Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saat ini banyak perusahaan baik besar maupun kecil bergantung pada pasar internasional
dalam kegiatan jual beli produk dan jasa. Dengan harapan dengan masuknya sebuah perusahaan
tersebut pada pasar internasional, para pengusaha akan dapat meningkatkan dan
mengembangkan usaha dan tentu saja going concern perusahaan. Hampir setiap hari di media
memuat berita tentang mengenai dampak kegiatan ekspor dan impor pada perekonomian
Indonesia serta pengaruh aliran modal antarnegara di dunia.
Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh bisnis normal yaitu
seperti kurangnya permintaan atas produk mereka di pasar luar negeri, unjuk rasa buruh, dan
transportasi yang tertunda dalam pengiriman produk mereka kepada pelanggan mereka yang
diluar negeri. Disamping itu perusahaan juga dapat mengalami resiko mata uang asing ketika
melakukan transaksi dalam mata uang lain. Sebagai contoh, jika perusahaan Indonesia
memperoleh mesin secara kredit dari perusahaan Jepang, perusahaan Jepang tersebut mungkin
mengharuskan pembayaran dalam Yen Jepang. Ini berarti perusahaan Indonesia tersebut
terkadang harus menggunakan pedagang mata uang asing atau bank untuk menukarkan rupiah ke
Yen Jepang untuk membeli mesin yang akan dibeli. Selama proses tersebut perusahaan
Indonesia dapat mengalami keuntungan atau kerugian kurs dari fluktuasi dalam nilai relatif
terhadap Yen Jepang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan mata uang mencakup
tingkat familier mata uang asing, potensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh kurs,
nasionalisme, dan kepraktisan. Ada sekitar 150 jenis mata uang diseluruh dunia, tapi sebagian
besar perdagangan internasional dilakukan dalam enam mata uang utama yaitu: Dolar AS,
Poundsterling Inggris, Dolar Kanada, Euro, Yen Jepang, dan Franc Swiss. Enam mata uang
tersebut menunjukkan stabilitas dan diterima banyak negara sepanjang waktu diantara anggota
IMF (International Monetary Fund).

1
Euro Eropa (dengan symbol €) adalah mata uang yang relatif baru, diperkenlkan tahun
1999 kepada anggota negara-negara Uni Eropa (UE) yang ingin bergabung bersama dengan
menggunakan satu mata uang. Uni Eropa sendiri adalah organisasi negara-negara demokratis
dari benua Eropa. Uni Eropa menjadi kekuatan ekonomi baru yang menjadi pesaing Amerika
Serikat. Hingga saat ini Euro telah digunakan oleh perusahaan- perusahaan yang melakukan
transaksi usaha internasional sebagaimana Dolar Amerika. Dolar AS dapat dikenali hampir
diseluruh dunia karena telah menjadi salah satu mata uang yang paling luas diperdagangkan.
Dalam transaksi mata uang asing ini sering kali terdapat permasalahan, akuntan harus
dapat mencatat dan melaporkan transaksi yang melibatkan pertukaran Dolar AS misalnya dengan
mata uang asing. Transaksi mata uang asing (foreign currency transactions) perusahaan
Indonesia meliputi penjualan, pembelian, dan transaksi lain yang menimbulkan perpindahan
mata uang asing atau pencatatan piutang dalam suatu mata uang asing.
Prosedur akuntansi untuk pencatatan dan pelaporan transaksi dalam mata uang asing
diatur dalam PSAK 10 mengenai “Transaksi Mata Uang Asing” diterbitkan tahun 1994,
mengatur prosedur akuntansi untuk piutang dan utang dagang dengan mata uang asing yaitu
transaksi yang membutuhkan pembayaran atau menerima pembayaran dalam mata uang asing.
PSAK 50 mengenai “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”. Dalam makalah ini
kami akan mencoba memaparkan prosedur akuntansi untuk pencatatan dan pelaporan transaksi
dalam mata uang asing.

