Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi parkir


Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan baik kendaraan bermotor
maupun kendaraan tidak bermotor dan ditinggalkan oleh pengemudinya dalam
jangka waktu tertentu tergantung pada kendaraan dan kebutuhannya ( Vitri Gusni,
2019 ). Parkir merupakan keadaan dari suatu kendaraan yang tidak bergerak dan
memiliki sifat yang tidak sementara, sedangkan berhenti merupakan keadaan suatu
kendaraan yang tidak bergerak dan memiliki sifat sementara dengan kondisi
pengemudi tidak meninggalkan kendaraan (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
1996).
Parkir merupakan salah satu unsur dari sebuah prasarana transportasi dimana
keberadaannya tidak terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga
pengaturan parkir akan mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan
raya. Selain pengertian tersebut terdapat pendapat dari ahli tentang pengertian parkir
diantaranya Parkir merupakan tempat untuk menempatkan dengan menghentikan
kendaraan angkutan/barang (bermotor atau tidak bermotor) dalam jangka waktu
tertentu pada suatu tempat (Taju, 1996). Sedangkan menurut UU no 22 tahun 2009
parkir adalah keadaan kendaraanberhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan
ditinggalkan pengemudinya.
Beberapa pengertian mengenai tempat parkir, adalah sebagai berikut.
1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya, (Poerwadarminta,
1984).
2. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama
atau sebentar tergantung pada kendaraan dan kebutuhannya (peraturan
lalulintas).
3. Parkir adalah tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan
angkutan/barang(bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam
jangka waktu tertentu (Taju,1996).
4. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).
Meningkatnya tingkat pengguanaan transportasi maka meningkat pula
kebutuhan ruang parkir yang dibutuhkan dengan kekhawatiran ini juga semakin
meningkat. Dengan permasalahan ini maka dibutuhkan kualitas parkir yang baik dan
lahan yang mampu menampung semua kendaraan. Selain itu meningkatnya
kepemilikan sebuah kendaraan juga memicu peningkatan kapasitas parkir.
Permasalahan parkir sangat penting untuk dikaji lebih mendalam, karena hampir
semua aktivitas kegiatan diruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Ruang
parkir yang dibutuhkan harus tersedia secara memadai, Sebab dengan semakin besar
volume lalu lintas yang beraktivitas baik yang meninggalkan atau menuju pusat
kegiatan, maka semakin besar pula kebutuhan ruang parkir. Bila tidak cukup
kapasitas dari lahan parkir, kendaraan tersebut akan mengambil parkir ditepi jalan
diseputar kawasan tersebut, sehingga menyebabkan kesemrawutan. Jadi parkir di
jalan raya (on street parking)harus diatur dan dibatasi dengan cara menyediakan
ruang parkir dan penataan kembali pola parkir dengan tata letak parkir sesuai
kebutuhan.
Dalam membahas masalah parkiran, ada beberapa pedoman penting yang perlu
diketahui sebagai berikut ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 ) :
1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
2. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian
kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu
kurun waktu.
3. Tempat parkir di badan jalan, (on street parking) adalah fasilitas parkir yang
menggunakan tepi jalan.
4. Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parker
kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan
yang dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir.
5. Jalan adalah tempat jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.
6. Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan
kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang
bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP
adalah SRP untuk mobil penumpang.
7. Jalur sirkulasi adalah tempat, yang digunakan untuk pergerakan kendaraan
yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir.
8. Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan.
9. Sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.
2.2. Jenis Parkir
Kendaraan yang menempuh suatu perjalanan pada akhirnya akan berhenti
ditempat tujuan sehingga membutuhkan lahan parkir. Dibawah ini adalah beberapa
jenis parkir yang ada :
2.2.1. Parkir menurut penempatannya (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,1996).
a. Parkir di Badan Jalan (On Street Parking)
Parkir di badan jalan/ditepi jalan adalah parkir yang mengambil tempat di
tepi sepanjang jalan dengan atau melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Jenis
parkir in baik untuk pengunjung yang ingin dekat dengan tempat tujuannya.
Parkir di badan jalan/tepi jalan (on street parking) dilakukan di atas badan jalan
dengan menggunakan sebagian badan jalan.
Kerugian :
1. Mengganggu lalu lintas
2. Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan lebar lajur lalu lintas
3. Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
Keuntungan :
1. Murah tanpa investasi tambahan
2. Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
3. Posisi parkir
4. Sejajar dengan sumbu jalan
5. Tegak lurus sumbu jalan
6. Membuat sudut dengan sumbu jalan
Gambar 2. 1 Ruang parkir pada badan jalan
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
2.2.2. Parkir di Luar Badan Jalan (off street parking)
Parkir di luar badan jalan (off street parking) yaitu parkir yang lokasi
penempatan kendaraannya tidak berada di badan jalan. Parkir jenis ini mengambil
tempat di pelataran parkir umum, tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk
umum dan tempat parkir khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri seperti :
kantor, pusat perbelanjaan, dan sebagainya.
Fasilitas parkir di luar badan jalan dapat dikelompokkan atas dua bagian,
yakni:
a. Fasilitas untuk umum yaitu tempat parkir berupa gedung parkir atau taman
parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan sendiri.
