NIM: 200111100109
BAB 3
TUJUAN HUKUM
Pada 5 April 1588, terdengar kabar bahwa Ar mada Spanyol berlayar ke Inggris yang
waktu itu dip erintah oleh Ratu Elizabeth I. Oleh karena terkejut, istri pejabat administrasi
kerajaan yang bernama homas Hobbes yang sedang hamil tua, lalu melahirkan homas Hobbes
junior. Si junior ini menyatakan
1. Periode pertama yang terjadi setelah Renaissance dan Reformasi merupakan proses
emansipasi terhadap teologi dan feodalisme abad Pertengahan periode ini ditandai
dengan bangkitnya Prot estanisme.
2. Periode kedua berlangsung hampir bersamaan dengan berkobarnya Revolusi Puritan
Inggris yang ditandai dengan tendensi menuju kapitalisme bebas dalam bidang
ekonomi dan liberalisme dalam bidang politik Pada periode ini yang menonjol adalah
pandangan John Locke dan Montesquieu
3. periode ketiga ditandai den gan kepercayaan yang kuat terhadap demokrasi. Pada
periode ini yang hanya dapat dipelajari dari karya Jean-Jacques Rousseau yang
disebut hukum alam tidak lain dari General Will atau istilah yang dipakai oleh Rous
seau Volonté General dan keputusan mayoritas rakyat: “My Mother dear did bring
forth twins at once, both me and fear. Pada saat homas Hobbes junior ini menginjak
dewasa, ia menyaksikan Inggris dilanda perang saudara. Keadaan demikian
dilukiskan oleh homas Hobbes junior sebagai status naturalis, yaitu keadaan alamiah,
suatu keadaan pra-negara. Ia lalu berspekulasi bahwa pada situasi sta tus naturalis,
manusia bersifat egois, suka menyakiti ses amanya, brutal, dan agresif. Situasi
demikian harus dia khiri dengan membuat perjanjian masyarakat sehingga terwujud
status civilis.
4. Kegunaan negara menurut John Locke adalah untuk mempertahankan hak-hak
alamiah yang berupa hak hidup, hak atas kebebasan, dan hak milik yang telah ada
pada situasi status naturalis. Selanjutnya John Locke menyatakan Hukum alam
berlaku sebagai aturan abadi bagi semua orang, legislator, maupun orang lain.” Keh
idupan bernegara tersebut diatur oleh hukum. Dengan demikian, tujuan hukum
menurut John Locke, adalah memelihara hak-hak alamiah yang telah ada pada masa
status naturalis. Tujuan inilah yang harus menjadi acuan bagi legislator. Setelah John
Locke, pandangan mengenai tujuan hukum dikemukakan oleh Jeremy Bentham
(1748-1832). Berbeda dengan homas Hobbes dan John Locke yang berpegang kepada
teori yang bersifat spekulatif, den gan mengikuti David Hume dan Adam Smith,
JeremyBentham dalam mengembangkan pandangannya ber pe gang kepada pola pikir
empiris.
Menurut Roscoe Pound, gagasan mengenai untuk apa hukum itu diadakan tidak dapat
dilepaskan dari gagasan mengenai apa sebenarnya hukum itu.37 Untuk mengetahui tuj uan
hukum tersebut, Roscoe Pound mengelaborasi sec ara kronologis gagasan mengenai apa
sebenarnya hu kum itu. Dalam hal ini Roscoe Pound mengemukakan ti dak kurang dari dua
belas gagasan mengenai apa yang dim aksud dengan hukum. Kiranya kedua belas gagasan
tent ang hukum itu perlu dikemukakan untuk mengetahui ga gasan mengenai untuk apa
hukum itu diadakan. Dengan memahami kedua belas gagasan itu dapat dipa hami
perkembangan makna hukum dalam hidup bermasya rakat.
1. Pertama, hukum dipandang sebagai aturan atau seperangkat aturan tentang tingkah
laku manusia yang ditetapkan oleh kekuasaanyang bersifat Ilahi. Sebagai contoh
adalah Kode Hammurabi yang dipercaya sebagai diwahyukan oleh Dewa Manu dan
hukum Musa yang diwahyuk an Allah di Gunung Sinai.
2. Kedua, hukum dimaknai sebagai suatu tradisi masa lalu yang terbukti berkenan bagi
para dewa sehingga men untun manusia untuk mengarungi kehidupan dengan selama.
