Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan kehadiratallah SWT yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan rahmat yang dianugrahkan kepada kita sehingga dengan nikmat tersebut tugas ini
dapat terselesaikan meskipun sangat sederhana.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW. Kepada keluarga dan sahabat beliau sampai akhir nanti. Kami
menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat
mengharap kritik dan saran guna kesempurnaan dari tugas kami ini. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi diri kami khususnya, teman - teman mahasiswa – mahasiswi pada umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah tempat kita kembali dan yang dapat memberikan
balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa diterima di sisi Allah SWT
serta mendapat syafa’at dari Nabi besar Muhammad SAW, Amin yarobbal alamin.

Jombang, 18 Desember 2017

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata pengantar................................................................................................................. i
Daftar isi .......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi Dengue hemorrhagic fever..................................................................... 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 5
2.3 Pemeriksaan penunjang ...................................................................................... 5
2.4 Patologi ............................................................................................................... 5
2.5 Patogenesis........................................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan .................................................................................................. 8
2.7 Nursing Phatway ................................................................................................. 9
2.8 Pengkajian keperawatan ..................................................................................... 10
2.9 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 11
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 19
3.2 Saran.................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka….............................................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue ialah suatu penyakit akut, disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk
“aedes aegypti” atau oleh “aedes albopictus”. Gambaran klinik yang khas ialah demam
yang timbul mendadak yang berlangsung selama 5 hari, sehingga penyakit ini disebut
juga demam 5 hari. Suhu tubuh menurun setelah hari ke 1-3, kemudian naik lagi selama
kira-kira 2 hari, sehingga menggambarkan kurve pelana. Timbulnya demam disertai
eksantema pada kulit, terutama dibagian muka dan dada. Eksantema ini cepat
menghilang. Eksantema ke 2 muncul lagi pada demam ke 2, berbentuk makulo papuler,
timbul mulai di dada menjalar ke ekstremitas. DHF diduga merupakan manifestasi dari
infeksi ulangan virus dengue. Terutama mengenai anak 1-4 tahun. Penderita mengeluh
lesu, sakit kepala, nyeri didaerah bola mata, punggung dan sendi. Adanya nyeri tekan
pada sepertiga atas pada garis umbilicus prosesus sifoideus adalah patognomonik
(olivier). Virus dengue biasanya tidak ada dalam jaringan pada saat meninggal, dengan
isolasi yang jarangdilaporkan dari hati dan jaringan limfatik, paling sering pada bayi yang
lebih muda dari 1 tahun yang telah mengalami infeksi primer . Secara mikroskopis, ada
emea perivaskuller pada jaringan lunak diapedisis sel darah merah menyebar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Dengue hemorrhagic fever ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit DBD ?
3. Bagaimana Pemeriksaan penujang pada penyakit DBD ?
4. Bagaimana Patologi pada penyakit DBD ?
5. Bagaimana Phatogenesis pada penyakit DBD ?
6. Bagaimana Penatalaksanaa pada penyakit DBD ?
7. Bagaimana Nursing Pathway pada penyakit DBD ?
8. Bagaimana pengkajian keperawatan pada penyakit DBD ?
9. Bagaimana Diagnosa Keperawatan pada penyakit DBD ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Dengue hemorrhagic fever ?
2. Mengetahui Etiologi penyakit DBD ?
3. Mengetahui Pemeriksaan penujang pada penyakit DBD ?
4. Mengetahui Patologi pada penyakit DBD ?
5. Mengetahui Phatogenesis pada penyakit DBD ?
1
6. Mengetahui Penatalaksanaa pada penyakit DBD ?
7. Mengetahui Nursing Pathway pada penyakit DBD ?
8. Mengetahui pengkajian keperawatan pada penyakit DBD ?
9. Mengetahui Diagnosa Keperawatan pada penyakit DBD ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dengue hemorrhagic fever

