Anda di halaman 1dari 24

Aprianto‐7 

Desember 2018 12/6/2018

Pendahuluan

KONSERVASI
sebagai nominal (kata benda)
1. Pemeliharaan dan perlindungan sesuatu
Aprianto, S.Si secara teratur untuk mencegah kerusakan
dan kemusnahan dengan jalan
mengawetkan; pengawetan; pelestarian;
2. proses menyaput bagian dalam badan
mobil, kapal, dan sebagainya untuk
mencegah karat.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
3
1

BIODATA Pendahuluan
Nama : Aprianto
TTL : Tanjung Taliu, 9 April 1985 Conservation is a state of harmony 
Status : Menikah
HP : 08114856093
between men and land 
e-mail : aprianto.1985@yahoo.com ‐Aldo Leopold, 1949‐
Alamat : Jl. Lempuyangan Dn III/182
Bausasran, Danurejan, Taken from "A Sand County Almanac"
Yogyakarta
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : PNS
Jabatan : Karyasiswa

2 4

1
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Konservasi di Indonesia
Sejarah konservasi Sumber Daya
Alam Indonesia secara sederhana
dibagi menjadi tiga periode: 
1. Zaman kerajaan nusantara
2. Zaman Kolonial
3. Zaman kemerdekaan

5 7

Konservasi di Indonesia
Indonesia saat ini masih memiliki kawasan
hutan sekitar 110 juta hektar. Namun, akibat
degradasi dan kerusakan jumlah tersebut
menyusut menjadi kurang dari 100 juta
hektar.
1. 65 % hutan hutan produksi
2. 23 % hutan lindung
3. 21 % hutan konservasi
Sumber: The State of Indonesia’s Forests 2018
Sumber: 
Mace, G.M. 2014. Whose conservation? Science 345, 1558 
6 8
DOI: 10.1126/science.1254704

2
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Konservasi di Indonesia
UU No. 5 Tahun 1990 KSDAE & UU 
21 % atau 27,5 juta hektar hutan konservasi
dibagi ke dalam beberapa status, ada cagar
No. 40 Tahun 1999 Kehutanan
alam, suaka marga satwa, taman nasional
hingga dengan KSA dan KPA. Dari berbagai Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu:
status ini, TAMAN NASIONAL yang memegang a. fungsi konservasi
porsi paling luas
b. fungsi lindung
c. fungsi produksi

9 11

Sebaran TN di Indonesia
Hutan konservasi terdiri dari:
1. Kawasan Suaka Alam (KSA): 
cagar alam dan suaka
margasatwa
2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA): 
TN, Taman hutan rakyat, Taman 
Wisata Alam
3. Taman buru
10 12

3
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Apakah konservasi berhasil?


KSA, kawasan pengawetan dan wilayah sistem
penyangga kehidupan. 1. Perdebatan tentang alasan konservasi, 
KPA, perlindungan sistem penyangga kehidupan,  serumit apa pun itu, penting dalam
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan membangun motivasi manusia untuk lebih
satwa, serta pemanfaatan secara lestari SDAH dan banyak sadar tentang peran mereka dalam
ekosistemnya.
sistem alam. 
CA, Unik tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau 2. Dengan beragam motivasi dan alasan, 
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan berbagai pihak di seluruh dunia
perkembangannya berlangsung secara alami. mengusahakan apa yang menurut mereka
terbaik untuk menjaga keberlangsungan
13 ekosistem dan keberadaan spesies. 15

Apakah yang anda lihat????


SM, keunikan jenis satwa dan dapat dilakukan
pembinaan terhadap habitatnya.

TN, ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi

TAHURA, koleksi tumbuhan dan atau satwa yang 


alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli

TWA, untuk pariwisata dan rekreasi alam

14 16

4
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

PENGERTIAN KERAGAMAN HAYATI


Why conserve 
biodiversity?
Biodiversity : the diversity of life = keragaman Asumsi:
kehidupan keragaman fungsional /Peran
akan terjaga apabila keragaman
structural/Komposisi

Variability among living organism from all sources Terjaga= fungsi ekosistem bagi
manusia (manfaat) akan terus
including terrestrial, marine and other aquatic mengalir sepanjang keragaman
structural terjaga
ecosystems and the ecological complexes of which
they are part; this includes diversity within species, Maka:
Sebagian besar pengelolaan
between species and of ecosystem biodiversity mengacu pada
pengawetan komponen
structural (life forms all levels) = 

