Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

TEKNIK PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMA NEGERI 4 DENPASAR
Ni Gusti Ayu Sintadewi1, Sang Ayu Putu Sriasih2, I Nyoman Sudiana3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: g.a.sintadewi@gmail.com,
sap.sriasih@yahoo.com, sudiana1957234@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) bentuk-bentuk penilaian keterampilan


berbicara, (2) aspek-aspek penilaian keterampilan berbicara, (3) kendala penilaian
keterampilan berbicara, dan (4) solusi guru dalam mengatasi kendala penilaian
keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 4
Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian
ini yaitu dua guru bahasa Indonesia kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Denpasar. Objek
penelitian ini adalah penilaian keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik penilaian
keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 4
Denpasar menggunakan bentuk tes dan nontes.Tes diskusi dalam pembelajaran debat
dan tes menceritakan kembali dalam pembelajaran cerpen. Nontes menggunakan bentuk
observasi dan portofolio. Aspek-aspek yang dinilai yaitu aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan. Aspek kebahasaan berupa lafal, intonasi, struktur dan vokal. Aspek
nonkebahasaan berupa sikap, kelancaran, ekspresi, dan penguasaan topik. Ada tiga
kendala yang dialami guru dalam penilaian keterampilan berbicara, yaitu (1) kesulitan
mempersiapkan siswa dalam menghadapi pembelajaran keterampilan berbicara, (2)
kesulitan menilai siswa yang jumlahnya terlalu banyak yaitu 38 dalam satu kelas, (3)
kesulitan dalam mengelola waktu. Ada tiga solusi yang ditawarkan oleh guru dalam
mengatasi kendala penilaian keterampilan berbicara, yaitu (1) melakukan pengulangan-
pengulangan materi, (2) membuat perencanaan penilaian yang sistematis, (3)
menyampaikan sistem atau prosedur tes berbicara.

Kata kunci: keterampilan berbicara, penilaian

ABSTRACT

This study aimed at describing (1) the forms of speaking skill assessment, (2) the aspects
of speaking skill assessment, (3) the obstacles of speaking skill assessment, and (4) the
teacher’s solution in solving the obstacles of speaking skill assessment in Indonesian
Language in SMA Negeri 4 Denpasar. The design of study was descriptive qualitative.
The subjects of this study was two Indonesian Language Teachers teaching students at
grade X and XI in SMA Negeri 4 Denpasar. The object of this study was speaking skill
assessment in learning Indonesian Language. The methods of data collection were
observation, interview, and documentation. The result of this study denotes the
techniques of speaking skill assessment in Indonesian Language in SMA Negeri 4
Denpasar uses test and non-test. The discussion test is in debate and retelling test is in

1
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

short story. Non-test uses observation and portfolio. The aspects assessed are linguistic
and non linguistic. The linguistic aspects are pronunciation, intonation, structure, and
vowel. Non-linguistic aspects are attitude, fluency, expression, and mastering topic.
There are three obstacles discovered by teachers in assessing speaking skill which are
(1) the difficulty in preparing student to speaking, (2) the difficulty to assess 38 students in
one class, and (3) the difficulty in managing the time. There are three solutions offered by
teachers in order to solve obstacle of speaking skill assessment, namely (1) repeating the
material, (2) making the systematic assessment plan, (3) delivering the system or
speaking test procedure.

Keywords: speaking skill, assessment

PENDAHULUAN yang diajarkan oleh guru dengan nilai yang


Dewasa ini pendidikan sangat baik dan jika ternyata nilai yang didapat
mempengaruhi kualitas siswa pada suatu tidak baik, guru tentu ingin menelusuri lebih
bangsa, peran pendidikan sangat penting jauh penyebab nilai yang tidak baik tersebut
untuk menciptakan kehidupan yang cerdas dengan melakukan evaluasi.
dan bermanfaat. Pendidikan dituntut Dari kedua pendapat di atas dapat
relevan dengan kebutuhan masyarakat ditarik kesimpulan bahwa guru merupakan
yang selalu berkembang akibat kemajuan komponen penting dan bertanggung jawab
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk sebagai salah satu pihak yang berperan
dapat mewujudkan hal tersebut, belajar menilai kinerja siswa dalam proses belajar-
adalah proses berkelanjutan yang harus mengajar guna meningkatkan mutu
dilalui melalui tahap demi tahap dalam pendidikan. Proses penilaian dalam
perkembangannya. Pembelajaran adalah pembelajaran dikatakan lebih terstruktur
proses interaksi peserta didik dan sumber dan sistematis dengan diberlakukannya
belajar pada suatu lingkungan belajar. kurikulum. Saputri (dalam Muzamiroh,
Lingkungan belajar merupakan suatu 2013:18) menyatakan kurikulum merupakan
sistem yang terdiri dari komponen atau seperangkat rencana dan cara
unsur : tujuan, bahan pelajaran, strategi, mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan
alat, siswa, dan guru. Dalam upaya pelajaran serta cara yang digunakan
meningkatkan mutu pendidikan, guru sebagai pedoman penyelenggaraan
memiliki peran yang sangat penting. Seiring pembelajaran guna mencapai tujuan
dengan kebutuhan pendidikan yang pendidikan. Kurikulum yang berlaku saat ini
semakin bermutu. adalah Kurikulum 2013 yang diberlakukan
Arikunto (2009:298) menyatakan untuk semua mata pelajaran, termasuk
“Kepada guru diserahkan untuk ‘digarap’ mata pelajaran bahasa Indonesia.
suatu masukan ‘bahan mentah’ berupa Dalam pembelajaran bahasa
siswa yang menginginkan pengetahuan, Indonesia, yang dinilai adalah keterampilan
keterampilan, dan sikap-sikap yang akan berbahasa. Melatih keterampilan berbahasa
digunakan oleh mereka untuk menghadapi berarti melatih pula keterampilan berpikir.
masa depan dalam kehidupannya”. Saat Dalam mengembangkan struktur berfikir
melaksanakan profesinya gurulah yang salah satu aspek yang harus dikuasai oleh
menjadi contoh utama dalam berinteraksi siswa adalah berbicara, sebab keterampilan
dengan peserta didik. Guru merupakan berbicara menunjang keterampilan lainnya
pendidik yang menciptakan lingkungan (Tarigan, 1986:86). Keterampilan berbicara
belajar bagi kepentingan belajar siswa. Aziz bukanlah suatu jenis keterampilan yang
(2012:21) menyatakan bahwa peran guru dapat diwariskan secara turun-temurun
adalah “Kombinasi dari peran orang tua, walaupun pada dasarnya secara alamiah
pendidik, pengajar, pembina, pemelihara, setiap manusia dapat berbicara. Namun,
dan penilai”. Guru berupaya semaksimal keterampilan berbicara secara formal
mungkin agar kehidupan kelas dapat memerlukan latihan dan pengarahan yang
berjalan kondusif. Siswa dapat belajar intensif. Berbicara merupakan bentuk
tanpa hambatan dan dapat menguasai topik keterampilan produktif yang terjadi secara