3. Ketiga, hukum dimaknai sebagai catatan kearifan para orang tua yang telah banyak
makan garam atau pedoman tingkah laku manusia yang telah ditetapkan secara Ilahi.
4. Keempat, hukum dipandang sebagai sistem prinsip yang ditemukan secara ilosois dan
prinsip-prinsip itu mengungkapkan hakikat hal-hal yang merupakan pedoman bagi
tingkah laku manusia Dalam gagasan ini pandangan yang bersifat transendental mulai
dilepaskan digantikan oleh pandangan yang bersifat metaisis.
5. Kelima adalah kelanjutan gagasan keempat. Di tan gan para ilsuf, prinsip-prinsip itu
ditelaah secara cer mat, diinterpretasi, dan kemudian digunakan. Oleh ka rena itulah,
dalam gagasan kelima ini hukum diartikan seb agai seperangkat aturan dan
pernyataan kode moral yang abadi dan tidak dapat berubah.
6. Keenam hukum dipandang sebagai seperangkat perjanjian yang dibuat oleh orang-
orang dalam suatu masyarakat yang diorganisasi secara politis.
7. Ketujuh, hukum dipandang sebagai suatu releksi pikiran Ilahi yang menguasai alam
semesta. Pandangan demikian dikemukakan oleh homas Aquinas. Tidak pelak lagi,
sejak saat itu pandangan ini telah sangat berp engaruh. Bahkan kemudian terjadi
berbagai variasi atas pandangan hukum alam ini.
8. 8. Kedelapan, hukum dipandang sebagai serangkaian perintah penguasa dalam suatu
masyarakat yang diorg anisasi secara politis. Berdasarkan perintah itulah manusia
bertingkah laku tanpa perlu mempertanyakan atas dasar apakah perintah itu diberikan
9. Kesembilan, hukum dipandang sebagai sistem ped om an yang ditemukan
berdasarkan pengalaman ma nusia dan dengan pedoman tersebut manusia secara
individual akan merealisasikan kebebasannya sebanyak mungkin sei ring dengan
kebebasan yang sama yang dimiliki orang lain. Gagasan semacam ini dengan berbagai
bentuknya dikemukakan oleh mazhab historis.50 Menurut pandangan ini, Menurut
F.C. von Savigny, hukum bukanlah dibuat se cara sengaja, melainkan ditemukan
melalui pengalaman manusia
10. Kesepuluh, sekali lagi, hukum dipandang sebagai sistem prinsip yang ditemukan
secara ilosois dan dikem bangkan secara perinci melalui tulisan yuristik dan putusan
pengadilan.
11. Kesebelas, hukum dipandang sebagai seperangkat atau suatu sistem aturan yang
dipaksakan kepada man usia dalam masyarakat oleh sekelompok kelas yang berkuasa
baik secara sengaja atau tidak untuk meneguhkan kepentingan kelas yang berkuasa
tersebut. Pandangan ini merupakan suatu pandangan dari segi ekonomi. Pandangan ini
kemudian mengemuka dalam bentuk positivis-analitis yang menempatkan hukum
sebagai perintah penguasa.
12. Kedua belas, hukum dipandang sebagai suatu gagasan yang ditimbulkan dari prinsip-
prinsip ekonomi dan sosial tentang tingkah laku manusia dalam masyarakat,
ditemukan berdasarkan observasi, dinyatakan dalam pet unjuk-petunjuk yang bekerja
melalui pengalaman manusia mengenai apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat
dilakukan dalam pelaksanaan keadilan. Pandangan ini merupakan suatu pandangan
akhir abad XIX ketika mulai dikemukakannya pandangan empiris yang didasarkan
pada observasi sebagai ganti pandangan yang bersifat metaisis.
TUJUAN HUKUM DARI PERSPEKTIF ILMU SOSIAL
Kiranya pandangan kesebelas dan kedua belas di atas de ngan berbagai bentuknya telah
membuka perspektif ilmu sosial terhadap hukum. Bahkan hingga akhir abad XX pun Richard
Posner, sebagai penganjur mazhab Chicago, menempatkan pertimbangan ekonomi da lam
menganalisis hukum. Pandangan-pandangan itu menempatkan hukum dalam suatu posisi
yang mengatur hubungan bersifat transaksional daripada relasional. Dalam hal semacam itu,
hukum hanya ditujukan untuk men dapatkan eisiensi dalam suatu transaksi. Secara langsung
atau tidak langsung, pandangan semacam itu masih di pengaruhi oleh pandangan
utilitarinisme. Akibatnya, pandangan-pandangan semacam itu meremehkan aspekek sistensial
manusia dalam hidup bermasyarakat.