Suatu terminologi untuk menyatakan keragaman lebih mudah

kehidupan di bumi yang sangat kompleks


17 19

SPESIES DAN EKOSISTEM How many species are there on Earth 
and in the Ocean?
 POPULASI
Kumpulan individu dari species yang sama
 KOMUNITAS
Kumpulan populasi dari berbagai species
 EKOSISTEM
Komunitas berinterkasi dengan unsur abiotik
(tanah, air, udara, dll)

Mora C, TittensorDP, AdlS, Simpson AGB, Worm B (2011) How Many Species Are There on Earth and in the 
Ocean?. PLoSBiol9(8): e1001127. doi:10.1371/journal.pbio.1001127
http://journals.plos.org/plosbiology/article?id=info:doi/10.1371/journal.pbio.1001127
18 20

5
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa Kuota Buru


Berdasarkan PP. 7/1999, kriteria penetapan Secara matematis, pertumbuhan populasi yang dilakukan perburuan
suatu jenis menjadi dilindungi memiliki kriteria ditentukan dengan menggunakan persamaan:

antara lain, mempunyai populasi yang kecil,


adanya penurunan yang tajam pada jumlah
individu di alam, dan memiliki daerah Keterangan:
r = laju pertumbuhan populasi eksponensial
Nr = ukuran populasi pada tahun ke‐t
penyebaran yang terbatas (endemik). Nr+1 = ukuran populasi pacta tahun ke‐(t+1)
K  = daya dukung habitat
H  = kuota buru
PermenLHK Nomor P.92 tahun 2018 tentang Perubahan atas
PermenLHK No P.20 tahun 2018 tentang Jenis tumbuhan Sumber: Kartono et al., 2008

dan satwa yang dilindungi Jurnal pembanding: Pratama et al., 2013 Aplikasi Matriks Leslie Untuk Memprediksi


Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Suatu Populasi. Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya
(Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 163 ‐ 172
21 23

Kuota Buru Kuota Buru


Perburuan merupakan salah Untuk mencapai kelestarian ekologis dan
satu tujuan pengelolaan
populasi satwaliar, yakni
ekonomis, maka dalam penetapan kuota
melakukan pemanenan buru perlu dipertimbangkan aspek ekonomi
populasi untuk mendapatkan
hasil lestari (Caughley, 1977).
finansial.

Selain itu individu yang diintroduksikan harus


Kelestarian populasi satwa buru dapat terjamin bila jumlah individu berasal dari kelas umur muda sehingga dapat
yang diburu setiap tahun tidak melebihi pertambahan populasinya. 
Pertumbuhan populasi ditentukan oleh ukuran populasi awal sehingga
menghasilkan keturunan individu baru dalam
pada kawasan buru yang memiliki populasi kurang perlu dilakukan jumlah cukup banyak dalam waktu relatif
introduksi
22
singkat (Kartono et al., 2008) 24

6
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Counting animals Age & stage structure


The trick in obtaining a  Age & Stage‐specific population models
usable estimate of  The dynamic behavior of 
abundance is to choose  a population whether it 
the right method increases, decreases, or 
remains constant is 
(Sinclair et al., 2006) determined by its age‐ or 
stage‐specific mortality 
Total counts have two  and fecundity rates 
interacting with the 
serious drawbacks:  underlying distribution of 
tend to be inaccurate  ages or stages in the 
and expensive. population

25 27

Counting animals Wildlife Management


TOTAL COUNT=providing an index of  Wildlife management is not like civil 
population size (Sinclair et al., 2006) engineering
1. The managers are not erecting something new but acting as 
Ex: custodians of something already there. They are not responsible 
1. The hippopotami (Hippopotamus amphibius) in a clear‐water  for the initial conditions but these often constrain their options
stretch of river can be counted with reasonable facility from a low‐ 2. Choosing the appropriate question is the most difficult task, much 
flying aircraft.  more difficult than answering that question. Good design does not 
2. The number of large mammals in a 1 km2 fenced reserve can be  correct an inadequate grasp of the problem
determined to a reasonable level of accuracy by a drive count.  3. Criteria for success and failure are seldom tight and often are not 
3. Every nesting bird can be counted in an adélie penguin (Pygoscelis available to the public
adeliae) rookery, either from the ground or from an aerial  4. The wildlife and its habitat usually forms a robust ecological 
photograph. system
5. Acts of God
26 28