2
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

langsung dan bersifat ekspresif jika pada Kurikulum 2013 menjadi penekanan
dibandingkan dengan aktivitas berbahasa yang serius bagi guru. Dalam
lainnya sehingga cukup sulit menerapkan melaksanakan penilaian hasil belajar
keterampilan ini dalam proses peserta, harus benar-benar diperhatikan
pembelajaran. penilaian autentik. Dengan adanya
Keterampilan berbicara dikatakan penilaian autentik guru dapat melakukan
sebagai alat komunikasi yang refleksi dan evaluasi terhadap kualitas
menguntungkan. Melalui keterampilan pembelajaran yang telah dilakukan dan
berbicara seseorang dapat meningkatkan sekaligus mendapatkan informasi tentang
penghasilannya sehingga mampu tingkat pencapaian kompetensi peserta
menunjang perekonomian keluarga, seperti didik yang meliputi kompetensi sikap,
menjadi seorang motivator, pembicara pengetahuan, dan keterampilan (Kunandar,
dalam sebuah seminar atau sebagai 2015). Meskipun sesuai untuk menilai
pembawa acara. Hal ini tentu tidak mudah kemampuan peserta didik terutama pada
dilakukan. Sebelum mencapai target aspek keterampilan, penilaian autentik
tersebut, seseorang harus tekun dan dalam keterampilan berbicara belum dapat
pelatihan secara terstruktur agar mampu dikatakan berhasil dengan baik karena
memperoleh keuntungan dalam berbicara. masih banyak guru merasa kebingungan
Hal ini diperjelas oleh Supriyadi (2005:178), mengenai cara pelaksanaannya yang harus
“Apabila seseorang memiliki keterampilan proporsional atau seimbang. Secara umum
berbicara yang baik, dia akan memperoleh berbagai fenomena mengenai penilaian
keuntungan sosial maupun profesional”. membuat guru semakin sulit dalam
Keuntungan sosial berkaitan dengan melaksanakan penilaian. Kesulitan yang
kegiatan interaksi sosial antarindividu. paling dirasakan oleh guru adalah
Keuntungan profesional diperoleh sewaktu mengenai pemahaman tentang kebaruan
menggunakan bahasa untuk membuat penilaian, dalam menerapkan dan
pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan menyesuaikannya di lapangan masih
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan terdapat kerancuan.
dan mendeskripsikan. Pengertian dan cara mengukur hasil
Kemampuan berbicara siswa akan belajar yang valid dan reliabel, masih
dapat dilihat dan sesuai dengan kenyataan kiranya menjadi bahan perbincangan yang
jika teknik penilaian yang digunakan tepat. tidak berkesudahan. Hal ini dikarenakan
Penilaian merupakan bagian yang sangat proses penilaian autentik dilakukan
penting di dalam proses pembelajaran bersamaan dengan proses belajar-
termasuk pada pembelajaran berbicara. mengajar. Selama ini guru telah berupaya
Aries (2011:98) menyatakan, “Penilaian menerapkan semaksimal mungkin dengan
berbicara bertujuan untuk memahami dan cara yang berbeda namun masih saja
memperoleh informasi tentang siswa dalam mengalami kesulitan. Penilaian yang
perkembangan keterampilan berbicaranya”. dilakukan oleh beberapa guru hanya
Dengan dilakukannya penilaian, berfokus pada penilaian sikap dan
pendeteksian kesulitan berbicara siswa pengetahuan saja sebagai hasil akhir.
akan dapat diketahui lebih awal dan dapat Penilaian pada pengetahuan mendapatkan
segera diatasi. Selain itu, siswa dapat perhatian paling tinggi, namun penilaian
termotivasi untuk lebih bersemangat karena keterampilan sangat jarang dilakukan.
merasa diperhatikan oleh guru. Hal tersebut Banyaknya jenis penilaian yang diterapkan
dimaksudkan bahwa keterampilan dalam Kurikulum 2013 membuat kurang
berbicara dianggap sebagai keterampilan maksimalnya penilaian dalam proses
yang sulit untuk diukur keberhasilannya, belajar-mengajar. Kurangnya perhatian
karena belum ada penilaian yang spesifik, dalam penilaian proses belajar-mengajar
yaitu kriteria atau standar yang pasti. dan kurangnya sosialiasai atau informasi
Pada Kurikulum 2013 ini, evaluasi mengenai pelaksanaan penilaian
pembelajaran dilakukan berbasis keterampilan dalam pembelajaran menjadi
pencapaian kompetensi, sehingga penilaian salah satu penyebab sulitnya guru dalam
harus bersifat autentik. Penilaian autentik melaksanakan penilaian.

