawat diri. upaya dalam merawat pasien stroke agar terhindar dari luka
dekubitus dengan memandikan pasien stroke secara teratur dan sempurna.
Kesehatan reproduksi merupakan unsur terpenting dalam kesehatan
umum, baik pada perempuan ataupun pada laki-laki, kesehatan reproduksi juga
dapat mempengaruhi kesehatan bayi, anak, remaja dan orang yang berusia diluar
masa reproduksi (Emilia, 2008). Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang
sejak lama menjadi persoalan bagi kaum remaja puteri adalah masalah keputihan.
Sampai saat ini fenomena praktik vaginal hygiene pada remaja masih tergolong
10
rendah. penerapan perilaku personal hygiene genitalia masih kurang. Salah satu
penyebabnya yaitu fasilitas kamar mandi yang kurang, menggunakan air yang
tidak mengalir (bak) dan kotor, serta air yang berkeruh. Studi pendahuluan yang
dilakukan pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di asrama
putri PSIK Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang pada tanggal 30 April
2016, dari 10 orang mahasiswi yang diwawancarai ditemukan 7 orang (70%)
pernah mengalami keputihan normal atau fisologis yaitu cairan yang keluar tidak
berwarna (bening) dan tidak berbau. Sedangkan untuk keputihan abnormal atau
patologis hanya ditemukan pada 3 orang (30%) dimana ketiga mahasiswi tersebut
menyatakan pernah keluar cairan putih kekuning-kuningan disertai sedikit bau.
Menjaga kesehatan alat reproduksi dimulai dengan kebersihan diri termasuk
kebersihan vagina, yang bertujuan agar vagina tetap bersih, normal, sehat dan
terhindar dari kemungkinan penyakit termasuk keputihan. Cara-cara yang bisa
dilakukan pribadi untuk Perawatan vagina adalah: membersihkan vagina dengan
membasuh bagian sela-sela bibir vagina hati-hati dan perlahan, cara mencuci
vagina dengan benar dari depan ke belakang, hindari penggunaan pengharum dan
sabun antiseptik terus menerus, karena dapat merusak flora normal keseimbangan
di vagina, ganti pakaian dalam Anda 2 sampai 3 kali sehari dan gunakan kapas
bersih pakaian dalam. Cuci tangan Anda sebelum menyentuh vagina Anda, jangan
gunakan handuk orang lain Untuk mengeringkan vagina Anda, cukurlah rambut
vagina Anda minimal 7 hari sekali dan maksimal 40 hari untuk mengurangi
kelembaban pada vagina, selama menstruasi gunakan bantalan yang nyaman dan
lembut, jika menggunakan kloset umum siram dudukan kloset dan keringkan
dengan kertas toilet (Wulandari,2011).
Penyakit cacingan yang diakibatkan oleh infeksi dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita
sehingga banyak menyebabkan kerugian karena adanya kehilangan karbohidrat
dan protein serta kehilangan darah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia (Safar, 2009). Faktor pekerjaan juga dapat mempengaruhi
frekuensi penyakit parasitik yaitu cacingan, terutama pekerjaan yang berhubungan
atau menggunakan tanah. Pekerja yang selalu kontak langsung dengan tanah salah
satunya pekerja kebun atau petani sayur yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi
penyakit menular ini. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
berkeinginan untuk melakukan penelitian bagaimana hubungan personal hygiene
dan sanitasi lingkungan dengan angka kejadian kecacingan (Soil Transmitted
Helminth) pada petani sayur di Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai
Kota Pekanbaru. Penggunaan alat pelindung diri yang baik dapat memutuskan
mata rantai penularan infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah. Alat
pelindung diri yang dapat digunakan oleh petani sayur untuk mencegah terinfeksi
penyakit cacing adalah sarung tangan, sepatu boot atau alas kaki dan baju atau
sepatu lengan panjang, topi atau penutup kepala dan masker. Alat pelindung diri
ini harus digunakan secara rutin karena mayoritas aktifitas petani banyak yang
11
berhubungan dengan tanah. Selain rutin dipakai, penggunaan APD juga harus
lengkap karena beberapa pekerja yang sebagian memakai alat pelindung diri tetapi
tidak secara lengkap memudahkan masuknya telur infeksif melalui berbagai organ
tubuh seperti tangan, kaki dan mulut. Kuku sebaiknya selalu dipotong pendek
untuk menghindari penularan cacing dari tangan ke mulut, ketika tangan yang
kurang bersih itulah ikut pula telur-telur cacing kedalam mulut yang akhirnya
bekembang biak (Saydam, 2011). Mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris deri kulit tangan dengan menggunakan
sabun biasa dan air. Salah satu tindakan personal hygiene adalah kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun, kebiasaan ini mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap pencegahan infeksi kecacingan, karena telur cacing dapat masuk ke
dalam tubuh melalui tangan yang kotor kemudian telur yang menempel di tangan
tertelan atau melalui makanan yang tersentuh tangan yang kotor. Sehingga dengan
mencuci tangan menggunakan air dan sabun dapat membersihkan tangan dari
kotoran telur cacing.