7
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Some standard analyses Conservation in Practice


1. Chi‐square tests are used only on 
frequencies (i.e. counts that come as 
whole numbers)
2. Analysis of variance (ANOVA) can deal 
both with frequencies and with 
continuous measurements. 
3. The Student’s t‐test is a special case of 
ANOVA and shares its underlying 
assumptions
29 31
Sumber: Sinclair et al, 2006

Conservation in Theory
Sepintas Mengenai TNW
Demographic problems contributing to  Legalitas:
SK Menhut No. 282/ Kpts-VI/ 1997
risk of extinction tanggal 23 Mei 1997 tentang
Demography deals with the probability of individuals living or dying  penunjukkan kawasan TN Wasur
and, if they live, the probability that they will reproduce.  luasnya adalah 413.810 ha.

Pengelolaan:
Three effects can influence the population   Sistem Zonasi, Keputusan Direktur
Jenderal PHKA No.
outcome underlain by those individual  15/Kpts/DJ‐V/2001 tanggal 06
Pebruari 2001 tentang Penunjukan
probabilities:  Zonasi Pada Taman Nasional
Wasur: zona inti, zona rimba, zona
1. individual variation
pemanfaatan, dan zona pemukiman
2. short‐term environmental variation  4 suku asli, yaitu Suku Kanum,
3. environmental change. Suku Marind, Suku Marory Men Gey
30
dan suku Yei 32

8
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

POTENSI TNW POTENSI TNW

1. Flora 3. Flora Eksotik

33 35

POTENSI TNW POTENSI TNW

2. Flora TNW Fauna TNW

34 36

9
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

POTENSI TNW
Sosial Ekonomi dan Budaya
Secara tradisional kawasan TN Wasur
Fauna Eksotik merupakan tanah adat bagi masyarakat asli
yang telah bermukim sebelum kawasan ini
ditunjuk sebagai kawasan taman nasional.

Masyarakat asli tersebut adalah suku


Kanume, Marori Men‐Gey, Yeinan dan
Marind
37 39

POTENSI TNW
Sosial Ekonomi dan Budaya
Kepemilikan hak tanah adat di dalam
Mamalia di TNW kawasan TNW:
 75 % hak tanah adat suku Kanume
 10 % hak tanah adat suku Yeinan
 15 % hak tanah adat suku Marori‐Men 
Gey dan Marind.

38 40

10
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Sosial Ekonomi dan Budaya Sosial Ekonomi dan Budaya


Di dalam kawasan TN Wasur terdapat 8  Pembentukan suatu dusun:
(delapan) kampung.   Ditentukan oleh kelompok keluarga di 
atas tanah adat mereka masing‐masing
Di daerah penyangga TN Wasur terdapat  Tempat mewariskan tradisi dan budaya
beberapa kampung , yaitu kampung adat kepada generasi berikutnya
Nasem, Poo, Torai, Tambat, Satuan‐satuan (kunjungan bisa sampai beberapa
Pemukiman di Unit Pemukiman minggu, bahkan anak‐anak terpaksa
Transmigrasi Sermayam, Kamnosari,  meninggalkan waktu sekolahnya)
Senayu dan Erambu 41 43

Sosial Ekonomi dan Budaya Sosial Ekonomi dan Budaya


Pola penggunaan lahan bagi masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) kegiatan
tradisional ini erat kaitannya dengan pola yang dilakukan secara terintegrasi dan
hidup/nilai pencaharian, yang umumnya partisipatif sebagai upaya konkrit
masih berburu dan pengumpul/peramu.  pemberian contoh kepada masyarakat
mengenai pemberdayaan masyarakat
DUSUN sebagai suatu daerah/tempat dalam dan di sekitar kawasan di dalam
bercocok tanam dan berburu di luar zona meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khusus yang diatur secara adat. di dalamnya
42 44

11
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Permasalahan & isu-isu strategis Permasalahan & isu-isu strategis


Pengukuhan kawasan TNW: Pengelolaan SDHAE:
1. Kawasan TNW sampai saat ini masih PP No. 68 Tahun 1998 Upaya pengawetan
belum ditetapkan (Hanya ditunjuk). pada TN dilaksanakan dalam bentuk
2. Tanda batas dilapangan banyak yang  kegiatan:
tidak jelas. 1. Perlindungan dan pengamanan;
3. Zonasi TNW yang ada belum mendukung 2. Inventarisasi potensi kawasan;
implementasi pengelolaan. 3. Penelitian dan pengembangan dalam
4. Data dan informasi sebagai dasar menunjang pengelolaan;
pengelolaan belum tersedia dengan baik. 4. Pembinaan habitat dan populasi satwa.
45 47