b. Fasilitas parkir penunjang yaitu berupa gedung parkir atau taman parkir yang
disediakan untuk menunjang kegiatan pada bangunan utama (Ditjen
Perhubungan Darat, 1996).
Jarak parkir terjauh ke tempat tujuan tidak lebih dari 300-400 meter. Bila lebih
dari itu pemarkir akan mencari tempat parkir lain sebab keberatan untuk berjalan
jauh (Warpani,1990). Untuk menghindari terjadinya sebuah hambatan akibat
parkir kendaraan di jalan maka parkir kendaraan di jalan maka parkir di luar jalan
menjadi salah satu pilihan yang terbaik.
a. Keuntungan Tidak mengganggu lalu lintas dan Faktor keamanan lebih tinggi
b. Kerugian Perlu biaya investasi awal yang besar dan Bagi pengguna yang
dirasakan kurang praktis, apalagi jika kepentingannya hanya sebentar saja.
2.2.3. Parkir Menurut Statusnya
a. Parkir umum
Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah tanah,
jalan,lapangan yang dimiliki atau dikuasai dan penyelenggaranya dikelola oleh
pemerintah daerah.
b. Parkir khusus
Parkir khusus merupakan pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan,
dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah. Parkir khusus juga
menggunakan tarif dalam sistem parkiran, dan semua juru parkir ditugaskan
secara khusus dan wajib berseragam. Parkir khusus ini seperti di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang. Jenis parkir ini diperuntukan untuk pengemudi yang
memiliki keterbatasan fisik. Parkir ini wajib dekat dengan akses pintu masuk
bangunan. Biasa banyak kita jumpai di area parkir mall, kantor, bahkan di area
olahraga seperti stadion juga sudah menyediakan parkir ini. Diperlukan standar
khusus untuk ukuran parkirnya karena membutuhkan akses lebih dibandingkan
dengan parkir biasa.
c. Parkir darurat
Parkir darurat perparkiran di tempat umum, baik yamg menggunakan lahan,
jalan, lapangan milik, dan penguasaanya oleh pemerintah daerah atau swasta
karena kegiatan insidentil/darurat/mendesak saja.
d. Taman parkir
Taman parkiran dalah suatu area atau bangunan perparkiran yang dilengkapi
sarana perparkiran yang pengelolaanya diselenggarakan oleh pemerintah.
e. Gedung parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir
kendaraan yang penyelenggaraanya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga
yang mendapat ijin dari pemerintah daerah.
2.2.4. Parkir Menurut Tujuannya
Menurut jenis tujuan parkir dapat digolongkan menjadi
a. Parkir penumpang yaitu parkir untuk menaik turunkan penumpang.
b. Parkir barang yaitu parkir untuk bongkar muat barang.
Keduanya sengaja dipisahkan agar satu sama lain kegiatan tidak saling
mengganggu.
2.2.5. Parkir menurut jenis kepemilikan dan pengoprasiannya
a. Parkir milik dan pengoperasiannya adalah milik swasta
b. Parkir milik pemerintah daerah dan pengelolaanya adalah pihak swasta
c. Parkir milik dan pengoperasiannya adalah pihak pemerintah.
2.2.6. Parkir Menurut jenis kendaraannya terdapat beberapa golongan parkir yaitu:
a. Parkir untuk kendaraan roda dua tidak bermesin (sepeda)
b. Parkir untuk kendaraan beroda dua bermesin (sepeda motor)
c. Parkir untuk kendaraan beroda tiga, beroda empat atau lebih(bemo dan
mobil).
d. Parkir untuk kendaraan beroda dua mutifungsi
e. Parkir untuk kendaraan beroda tiga tidak bermesin dan bermesin (becak,
tossa)
2.3. Karakteristik Parkir
Yang dimaksudkan sebagai sifat-sifat dasar yang memberikan penilaian terhadap
pelayanan parkir dan permasalahan parkir yang terjadi pada lokasi studi. Berdasarkan
karakteristik parkir, akan dapat diketahui kondisi perparkiran yang terjadi pada lokasi
studi seperti mencakup volume parkir,akumulasi parkir, lama waktu parkir, kapasitas
parkir,penyedian ruang parkir dan indeks parkir[ CITATION edi17 \l 1033 ].
2.3.1. Durasi parkir
Durasi parkir adalah lamanya waktu yang dibutuhkan kendaraan mulai dari
masuk tempat parkir sampai meninggalkan tempat parkir. Lama parkir atau durasi
parkir digunakan untuk merencanakan kebutuhan ruang parkir. Di samping itu
data lama parkir digunakan untuk menghitung besarnya tarif yang akan dikenakan
kepada pemarkir khususnya untuk tempat parkir yang harus membayar
berdasarkan lama parkir. Satuan yang biasanya digunakan dalam perhitungan tarif
adalah jam seperti yang banyak digunakan di perkantoran atau pusat perbelanjaan
di kota-kota besar Indonesia atau di berbagai negara maju menggunakan satuan 15
menitan ataupun tiap menit. Selain itu digunakan sebagai acuan untuk
menerapkan pembatasan lamanya parkir misalnya untuk menaikkan atau
menurunkan muatan maksimum 5 menit, parkir di depan toko, maksimum 1 atau
2 jam. Persamaan yang diberikan oleh( Hobbs, 1995) adalah sebagai berikut:
DP = Wk – Wm....................................................(2.1)
Keterangan:
DP : Durasi Parkir
Wk : Waktu saat kendaraan keluar
Wm : Waktu saat kendaraan masuk
Salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas penggunaan lahan parkir
selain luas ruang parkir adalah lamanya kendaraan parkir (durasi). Tujuan
terhadap dilakukannya analisi durasi parkir adalah: Untuk mengetahui lamanya
rerata lamanya kendaraan parkir pada lahan parkir tersebut.
2.3.2. Akumulasi Parkir
Akumulasi adalah jumlah kendaraan parkir dalam periode waktu tertentu.
Akumulasi juga merupakan suatu informasi yang sangat dibutuhkan untuk
mengetahui jumlah kendaraan yang parkir pada lahan yang tersedia dengan selang
waktu tertentu. Data ini dapat diperoleh dengan cara menghitung kendaraan yang
telah menggunakan lahan parkir ditambah dengan kendaraan yang masuk dan
dikurangi dengan kendaraan yang keluar.
Menurut ( Hobbs, 1995), akumulasi parkir adalah nilai yang digunakan untuk
mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan parkir pada
selang waktu tertentu. Nilai tersebut dapat dihitung dengan rumus:
Akumulasi = Qin – Qout + Qs.......................................(2.2)
Keterangan:
Qin = kendaraan yang masuk lokasi parkir
Qout = kendaraan yang keluar lokasi parkir
Qs = kendaraan yang telah berada di lokasi parkir sebelum pengamatan