Dengue ialah suatu penyakit akut, disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk
“aedes aegypti” atau oleh “aedes albopictus”. Demam dengue/DF dan demam berdarah
dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik.
(Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006). Penderita yang terinfeksi akan akan memiliki gejala
berupa dengan ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot
dan persendian, hingga pendarahan spontan (WHO, 2010)
Gambaran klinik:
Gambaran klinik yang khas ialah demam yang timbul mendadak yang berlangsung
selama 5 hari, sehingga penyakit ini disebut juga demam 5 hari. Suhu tubuh menurun
setelah hari ke 1-3, kemudian naik lagi selama kira-kira 2 hari, sehingga menggambarkan
kurve pelana. Timbulnya demam disertai eksantema pada kulit, terutama dibagian muka
dan dada.Eksantema ini cepat menghilang. Eksantema ke 2 muncul lagi pada demam ke
2, berbentuk makulo papuler, timbul mulai di dada menjalar ke ekstremitas. Penderita
mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri didaerah bola mata, punggung dan sendi. Adanya nyeri
tekan pada sepertiga atas pada garis umbilicus prosesus sifoideus adalah patognomonik
(olivier). Gambaran demam mungkin tidak khas.
DHF diduga merupakan manifestasi dari infeksi ulangan virus dengue.Terutama
mengenai anak 1-4 tahun.
Kriteria diagnostig DHF:
1. Demam 2-7 hari yang sebabnya tidak diketahui.
2. Manifestasi pendarahan, sekurang-kurangnya test tourniquet (rumple leede).
Manisfestasi pendarahan yang mungkin timbul antara lain: patekia, kurkura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena. Petekie ialah
manisfestasi perdarahan yang sering ditemukan, biasanya muncul dengan hari
pertama demam dan berlangsung 3-6 hari.

3
3. Pembesarahan hati pada anak yang hatinya semula tidak dapat diraba, perubahan
hati yang membesar dan menjadi kenyal, menunjukkan kearah DSS.
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi kurang dari 20
mmHg atau hipotensi dengan tekanan sistonik kurang dari 80 mmHg pada anak
lebih dari 5 tahun, disertai dengan adanya kulit yang dingin, sianosis sekitar
mulut, gelisa dan letargi. Syok dapat terjadi tanpa perdarahan atau didahului
perdarahan. Syok biasanya terjadi pada waktu demam menurun, yaitu antara hari
ke 3-7 sakit.
5. Pada pemeriksaan labolatorik ditemukan trombosit dibawa 100.000/mm3
ditemukan pada hari ke 3-7 sakit. Terdapat hemokonsentrasi, dimana terdapat
peninggian hematocrit (Ht) sebanyak 20% atau lebih. Meningkatnya hematocrit
ialah tanda penting adanya DSS (dengue shock syndrome). Bila ada persangkaan
akan terjadi DSS, hematocrit perlu diperiksa secara periodic. Kenaikan terus nilai
hematocrit ialah suatu tanda permulaan syok.
Bila ada 2-3 gejala pertama, kita harus mencurigai kemungkinan DHF.Bila disertai
trombositopeni dan hemokonsentrasi, sudah dapat ditegakkan diagnosis DHF.
Diagnosis etiologi banyak dapat dibuat dengan pemeriksaan serologi virus.Diketahui
diketahui ada 4 serotipe dari virus dengue.
Pemeriksaan serologic yaitu titer CF (completment fixation) dan antibodi HI
(haemagglutination inhibition).
Menurut WHO (1974):
1 Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibody HI ialah kurang dari pada 1/20
akan meningkat sampai kurang dari 1/1280 pada stadium rekonfalesensi.
2 Pada infeksi ke 2 atau selanjutnya, titer antibody HI dalam fase akut 1/20 atau
lebih dan akan meningkat pada stadium rekonfalesensi samapai lebih dari pada
1/2560, atau apabila dalam fase akut titer antibody HI lebih dari 1/20 dan
meningkat 4 kali atau lebih.
3 Apabila titer HI pada fase akut 1/1280 atau lebih maka kadang-kadang titernya
dalam stadium rekonfalesensi tidak naik lagi atau apabila naik perlu sampai 4 kali
diagnosis presumptif.