3
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

Dipilihnya SMA Negeri 4 Denpasar yang selalu menjadi kebanggaan. Siswa


sebagai tempat melakukan penelitian SMA Negeri 4 Denpasar unggul dalam
dikarenakan guru belum pernah menilai prestasi akademik, hal ini dibuktikan
satu per satu performansi siswa di dalam dengan keikutsertaan siswa dalam
melaksanakan keterampilan berbicara olimpiade tingkat nasional dan
mengingat keterbatasan waktu dan jumlah internasional. Berbagai macam kejuaraan
siswa yang cukup banyak dalam satu kelas. dapat diraih karena sekolah ini menerapkan
Namun, di sisi lain, peneliti menemukan sistem yang berbeda dengan sekolah
fakta bahwa nilai siswa dalam lainnya. Selain menjalankan kegiatan
pembelajaran keterampilan berbicara belajar mengajar dari Senin hingga Sabtu,
tergolong tinggi dan tidak ada yang berada sekolah ini mengadakan pemantapan pada
di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti sore hari dari Senin-Rabu pukul 13.00-
merasa perlu melakukan penelitian karena 18.00 Wita. Hal ini berbeda dengan sekolah
terdapat kesenjangan antara proses dan lainnya sehingga dapat membuktikan jika
hasil. Selain itu, selama melakukan siswa lulusan SMA Negeri 4 Denpasar
wawancara dengan salah seorang guru sangat unggul, berkualitas, dan
Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu Sri berkompeten. Selain siswanya, tentu
Wahyuningsih, S.Pd., diperoleh informasi tenaga pengajarnya juga memiliki kualitas
bahwa di sekolah tersebut belum pernah yang baik. Dengan predikat yang
dilakukan penelitian yang berkenaan disandangnya, sekolah ini telah merancang
dengan penilaian keterampilan berbicara. program pembelajaran dengan baik. Hal ini
Mengingat betapa pentingnya penilaian berarti, pelaksanaan setiap komponen
dalam menentukan arah pembelajaran dan pembelajaran termasuk kegiatan penilaian
kualitas pendidikan, sebagai langkah awal telah diupayakan secara maksimal dan
perlu dilaksanakannya penelitian yang dilaksanakan dengan baik. Karena situasi
terencana dan sistematis mengenai yang membanggakan dan potensi yang
penilaian keterampilan berbicara dalam dimilikilah yang membuat peneliti tertarik
pembelajaran bahasa Indonesia. melakukan penelitian di SMA Negeri 4
Terdapat alasan lain yang peneliti Denpasar agar hasil penelitian dapat
gunakan dalam pemilihan tempat penelitian berguna dan menjadi cerminan bagi
di SMA Negeri 4 Denpasar karena SMA sekolah lain. Peneliti akan melakukan
Negeri 4 Denpasar sudah menerapkan penelitian terhadap guru bahasa Indonesia
penilaian keterampilan berbicara dengan yang mengajar di kelas X, dan XI di SMA
menggunakan penilaian autentik. Hanya Negeri 4 Denpasar. Materi keterampilan
saja, belum tergambar dengan jelas cara berbicara dalam silabus mata pelajaran
pendidik melakukan penilaian keterampilan bahasa Indonesia terintegrasi menjadi satu
berbicara ini. Oleh karena itu, perlu pada setiap tema materi pelajaran bahasa
dilakukan penelitian mengenai penilaian Indonesia. Materi berbicara untuk kelas X
keterampilan berbicara untuk dapat salah satunya, yaitu mengonstruksi
diketahui teknik yang digunakan dalam permasalahan/isu, sudut pandang dan
penilaian sehingga dapat diterapkan oleh argumen beberapa pihak, dan simpulan
pendidik lain. Selain itu, SMA Negeri 4 dari debat secara lisan untuk menunjukkan
Denpasar juga sebagai salah satu sekolah esensi debat. Materi berbicara untuk kelas
menengah favorit di Denpasar. Hal ini XI salah satunya, yaitu mengonstruksi
terbukti dengan prestasi yang diraih dari sebuah cerita pendek dengan
tahun ke tahun menyandang predikat nilai memerhatikan unsur-unsur pembangun
Ebtanas tertinggi. Dengan melihat hasil cerpen. Digunakannya kdua kelas dalam
Ebtanas yang terus meningkat, SMA Negeri penelitian ini sebagai bandingan hasil yang
4 Denpasar ditunjuk menjadi sekolah diperoleh siswa dalam penerapan teknik
berbasis kompetensi (SBK) yang pertama penilaian keterampilan berbicara yang
di Bali. Kini SMA Negeri 4 Denpasar dilakukan oleh guru yang berbeda.
menjadi sekolah unggulan tingkat Provinsi Siswa yang memiliki kualitas unggul
Bali dengan predikat yang konsisten dan tentunya memiliki kemampuan yang
prestasi akademik maupun nonakademik berkualitas, tidak hanya unggul dalam