Akumulasi parkir secara umum dapat didefinisikan sebagai jumlah maksimum


kendaraan yang dapat diparkir pada lahan parkir dalam selang waktu tertentu.
Besar kecilnya lahan parkir akan sangat menentukan besarnya volume yang dapat
ditampung. Hal ini berarti tingkat kapasitas sangat mempengaruhi dimensi lahan
parkir tersebut.
2.3.3. Volume Parkir
Menurut ( Hobbs, 1995), volume Parkir adalah jumlah kendaraan yang
termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu
biasanya per hari).
Volume parkir merupakan jumlah kendaraan yang masuk ke tempat parkir
selang waktu tertentu, biasanya volume parkir dihitung per hari. Volume parkir
dapat dihitung dengan menjumlahkan kendaraan yang menggunakan areal parkir
dalam waktu tertentu. Dari data volume parkir bisa didapatkan atau ditentukan
hari puncak dalam satu minggu bahkan hari puncak dalam satu bulan. Jika tarif
yang dikenakan adalah sistem tetap, maka berdasarkan data volume parkir saja
bisa dihitung pendapatan lahan parkir.
Volume Parkir = Qin + X............................................(2.3)
Keterangan :
Qin = Kendaraan yang masuk lokasi parkir
x = Jumlah kendaraan yang sudah ada.
2.3.4. Kapasitas parkir
Kapasitas parkir adalah banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu
lahan parkir selama waktu pelayanan. Untuk itu kapasitas parkir harus
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak hanya didasarkan pada volume
maksimum pada kondisi sibuk, namun juga harus memperhatikan dan
mempertimbangkan keseluruhan perilaku kendaraan baik durasi waktu maupun
akumulasi parkir selama selang waktu tertentu. hal ini sangat penting karena
penentuan kapasitas yang tidak optimal pada akhirnya akan mengakibatkan
perencanaan daerah parkir yang tidak optimal pula.
Menurut Oppen (1976), dalam Sugita (2011), kapasitas menyatakan banyaknya
kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu pelayanan.
Nilai tersebut dapat dihitung dengan rumus:
jumlah petak parkir tersedia(S)
K p= .......................................... (2.4)
D
Keterangan:
K p = Kapasitas parkir (SRP/Jam/Kendaraan)
S = Jumlah Petak Parkir tersedia
D = Waktu/durasi rata-rata parkir (jam/kendaraan)

Kondisi ini akan mewujudkan kemungkinan suatu lahan parkir dapat


menampung sejumlah kendaraan pada kondisi jam sibuk namun pada waktu
lainnya akan banyak ruang kosong. Atau dapat pula terjadi sebaliknya dimana
pada jam normal sekalipun, banyak kendaraan yang tidak tertampung. Hal ini
tentu sangat tidak efisien bila ditinjau dari sudut investasi.
2.3.5. Indeks Parkir (IP)
Persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi
dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%. Menurut (A.A. Jaya Wikrama
2010) indeks parkir adalah perbandingan antara akumulasi parkir dengan
kapasitas parkir. Nilai indeks parkir ini dapat menunjukkan seberapa besar
kapasitas parkir yang telah terisi. Rumus yang dapat digunakan unutuk
menghitung indeks parkir adalah :
Akumulasi Parkir
IP = x 100% ..........................................(2.5)
petak parkir tersedia
Keterangan:
a. IP < 1 artinya bahwa fasilitas parkir tidak bermasalah, dimana
kebutuhan parkir tidak melebihi daya tampung/ kapasitas normal
b. IP = 1 artinya bahwa kebutuhan parkir seimbang dengan daya
tampung/kapasitas normal.
c. IP > 1 artinya bahwa fasilitas parkir bermasalah, dimana kebutuhan
parkir melebihi daya tampung/kapasitas normal.

Besarnya indeks parkir yang tertinggi diperoleh dari perbandingan antara


akumulasi parkir dengan kapasitas parkir. Besaran indeks parkir ini akan
menunjukkan apakah kawasan parkir tersebut bermasalah atau tidak.
2.4. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
Penyelenggaraan fasilitas parkir adalah suatu metode perencanaan dalam
menyelenggarakan fasilitas parkir kendaraan, baik di badan jalan maupun di luar
badan jalan. Penyelenggaraan fasilitas parkir dilakukan sesuai dengan pedoman
teknis Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Darat, 1996 ).
2.4.1 Inventarisasi Fasilitas Parkir dan Pola Parkir
Untuk keteraturan kendaraan yang di parkir biasanya kendaraan ditempatkan
pada kotak-kotak parkir ( stall ) yang sudah disediakan. Kotak-kotak parkir ini
digambarkan secara khusus pada lantai parkir kendaraan sehingga dapat dilihat
secara jelas dan mudah. Inventarisasi fasilitas parkir dalam studi parkir selalu
dimulai dari keadaan yang ada sekarang. Inventarisasi fasilitas parkir berguna
untuk mengetahui jumlah petak parkir yang ada pada daerah studi, yang berkaitan
dengan kapasitas parkir(Warpani, 1990).
2.4.2 Satuan Ruang Parkir (SRP)
Di dalam suatu parkir, membuat ukuran untuk satu kendaraan tidak bisa diukur
secara sembarangan, semua sudah ada standarnya karena berfungsi untuk
kenyamanan pengemudi, penumpang dalam akses keluar masuk kendaraan, dan
juga untuk keamanan kendaraan agar tidak terjadi benturan dengan kendaraan
lain. Hal ini dikenal dengan nama Satuan Ruang Parkir.
Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan
kendaraan dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor, baik
parkir paralel dipinggir jalan,pelataran parkir ataupun gedung parkir. SRP harus
mempertimbangkan ruang bebas dan lebar bukaan pintu.
Satuan ruang parkir digunakan dalam perencanaan dan desain ruang parkir
kendaraan yang berlokasi:
a. Parkir dipinggir jalan
b. Parkir digedung parkir
c. Parkir dipelataran parker
Penentuan SRP dapat digunakan persamaan berikut :
SRP = Y x D : T...............................................................(2.6)
Keterangan :
SRP : Satuan Ruang Parkir
Y : Jumlah kendaran
D : Rata-rata durasi
T : Lama waktu pengamatan
Dimensi dasar untuk SRP berdasarkan Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
Fasilitas Parkir tergantung kepada bukaan pintu dan golongan kendaraan. Lebar
bukaan pintu akan mempengaruhi kenyamanan penumpang keluar masuk
kendaraan, maka dibuatlah standar seperti ditunjukkan berikut ini:
Tabel 2.1 Lebar bukaan pintu kendaraan
Jenis Bukaan Pintu Pengguna dan atau Gol.
peruntukan
Pintu depan/belakang Kantor, Perdangan, I
terbuka tahap awal 55 cm universitas.
Pintu depan/belakang Pusat Olahraga, Hotel, II
terbuka penuh 75 cm Rekreasi, Rumah Sakit,
Bioskop, Belanja
Pintu depan/belakang Orang Difable III
terbuka penuh
Sumber: ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Tabel 2.2 Ukuran berdasarkan golongan kendaraan