Drajat berat penyakit (WHO,1975)


Mengingat drajat berat penyakit yang beraneka ragam, maka drajat penyakit berdasarkan
patokan untuk menegakkan diagnosis DHF secara klinis sebagai berikut:
4
- Drajat I (ringan) : demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain,
dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu test “tourniquet” yang positif.
- Drajat II (sedang) : golongan ini lebih berat dari drajat I, oleh karena ditemukan
perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epiktaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena.
Gangguan aliran darah perifer ringan, yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab
pada ujung dan hidung kadang-kadang ditemukan.
- Drajat III (berat) : penderta syok dengan gejala klinik yang telah dibahas diatas.
- Drajat IV : penderita syok berat dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi
yang tidak dapat diraba.
DHF ringan tidak perlu dirawat.DHF sedang kadang-kadang tidak memerlukan
perawatan, apabila oang tua dapat diikuti sertakan dalam pengawasan penderita dirumah
dengan kewaspadaan terjadinya syok, yaitu perburukan klinik pada hari ke 3-7 sakit.

2.2 Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flavirdae.Terdapat empat serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.Keempatnya ditempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serptype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 dan 4 serotipe selama hidupnya.Keempat
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. (sudoyono aru,
dkk 2009).

2.3 Pemeriksaan penunjang


1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi ( uji H) ; respon antibody sekunder

5
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan),Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada,
BUN, creatinine serum.
7. Radiologi : pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi bila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

2.4 Patologi
Biasanya tidak lesi patologis yang ditemukan yang menyebabkan kematian. Pada keadaan
yang jarang, kematian mungkin disebabkan oleh pendarahan saluran cerna atau
pendarahan intracranial. Pendarahan minimal sampai sedang ditemukan pada saluran
cerna atas dan perdarahan petekie lazim pada sekat interventrikuler jantung, pada
pericardium, dan pada permykan serosa viera major. Pendarahan setempat kadan-kadang
terlihat pada paru-paru, hati adrenal dan ruang subarachnoid.Hati biasanya
membersar.Seringkali dengan perubahan lemak.Efusi bergerak kuning.Berair dan kadang-
kadang berdarah ada pada rongga serosa pada sekitar tiga perempat penderita.
Secara mikroskopis, ada edema perivaskuler pada jaringan lunak dan diapedisis seldarah
merah menyebar.Mungkin ada henti maturasi megakrosit dalam sumsum tulang.Dan
kenaikan jumlah megakrosit ditemukan dalam kapiler paru-paru.Dalam glomerulus ginjal
dan dalam sinusoid hati dan limpa.
Virus dengue biasanya tidak ada dalam jaringan pada saat meninggal, dengan isolasi yang
jarang dilaporkan dari hati dan jaringan limfatik, paling sering pada bayi yang lebih muda
dari 1 tahun yang telah mengalami infeksi primer.
Secara mikroskopis, ada emea perivaskulller pada jaringan lunak diapedisis sel darah
merah menyebar. Mungkin ada henti maturasi megakarosit dalam sumsum tulang, dan
kenaikan jumlah megariosit ditemukan dalam kapiler paru-paru dalam glomerulus ginjal
dan dalam sinusoid hati dan limfatik, paling sering bayi iyang lebih muda dari 1 tahun
yang telah mengalami infeksi primer.