Permasalahan & isu-isu strategis Permasalahan & isu-isu strategis


Permasalahan kelembagaan BTNW: Permasalahan TNW:
1. Wilayah kerja sangat luas; 1. Invasif spesies 
2. Terbatasnya SDM pengelola 2. Rendahnya data dan informasi SDHAE
3. Kurangnya sarana dan prasarana 3. Pembakaran lahan 
4. Belum tersedianya petunjuk‐petunjuk 4. Rendahnya kesadaran dan kepedulian 
teknis pelaksanaan pengelolaan TNW masyarakat
5. Rendahnya alokasi anggaran pengelolaan 5. Tingginya tingkat ketergantungan 
kawasan masyarakat terhadap SDHAE
6. Lemahnya penegakan hukum
46 48

12
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Kebijakan Umum Pengelolaan TNW Zonasi TNW


UU No.5 Tahun 1990 tentang KSDAE TNW terdapat fungsi zona yang dapat
Kebijakan pengelolaan kawasan TNW: digabungkan, yaitu fungsi zona rehabiltasi
1. Mewujudkan kelestarian SDHAE serta  dan zona tradisional. 
keseimbangan ekosistem  Zona rehabilitasi = Zona rimba & Zona
2. Saling menunjang dengan pembangunan  khusus
sektor lain.  Zona tradisional = Zona rimba
3. SDHAE sebagai sebagai penyangga  Hal ini terkait dengan tradisi kehidupan
sistem kehidupan masyarakat adat yang masih berpola
4. Peningkatan partisipasi masyarakat pengumpul dan peramu.
49 51

Zonasi TNW Zonasi TNW


Permenhut Nomor: P.56/Menhut‐II/2006  Mempunyai kondisi alam
baik biota atau fisiknya
tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional masih asli dan tidak atau
1. Zona Inti  164.482 ha 
belum diganggu oleh
(39,75%)
2. Zona rimba 210,338  manusia yang mutlak
ha (51,52%) dilindungi, berfungsi untuk
3. Zona pemanfaatan  perlindungan keterwakilan
130 ha (0,03%) keanekaragaman hayati
4. Zona religi 2,215 ha  yang asli dan khas.
(0,03%)
5. Zona khusus 34,644 
ha (7,38%)
50 52

13
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Zonasi TNW Zonasi TNW


Kondisi dan potensi Didalamnya terdapat situs
alamnya mampu religi, peninggalan warisan
mendukung kepentingan budaya dan atau sejarah
pelestarian pada ZONA yang dimanfaatkan untuk
INTI dan ZONA kegiatan keagamaan, 
PEMANFAATAN perlindungan nilai‐nilai
budaya atau sejarah

53 55

Zonasi TNW Zonasi TNW


Kondisi dan potensi Kondisi yang tidak dapat
alamnya yang terutama dihindarkan telah terdapat
dimanfaatkan untuk kelompok masyarakat dan
kepentingan pariwisata sarana penunjang
alam dan kondisi/jasa kehidupannya yg tinggal
lingkungan lainnya sebelum wilayah tersebut
ditetapkan sebagai TN

54 56

14
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Teknik menghitung populasi satwa


Tujuan Pengelolaan satwa liar:    
 Mempertahankan keanekaragaman
spesies.
 Memanfaatkan jenis satwa liar 
tertentu secara berkelanjutan

Bagan Alir Penentuan Zonasi Taman Nasional Wasur


Sumber: Buku Zonasi TNW 2011
57 59

Teknik menghitung populasi satwa Teknik menghitung populasi satwa


 Kepadatan populasi = jumlah atau biomassa per  Manfaat pengelolaan satwa:
unit, atau persatuan luas atau persatuan volume 
atau persatuan penangkapan.   Mempertahankan keanekaragaman
 Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk spesies.
menghitung produktifitas, membandingkan suatu
 Memanfaatkan jenis satwa liar 
komunitas dengan komunitas lainnya
 Kepadatan relative dapat dihitung dengan tertentu secara berkelanjutan.
membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit 
tersebut. 
58 60

15
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Teknik menghitung populasi satwa Teknik menghitung populasi satwa