Salah satu aspek eksistensial manusia adalah terwujudnya rasa keadilan dalam hidup
bermasyarakat. Friedman, menyatakan bahwa setiap fungsi hukum baik secara umum atau
spesiik bersifat alokatif. Menurut Lawrence Friedman, hukum merupakan sua tu produk
tuntutan sosial. Dikemukakan olehnya bahw a individu atau kelompok yang mempunyai
kepentingan tidaklah serta berpaling kepada pran ata hukum untuk mendesakkan tuntutan
mereka.
Berburu dan mengumpulkan makanan termasuk menangkap ikan ada lah moda,
produksi yang paling awal dalam ke hidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat semacam itu,
nilai per samaan merupakan sesuatu yang menonjol karena nilai tersebut merupakan suatu
hasil dari perjuangan mereka sehingga dapat bertahan hidup. Setelah pola berburu dan
mengumpulkan makanan, pola selanjutnya adalah agraris. Pada suatu masyarakat agraris,
modal produksi masyarakat bergantung kepada tanah dan tanaman. Masyarakat tidak lagi
nomad, mel aink an menghuni suatu area yang ditentukan. Di samping itu, tanaman harus
diatur sedemikian rupa sehingga mendatangkan keuntungan bagi setiap anggota masyarakat.
Dalam situasi seperti itu, hukum ditujukan untuk menetapkan hak milik.
Dari kutipan itu jelas bahwa di dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan,
yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya, dan
adanya perlindungan hukum bagi rakyat.
KEPASTIAN HUKUM
Dalam menjaga kepastian hukum, peran pemerintah dan pengadilan sangat penting.
Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak diatur oleh undang-
undang atau bertentangan dengan undang-und ang. Apabila hal itu terjadi, pengadilan harus
menyat akan bahwa peraturan demikian batal demi hukum, art in ya dianggap tidak pernah
ada sehingga akibat yang terj adi karena adanya peraturan itu harus dipulihkan se perti
sediakala. Akan tetapi, apabila pemerintah tetap tid ak mau mencabut aturan yang telah
dinyatakan batal itu, hal itu akan berubah menjadi masalah politik antara pe- merintah dan
pembentuk undang-undang. Lebih par ah lagi apabila lembaga perwakilan rakyat sebagai
pemb entuk undang-undang tidak mempersoalkan keengganan pemerintah mencabut aturan
yang dinyatakan batal oleh pengadilan tersebut. Sudah barang tentu hal semacam itu tidak
memberikan kepastian hukum dan akibatnya hukum tidak mempunyai daya prediktibilitas.
Dalam menghadapi antinomi tersebut peran penerap hukum sangat diperlukan. Peranan
tersebut akan terl ihat pada saat penerap hukum dihadapkan kepada persoalan yang konkret.
Di situ, penerap hukum harus mampu untuk melakukan pilihan mana yang harus
dikorbankan, kepastian hukum ataukah keadilan. Adapun yang menjadi acuan dalam hal ini
adalah moral. Jika kepastian hukum yang dikedepankan, penerap hukum harus pandai-pandai
memberikan interpretasi terhadap undang-undang yang ada.
BAB 4
Hak
Menurut Paton, hak berdasarkan hukum biasanya diartikan sebagai hak yang diakui dan
dilindungi oleh hukum. Dikemukakan oleh Sarah Worthington yang menyatakan bahwa legal
rights sering dilawankan dengan moral rights. contoh bahwa seseorang dapat mengharapkan
dibayar oleh majikannya, dicintai oleh ibunya, atau diberi hadiah pada hari ulang tahunnya
Paton, Worthington juga menyatakan bahwa hak berdasarkan hukum ditetapkan oleh
aturan hukum. Ia menambahkan bahwa di negara-negara dengan sistem civil law, hak
berdasarkan hukum ditetapkan dalam kitab undang-undang. Sebaliknya, di negaraneg ara
dengan sistem common law, hak berdasarkan huk um dapat diidentiikasi dari sanksi yang
dijatuhkan oleh pengadilan atas pelanggaran yang di la kukan terhadap hak itu. Ia
menegaskan bahwa apabila pengadilan menjatuhkan sanksi, hal itu berarti berkaitan dengan
hak dan kewajiban secara hukum.