2
1.2 Rumusan Masalah

Banyak organisasi/perusahaan Indonesia yang telah beroprasi di pasar internasional


dengan melakukan penjualanbarang maupun jasa menggunakan kurs mata uang asing. Kemudian
timbul pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan transaksi mata uang asing?
2. Apa saja yang membuat transaksi mata uang asing timbul dalam perusahaan?
3. Bagaimana pengelolaan risiko mata uang asing dengan instrument keuangan?

1.3 Tujuan:
1. Mengetahui tentang Kurs Mata Uang Asing.
2. Mengetahui tentang Transaksi Mata Uang Asing.
3. Mengetahui pengelolaan risiko Mata Uang Asing dengan Instrumen Keuangan
pertukaran masa depan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Kurs Mata Uang Asing

Sebelum tahun 1972, sebagian besar mata uang ditentukan dengan nilai standar logam
emas yang mempunyai nilai tetap secara internasional disetiap onsnya. Setelah tahun 1972,
sebagian besar negara menandatangani suatu perjanjian yang membolehkan nilai mata uang
mereka “mengambang (float)” berdasarkan permintaan dan penawaran terhadap mata uang
tersebut. Kurs mata uang asing ditentukan tiap hari oleh pedagang mata uang asing yang
bertindak sebagai agen untuk individu atau negara yang memperdagangkan mata uang asing.
Beberapa negara seperti Cina menetapkan kurs tetap resmi dan kurs tetap untuk deviden yang
dikirimkan ke luar negeri. Kurs resmi ini sewaktu-waktu dapat berubah dan perusahaan yang
beroperasi di luar negeri perlu berkomunikasi dengan pemerintah negara tersebut untuk
memastikan bahwa perusahaannya telah memenuhi setiap ketentuan pembatasan pertukaran mata
uang.

Penentuan Kurs

Dalam Backer dll (2010:4) nilai relatif suatu mata uang terhadap mata uang yang lain
dapat dinyatakan dalam dua cara yang berbeda, yaitu:

a) Kurs langsung (direct exchange-DER)


Adalah banyaknya unit mata uang lokal (local currency unit- LCU) yang diperlukan
untuk memperoleh satu unit mata uang asing (foreign currency unit- FCU). Dari sudut
pandang entitas Indonesia, kurs langsung dapat dipandang sebagai besarnya rupiah untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. Rasio dari kurs langsung dinyatakan sebagai
berikut:

4
DER = nilai setara rupiah
1 FCU
Contoh: Rp. 9.200 = Rp. 9.200
$1
b) Kurs tidak langsung (indirect exchange- IER)
Adalah kebalikan dari kurs langsung. Dari sudut pandang entitas Indonesia, kurs tidak
langsung adalah:
IER = 1 FCU
Nilai setara rupiah

Contoh: 1 = $0,0001087
Rp. 9200

Oleh karena itu kurs tidak langsung sebesar $ 0,0001087 = Rp. 1 menunjukkan
banyaknya unit mata uang asing yang dapat diperoleh dengan 1 rupiah. Surat kabar
bisnis dan yang orang bepergian ke luar Indonesia seringkali menggunakan kurs tidak
langsung.
Beberapa pihak mengidentifikasi kurs langsung sebagai terminologi Indonesia,
untuk menunjukkan kurs yang berdasarkan rupiah dan mencerminkan kurs dari
perspektif orang di Indonesia. Kurs tidak langsung kadang kala diidentifikasikan sebagai
terminologi Amerika, untuk menunjukkan kurs langsung dari perspektif orang di
Amerika, yang menunjukkan banyaknya unit mata uang dolar AS per satu rupiah.