Faktor‐faktor yang berpengaruh Metode Mengukur Populasi Hewan:
terhadap populasi (parameter). 3. Metode sampling
Suatu proporsi kecil dari populasi dan
1. Angka kelahiran menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk
2. Angka kematian membuat taksiran kerapatan (kelimpahan) 
3. Kepadatan populasi populasi dan berkaitan dengan metode‐
4. Struktur umur dan struktur metode statistik
kelamin
61 63

Teknik menghitung populasi satwa Metode Pengumpulan Data


Metode Mengukur Populasi Hewan: Secara umum seluruh data diperoleh
1. Metode Capture Recapture dengan tiga cara:
Menduga ukuran populasi dari suatu spesies
1.Pengamatan/Observasi lapang
hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, 
burung atau mamalia kecil 2.Studi pustaka
2. Metode Pengukuran Nisbi 3.Wawancara dengan tokoh kunci
Pengumpulan cuplikan yang mewakili
tetapan nisbi yang tidak diketahui
hubungannya dengan besarnya populasi
secara keseluruhan 62 64

16
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Metode Pengumpulan Data Keragaman Jenis Burung Air


Pengamatan/Observasi lapang Winara, 2016:
1.Metode line transek 4. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan
keragaman jenis burung antar lokasi secara
2.metode transek statistik (Ihsan, 2011).
3.Metode Point Count 5. Adapun analisis kondisi habitat burung dilakukan
secara deskriptif.

65 67

Keragaman Jenis Burung Air Keragaman Jenis Burung Air


Aji Winara, Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No.  Winara, 2016:
1, Edisi Maret 2016
1. Metode penjelajahan lapangan mengacu pada
(Hattori and Mae, 2001, Bibby et al., 2000).
2. Kondisi vegetasi dilakukan ekplorasi jenis
3. Analisis keragaman jenis burung dilakukan
melalui pendekatan indeks keanekaragaman
Shannon‐Wiener, Indeks kemerataan dan indeks
kekayaan jenis Margalef

66 68

17
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Keragaman Jenis Burung Air Bioekologi, Etnobotani & Konservasi


Winara, 2016: Widya, 2015:
Simpulan Pengolahan dan Analisis Data‐Faktor lingkungan
Sebagian besar burung air di TNW tergolong burung migran dengan 1. Data dianalisis menggunakan PCA (Principal Componen
keragaman jenis tergolong sedang ( H’= 1,74 – 2,8). Kondisi habitat  Analysis) atau analisis komponen utama dengan
burung air mengalami gangguan berupa invasi jenis tumbuhan air. menggunakan software Minitab 16.
2. Untuk mengetahui variabel bebas yang memiliki pengaruh
Saran paling determinan terhadap variabel tidak bebasnya
Diperlukan pemantauan perkembangan populasi burung air di TNW digunakan Analisis regresi linier berganda
untuk mengetahui peran kawasan dalam pengawetan burung air. 
Diperlukan pemeliharaan habitat burung terutama di Rawa Donggamit
dengan kegiatan eradikasi tumbuhan invasif.

69 71

Bioekologi, Etnobotani & Konservasi Bioekologi, Etnobotani & Konservasi


Bioekologi, Etnobotani dan Konservasi Ketimunan/Timonius Widya, 2015:
timon (Spreng.) Merr. Pada Masyarakat Lokal Suku Kanume di  Pengolahan dan Analisis Data‐Pengetahuan Etnobotani
Taman Nasional Wasur Papua (Widya, 2015) 1. Data kualitatif yang diperoleh dari kegiatan diolah dan
Plot contoh yang digunakan dalam dianalisis dengan melakukan peringkasan data, 
penelitian ini berukuran 1 ha berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran penggolongan, penyederhanaan, penelusuran dan
lebar 20 m dan panjang 500 m  pengaitan antar tema
menggunakan metode kombinasi antara
jalur dan garis berpetak
2. Analisis data persepsi masyarakat dilakukan melalui
Distribusi Frekuensi.
Pembuatan herbarium untuk mempermudah proses identifikasi spesies tumbuhan 3. Perbedaan persepsi pemanfaatan dan pengetahuan
yang belum diketahui spesiesnya. Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan ketimunan oleh responden digunakan uji Chi‐Square.
yang terdiri dari bagian‐bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun dan kuncup
yang utuh, serta lebih baik jika ada bunga dan buahnya)