2.5 Pathogenesis
Patogenesisnya belum dimengerti secara sempurna penelitian epidemologi memberi
kesan bahwa biasanya disertai dengan infeksi dengue tipe 2, 3 dan 4 sekunder. Ada bukti
bahwa antibody non nertalisai menaikan infeksi seluler dan memperbesar keperahan
penyakit. Virus dengan memperagakan pertumbuhan yang diperbesar dari donor imun
6
dengue atau dakam biakan yang ditambahkan dengan antibody dengue non-netralisasi.
Kera yang terinfeksi berikutnya atau mendapat sejumlah kecil antibody penguat
menderita viremi yang diperkuat.Penelitian retrospektif serum dari ibu manusia yang
bayinya mendapat demam berdarah dengue atau penelitian prosopektif pada anak yang
sedang mendapat infeksi dengue berikutnya telah menunjukan bahwa sirkulasi antibody
yang memperkuat infeksi pada saat infeksi merupakan factor resiko terkuat untuk
oerkembangan penyakit berat. Bahkan kadar rendah antibody netralisasi, apakah dari
infeksi hemotip sebelumnya pada ibu atau infeksi hemotip pada anak melindungi bayi
atau anak dari demam berdarah dengue sekunder. Ada aktivasi cepat system koplemen.
Selamasyok kadar Clq, C3, C4, C5-C8 darah dan proaktivator C3 mengalami depresi dan
kecepatan katabolic C3 naik. Koagulasi darah dan system fibrinolitik diaktifkan, dengan
kadar factor XII (gaktor hagemen) depresi. Tidak ada mediator spesifik permeabilitas
vaskuler pada demam berdarah dengue yang telah diidentifiksi. Koagulasi intavaskuler
tersebar ringan, cedera hati, dan trombositopenia depat menimbulkan perdarahan secara
sinergis. Cedera kapiler memungkinkan cairan, elektrolit, protein, dan pada beberapa
keadaan, sel darah merah bocor dalam ruang ekstravaskuler. Penyebaran internal kembali
cairan ini, bersama debgab deficit yang disebabkan oleh puasa, kehausan, dan muntah,
menimbulkan hemokosentrasi, hipovolemia.Kerja jantung bertambah, hipoksia jaringan,
asidosis merabolitik dan hiponatremia.

7
2.6 Penatalaksanaan

Keluhan
DBD

Hb, Ht Hb, Ht normal Trombosit Hb, Ht normal Hb, Ht meningkat


Trombosit normal 100.000-150.000 Trombosit<100.000 Trombosit
normal/turun

Observasi Observasi
Rawat jalan, Rawat jalan, periksa Hb, Rawat Rawat
periksa Hb, Ht, Ht, Leokosit,
leukosit, trombosit/24jam
trombosit/24 jam

Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

Suspek DBD
Perdarahan spontan dan masif (-) syok (-)

- Hb, Ht (n) - Hb, Ht meningkat - Hb, Ht Protocol


- Trombosit 10-20 % meningkat pemberian
<100.000 - Trombosit >20% cairan DBD
- Infuse kristaloid <100.000 - Trombosit dengan Ht
- Hb, Ht trombosit - Infuse kristaloid <100.000 meningkat
tiap 24 jam - Hb, Ht trombosit >20%
tiap 24 jam

8
2.7 Nursing phatway
Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue
nyamuk aedes aegypti) darah (viremia)

Membentuk & Mengaktifkan sistem


PGE2 Hipothalamus melepaskan zat komplemen
C3A,C5a

HIPERTERMI Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas membran


Na+ dan H2O meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel Resiko syok


pembuluh darah hipovolemik

Merangsang &
Trombositopenia mengaktivasi faktor Renjatan hipovolemik
pembekuan dan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok Kekurangan volume


(hipovolemik) cairan Ke extravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Ascites

Ketidak efektifan pola


nafas Mual, muntah
Penekanan
9
Ketidak seimbangan
Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2.8 Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam medis, diagnose medis.
b. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama : demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gui), kadang-kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat penyakit sekarang : badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2-7 hari, terdapat
bintik merah pada ekstremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
3. Riwayat penyakit dahulu
Apa pernah menderita DHF, mal nutrisi.
4. Riwayat penyakit keluarga
Apa ada keluarga yang terserang DHF
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan, suhu tubuh tinggi, nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba,
sesak nafas, tekanan darah menurun (sitolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. System tubuh
1. Pernapasan : pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat
3 dean 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen.