4
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

bidang pengetahuan tetapi juga unggul penelitian pertama oleh Kadek Desy Indah
dalam bidang keterampilan. Hal ini dapat Sari (2016) yang berjudul “Pelaksanaan
dimanfaatkan dengan baik oleh para guru Evaluasi Pembelajaran Keterampilan
untuk menggali ilmu dalam hal mengelola Berbicara (Bercerita) dengan Materi Cerpen
pembelajaran yang berimbas baik pada pada Siswa Kelas IXD di SMP Negeri 3
pembelajaran keterampilan berbahasa Singaraja”. Penelitian ini menggunakan
Indonesia di sekolah, seperti keterampilan metode deskriptif dengan pendekatan
berbicara yang merupakan bagian dari kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah
bahasa. Penilaian yang diterapkan oleh mendeskripsikan cara pelaksanaan,
guru di SMA Negeri 4 Denpasar adalah hambatan dan upaya guru dalam
penilaian autentik sesuai dengan aturan mengatasi hambatan pelaksanaan evaluasi
Kurikulum 2013. Teknik penilaian pembelajaran keterampilan berbicara
menggunakan berbagai cara agar dapat (bercerita) dengan materi cerpen pada
memperoleh hasil akhir yang dapat siswa kelas IXD di SMP Negeri 3 Singaraja.
dipertanggungjawabkan. Dari tahun Penelitian kedua dilakukan oleh Laili
sebelumnya, pemerolehan nilai siswa Mukarromah (2016) yang berjudul
dalam pembelajaran bahasa Indonesia “Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa
tidak ada yang berada di bawah KKM Indonesia Keterampilan Berbicara Siswa
nasional. Hal tersebutlah yang menarik Kelas XI SMA Negeri 5 Yogyakarta”.
peneliti untuk melakukan kegiatan Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian di SMA Negeri 4 Denpasar agar deskriptif kualitatif. Penelitian ini
hasil penelitian dapat berguna dan menjadi mendeskripsikan perencanaan,
cerminan bagi sekolah lain. pelaksanaan, dan faktor-faktor yang
Guru sebelum mengajar selalu memengaruhi pelaksanaan pembelajaran
membuat perencanaan pembelajaran, guna keterampilan berbicara pada siswa kelas XI
membuatnya lebih siap dalam proses SMA Negeri 5 Yogyakarta.
belajar-mengajar. Selain itu, dalam Kedua penelitian di atas memiliki
pembelajaran guru selalu berpedoman persamaan dengan penelitian yang
pada RPP yang dibuatnya. Hal ini terbukti dilakukan peneliti. Persamaan tersebut
ketika peneliti melakukan observasi awal. adalah sama-sama mengaji penilaian
Guru mengajar sangat runtut sesuai keterampilan berbicara. Walaupun memiliki
dengan kriteria pelaksanaan pembelajaran persamaan, terdapat pula perbedaannya,
Kurikulum 2013 mulai dari tahap yaitu kedua penelitian di atas membahas
mempersiapkan peserta didik dalam penilaian keterampilan berbicara mengenai
belajar, mengetahui keterampilan siswa perencanaan, pelaksanaan, faktor-faktor,
melalui kegiatan mengamati, menanya, kendala dan upaya yang diberikan dalam
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan penilaian keterampilan berbicara
mencipta, hingga pada tahap refleksi dan sedangkan pada penelitian yang dilakukan
evaluasi. Evaluasi yang dilakukan guru ini peneliti terdapat dua rumusan yang
sangat bervariasi guna mendapatkan hasil berbeda mengenai bentuk-bentuk penilaian
yang memuaskan, hanya saja yang digunakan dan aspek-aspek yang
pelaksanaannya belum tergambar dengan dinilai dalam keterampilan berbicara.
jelas. Untuk mengetahui teknik penilaian Penelitian yang peneliti lakukan berfokus
secara lebih rinci peneliti mencoba untuk pada bentuk dan aspek yang dinilai oleh
menelusuri hal tersebut dengan melakukan guru ketika menilai keterampilan berbicara
sebuah penelitian. Peneliti akan melakukan siswa dalam pembelajaran bahasa
penelitian dengan guru bahasa Indonesia Indonesia secara umum. Penelitian
yang berbeda. Hal tersebut dilakukan mengenai penilaian keterampilan berbicara
sebagai bandingan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini
dalam penerapan pelaksanaan penilaian berbeda dan belum pernah diteliti. Untuk
keterampilan berbicara yang dilakukan oleh itulah, peneliti melakukan penelitian yang
guru yang berbeda. berjudul Teknik Penilaian Keterampilan
Adapun penelitian sejenis yang Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa
relevan dengan penelitian ini, yaitu Indonesia di SMA Negeri 4 Denpasar.