5
Perubahan Kurs
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi
dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang
asing yang meliputi penentuan kurs.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
1.   Kurs Spot (spot rate)
Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2.   Kurs Sekarang (current rate)
Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal
neraca atau tanggal transaksi.
3.   Kurs Historis (historical rate)
Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
4.    Forward Rate
Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak berjangka. Selisih
antara kurs masa depan dengan kurs tunai pada suatu tanggal tertentu dinamakan spread. Sebagai
contoh, diasumsikan bahwa kurs tunai euro adalah Rp 14.860 dan kurs masa depan yang jatuh
tempo 30 hari adalah Rp 13.870. Spread adalah selisih dari kedua nilai tersebut yaitu Rp990.
Oleh karena kurs masa depan nilainya lebih rendah dari kurs tunai, maka hal ini memberikan
ekspektasi bahwa rupiah akan menguat terhadap euro dalam 30 hari kedepan.

6
Menguatnya Rupiah
Perlu diingat bahwa menguatnya rupiah berarti:
 Lebih sedikit mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit uang asing.
 Satu rupiah memperoleh lebih banyak unit mata uang asing.
Dapat dicontohkan sebagai berikut:
Impor dari Amerika akan lebih murah untuk konsumen Indonesia pada tanggal 1 Juli
dibandingkan 1 Januari karena menguatnya rupiah. Sebagai contoh asumsikan bahwa suatu
perusahaan manufaktur Amerika menjual mobil buatan Amerika seharga $25.000. untuk
menetukan nilai setara rupiah dari $25.000 pada tanggal 1 Januari, digunakan perhitungan
sebagai berikut:

Nilai setara rupiah = Unit mata uang asing x Kurs langsung


Rp. 233.750.000 = $ 25.000 x Rp. 9.350

Antara tanggal 1 Juli dan 1 Januari, kurs langsung turun saat dolar menguat relatif terhadap euro.
Pada tanggal 1 Juli, nilai setara rupiah dari US $ 25.000 adalah:

Nilai setara rupiah = Unit mata uang asing x Kurs langsung


Rp. 230.000.000 = $ 25.000 x Rp. 9.200

Melemahnya Rupiah- Peningkatan Kurs Langsung


Dan juga perlu diingat bahwa melemahnya rupiah berarti:
 Lebih banyak mata uang Indonesia yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing.
 Satu rupiah memperoleh lebih sedikit unit mata uang asing.

Dapat diasumsikan sebagai berikut:


Antara tanggal 1 juli 2005 dan 1 juli 2006, kurs langsung meningkat dari Rp. 9200 menjadi Rp.
9280/ $1. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak mata uang Indonesia yang diperlukan untuk
memperoleh 1 dolar AS. Pada tanggal 1 juli 2005, nilai relatif 1 dolar AS adalah Rp. 9.200,
namun pada tanggal 1 juli 2006 biaya untuk 1 dolar AS meningkat menjadi Rp 9.280.

7
                            
Pada tanggal 1 juli 2005
Nilai setara rupiah = Unit mata uang asing x Kurs langsung
Rp.1 = $ 0,0001087 x Rp. 9.200

Pada tanggal 1 juli 2006


Nilai setara rupiah = Unit mata uang asing x Kurs langsung
Rp.1 = $ 0,0001078 x Rp. 9.280

Selama akhir 1970-an, rupiah secara konsisten melemah terhadap mata uang utama lain
karena beberapa faktor, termasuk inflasi tinggi yang dialami Indonesia. Pada pertengahan
pertama 1900-an (sebelum 1997) rupiah secara konsisten melemah terhadap mata uang lain
tetapi nilainya relatif stabil. Tetapi pada tahun 1997, rupiah melemah secara signifikan terhadap
mata uang dunia akibat krisis ekonomi yang terjadi di Asia. Pada awal tahun 2000-an, rupiah
kembali menguat walaupun nilai tukarnya relatif tinggi sebelum tahun 1997. Melemahnya rupiah
berarti bahwa perjalanan luar negeri menjadi lebih mahal karena penurunan daya beli rupiah.
Oleh karena itu, pengelolaan nilai rupiah yang dilaksanakan pemerintah Indonesia adalah dengan
melakukan tindakan penyeimbangan untuk memenuhi kebutuhan, baik kalangan pengusaha
maupun konsumen Indonesia.