70 72

18
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan


Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Hutan Winara et al., 2015:
Kayu Putih Dan Pemanfaatannya (Winara et al.,  1. keanekaragaman hayati diukur dengan
2015) indeks Shannon‐Weaner & indeks Simpson 
1. Herbarium 2. Indeks kekayaan jenis mengacu pada Indeks
2. Indeks nilai penting (INP) digunakan untuk Margalef & Menhinnick. 
mengetahui tingkat dominasi jenis tumbuhan 3. Indeks kemerataan jenis mengunakan
tertentu dalam komunitas dengan pendekatan
Indeks Shannon
kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekwensi
(F), frekwensi relatif (FR), dominansi (D), dan
dominansi relatif (DR).
73 75

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan


Winara et al., 2015:  Winara et al., 2015:
1. Herbarium 4. Indeks kesamaan jenis menggunakan
2. Indeks nilai penting (INP) digunakan untuk INDEKS SORENSEN.
mengetahui tingkat dominasi jenis tumbuhan 5. Semua analisis keanekaragaman jenis
tertentu dalam komunitas dengan pendekatan
dilakukan dengan bantuan software BIODAP
kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekwensi
(F), frekwensi relatif (FR), dominansi (D), dan (Thomas, 1988).
dominansi relatif (DR).

74 76

19
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Pendugaan parameter demografi &  Sebaran Spasial dan Karakteristik


pola penyebaran spasial Habitat
Santosa dan Sitorus, 2008: Madjid, 2009:
1. Wawancara Parameter kualitas air yang diukur: suhu, pH, 
2. Perangkat GIS padatan tersuspensi, dan daya hantar listrik
3. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis (DHL).
terhadap berbagai faktor terkait keadaan
Pengukuran
habitat (vegetasi), parameter demografi
kondisi fisik
walabi lincah, dan bentuk sebaran spasial
perairan

77 79

Pendugaan parameter demografi &  Sebaran Spasial dan Karakteristik


pola penyebaran spasial Habitat
Santosa dan Sitorus, 2008: Madjid, 2009:
4. Parameter demografi dilakukan dengan 1. Pemasangan jaring di sekitar lokasi 
menggunakan metode strip transect, yaitu Penelitian
dengan membuat jalur pengamatan 2. Data sebaran spasial digunakan untuk
sepanjang 1000 meter dan lebarnya dibatasi mengetahui sebaran buaya air tawar Irian di 
5. Pola sebaran spasial walabi lincah diketahui tiap bagian Danau Rawa Biru. Data ini
dengan menggunakan pendekatan nilai diambil menggunakan transek dgn metode
INDEKS DISPERSION (Ludwig and Reynolds,  VES (Visual Encounter Survey), yaitu dengan
1988 dalam Priyono,1998) time search selama 2 jam bersih dan GPS
78 80

20
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Sebaran Spasial dan Karakteristik Pendataan Pohon


Habitat
Inventarisasi Flora:
Madjid, 2009: 1.Stratified stystematic
sampling with random start
2.Intensitas sampling yang 
digunakan adalah sebesar
0,056 % dengan jarak antar
Gambar. Metode Pengamatan Transek plot sejauh 3 km x 3 km.
Sumber: Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Pada
Keterangan:  Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan
X = Jarak titik perjumpaan dari titik O pengamatan (titik awal).  Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Y = Jarak dari garis transek kekiri dan kekanan. 

81 83

Pendataan Pohon Pendataan Pohon


Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Inventarisasi Flora:
Berkala (IHMB): a) Desain klaster berbentuk
persegi ukuran 100 m x 100 
Pengukuran Pohon
m untuk hutan lahan
kering, sedangkan ukuran
50 m x 50 m untuk hutan
rawa dan mangrove;
b) Desain Plot Sampling.