No. Jenis Kendaraan SRP dalam m2
1. a. Mobil Penumpang Gol. I 2,30 x 5,00
b. Mobil Penumpang Gol. II 2,50 x 5,00
c. Mobil Penumpang Gol. III 3,00 x 5,00
2. Bus/Truk 3,40 x 12,50
3. Sepeda Motor 0,75 x 2,00
Sumber: ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Tabel 2.3 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir


Pusat Perdagangan Satuan ( SRP untuk mobil Kebutuhan Ruang
penumpang ) Parkir
Pertokoan SRP / 100 m2 Luas Lantai 3,5 – 7,5
efektif
Pasar Swalayan SRP / 100 m2 Luas Lantai 3,5 – 7,5
efektif
Pasar SRP / 100 m2 Luas Lantai
efektif
Sumber: ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
1. Penentuan Satuan Ruang Parkir(SRP)
a. SRP untuk mobil penumpang

Gambar 2.2 SRP untuk mobil penumpang


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Keterangan:
a = jarak gandar,
h = tinggi total,
b = depan tergantung,
B = lebar total,
c = belakang tergantung,
L = panjang total,
d = lebar

Gambar 2.3 SRP untuk mobil penumpang


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Tabel 2.4 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir mobil penumpang
Gol. I B = 1,70 a1 = 0,10 Bp = B + O + R
O = 0,55 L = 4,70 Lp = L + a1 + a2
R = 0,05 a2 = 0,20 Bp = 2,30 Lp = 5,00
Gol. II B = 1,70 a1 = 0,10
O = 0,75 L = 4,70
R = 0,05 a2 = 0,20 Bp = 2,50 Lp = 5,00
Gol. III B = 1,70 a1 = 0,10
O = 0,80 L = 4,70
R = 0,05 a2 = 0,20 Bp = 3,00 Lp = 5,00
Sumber: ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

b. SRP untuk Bus/Truk


Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk (dalam cm)

Gambar 2.4 SRP untuk Bus/Truk

Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996


)

Gambar 2.5 SRP untuk Bus/Truk


Sumber: ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Tabel 2.5 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Bus/Truck
Kecil B = 1,70 a1 = 0,10 Bp = B + O + R
O = 0,80 L = 4,70 Lp = L + a1 + a2
R = 0,30 a2 = 0,20 Bp = 2,80 Lp = 5,00
Sedang B = 2,00 a1 = 0,20
O = 0,80 L = 8,00
R = 0,40 a2 = 0,20 Bp = 3,20 Lp = 8,40
Besar B = 2,50 a1 = 0,30
O = 0,80 L = 12,00
R = 0,50 a2 = 0,20 Bp = 3,80 Lp = 12,50

Sumber: ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

c. SRP untuk Sepeda Motor


Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda Motor (dalam cm)

Gambar 2.6 SRB untuk Sepeda motor


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Tabel 2.6 SRP untuk Sepeda motor
B = 0,70 R = 0,10 a1 = 0,20 a2 = 0,05 L = 1,75 Bp = 2,00 Lp = 0,80
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Bila digunakan dimensi yang lebih kecil dari standar sebagaimana dalam tabel
tersebut di atas, akan mempersulit manuver kendaraan yang keluar atau masuk ke
ruang parkir, dan sering mengakibatkan kendaraan akan bersenggolan pada saat
keluar atau masuk ruang parkir serta waktu yang dibutuhkan untuk memarkirkan
kendaraan makin lama
2. Kriteria Area Parkir
Di dalam membuat tempat parkir, terhadap beberapa kriteria yang harus dapat
dipenuhi oleh sang pemilik bangunan. Hal ini semata-mata untuk mempernyaman
pemilik kendaraan.
Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi dari suatu tempat parkir :
a. Jumlah kendaraan yang akan ditampung sehingga diketahui perkiraan luas yang
dibutuhkan.
b. Ukuran dan jenis kendaraan yang akan ditampung. Perhatikan standarnya.
c. Terdapat penerangan yang cukup untuk malam hari. Bisa menggunakan lampu
tiang setinggi 2 meter atau lampu mercury.
d. Terlindung dari panas matahari. Dapat diberikan kanopi atau pilih tanaman
berbentuk pohon atau perdu, cukup kuat, tidak mudah patah, tidak mengeluarkan
getah yang merusak cat kendaraan, mempunyai tajuk yang cukup padat dan
lebar, mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak perkerasan( pelataran
parkir ) dan tidak menggugurkan dahan dan ranting.
e. Terdapat ruang tunggu pengemudi/sopir dan tempat sampah. Untuk area tertentu
seperti mall diberikan pengeras suara untuk memanggil sopir.
f. Terdapat pos penjagaan dan petugas jaga yang berkeliling.
g. Arah masuk dan keluar parkir harus jelas, tidak membingungkan pengemudi,
dan tidak menyebabkan kecelakaan kendaraan.

Kriteria peletakan fasilitas parkir diantaranya:


a. Tempat parkir diusahakan di permukaan yang datar agar kendaraan tidak
menggelinding. Jika tanah miring lakukan grading dengan sistem cut and fill.
b. Tempat parkir dengan bangunan (tempat kegiatan) diusahakan tak jauh. Jika
cukup jauh, buat arah yang jelas baik menuju area parkir dan menuju bangunan.
Terdapat 2 cara parkir yang umum digunakan di semua tempat di dunia ini
Terdiri dari Parkir Paralel, dan parkir menyudut, antara lain:
a. Parkir Paralel
Parkir paralel adalah parkir dimana pengemudi harus menempatkan posisi
sejajar dengan jalan. Sebagian besar parkiran jenis ini terjadi di pinggir jalan raya.
Cara parkir jenis ini, sangat berguna pada saat memberhentikan mobil secara
terpaksa akibat kerusakan mesin di pinggir jalan. Parkir parallel juga merupakan
suatu cara parkir kendaraan (umumnya mobil) dengan membentuk formasi berbaris
dimana bumper depan mobil bertemu dengan bumper belakang mobil. Parkir
parallel memiliki standar sudut 90 derajat.
1. Pola parkir paralel pada bidang datar