Transaksi Mata Uang Asing


Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
a)      Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing;
b)      Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata
uang asing;
c)      Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau

8
d)      Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.
                                                           
Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka adalah:
1. Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs
spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering
digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan
untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun,
jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunakan kurs rata-rata untuk satu periode tidak
dapat diandalkan.
2. Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya
Pada setiap tanggal neraca:
a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia
sebagai indikator yang obyektif;
b) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca
tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
c) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan.
Misalnya, instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun),
mungkin dinilai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan
berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing
dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini.
3. Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing.
Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang

9
sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan
diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs
harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk
masing-masing periode.

Transaksi Valuta Berjangka


a) Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua valuta asing
melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau penjualan tunai
dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakikatnya transaksi tersebut dilakukan
untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang bersifat tetap selama
dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian akibat perubahan kurs.
Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya memperhitungkan premi yang
ditetapkan terlebih dahulu.
b) Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging hutang
adalah sebagai berikut:
 Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai
diskonto atau premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak
valuta berjangka.
 Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang
asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable
dalam mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara
kurs tanggal neraca dengan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui
sebagai keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan.
c) Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi yang
belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus
dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos
tersebut.

10
Perlakuan Alternatif yang Diizinkan
Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak
terselesaikan akibat perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata
uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying
amount)  aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang Transaksi Dalam Mata Uang Asing
PSAK No. 10 telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya
pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali(amount
recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus
diungkapkan secukupnya.
Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia
fasilitashedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian akibat
perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya perolehan
aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis
untuk hedging,  contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing, terdapat penundaan
dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva
termasuk selisih kurs.

Alur Akuntansi Atas Transaksi Mata Uang Asing


Pada dasarnya, alur akuntansi atas transaksi bermata uang asing adalah sebagai berikut :
Pada saat terjadinya transaksi pertama kalinya, nilai transaksi diakui atau dicatat sebesar
nilai fakturnya (invoice). Pada setiap pelaporan, transaksi tersebut di translasikan dengan
mengkonversikan nilai transaksi tersebut ke dalam mata uang fungsionalnya (Rupiah) sesuai
dengan metode konversi yang dipergunakan, pada saat ini akan diakui Keuntungan atau
Kerugian (Selisih) Kurs, yang dalam bahasa inggrisnya disebut Currency Gain/Lost. Pada saat
pembayaran (pelunasan) atas transaksi tersebut (baik itu berupa transaksi atas aktiva maupun
kewajiban), nilai transaksi bermata uang asing tersebut akan disetarakan lagi dengan
mengkonversikannya menjadi mata uang fungsional (Rupiah). Proses konversi ini akan
mengakibatkan adanya Keuntungan atau Kerugian (Selisih) Kurs (Currency Gain/Lost).

11
Contoh: :
Tanggal 31 Januari, sebuah perusahaan di Indonesia membeli barang dagangan dari
Amerika dengan nilai invoice USD 1,000.00, Tutup buku fiskal pada tanggal 20 Maret,
dan pembayaran akan jatuh tempo pada tanggal 30 April, dan
Sementara itu situasi nilai tukar pada saat itu digambarkan sebagai berikut :

28 Pebruari, 1 USD = Rp 9,000,-


20 Maret, 1 USD = Rp 9,100,-
30 April, 1 USD = Rp 9,200,-

Atas Transaksi diatas, dapat dicatat dengan jurnal entry :


Pada tanggal pembelian (28 Pebruari) :

Pembelian Rp 9.000.000,-
Hutang Dagang Rp 9.000.000,-
( USD 1.000 x Rp 9.000 = Rp. 9.000.000,-)

Pada saat tutup buku fiskal (20 Maret):


Nilai tukar telah berubah, rupiah terdepriasi sebesar Rp 100,- / US $ 1, sehingga
perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 100 x 1000 = Rp 100,000. Ini diakui sebagai
kerugian kurs, dan disesuaikan dengan jurnal :