5
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

Terdapat empat tujuan dari melekat dan yang dipermasalahkan dalam


penelitian ini yang meliputi (1) penelitian (Suandi, 2008:31). Objek
mendeskripsikan bentuk-bentuk penilaian penelitian ini adalah teknik penilaian
keterampilan berbicara yang digunakan keterampilan berbicara dalam pembelajaran
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di bahasa Indonesia.
SMA Negeri 4 Denpasar, (2) Teknik pengumpulan data
mendeskripsikan aspek-aspek penilaian menggunakan metode observasi,
keterampilan berbicara dalam pembelajaran wawancara, dan dokumentasi. Instrumen
bahasa Indonesia di SMA Negeri 4 dalam penelitian ini adalah lembar
Denpasar, (3) mendeskripsikan kendala observasi, pedoman wawancara, dan
penilaian keterampilan berbicara dalam dokumen berupa RPP yang telah dibuat
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA oleh guru. Metode observasi digunakan
Negeri 4 Denpasar, (4) mendeskripsikan oleh peneliti untuk mencari data mengenai
solusi guru untuk mengatasi kendala bentuk dan aspek penilaian keterampilan
penilaian keterampilan berbicara dalam berbicara dalam pembelajaran bahasa
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Indonesia. Metode wawancara digunakan
Negeri 4 Denpasar. untuk mencari data kendala dan solusi yang
Penelitian ini memberikan dua ditawarkan saat mengatasi kendala dalam
manfaat yaitu secara teoritis dan secara melaksanakan penilaian keterampilan
praktis. Secara teoritis penelitian ini berbicara.
bermanfaat sebagai bahan masukan bagi Metode observasi yang digunakan
penyusunan teori mengenai teknik penilaian adalah teknik observasi nonpartisipatif.
keterampilan berbicara yang aplikatif dalam Peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan,
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah- hanya berperan mengamati kegiatan
sekolah. (Sukmadinata, 2009:220). Peneliti berada di
Manfaat praktis meliputi (1) bagi dalam kelas untuk mengadakan
guru hasil penelitian ini sebagai bahan pengamatan dan pencatatan langsung
masukan untuk menentukan dan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
mengembangkan penilaian keterampilan sampai pada melakukan evaluasi/penilaian,
berbicara dalam pembelajaran bahasa tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam
Indonesia, (2) bagi sekolah penelitian ini aktivitas yang dilakukan subjek penelitian.
dapat dijadikan sebagai bahan informasi Metode pengumpulan data dengan
dalam hal perencanaan dan wawancara dilakukan dengan mengajukan
pengembangan sumberdaya pendidikan pertanyaan kepasa responden. Metode
guna meningkatkan mutu pendidikan wawancara yang digunakan adalah
selanjutnya. Selain itu, pihak sekolah dapat wawancara tidak terstruktur. Sugiyono
terbantu dalam mengambil kebijakan (dalam Gunawan, 2015: 163) menyatakan
terutama dalam kegiatan penilaian yang pelaksanaan wawancara tidak terstruktur
direncanakan untuk mengembangkan lebih luas dan terbuka dibandingkan
kualitas dan mutu pendidikan di sekolah, (3) dengan wawancara terstruktur karena
bagi peneliti lain penelitian ini dapat dalam melakukan wawancara dilakukan
dijadikan pembanding untuk melakukan secara alamiah untuk menggali ide dan
penelitian sejenis dan bahan kajian yang gagasan informan secara terbuka dan tidak
perlu ditindaklanjuti guna lebih meyakinkan menggunakan pedoman wawancara.
pihak-pihak berkepentingan. Metode wawancara dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data secara
METODE PENELITIAN lebih mendalam dari subjek penelitian
Penelitian ini menggunakan terkait dengan kendala-kendala yang
rancangan penelitian deskriptif kualitatif. dihadapi oleh guru saat melaksanakan
Subjek dalam penelitian ini adalah dua guru penilaian keterampilan berbicara.
bahasa Indonesia kelas X dan XI. Hal ini Metode dokumentasi digunakan atau
sesuai dengan pandangan yang metode pengumpulan dokumen merupakan
mengatakan bahwa subjek penelitian penelaahan terhadap referensi yang
adalah benda, hal, atau orang tempat berhubungan dengan fokus permasalahan