Gambar 2.7 Parkir paralel pada bidang datar

Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

2. Pola parkir parallel pada area tanjakan

Gambar 2.8 Parkir paralel pada pada area tanjakan


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
3. Pola parkir paralel pada area turunan

Gambar 2.9 Parkir paralel pada pada area tanjakan


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
b. Parkir Menyudut/serong
Merupakan cara parkir kendaraan yang membentuk sudut dengan pinggir jalan
atau tempat parkir. Parkir sudut merupakan salah satu cara termudah dalam
memarkir kendaraan.
a. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku untuk jalan
kolektor dan lokal
b. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbeda
berdasarkan besar sudut.
Dalam membuat parkir serong, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Parkir serong harus memiliki standar sudut 30 derajat, 45 derajat, atau 60
derajat. Tidak boleh kurang atau lebih dari sudut tersebut. Sudut parkir yang
berbeda dapat diterapkan guna menyesuaikan dengan luasan yang diperuntukkan
untuk pelataran parkir, demikian juga halnya dengan dimensi ruang parkir.
b. Luasan area parkir juga harus dipertimbangkan, tidak boleh terlalu sempit karena
menyulitkan pengemudi untuk manuver kendaraannya.
1. Sudut parkir 30 derajat

Gambar 2.10 Pola parkir Menyudut 30 derajat


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Keterangan :
A = lebar ruang parkir (M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
D = ruang parkir efektif (M)
M = ruang manuver (M)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (M)
Tabel 2.7 Ukuran parkir kendaraan sudut 30 derajat
Golongan A B C D E

Golongan I 2,3 4,6 3,45 4,7 7,6


Golongan II 2,5 5 4,3 4,85 7,75
Golongan III 3 6 5,35 5 7,9
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
2. Sudut parkir 45 derajat

Gambar 2.11 Pola parkir Menyudut 45 derajat


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Keterangan :
A = lebar ruang parkir (M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
D = ruang parkir efektif (M)
M = ruang manuver (M)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (M)

Tabel 2.8 Ukuran parkir kendaraan sudut 45 derajat


Golongan A B C D E

Golongan I 2,3 3,5 2,5 5,6 9,3


Golongan II 2,5 3,7 2,6 5,65 9,35
Golongan III 3 4,5 3,2 5,75 9,45
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,1996 )
3. Sudut parkir 60 derajat

Gambar 2.12 Pola parkir Menyudut 60 derajat


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubugan Darat, 1996 )

Keterangan :
A = lebar ruang parkir (M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
D = ruang parkir efektif (M)
M = ruang manuver (M)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (M)

Tabel 2.9 Ukuran parkir kendaraan sudut 60 derajat


Golongan A B C D E

Golongan I 2,2 2,9 1,45 5,95 10,55


Golongan II 2,5 3 1,5 5,95 10,55
Golongan III 3 3,7 1,85 6 10,6
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
4. Sudut parkir 90 derajat

Gambar 2.13 Pola parkir Menyudut 90 derajat


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Keterangan :
A = lebar ruang parkir (M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
D = ruang parkir efektif (M)
M = ruang manuver (M)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (M)

Tabel 2.10 Ukuran parkir kendaraan sudut 90 derajat


Golongan A B C D E

Golongan I 2,3 2,3 5,4 11,2


Golongan II 2,5 2,5 5,4 11,2
Golongan III 3 3 5,4 11,2
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Sudut parkir ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut (Pusdiklat
Dirjen Perhubungan Darat):
a. Keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Pada jalan-jalan yang lebarnya kurang, hanya mampu parkir sejajar saja
yang dapat digunakan, karena parkir yang bersudut justru kurang aman jika
dibandingkan dengan penggunaan parkir sejajar untuk suatu daerah yang
memiliki kecepatan cukup tinggi. Parkir kapasitas bersudut hanya
diperbolehkan pada jalan-jalan kolektor dan lokal yang lebar kapasitasnya
mencukupi.
b. Kondisi jalan dan lingkungan.
Makin besar sudut yang digunakan maka semakin kecil luas daerah masing-
masing tempat parkirnya, akan tetapi makin lebar pula jalan yang diperlukan
untuk membuat lingkaran untuk membelok bagi pengguna parkir untuk
menempati parkiran tersebut.
3. Penentuan Area Parkir
Dalam membuat area parkir terdapat beberapa perlengkapan yang harus
dipenuhi untuk menunjang keselamatan dan kenyamanan bagi para pengendara
dan kendaraannya.

Tabel 2.11 Penentuan area parkir


Pusat Perdagagan

Luas Area Total ( 100m2 ) Kebutuhan Luas Area Total Kebutuhan ( SRP )
( SRP ) ( 100m2 )
10 59 500 415
20 67 1000 777
50 88 1500 1140
100 125 2000 1502
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Perlengkapan untuk area parkir diantaranya adalah :
1. Marka parkir
Marka pada area parkir berfungsi untuk menyatakan tempat untuk parkir kendaraan
yang berupa parkir dalam posisi paralel ataupun parkir bersudut. Marka jalan yang
digunakan dalam perencanaan ruang parkir. Khusus untuk parkir disabilitas harus
dilengkapi dengan marka simbol difabel dan dilengkapi dengan rambu yang
menunjukkan bahwa ruang parkir tersebut khusus untuk difabel.
Pada suatu tempat parkir membutuhkan marka pada permukaan jalan untuk
mempermudah aktifitas parkir itu sendiri. tempat tambahan sangat diperlukan untuk
melakukan alih gerak, dimana hal tersebut bergantung dari sudut parkirnya.
Adapun penggunaan marka terbagi menjadi dua sesuai dengan jenis kendaraan, yaitu
sebagai berikut:
a. Marka parkir mobil

Gambar 2.14 Marka parkir mobil


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
ketetapan marka parkir untuk mobil harus mengacu pada Perencanaan dan
Pengoperasian Fasilitas Parkir 1996 oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
memiliki lebar garis 12 cm dengan panjang 5 m dan jarak antar garis 2,5 m (mengikuti
dimensi SRP yang digunakan).