10
2. Kardiovaskuler : pada derajat 1 dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2-7 hari, mengeluh badan terasa lemah,
pusing, mual, muntah. Derajat 3 dan 4 orang tua/ keluarga melaporekan pasien mengalami penuirunan kesadaran,
gelisah dan kejang.
3. Persarafan : pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng, dan rewel karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4
terjadi penurunan tingkat kesadaran.
4. Eliminasi urinaria : derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
5. Pencernaan : pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah tidak ada nafsu makan , haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri
tekan ulu hati, konstipasi.
6. Muskuloskeletal : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot, persendian, dan punggung, pegal seluruh
tubuh, mengeluh wajah memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan otot dan tulang akibat
kejang atau tirah baring lama.

2.9 Diagnosa keprawatan

Diagnosa Batasan Factor berhubungan NOC NIC


karakteristik
- Ketidak -Perubahan - Nyeri - Mendemonstrasikan batuk - Posisikan px untuk memaksimalkan
efektifan kedalaman - Sindrom hipoventilasi efektif dan suara nafas ventilasi
pola nafas: pernafasan - Keletihan otot yang bersih, tidak ada - Keluarkan secret dengan batuk atau
inspirasi -Bradipneu pernafasan cedera sianosis dan dispneu suction

11
dan/ atau -Penurunan medulla spinalis (mampu mengeluarkan - Auskultasi suara nafas, catat adanya
ekspirasi kapasitas vital sputum, mampu bernafas suara tambahan
yang tidak -Pernafasan cuping dengan mudah, tidak ada - Bersihkan mulut, hidung dan secret
memberi hidung pursed nips) trakea
ventilasi -Penggunaan otot - TTV dalam rentang normal - Observasi adanya tanda-tanda
aksesorius (tekanan darah, nadi, hipoventilasi
untuk bernafas pernafasan) - Monitor TD,nadi, suhu, dan RR
- Resiko syok: - Infeksi - Nadi dalam batas yang - Monitor status sirkulasi BP,
beresiko diharapkan warna kulit, suhu kulit, denyut
terhadap ketidak - Irama jantung dalm batas jantung, HR, dan rityme, nadi
cukupan aliran yang diharapkan periver, dan kapiler refil.
darah ke - Ph darah serum dbn - Monitor tanda awal syok
jaringan tubuh, - TD dbn - Berikan cairan IV dan oral yang
yang dapat tepat.
mengakibatkan - Catat gas darah arteri dan
disfungsi seluler oksigen
yang
mengancam
jiwa
- Ketidak - Menghindari - Factor biologis ketidak -Adanya peningkatan berat - Kolaborasi dengan ahli gizi
seimbangan makanan mampuan untuk badan sesuai dengan untuk menentukan jumlah kalori
nutria kurang - Kurang minat mengabsorbsi nutrient. tujuan. dan nutrisi yang dibutuhkan px

12
dari kebutuhan pada makanan - Ketidak mampuan untuk -Mampu mengidentifikasi - Anjurkan px untuk
tubuh: asupan - Penurunan mencerna makanan. kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
nutrisi tidak berat badan - Factor psikologis -Tidak ada tanda-tanda mal - Anjurkan px untuk
cukup untuk dengan asupan nutrisi meningkatkan protein dan
memenuhi makanan vitamin C.
kebutuhan adekuat - Monitor jumlah nutrisi dan
metabolik - Membrane kandungan kalori
mukosa pucat - Berikan informasi tentang
- Mengeluh kebutuhan nutrisi
gangguan - Kaji kemampuan px untuk
sensai rasa mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan.