6
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

penelitian. Sugiyono (dalam Gunawan, dilakukan untuk menjawab fokus masalah


2015: 178) metode dokumentasi yang diangkat berdasarkan analisis data.
merupakan metode yang berbentuk tulisan, Peneliti merumuskan simpulan berdasarkan
gambar, dan karya. Dalam penelitian ini hasil temuan yang telah disajikan dalam
metode dokumentasi digunakan untuk penyajian (display) data, yakni
memperoleh data berupa RPP yang mendeskripsikan temuan-temuan di
berisikan rubrik penilaian keterampilan lapangan dengan kata-kata.
berbicara yang digunakan guru selama
melaksanakan pembelajaran bahasa HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia serta untuk memperoleh lembar Hasil penelitian ini mencakup (1)
hasil penilaian keterampilan berbicara. bentuk-bentuk penilaian keterampilan
Metode analisis data dalam penelitian berbicara dalam pembelajaran bahasa
harus disesuaikan dengan jenis data yang Indonesia di SMA Negeri 4 Denpasar, (2)
dikumpulkan. Mengingat penelitian ini aspek-aspek penilaian keterampilan
adalah penelitian kualitatif, teknik analisis berbicara dalam pembelajaran bahasa
data yang dilakukan bersamaan dengan Indonesia di SMA Negeri 4 Denpasar, (3)
pengumpulan data (Sugiyono, 2007:41). kendala penilaian keterampilan berbicara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
metode deskriptif kualitatif sebagai metode SMA Negeri 4 Denpasar, dan (4) solusi gur
analisis data. Berdasarkan metode ini, dalam mengatasi kendala penilaian
peneliti dapat menggunakan teori-teori keterampilan berbicara dalam pembelajaran
relevan yang telah dipaparkan dalam bahasa Indonesia di SMA Negeri 4
landasan teori sebagai acuan bagi peneliti Denpasar.
untuk mendalami objek penelitian. Miles Bentuk penilaian keterampilan
dan Huberman (dalam Sugiyono, berbicara dalam pembelajaran bahasa
2007:337), aktivitas dalam analisis data Indonesia merupakan praktik nyata atau
kualitatif dilakukan secara interaktif dan penerapan yang sesungguhnya dari
berlangsung secara terus-menerus hingga perencanaan pembelajaran yang telah
tuntas. Miles dan Huberman (dalam dibuat oleh guru, namun tidak menutup
Gunawan, 2015: 210) mengemukakan tiga kemungkinan terjadi pengembangan
tahapan yang harus dikerjakan dalam tindakan sesuai dengan situasi dan kondisi
menganalisis data kualitatif yang terdiri belajar di kelas. Berdasarkan data yang
atas, pertama reduksi data (data reduction), diperoleh, kedua guru kelas X dan XI
merupakan kegiatan merangkum memilah bahasa Indonesia di SMA Negeri 4
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal Denpasar telah melakukan penilaian
yang penting, dan mencari tema dan keterampilan berbicara. Namun, pada
polanya (Sugiyono, 2007:92). pelaksanaannya belum dapat dikatakan
Kedua, penyajian data (data display) maksimal. Hal itu disebabkan oleh
yang dilakukan dengan mengolah dan ditemukannya berbagai kendala. Dari
menganalisis data untuk memperoleh analisis dokumen yang dilakukan, diketahui
jawaban yang tepat sesuai dengan bahwa kedua guru telah mencantumkan
rumusan masalah. Miles dan Huberman penilaian keterampilan berbicara sesuai
(dalam Sugiyono, 2007:341) menyatakan dengan acuan Kurikulum 2013.
bahwa yang paling sering digunakan untuk Berdasarkan hasil observasi,
menyajikan data dalam penelitian kualitatif wawancara dan analisis dokumen,
adalah dengan teks yang bersifat naratif. penilaian keterampilan berbicara dalam
Data dari hasil observasi dan wawancara penilaian guru bahasa Indonesia di SMA
disajikan dalam bentuk yang baik, Negeri 4 Denpasar menggunakan teknik
dilanjutkan dengan mengkasifikasikan atau penilaian tes dan nontes. Hal ini didukung
mengelompokkan data-data tersebut oleh pernyataan Nurgiantoro (dalam Aries,
berdasarkan kategori-kategori tertentu 2011:98) yang menyatakan bahwa teknik
sesuai dengan tujuan penelitian. evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu tes
Ketiga, penarikan simpulan/verifikasi dan nontes. Teknik tes lisan berupa tes
data, merupakan hasil penelitian yang diskusi dalam pembelajaran teks debat

7
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

pada kelas X dan tes menceritakan kembali kumpulan informasi yang menujukkan
dalam pembelajaran teks cerpen pada perkembangan kemampuan peserta didik
kelas XI. Teknik penilaian nontes dilakukan dalam satu periode tertentu. Isi dan hasil
melalui teknik pengamatan terhadap kinerja produk peserta didik yang dapat dinilai
atau performansi siswa di dalam melakukan dengan portofolio adalah hasil kerja yang
keterampilan berbicara dan teknik diperoleh dengan menggunakan alat rekam
portofolio. video, alat rekam audio, dan komputer
Teknik penilaian yang pertama (Kunandar, 2015).
adalah teknik tes lisan berupa tes diskusi Penilaian yang dilakukan guru
dan tes menceritakan kembali. Lee (dalam bahasa Indonesia di SMA Negeri 4
Saddhono dan Slamet, 2014:93) Denpasar telah sesuai dengan penilaian
menyatakan bahwa terdapat beberapa pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang
teknik penilaian yang dapat digunakan mengarah pada penilaian autentik. Rosalin
untuk mengukur keterampilan berbicara. (dalam Supardi, 2015:94) menyatakan
Teknik tersebut diantaranya tes bercerita bahwa penilaian autentik merupakan
dan tes diskusi. Hal ini sudah diterapkan penilaian yang sebenarnya terhadap
oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri perkembangan belajar peserta didik
4 Denpasar. Teknik tes lisan ini berupa sehingga penilaian tidak dilakukan dengan
penugasan. Siswa ditugaskan berdiskusi satu cara, tetapi bisa menggunakan
dalam pembelajaran teks debat dan tes berbagai cara.
menceritakan kembali dalam pembelajaran Aspek yang dinilai dalam
teks cerpen. Bentuk penugasan berupa tes keterampilan berbicara bergantung pada
diskusi dan tes menceritakan kembali jenis materi berbicara yang ingin diukur.
digunakan oleh guru untuk memperoleh Data mengenai aspek-aspek yang menjadi
informasi mengenai kemampuan siswa penilaian dalam keterampilan berbicara
dalam memahami materi keterampilan diperoleh melalui metode observasi,
berbicaranya. Pengetahuan siswa dalam wawancara dan metode dokumentasi.
berbicara dapat diketahui melalui Berdasarkan hasil observasi, wawancara
penampilan siswa dalam mengaplikasikan dan dokumentasi yang telah peneliti
teori dasar mengenai keterampilan lakukan dalam pembelajaran keterampilan
berbicara dalam tugas-tugas yang berbicara di kelas X (debat) dan XI
diberikan. (cerpen), aspek-aspek yang menjadi
Teknik penilaian yang kedua yaitu penilaian oleh guru yaitu sesuai dengan
teknik nontes berupa observasi dan rancangan penilaian yang termuat dalam
portofolio. Teknik observasi dilakukan oleh RPP guru yaitu aspek kebahasaan dan
guru dengan mengamati siswa nonkebahasaan.
menggunakan rubrik penilaian saat siswa Aspek kebahasaan meliputi lafal,
menampilkan atau menunjukkan aksinya intonasi, struktur bahasa, dan gaya bahasa.
dalam berbicara secara individu. Teknik Aspek nonkebahasaan meliputi hubungan
portofolio dilakukan dengan pemberian isi topik, struktur isi, kuantitas isi, kualitas
tugas dengan patokan waktu yang cukup isi, gerak-gerik, mimik, hubungan dengan
panjang kemudian siswa menunjukkan pendengar, volume suara, dan jalannya
hasilnya kehadapan guru dan teman-teman pembicaraan. Banyaknya unsur penilaian
sekelasnya. Penilaian portofolio ini dalam penilaian keterampilan berbicara
dilakukan dengan menggunakan rubrik sering kali membuat guru kesulitan dalam
penilaian. Penerapan teknik portofolio ini memberikan penilaian. Namun hal ini
dilakukan karena dianggap paling tidaklah dapat dipermudah oleh guru
komphrehensif mencakup berbagai teknik dengan cara menyiapkan rubrik penilaian
penilaian lainnya. Pernyataan bahwa teknik yang dibuat sendiri sesuai dengan materi
portofolio dianggap komprehensif berbicara yang akan diajarkan. Guru
diungkapkan oleh Kunandar (2015:293) menggolongkan aspek kebahasaan dan
yang menyatakan bahwa penilaian nonkebahasaan dalam kolom-kolom kecil
portofolio merupakan penilaian kemudian menyesuaikannya dengan materi
berkelanjutan yang didasarkan pada keterampilan berbicara yang diajarkan.