b. Marka parkir Sepeda motor

Gambar 2.15 Marka parkir sepeda motor


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Sehingga ketetapan marka parkir untuk sepeda motor yang mengacu pada
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir 1996 oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat memiliki lebar garis 12 cm dengan panjang 2,00 m dan jarak
antar garis 0,70 m.
2. Stopper
Stopper Berfungsi untuk menahan roda mobil agar tidak kebablasan maju atau
mundur karena keterbatasan pandangan pengemudi.
Stopper

Gambar 2.16 Stopper kendaraan


Sumber : (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Stopper sangat diperlukan untuk area parkir yang berada dilantai atas gedung agar
mobil tidak menabrak dinding dan menghindari terjunnya mobil ke bawah.
2.5. Sistem Pengelolaan Parkir
Fasilitas parkir adalah fasilitas umum, merupakan faktor yang sangat penting dalam
sistem transportasi pada daerah perkotaan, dimana dari sudut pandang teknik lalu lintas
aktivitas parkir yang ada saat ini umumnya mengganggu kelancaran arus lalu lintas,
mengingat besarnya parkir yang dilakukan pada badan jalan[CITATION PER20 \l 1033 ].
Pengaturan Pengelolaan Tempat Parkir bertujuan :
1. Mengatur kendaraan yang parkir dengan memperhatikan dampak parkir terhadap
lingkungan sekitar;
2. Menjamin keteraturan, ketertiban dan kenyamanan lingkungan di sekitar tempat
parkir;
3. Mengantisipasi dan menekan seminimal mungkin tindak kejahatan pada
kendaraan ditempat parkir;
4. Memberikan perlindungan kepada masyarakat yang mermarkir kendaraannya
terhadap bahaya, kerugian dari tindak kejahatan ditempat parkir yang telah
ditentukan.
2.5.1 Tata cara parkir
Dalam melaksanakan parkir, baik pengemudi maupun juru parkir harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Batas parkir yang dinyatakan dengan marka pembatas.
2. Keamanan kendaraan dengan mengunci kendaraan dan memasang rem parkir.
Sesuai dengan fasilitasnya, dapat diketahui tata cara parkir sebagai berikut:
1. Fasilitas parkir tanpa pengendalian parkir
a. Dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi kendaraan.
b. Juru parkir memberikan karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan
meninggalkan ruang parkir.
c. Juru parkir harus menggunakan seragam dan identitas.
2. Fasilitas parkir dengan pengendalian parkir
a. Pada pintu masuk, baik dengan petugas maupun dengan pintu otomatis,
pengemudi harus mendapat karcis tanda parkir, yang mencantumkan jam
masuk (bila diperlukan, petugas mencatat plat nomor kendaraan).
b. Dengan dan tanpa juru parkir, pengemudi memarkirkan kendaraan sesuai
dengan tata cara parkir.
c. Pada pintu keluar, petugas harus memeriksa kebenaran karcis tanda parkir,
mencatat lama parkir, menghitung tarif parkir sesuai dengan ketentuan, dan
menerima pembayaran dari pengemudi.

Dalam tata cara parkir juga ada beberapa sistem pengelolaan parkir yang
harus diketahui adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian parkir
Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan
parkir. Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir di pinggir jalan
yang ditetapkan terutama di jalan-jalan utama pusat kota. Kebijakan ini akan
sangat efektif untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan atau
untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pembayaran kembali atas
investasi keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan fasilitas
yang ada (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996).
Aspek yang dibahas dari pengendalian parkir adalah dengan orientasi
komersil, sedangkan tujuan dari pengendalian parkir itu sendiri adalah
(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996):
a. Mengurangi kecelakaan.
b. Membuat penggunaan tempat parkir menjadi lebih efektif.
c. Mencegah terjadinya hambatan arus kendaraan.
Saat ini pengendalian parkir merupakan satu-satunya metode untuk
membatasi pergerakan kendaraan yang dapat dilakukan oleh seorang
perencana sistem transportasi yang komperhensif dan terintegrasi.
Pengendalian parkir diterapkan terutama untuk mengurangi hambatan
kendaraan dan untuk memungkinkan jalan menjadi lebih baik dalam
memenuhi permintaan lalu lintas, dengan mengganti parkir di jalan (on street
parking) menjadi parkir di luar jalan (off street parking).
2. Pengendalian permintaan
Pengendalian dengan waktu dan biaya berkaitan dengan usaha untuk
menyeimbangkan penawaran, permintaan dan pembayaran kembali atas
investasi keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan.
Pembatasan-pembatasan yang dapat dilakukan adalah (Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat,1996).
a. Pembatasan lokasi/tempat parkir kendaraan, terutama dimaksudkan untuk
mengendalikan arus lalu lintas kendaraan untuk membebaskan satu
daerah/koridor tertentu kendaraan yang parkir di pinggir jalan karena alasan
kelancaran lalu lintas.
b. Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu, misalnya pada koridor
pada jam sibuk pagi harus bebas parkir karena tempat parkir tersebut
digunakan untuk mengalirkan arus lalu lintas.
c. Penetapan tarif parkir optimal sehingga pendapatan asli daerah dapat
dioptimalkan, sedangkan arus lalu lintas tetap dapat bergerak dengan lancar.
d. Pembatasan waktu parkir biasanya diwujudkan dengan penetapan tarif
progresif menurut lamanya waktu parkir.
e. Pembatasan-pembatasan pengeluaran ijin penggunaan parkir.
f. Pembatasan waktu terhadap akses parkir.