Kerugian (Selisih) Kurs Rp 100.000,-


Hutang Dagang Rp 100.000,-

12
Sedangkan pada saat hutang jatuh tempo:
Rupiah terdepresiasi Rp 200,-/ US $1 dibandingkan saat pembelian dilakukan, Jurnal atas
pelunasan hutang ini menjadi :

Hutang Dagang Rp 9.000.000,-


Kerugian (selisih) Kurs Rp 200.000,-
Kas Rp 9.200.000,-

Saat Pengakuan Keuntungan atau Kerugian Kurs


Dari contoh di atas, jika diperhatikan baik-baik, maka jelaslah Keuntungan atau Kerugian
(Selisih) Kurs diakui pada periode dimana keuntungan atau kerugian terjadi. Dalam contoh di
atas kerugian kurs diakui :
Pada Laporan Fiskal, kerugian kurs diakui sebesar Rp 100,000 saja yaitu pada tanggal
penutupan buku fiskal (20 Maret).
Pada Laporan Komersial, kerugian kurs diakui sebesar Rp 200,000 pada saat pelunasan
(pembayaran) dilakukan (30 April)

Di akhir tahun buku, secara konsep sesungguhnya perusahaan memiliki 3 (tiga) pilihan :
1). Mengabaikan fluktuasi nilai tukar (akan tetapi, pilihan ini adalah pilihan berbahaya)
2). Melakukan penyesuaian (membuat adjustment) atas nilai pembelian, yang biasa
disebut Pendekatan Satu Transaksi (akan tetapi tindakan ini, akan membuat laporan
menjadi tidak mencerminkan kejadian ekonomi yang sesungguhnya).
3) Atas perubahan nilai tukar mata uang fungsional (Rupiah) kepada mata uang asing,
disamping mengakui adanya utang, juga diakui adanya keuntungan atau kerugian
(selisih) kurs, yang biasa disebut sebagai Pendekatan Dua Transaksi. (Pilihan inilah yang
paling relevan).

13
Pelaporan Keuntungan Kerugian (Selisih Kurs).
Dimanakah keuntungan atau kerugian (Selisih Kurs) akan dikelompokkan. Karena dalam
hal ini, keuntungan atau kerugian kurs terjadi akibat adanya fluktuasi nilai tukar mata uang
fungsional (Rupiah) terhadap mata uang asing (dalam contoh di atas adalah USD), dimana atas
keuntungan atau kerugian kurs tersebut mempengaruhi arus kas masuk atau keluar, maka
Keuntungan atau Kerugian (Selisih) Kurs dikelompokkan kedalam Pendapatan Lain-lain (other
revenue). Keuntungan atau Kerugian (Selisih) Kurs menjadi elemen penambah atau pengurang
atas Pendapatan Bruto, yang akan menghasilkan Pendapatan netto.

Hedging (Antisipasi Terhadap Fluktuasi Kurs)


Jika diartikan secara harfiah, Hedge = Pagar / Tameng Dalam Financial, Hedging
diartikan sebagai tindakan untuk memindahkan resiko akibat dari fluktuasi kurs (atau suku
bunga, atau harga). Jika saja hedging benar-benar berfungsi secara efektif, maka seharusnya
keuntungan atau kerugian kurs tidak akan terjadi, dan tidak perlu dipusingkan oleh pengakuan
(pencatatan) maupun disclosure-nya.
Adapun hedging yang direkomendasikan untuk mengatasi fluktuasi kurs adalah Intrumen
Keuangan Derivatif, yaitu Kontrak Pertukaran yang Dimajukan (Forward Exchage Contract).
Teknisnya, institusi keuangan setuju untuk menetapkan suatu nilai tukar mata uang yang
disepakati untuk dimasa depan yang telah disepakati pula.