8
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

Menilai keterampilan berbicara siswa keterampilan berbicara dalam mencapai


bukanlah hal yang mudah dilakukan. Lee sasaran tujuan pembelajaran. Hasil
(dalam Saddono dan Slamet, 2014:92) penelitian menunjukkan bahwa ada
mengungkapkan bahwa alat penilaian (tes) beberapa kendala yang dihadapi oleh guru
itu harus dapat menilai kemampuan saat melaksanakan penilaian keterampilan
mengomunikasikan gagasan yang tentu berbicara dalam pembelajaran bahasa
saja mencakup kemampuan menggunakan Indonesia. Berikut merupakan kendala guru
kata, kalimat, dan wacana yang sekaligus dalam melaksanakan penilaian
mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan berbicara. Pertama, kendala
psikomotorik. yang paling umum dihadapi oleh guru saat
Pada pelaksanaan penilaian melaksanakan penilaian keterampilan
keterampilan berbicara, cara yang berbicara adalah kesulitan dalam
dilakukan guru menilai siswa yaitu dengan menyiapkan siswa dalam menghadapi
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pembelajaran keterampilan berbicara. Rasa
mengenai teori keterampilan berbicara gugup, tidak percaya diri, malu, kurang siap
kepada siswa sebagai apersepsi. Akan menjadi kendala utama dalam
tetapi, pertanyaan-pertanyaan yang pelaksaanaan tes keterampilan berbicara.
diajukan sebagai apersepsi tersebut tidak Hal inilah yang harus disiasati oleh guru.
dibuat dalam RPP. Hal ini dapat memberi Guru harus mampu menciptakan kondisi
kesan bahwa guru tidak mempersiapkan sedemikian rupa agar siswa tertarik dan
pertanyaan sejak awal melainkan saat mau belajar. Seorang guru yang kreatif
pembelajaran berlangsung. Deskripsi aspek harus mampu memberikan motivasi agar
penilaian yang dibuat guru dapat dikatakan siswa mampu tampil dengan maksimal. Hal
belum maksimal. Misalnya, aspek pelafalan ini dipertegas oleh Chaudron (dalam
yang sempuran itu seperti apa, intonasi Saddhono dan Slamet, 2014:90) apapun
yang sempuran itu seperti apa, tidak cukup yang dilakukan oleh pengajar, pembelajar
hanya skor angka dengan kategori baik, mendapatkan masukan.
ataupun kurang baik. Mulyasa (dalam Kedua, kendala yang dihadapi oleh
Kunandar, 2015) menyatakan guru saat melaksanakan penilaian
kesistematisan pembelajaran akan keterampilan berbicara yaitu kesulitan
tercermin dari strategi pembelajaran yang dalam menilai siswa yang jumlahnya terlalu
dilaksanakan, terutama dalam bnyak dalam satu kelas yaitu 38 orang.
mengorganisir tujuan dan bahan Sejauh ini belum ada kriteria atau aspek
pembelajaran, serta pelaksanaan evaluasi yang tetap untuk dijadikan acuan dalam
yang telah ditetapkan. Dari pemaparan di penilaian keterampilan berbicara, artinya
atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan belum adanya ketentuan yang akurat, pasti
penilaian yang baik harus tercermin dari atau orisinil mengenai aspek atau bagian
perencanaan pembelajaran. Mahrens dan yang dijadikan penilaian dalam
Lehmann (dalam Purwanto, 2009) keterampilan berbicara. Kebanyakan guru
menyatakan evaluasi adalah suatu proses membuat sendiri aspek-aspek yang
merencanakan, memperoleh, dan menjadi bagian dalam keterampilan
menyediakan informasi yang sangat berbicara sesuai dengan jenis materi
diperlukan untuk membuat alternatif berbicara apa yang diajarkan dengan
keputusan. Dengan demikian, seharusnya berpedoman pada buku panduan penilaian
apapun yang akan dilaksanakan sebaiknya sesuai Kurikulum 2013. Tidak adanya
direncanakan dan harus ditulis secara format yang pasti atau yang sudah
eksplisit. Hal ini akan memberikan contoh ditetapkan membuat guru kesulitan dalam
pada pelaksanaan pembelajaran yang melaksanakan penilaian, dan menentukan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. acuan yang menjadi kriteria penilaian.
Kendala penilaian keterampilan Penilaian yang dilakukan seharusnya tidak
berbicara dalam pembelajaran bahasa hanya menduga-duga kemampuan siswa,
Indonesia di SMA Negeri 4 Denpasar namum, harus dilaksanakan secara
adalah faktor yang membatasi atau menyeluruh dan autentik dengan aspek
menghalangi pelaksanaan penilaian penilaian yang lengkap dengan deskripsi di