Menurut Bentham, hak adalah anak dari hukum. Dari hukum yang nyata timbul hak
yang nyata. Sebaliknya, dari hukum yang imajiner, yaitu hukum alam, timbul hak yang
bersifat imajiner. Hak-hak alamiah benar-benar tidak masuk akal. Sebelum Bentham, David
Hume juga berpendapat bahwa hukum alam dan hak-hak alam iah bersifat meta-isis dan tidak
nyata. Oleh karena itu, Bentham berpendapat bahwa hukum yang nyata bukanlah hukum
alam, melainkan hukum yang dibuat oleh lembaga legislatif. Pandangan demikian kurang
tepat. Dalam bahasa Eropa Kontinental, hak dan hukum dinyatakan dalam istilah yang sama,
yaitu ius dalam bahasa Latin, droit dalam bahasa Perancis, Recht dalam bahasa Jerman, dan
recht dalam bahasa Belanda. Oleh karena itu, dalam literatur berbahasa Belanda guna
membedakan antara hak dan hukum digunakan istilah subjectief recht untuk hak dan objectief
recht untuk hukum.
PENGERTIAN HAK
Hak merupakan sesuatu yang melekat pada manusia baik pada aspek isik maupun aspek
eksistensialnya.
sejak dahulu kala telah diterima bahwa tidak semua penggunaan hak diperkenankan.45
Suatu ungkapan dinyatakan oleh Gaius, seorang ahli hu kum Romawi kuno, yaitu male enim
nostro iure uti non debimus yang kalau diterjemahkan secara bebas artinya “memang, kita
tidak boleh menggunakan hak kita untuk tujuan tidak baik.” Hal itu berarti bahwa
penggunaan suatu hak dalam arti kewenangan semata-mata dengan tujuan untuk merugikan
orang lain merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima. contoh klasik dalam perbincangan
pe nya lah gunaan hak yang selalu dikemukakan adalah putusan pengadilan di Colmar pada 2
Mei 1855.
Berbagai pandangan yang ada mengenai pengertian hak dipengaruhi oleh ajaran
penyalahgunaan hak. Menurut Hammerstein, penghargaan terhadap kebebasan individu
makin berkurang dan lebih menekankan pada penggunaan hak yang sesuai dengan tujuan
sosial selanjutnya mengemukakan bahwa dalam perjalanan abad XX, melalui pengadilan dan
undang-undang modern, ajaran semacam itu dikembangkan Akan tetapi, ia tidak menyitir
putusan pengadilan mana pada abad XX yang mengembangkan ajaran itu. Na mun demikian,
mengenai undang-undang, ia memberi contoh Pasal 2 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Swiss yang berbunyi: “Derofenbare Mißbrauch eines Rechts keinen Rechtsschutz.
MACAM-MACAM HAK
Hak orisinal menjadi landasan bagi tujuan hukum, karena hak orisinal me mancarkan
aspek isik dan eksistensial manusia. Untuk mem pertahankan hak orisinal itulah
dikembangkan norma hukum yang berupa perintah dan larangan berkaitan dengan adanya
hak tersebut. Oleh karena perintah dan larangan perlu dituangkan ke dalam aturan hukum
yang bersifat konkret, aturan hukum itu harus didasarkan atas hak yang bersifat orisinal
tersebut. Hak yang bersifat orisinal itulah yang menjadi pe doman bagi tujuan hukum, yaitu
damai sejahtera. Berda sarkan uraian tersebut, aturan hukum harus didasarkan pada hak
orisinal dan ditujukan untuk mencapai damai sejahtera.
Hak orisinal pertama adalah hak hidup, Hak hidup ini bukan hanya berkaitan dengan
aspek isik manusia, melainkan juga dengan aspek eksistensial manusia. Hak ini sama sekali
tidak boleh dirampas atas dasar apa pun.