12
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebersihan diri atau personal hygiene dan lingkungan merupakan bagian
dari kehidupan kita sehari-hari, oleh karena itu sudah seharusnya kita sebagai
manusia untuk selalu memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan kita agar
terhindar dari berbagai macam penyakit. Perawatan diri atau kebersihan diri
(personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Kebersihan dan
perawatan diri baik dari bagian tubuh telinga,mata,kulit dan anggota badan
lainnya harus tetap dipenuhi kebutuhan kebersihannya.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengambil saran dalam
rangka meningkatkanpelayanan asuhan keperawatan, sebagai berikut:
1. Pihak Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk selalu memberikan
motivasi dan sarana yang memadai bagi mahasiswa/i guna untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat, sebaiknya harus memahami dan mengerti
kebutuhan klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Dan
perawat memberikan asuhan keperawatan diri dengan baik.
3. Klien
Klien diharapkan lekas sadar sehingga mampu untuk menjaga
kebersihan dirinya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Rafiqi. Ulfa., Zulkaraini., dan Affandi, Dedi. 2016. Hubungan Personal
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kejadian Kecacingan (Soil
Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur di Kelurahan Maharatu
Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Dinamika Lingkungan
Indonesia. 3(1): 24-29.
Alimansur, M. and Irawan, H., 2020. Personal Hygiene Mandi Dalam Pencegahan
Dekubitus Pasien Stroke. Jurnal Penelitian, 2(1).
Astuti, Hendiana., Wiyono, Joko., Candrawati, Erlisa. 2018. Hubungan Perilaku
Vaginal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama
Putri Psik Unitri Malang. Nursing News. 1(3): 597-601
Kurniawan, D. E., N. Asmaningrum, A. Ardiana, R. Purwandari, A. Rifai, A. T.
Afandi, dan D. Wijaya. 2021. Buku Panduan Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Edisi Revisi. Jember: KHD Production.
Setyawati, P.N., Rahayu, P.P. and Nurmaguphita, D., 2019. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pelaksanaan Personal Hygiene pada Klien Isolasi
Sosial di RSJ Grasia. Yogyakarta.
14
Sijabat, L. 2015. Gambaran Perawatan Diri Narapidana Wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan. Skripsi. Medan:
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Susila, Ida., dan Kastar, Armenia. 2020. Knowledge Of Princess Adoles About
Personal Hygiene When Does The Princess Junior High School Students
Know. Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2(9): 937.
Ozdemir, Ayzel. 2019. The prevalence of pediculus capitis and personal hyegene
status in two vocational high school. International journal of caring
sciences. 2(12): 658.
Violla, Zahrina. 2017. Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar: Kebersihan Diri Pasien Stroke Haemoragik di
Rumah Sakit USU Provinsi Sumatera Utara.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2901/142500108.pdf
?sequence=1&isAllowed=y. [Diakses pada 30 Maret 2021].
15
LAMPIRAN
16
17
18
19