2.6. Survei Kebutuhan Parkir


Yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas maka
diperlukan untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai prasarana, lalu lintas
yang bergerak diatasnya serta perilaku pengguna. Informasi tersebut dianalisis untuk
memperoleh unjuk kerja lalu lintas, bila unjuk kerja berada dibawah standar
pelayanan minimal, selanjutnya diusulkan perubahan geometrik atau pengaturan
penggunaan ruang jalan.
Ada beberapa cara dalam mensurvey kebutuhan penggunaan parkir, sebagai berikut:
1. Survey Wawancara
Jika kebutuhan parkir meliputi daerah yang luas dan diperkirakan akan terjadi
perubahan tingkat kebutuhan (baik dalam jumlah maupun distribusi lokal), maka
data yang dikumoulkan dari survey wawancara diperlukan.
Ada Dua karakteristik yang biasa digunakan untuk itu, yaitu:
a. Wawancara Parkir (terhadap pengemudi/pemilik)
b. Wawancara pada lokasi terbatas
2. Survey Observasi
Teknik yang sederhana akan lebih cocok jika studi parkir tidak dimaksudkan
untuk mengetahui proses perjalanan tangga para pemarkir.
Dua teknik yang umum digunakan adalah (Abubakar dkk, 1998):
a. Survey Parkir Kordon
Alasan pelaksanaan survei parkir ini adalah:
a.1. Untuk mengukur akumulasi kendaraan pada daerah studi, terutama pada
jam puncak akumulasi, agar dapat menentukan persentase dari tempat parkir
tersedia yang sedang digunakan pada saat itu.
a.2. Untuk menentukan akumulasi kendaraan selama jam sibuk ketika arus
lalu lintas juga tinggi
a.3. Untuk menentukan total kapasitas ruang parkir perjam, yang dibutuhkan
dalam satu hari.
b. Survey Durasi Parkir
Survey ini adalah jenis survey yang paling umum digunakan dan yang paling
dapat diandalkan, kadang juga disebut sebagai survey patroli parkir atau
survey plat nomor kendaraan parkir.
Alasan pelaksaan survey durasi parkir ini adalah:
b.1. Untuk menentukan karateristik parkir sepanjang hari, dan terutama pada
saat puncak penggunaan ruang parkir.
b.2. Untuk menentukan besarnya kepadatan parkir (baik waktu maupun
daerah) dan bagaimana kepadatan ini dapat disebarkan pada masa yang akan
datang.
b.3. Untuk merencanakan system pengendalian parkir yang selektif di
jalan,dalam rangka megefisienkan pengunaan ruang jalan terhadap
persaingan antara lalu lintas dan kendaraan yang parkir.
b.4. Untuk membedakan pemarkir jangka pendek dan pemarkir jangka
panjang, dengan tujuan untuk menyediakan fasilitas parkir segala tujuan.
b.5. Untuk memeriksa system pengamatan dan penindakan terhadap system
pengendalaian parkir yang digunakan.
b.6. Untuk mengumpulkan data sebagai dasar dalam memperkirakan
kebutuhan/permintaan terhadap ruang parkir di masa akan dating dan tempat
parkir yang digunakan, serta untuk merencanakan suatu kebijaksanaan
perparkiran yang sifatnya menyeluruh.
b.7. Untuk menentukan masalah khusus yang terjadi pada saat memuat dan
membongkar barang.
2.7. Desain Lahan Parkir
Dalam melakukan perancangan lahan parkir, Perlu adanya parameter-parameter
yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu seperti kekuatan struktur, keamanan,
keselamatan, sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan sebagainya. Berikut ini akan
dijelakan beberapa kriteria perencanaan sesuai dengan peraturan Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat berkaitan dengan pembangunan fasilitas gedung parkir.
2.7.1 Taman Parkir
1. Kriteria
a. Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
b. Keselamatan dan kelancaran lalu lintas
c. Kelestarian lingkungan
d. Kemudahan bagi pengguna jasa
e. Tersedianya tata guna lahan
f. Letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani
2. Pola Parkir Mobil Penumpang
a. Parkir kendaraan
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang yang sempit.

a.1. Membentuk sudut 90˚


Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan manuver masuk dan keluar keruangan parkir lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 900.

Gambar 2.17 Pola parkir satu sisi 90˚


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

Gambar 2.17 Pola parkir dua sisi 90˚


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )

a.2. Membentuk sudut 30˚, 45˚, 60˚


Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
dengan pola parkir paralel, dan kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90˚.
Gambar 2.19 Pola parkir satu sisi 30˚, 45˚, 60˚
Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
1996 )

Gambar 2.20 Pola parkir dua sisi 30˚, 45˚, 60˚


Sumber : ( Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 )
Tabel 2.14 Penelitian Terdahulu
Penlitian Judul Manfaat
Terdahulu Penelitian Bagi Peneliti Hasil Perbandingan Variabel

Kurniawan, Analisis Untuk mengetahui Untuk memenuhi kebutuhan jumlah 510 Perbandingan penulis dengan  Karakteristik parkir, analisa
Surandono Kebutuhan dan Analisis penggunaan Motor (R2) dan 53 Mobil (R4) kendaraan penelitian ini adalah tingkat pelayanan,
( 2017 ) Penataan Ruang ruang parkir ditinjau dari pada kampus II Fakultas Teknik UM. Metro Penulis fokus pada analisa  Indeks parkir
Parkir pemodelan parker pada maka harus adanya penambahan lahan baru karakteristik parkir, analisa  Konsep alternative penataan
Kendaraan Lahan Parkir Kampus II atau dengan pola ruang parkir bertingkat. tingkat pelayanan, deskriptif
Fakultas Teknik komparatif dan analisa tapak
Universitas yang selanjutnya diketahui
Muhammadiyah Metro konsep penataan yang bisa
menjadi alternative,
Sedangkan pada penelitian
terdahulu lebih focus pada
simulasi pada penerapan
sistem lalu lintas serta kinerja
dari lahan parkir di pasar
tersebut dengan penambahan
area parkir.

Listifadah, Studi Penataan merumuskan Penataan parkir dapat diatur dengan Perbandingan penulis dengan  Karakteristik parkir
Hartono Parkir di rekomendasi terkait menggunakan pola parkir paralel hanya di penelitian ini adalah  Akumulasi parkir
( 2019 ) Wilayah Central penataan dan salah satu sisi badan jalan seperti pada Jalan mengenai analisis penataan  Durasi parkir
Bussines District pengelolaan parkir on Penjawi dan Jalan Jenderal Sudirman. kembali lahan parkir, dan
Kabupaten Pati street kawasan Central Namun, konsekuensinya areal parkir yang ada solusi alternatif yang sesuai
Business District (CBD) menjadi berkurang dan Pemerintah harus dengan kapasitas parkir.
Kabupaten Pati. menyiapkan alternatif berupa kantong parkir Sedangkan pada penelitian
ataupun memindahkan (relokasi) fasilitas terdahulu lebih focus pada
parkir di badan jalan, dari ruas jalan yang analisis penataan lahan parkir
ramai pengunjung ke ruas jalan yang tidak khusus di area badan jalan
terlalu ramai. Artinya, pengguna kendaraan sebagai kawasan parkir
dipaksa untuk memarkir kendaraannya jauh mobil.
dari lokasi yang dituju. Walaupun pada
kenyataannya, pengguna kendaraan pribadi
cenderung memilih tempat parkir yang
sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan.