- Resiko - Defisiensi pengetahuan. - Kehilangan darah - Monitor ketat tanda-tanda


perdarahan: - Gangguan yang terlihat perdarahan
beresiko gastrointestinal - Tekanan darah dalam - Catat nilai HB dan HT
mengalami (misalnya: penyakit batas normal sistol sebelum dan sesudah
penurunan ulkus lambung, polip, dan diastole terjadinya perdarahan
volume darah farises). - Hemoglobin dan - Pertahankan bedrest selama
yang dapat - Koagulopati inheren hematocrit dalam perdarahan aktif
menganggu (misalnya: batas normal - Kolaborasi dalam pemberian
kesehatan. (trombositopenia) - Plasma, PT, PTT produk darah (platelet atau
13
- Efek samping terkait dalam batas normal fresh frozen plasma)
terapi (misalnya - - Lindungi pasien dari trauma
:pembedahan, pemberian yang dapat menyebabkan
obat, pemeberiaan perdarahan
produk darah defesiensi
trombosit, kemoterapi)

Kekurangan volume cairan NOC NIC


Definisi : penularan cairan - Fluid balance Fluid management
intravasular, interstisial, dan/arau - Hydration - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
intravaskuler, ini mengacu pada - Nutritional status : food fluid - Pertahankan catatan intake output yang akurat
dehidras, kehilangan cairan saat tanpa intake - Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
perubahan pada natrium Kriteria Hasil adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Batasan Karakteristik - Mempertahankan urine output - Monitor vital sign
- Perubahab status mental sesuai dengan usia dan BB, BJ - Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
- Penurunan tekanan darah urine normal, HT normal harian
- Penurunan tekanan nadi - Tekanan darah, nadi, duhu tubuh - Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Penurunan volume nadi dalam batas normal - Monitor status nutrisi
- Penurunan turgor kulit - Tidak ada tanda dehidrasi - Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Penurunan turgor lidah elastisitas tugor kulit baik, - Dorong masukan oral
- Penurunan haluaran urin membrane mukosa lembab, tidak - Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

14
- Penurunan pengisisan vena ada rasa haus yang berlebihan - Dorong keluarga untuk membantu pasien makanan
- Membrane mukosa kering - Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
- Kulit kering - Kolaborasi dengan dokter
- Peningktan hemaktokrit - Atur kemungkinan tranfusi
- Peningkatan suhu tubuh - Persiapan untuk tranfusi
- Peningkatan frekwensi nadi - Persiapan untuk tranfusi
- Peningkatan kosentrasi urin Hipovolemia management
- Penurunan berat badan - Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Tiba-tiba (kecuali pada ruang - Pelihara IV line
ketiga) - Monitor tanda vital
- Haus - Monitor respon pasien terhadap penamabahan cairan
- Kelemahan - Monitor berat bedan
Factor yang berhubungan - Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Kehilangan cairan aktif - Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala
- Kegagalan mekanisme regulasi kelebihan volume cairan
- Monitor adanya tanda gagal ginjal
Hipertermia NOC NIC
Definis : peningkatan suhu tubuh Thermoregulation Fever treatment
diatas kisaran normal Kriteria hasil - Moitor suhu sesering mungkin
Batasan karakteristik : - Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor IWL
- Konvulsi - Monitor warna dan suhu kulit

15
- Kulit kemerahan - Nadi dan RR dalam rentang normal - Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Peningkatan suhu tubuh diatas - Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor penurunan tingkat kesadaran
kisaran normal dan tidak ada pusing - Monitor WBC, HC, dan Hct
- Kejang - Monitor intake dan output
- Takikardi - Berikan anti piretik
- Takipnea - Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
- Kulit terasa hangat - Selimuti pasien
Faktor faktor yang berhubungan - Lakukan tapid sponge
- Anastesia - Kolaborasi pemberian cairan intavena
- Penurunan respirasi - Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- Dehidrasi - Tingkatkan sirkulasi udara
- Pemajanan lingkungan yang panas - Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
- Penyakit Temperature reulation
- Pemakaian pakaian yang tidak sesuai - Monitor suhu minimal tiap 2 jam
dengan suhu lingkungan - Rencanakan monitoring suu secara kontinyu
- Peningkatan laju metabolism - Monitor TD, nadi dan RR
- Medikasi - Monitor warna dan suhu kulit
- Trauma - Monitor tanda-tanda hipertermi dan
- Aktivitas berlebihan
Ketidak efektifan perfusi jaringan NOC NIC
perifer - circulation status Peripheral sensation management