Sumber: Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung


(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)

82 84

21
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Pendataan Pohon Pendataan Pohon


Inventarisasi Flora: a) Sub plot jari‐jari 1 m = tingkat semai yaitu
permudaan pohon dengan tinggi < 1,5 m.
Pengukuran tinggi pohon:
b) Sub plot jari‐jari 2 m = tingkat pancang yaitu
permudaan pohon dengan tinggi tinggi ≥ 1,5 m 
tetapi dbh (diameter at breast height) < 5 cm.
c) Sub plot jari‐jari 5 m = tingkat tiang yaitu pohon
dengan dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 20 cm 
kecuali untuk hutan mangrove ukuran tiang
adalah dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 10 cm. Pada
plot ini juga diamati rotan muda (belum siap
panen) yaitu rotan yang mempunyai panjang
batang dari leher akar ke daun hijau pertama
(bebas pelepah) < 3 m.
d) Sub plot jari‐jari 10 m = hasil hutan bukan kayu
seperti rotan dewasa (siap panen) yang 
mempunyai panjang batang ≥ 3 m, bambu, dan
Sumber: Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan sagu, dll.
Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung e) Sub plot jari‐jari 17,8 m = pohon yang 
(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan mempunyai dbh ≥ 20 cm kecuali untuk hutan
Produksi (KPHP) mangrove dbh ≥ 10 cm.
Sumber: Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
85 (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) 87

Pendataan Pohon Pendataan Pohon


Pengukuran tinggi pohon: Contoh Tallysheet:
Hitungan tinggi pohon
menggunakan rumus: 
(% atas ‐ % bawah ) x 
jarak datar

Sumber: Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Sumber: Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) 86 (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) 88

22
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Kamera Trap dan Ekologi 91

Review pengunaan Kamera Trap (Cutler dan Swan, 1999)


Publikasiyang umum
•Nest predation
•Feeding ecology
•Nesting behavior
We need them to survive,
•Evaluasiperalatanfotografi
but they don’t need us at all
-Professor Edward O.Wilson-
Yang jarang:
•Polaaktivitas
•Parameter populasi 89
•Deteksispecies

Disiplin ilmu yang terlibat dalam pengelolaan Next Action


Politik, Sosiologi, 
Ekonomi,
Hukum, 
Hopefully the many  important  features of 
Manusia Administrasi,
Komunikasi
“PEOPLE AND NATURE” will continue to be the 
focus for conservation over the coming 
Dinamika Ekologi
populasi, tumbuhan,  decades. By SUSTAINING a coherent and 
Ornitologi,  Morfologi
Herpetologi, tumbuhan,  inclusive focus and by DEVELOPING the 
Mamologi,  Fisiologi
Zoologi, Ekologi
Pengelolaan tumbuhan, relevant science, tools and decisions should 
Satwa Liar,  Agronomi, 
Genetika Satwa Liar Ekologi lanskap, emerge that can ensure a better future for 
Geologi, 
people and nature. (Mace, 2014)
Populasi Habitat Kehutanan

90 92

23
Aprianto‐7 Desember 2018 12/6/2018

Buku Pendukung Daftar Bacaan


Howes, J.; David Bakewell dan Yus Rusila Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands 
International  Indonesia Programme, Bogor.
Mace, G.M. 2014. Whose conservation? Science 345, 1558 DOI: 10.1126/science.1254704
Mora C, Tittensor DP, AdlS, Simpson AGB, Worm B (2011) How Many Species Are There on 
Earth and in the Ocean?. PLoSBiol9(8): e1001127. doi:10.1371/journal.pbio.1001127
Nasi, R., & Frost, P. G. H. 2009. Sustainable forest management in the tropics: Is everything in 
order but the patient still dying? Ecology and Society, 14(2).
Santosa, Y., Sitorus, F. 2008.Pendugaan Parameter Demografi dan Pola Penyebaran Spasial
Walabi Lincah (Macropus Agilis Papuanus) Di Kawasan Taman Nasional Wasur Studi
Kasus Di Savana Campuran Udi‐udi Seksi Pengelolaan III Wasur, Papua. Media Konservasi
Vol. 13, No. 2 Agustus 2008 : 65 – 70
Sukmantoro W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp & M. Muchtar. 2007. Daftar
Burung Indonesia no. 2. Indonesian Ornithologists’ Union, Bogor
Winara, A. 2016. Keragaman Jenis Burung Air di Taman Nasional Wasur, Merauke.  Jurnal
Hutan Tropis Volume 4 No. 1 Maret 2016
Winara, A. Siarudin, M., Junaidi, E., Indrajaya, Y. 2017. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada
Hutan Kayu Putih Dan Pemanfaatannya Oleh Masyarakat Setempat Di Taman Nasional
Wasur, Papua. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 14 No. 1, Juni 2017 : 1‐
19
93 95

TERIMA KASIH

Dancing Show Bird Of Paradise ‐Courtesy Cornell Lab of Ornithology
94 96

24

Anda mungkin juga menyukai