Widiyanti D. Penataan Untuk Mengetahui Karakteristik parkir di Kota Sekayu Perbandingan penulis dengan  Kebutuhan ruang parkir
( 2016 ) Perparkiran Di sistem penataan parkir berdasarkan di dua (2) lokasi pengamatan penelitian ini adalah penulis  Volume Kendaraan
Sekayu yang sesuai dengan area yaitu pada lokasi Pasar Perjuangan, dengan membahas mengenai  Durasi parkir
Kabupaten Musi di Kota Sekayu. jumlah parkir tertinggi sekitar pukul 08.30 permodelan lahan parkir, dan  Indeks parkir
Banyuasin sampai dengan pukul 09.30. Hal ini solusi alternative unruk
dikarenakan banyak masyarakat yang penambahan lahan parkir
berbelanja ke pasar untuk memenuhi yang sesuai dengan kapasitas
kebutuhan ekonomi. Sedangkan pada Petro parkir.
Mall, jumlah parkir tertinggi sekitar pukul Sedangkan pada penelitian
09.30 sampai dengan pukul 11.30. hal ini terdahulu penulis membahas
dikarenakan banyaknya masyarakat yang tentang penataan ruang parkir
berbelanja ke mal untuk memenuhi dan penanganan ruang parkir
kebutuhan pribadi maupun hanya sekedar khususnya pada ruas jalan
untuk refreshing. Pada lokasi Pasar atau badan jalan.
Perjuangan dengan pengamatan selama 8 jam
(08.00-16.00 WIB) terdapat 369 sepeda
motor dan 136 mobil yang parkir.
Warta Penelitian Perhubungan, Volume 28,
Nomor 5, September-Oktober 2016322
masuk dan keluar dan juga menggunakan
software parkir dengan mekanisme otomatis,
serta dispenser tiket otomatis, yakni dengan
jaringan server sistem software yang berada
pada pos masuk, pos keluar yang
dioperasikan oleh operator ddengan cara
menerima tiket parkir dari pemilik kendaraan
dan memasukannya pada sistem software,
sehingga software parkir akan menghitung
jumlah jam dan biaya parkir.
Jurista, Farida Penataan Dan Menganalisis Untuk volume kendaraan parkir diperoleh Perbandingan penulis dengan  Karakteristik parkir
( 2016 ) Penanganan karakteristik parkir volume puncak kendaraan parkir pada badan penelitian ini adalah penulis  Satuan ruang perkir
Parkir Pada meliputi volume jalan yaitu terjadi di hari Sabtu pada waktu membahas mengenai  Kebutuhan parkir
Badan Jalan kendaraan parkir, dan sore hari antara pukul 16:00-17:00 WIB, besarnya nilai tarikan  Penataan parkir
Sepanjang Ruas kebutuhan ruang parkir dengan total kendaraan parkir berjumlah 424 pergerakan yang ditimbulkan
Jalan Cimanuk pada ruas Jalan kendaraan. Sedangkan kebutuhan ruang oleh Pasar Flamboyan,
Kabupaten Cimanuk. parkir kendaraan ringan untuk kondisi saat ini kinerja lalu lintas serta
Garut. sebanyak 228 petak, sedangkan untuk sepeda menata dan menghitung area
motor sebanyak 246 petak. parkir yang dibutuhkan
terhadap jumlah kendaraan
yang
mengalami tarikan
pergerakan oleh Pasar
Flamboyan.
Sedangkan pada penelitian
terdahulu penulis membahas
tentang penataan ruang parkir
dan penanganan ruang parkir
khususnya pada ruas jalan
atau badan jalan.
Sumber: Hasil pemikiran 2021
2.8. Kerangka Teori
Kerangka teori dibutuhkan dalam penelitian ini agar penulis dapat lebih mudah
mengkonsepkan berbagai permasalahan dari awal penelitian hingga akhir penelitian
dengan mudah. Adapun kerangka penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :

Penataan Lahan Parkir di Pasar Besar kota Batu

Tujuan Penelitian

Mengetahui Karakteristik parkir Mengetahui Standar kelayakan Mengetahui Solusi alternatif


di Pasar Besar kota Batu. parkir sesuai Pedoman Teknis penataan area parkir kendaraan
Penyelenggaraan Fasilitas di Pasar Besar kota Batu
Parkir di Pasar Besar kota Batu.

1. Karaktristik parkir 1. Inventarisasi Fasilitas Parkir 1. Pedoman Teknis


a. Durasi parkir (Hobbs, 1995). dan Pola Parkir Penyelenggaraan Fasilitas
b. Akumulasi parkir (Hobbs, a. Penentuan satuan Ruang Parkir.Darat, 1996)
1995). Parkir (Direktur Jenderal  Penentuan Area Parkir
c. Volume parkir (Hobbs, 1995). Perhubungan Darat,1996,  Pola parkir
d. Kapasitas parkir Oppen (1976), Pedoman Perencanaan dan 2. Peraturan Pemerintah
dalam Sugita (2011), Pengoprasian Fasilitas Republik Indonesia Nomor
e. Rata-rata Lamanya (Durasi) Parkir). 43 Tahun 1993 Tentang
Parkir (A.A. Jaya Wikrama b. Kriteria Area Parkir Prasarana Dan Lalu Lintas
2010) (Pedoman Teknis Jalan
f. Indeks Parkir (Hobbs, 1995). Penyelenggaraan Fasilitas  Tata cara parkir
g. Satuan Ruang Parkir (Direktur Parkir.Darat, 1996). 3. Peraturan Daerah Kota
Jenderal Perhubungan c. Penentuan Area Parkir Parkir Malang Nomor 4 Tahun
Darat,1996, Pedoman (Pedoman Teknis 2009 Tentang Pengelolaan
Perencanaan dan Penyelenggaraan Fasilitas Tempat Parkir
Pengoperasian Fasilitas Parkir.Darat, 1996).  Desain lahan Parkir
Parkir). d. Sistem Pengelolaan
Parkir(Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Fasilitas
Parkir.Darat, 1996).

Gambar 2.25 Kerangka Teori


Sumber: Hasil pemikiran 2021

Anda mungkin juga menyukai