16
Definisi ;’ - Tissue perfusion : cerebral (manajemen sensasi perifer)
penurunan sirkulasi darah ke perifer Kriteria Hasil - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
yag dapat mengganggu kesehatan Mendemonstrasikan status panas/dingi/tajam/tumpul
Batasan Karakteristik sirkulasi yang ditandai dengan : - Monitor adanya paretese
- Tidak ada nadi - Tekanan systole dan diastole dalam - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi
- Perubahan fungsi motorik rentang yang diharapkan ataulaserasi
- Perubahan karakteristik kulit - Tidak ada ortestatik hipertensi - Gunakan sarung rangan untuk proteksi
(warna , elastisitas, rambut, - Tidaj ada tanda tanda peningkatan - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
kelembapan,kuku sensasi, suhu) tekanan intracranial (tidak lebih - Monitor kemampuan BAB
- Indek ankle-brankhial ,0,90 dari 15 mmHg) - Kolaborasi pemberian analgetik
- Perubahan tekanan darah Mendemostrasikan kemampuan - Monitor adanya thromboplebtis
diekstremital kognitif yang ditandai dengan : - Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
- Waktu pengisian kapiler 3 detik - Berkomunikasi dengan jelas dan
- Klaudikasi sesuai dengan kemampuan

- Warnai tidak kembali ketungkai saat - Menunjukan perhatian, konsentrasi

tungkat diturunkan dan orientasi

- Kelembapan penyembuhan luka - Memproses informasi

perifer - Membuat keputusan dengan benar


- Penurunan nadi Menunjukan fungsi sensori motori
- edema cranial yang utuh : tingkat kesadaran

- nyeri ekstermitas

17
- bruit femoral

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengue ialah suatu penyakit akut, disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk
“aedes aegypti” atau oleh “aedes albopictus”.
Gambaran klinik:
Gambaran klinik yang khas ialah demam yang timbul mendadak yang berlangsung
selama 5 hari, sehingga penyakit ini disebut juga demam 5 hari. Suhu tubuh menurun
setelah hari ke 1-3, kemudian naik lagi selama kira-kira 2 hari, sehingga menggambarkan
kurve pelana. Timbulnya demam disertai eksantema pada kulit, terutama dibagian muka
dan dada.Eksantema ini cepat menghilang. Eksantema ke 2 muncul lagi pada demam ke
2, berbentuk makulo papuler, timbul mulai di dada menjalar ke ekstremitas. Penderita
mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri didaerah bola mata, punggung dan sendi. Adanya nyeri
tekan pada sepertiga atas pada garis umbilicus prosesus sifoideus adalah patognomonik
(olivier). Gambaran demam mungkin tidak khas.

3.2 Saran
Sekian makalah dari kami apabila kurang baik dalam penulisan atau data yang penulis
ambil maka kami sebagai penulis menerima kritik saran yang membangun agar
memperbaiki makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wahab Samik, 2012, Nelson IlmunKesehatan Anak, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
ECG.
Nurarif Amin Huda, Hardhi Kusuma, 2015, Apikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC-NOC edisi 1, Jogjakarta : Mediaction.
Moorhead Soe dkk, 2013, Nursing Outcomes Classification, Singapore: Elsevier Inc.
Bulecheck Gloria M dkk 3013. Nursing Intervention Classification, Singapore: Elsevier
Inc.
Elyas Yudi, 2013, Asuhan keperawatan , Depok : FIK UI

20

Anda mungkin juga menyukai