Contoh : Bank Devisa (dimana rekening perusahaan) menyetujui perusahaan untuk hedging nilai
Tukar Rupiah terhadap USD adalah Rp 9000,- sampai dengan tanggal 30 April, Jika saja pada
contoh kasus pembelian barang dagangan diatas perusahaan melakukan hedging, maka kerugian
kurs sebesar Rp 200,000 tersebut tidak akan terjadi. Pengakuan currency gain lost pun tidak
perlu terjadi.
Disatu sisi hedging akan meminimalisasi atau bahkan mengeliminasi kemungkinan
terjadinya kerugian kurs, di sisi lainnya, perusahaan juga kehilangan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan kurs. Jika Fluktuasi nilai tukar benar-benar menjadi masalah bagi
perusahaan, lakukanlah hedging Jika :

14
IMPORTER : nilai tukar uang fungsional (Rupiah) cenderung melemah, Lakukanlah
hedging, jika sebaliknya, maka jangan lakukan.

EXPORTER : nilai tukar uang fungsional (Rupiah) cenderung menguat, Lakukanlah


hedging, Jika sebaliknya, jangan lakukan.

Contoh Soal:

Financial Instrumen, Transaksi Dalam Mata Uang Asing


Soal

ABC Corporation sebuah perusahaan export & import yang berdomisili di United Stated of Amerika (USA)
memiliki piutang (Receivable) dan hutang (Payable) dalam unit mata uang asing (foreign currency units).
Berikut ini data sebelum dilakukan penyesuaian (adjustment) pada akhir tahun (31 Desember 2013), sebagai berikut:

    Rate On Per Books Current


  Current Date Of In U.S. Rate On
Foreign Currency Unit Transaction Dollars 31/12/13
Account Receivable        
denominated in Foreign
Currency        
20 $
British Pound 0,000 $ 1.6300 $ 326,000 1.6400
30
Euros 0,000 0.6700 201,000 0.6750
40
Swedish Krona 0,000 0.6800 272,000 0.6900
5,00
Japanese Yen 0,000 0.0090 45,000 0.0085
      $ 844,000  
         
Account Payable denominated in        
Foreign Currency        
Canadian Dollars 20 $ 0.8000 $ 160,000 $

15
0,000 0.8500
30
Swedish Krona 0,000 0.6650 199,500 0.6500
10,00
Japanese Yen 0,000 0.0080 80,000 0.0085
      $ 439,500  
         

Diminta:

1.      Buat perhitungan piutang (Receivable) dan hutang (payable) yang


harus dilaporkan pada Neraca ABC Corporation per 31 Desember 2005.

2.      Hitung gains & losses individual untuk masing-masing Receivable dan
Payables serta net exchange gains / losses yang akan dilaporkan pada
Laporan Laba Rugi (Income statement) ABC Corporation tahun 2005.
Jawab:
  Per Books Balance Sheet Exchange Gain
      or (Loss)
Account Receivable      
British Pound (200.000 x 1.6300) $ 326,000 $ 328,000 $ (2,000)
Euros (300.000 x 0.6700) 201,000 202,500 (1,500)
Swedish Krona (400.000 x 0.6800) 272,000 276,000 (4,000)
Japanese Yen (5.000.000 x 0.0009) 45,000 42,500 2,500
  $ 844,000 $ 849,000 -5000
Account Payable      
Canadian Dollars (200.000 x 0.8500) $ 160,000 $ 170,000 $ (10,000)
Swedish Krona 199,500 195,000 4,500
Japanese Yen 80,000 85,000 (5,000)
$ 439,500 $ 450,000 $ (10,500)
       
Net Exchange Gain     $ 5,500

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
1. Nilai relatif suatu mata uang terhadap mata uang yang lain dapat dinyatakan dalam dua
cara yang berbeda, yaitu:
a. Kurs langsung
b. Kurs tidak langsung

17
2. Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Yang diatur dalam PSAK 10 dan 11
3. Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
a)      Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu
mata uang asing;
b)      Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam
suatu mata uang asing;
c)      Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana;
atau
d)     Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban
yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
4. Hedging dapat diartikan sebagai tindakan untuk memindahkan resiko akibat dari fluktuasi
kurs (atau suku bunga, atau harga).

18
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E dkk. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia). Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat

http://akuntansilanjutan1.blogspot.com/2012/02/transaksi-mata-uang-asing.html

Anda mungkin juga menyukai