Hak orisinal kedua adalah hak atas kebebasan. Adanya kebebasan kehendak di satu pihak
dan kenyataan bahwa manusia secara isik merupakan makhluk yang rentan inilah yang
membuat manusia men ciptakan aturan-aturan sosial sebagai sarana pe ng in tegrasi bagi
kelompoknya dalam menghadapi ke lom pok lain dalam rangka mempertahankan hidup
secara berkelompok tersebut. Kebebasan kehendak yang dimiliki oleh manusia diimbangi
dengan adanya nalar untuk tidak saling membinasakan di antara sesama anggota kelompok.
Nalar itulah yang membatasi kebebasan kehen dak manusia.
Hak orisinal yang ketiga adalah hak milik. Hak milik dipandang sebagai hak orisinal, karena
manusia se cara kodrati mempunyai akal pikiran untuk menguasai benda-benda atau objek-
objek dan memanfaatkannya untuk mempertahankan aspek isik maupun aspek ek sistens
ialnya. Tanpa hak milik manusia, memang masih dap at hidup tetapi hanya sebagai the living
being bukan the existential being.
Ketiga hak orisinal itu melahirkan hak derivatif. Hak derivatif ini merupakan bentukan
hukum, yaitu melalui undang-undang, dipraktikkan dalam huk um kebiasaan, dan dituangkan
di dalam perjanjian. dibentuknya hak derivatif disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan
masyarakat. Hak derivatif dari hak hidup, misalnya hak untuk menghirup udara segar
merupakan kebutuhan dalam suatu ruang yang terpolusi sehingga melahirkan larangan
merokok di tempat umum. Hak untuk mengejar kebahagiaan, misalnya merupakan derivasi
dari hak atas kebebasan.
Hak Dasar
Sebagai hak dasar sosial dapat dikatakan sebagai tuntutan warga negara kepada penguasa.
Tuntutan itu berupa bahwa semua organ pemerintah harus mewujudkan tujuan sebagaimana
terdapat pada teks-teks tempat hak dasar dituangkan. Akan tetapi, ukuran dilaksanakannya
apa yang tertuang di dalam teks itu bukan berupa hasil yang dicapai, melainkan pemerintah
telah berusaha dengancara yang memadai dan segenap usaha telah melaksanakannya
Hak Politik
Hak Privat
Hak privat dibedakan antara hak absolut dan hak relatif.Pembedaan itu mengenai tiga
hal.Pertama, hak absolut dapat diberlakukan kepada setiap orang, sedangkan hak relatif hanya
berlaku untuk seseorang tertentu. Dengan adanya hak relatif ini, pihak ke tiga harus
menghormati hubungan hukum yang ada. Kedua, hak absolut memungkinkan pemegangnya
untuk melaksanakan apa yang menjadi substansi haknya melalui hubungan dengan orang
lain.
Hak absolut dapat dibagi menjadi hak pri badi, hak kekeluargaan, hak kebendaan, dan hak
atas barang-barang tidak berwujud. Hak pribadi adalah hak manusia dalam kaitann ya
dengan diri sendiri orang tersebut. Hak absolut berikutnya adalah hak ke ke luargaan, yaitu
hak yang berkaitan dengan hubungan kekeluargaan
Privacy dan Perkembangan Teknologi
Hak atas privacy meliputi kesendirian seseorang, komunikasi yang dilakukan oleh seseorang,
data seseorang, dan persona seseorang. Kesendirian seseorang merupakan sesuatu yang
harus dihargai dan tidak boleh diganggu karena bagian dari kemanusiaannya sebagai
makhluk Dengan berkembangnya teknologi informasi, kesem patan untuk melakukan
pelanggaran terhadap privacy seseorang berlipat ganda. Informasi yang tidak dienkripsi
(unencrypted information) dan disebarluaskan di internet rawan untuk diintersepsi atau secara
tidak sengaja di gunakan untuk tujuan yang lain dari yang dimaksudkan oleh pemberi
informasi. Hal itu menunjukkan bahwa internet bukan tempat yang aman bagi seseorang
untuk mempunyai harapan yang masuk akal (reasonable exp ecta tion) akan privacyluk
berbudaya. Seseorang mempunyai har ap an yang masuk akal (reasonable expectation) akan
privacy apabila ia berada di kamar mandi. Pada saat ia me nutup pintu kamar mandi, dapat
dimaklumi kalau ia merasa tidak ada yang mengusiknya. Oleh karena itulah apabila terdapat
kamera tersembunyi, hal itu dapat dianggap merupakan gangguan terhadap privacy orang
tersebut.