9
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

setiap aspek agar memudahkan guru memuaskan dan memberikan


melaksanakan penilaian. pengulangan-pengulangan sampai benar-
Ketiga, kendala yang dialami yaitu benar siswa dapat menyamai siswa yang
keterbatasan waktu dalam pembelajaran unggul. Jika belum menguasai benar
keterampilan berbicara. Keterbatasan aspek-aspek kebahasaan yang ingin
waktu menjadi kendala yang sering dialami disampaikan, guru langsung melakukan
para guru. Terlebih dalam pembelajaran pendekatan kepada siswa agar terjadi
Bahasa Indonesia beracuan Kurikulum peningkatan dari penampilan sebelumnya.
2013 di mana seluruh kompetensi Selain itu, guru juga memberikan siswa
difokuskan pada teks sehingga kesempatan belajar lebih banyak untuk
membutuhkan waktu pertemuan yang tidak mempersiapkan diri tampil berbicara agar
sedikit. Berdasarkan wawancara, dan hasil hasil yang diperoleh memuaskan dengan
pengamatan diketahui bahwa kedua guru cara memberitahu mereka dari jauh hari
mengalami kendala keterbatasan waktu. bahwa akan ada tes berbicara, lakukan
Hal ini dikarenakan perfomansi siswa dalam pengundian agar tidak terjadi kesan pilih
kegiatan berbicara tidak bisa selesai pada kasih untuk menunjuk siswa tampil
satu pertemuan saja melainkan berbicara, serta berikan pertanyaan-
membutuhkan waktu dipertemuan pertanyaan, stimulus, motivasi untuk
selanjutnya untuk menuntaskan memancing keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran. Kendala waktu juga proses belajar berbicara.
berpengaruh pada persiapan siswa dalam Kedua, memberikan solusi dari
berbicara yang harus totalitas dalam kendala kesulitan dalam menilai
mencapai target atau nilai yang bagus. keterampilan berbicara karena jumlah siswa
Siswa tidak merata mendapatkan yang padatdalam satu kelas yaitu 38 orang,
kesempatan berbicara sesuai dengan dengan cara membuat perencanaan
waktu yang ditargetkan. Keterampilan penilaian yang sistematis agar seluruh
berbicara memerlukan banyak waktu siswa mendapatkan kesempatan merata.
karena taraf kemampuan berbicara siswa Dalam membuat perencanaan yang
bervariasi. Hal ini didukung oleh pernyataan sistematis guru melaksanakan kegiatan
Nurgiantoro (dalam Solihah dkk, 2007:10) belajar bersama mengenai penilaian
yang mengatakan situasi pembicaraan Kurikulum 2013 yang bersifat autentik,
(serius, santai, wajar, tertekan) dalam karena dengan ini guru diminta untuk terus
banyak hal juga memengaruhi keadaan dan belajar dengan adanya kebaruan-kebaruan
kelancaran pembicaraan. Keterampilan penilaian Kurikulum 2013. Selanjutnya,
berbicara tidak hanya tentang teori semata meluangkan waktu untuk mengikuti
melainkan praktik secara langsung yang pelatihan atau workshop mengenai
membutuhkan waktu cukup lama. Berbicara pembaruan penilaian Kurikulum 2013 dan
sebagai suatu keterampilan hanya bisa hal yang paling penting yaitu dengan cara
dikuasai dengan latihan-latihan atau membaca dan mempelajari buku panduan
praktik-praktik berbicara secara teratur dan penilaian Kurikulum 2013 serta mencari
berencana (Wendra, 2013:9). informasi dengan sesama guru pengajar
Umumnya, kedua guru mengatasi bahasa Indonesia di sekolah lain untuk
kendala-kedala tersebut dengan cara yang menambah ilmu pengetahuan dan
hampir sama. Pertama, kedua guru pengalaman mengenai penilaian Kurikulum
memberikan solusi untuk mengatasi 2013.
kendala kesiapan peserta didik dalam Ketiga, para guru memberikan solusi
pencapaian masing-masing aspek-aspek untuk mengatasi kendala keterbatasan
kebahasaan baik dari vokal siswa, intonasi, waktu. Upaya yang dilakukan para guru
dan pelafalan yang terkadang malu-malu, untuk mengatasi kendala tersebut yaitu
diam, dan enggan untuk tampil jika tidak dengan memberikan siswa teknis atau
ditunjuk oleh guru. Guru berusaha prosedur dalam menghadapi tes berbicara.
mengatasi kendala tersebut dengan Selain itu, guru juga merancang jam
memberikan siswa kesempatan belajar dari cadangan atau jam lebih untuk melakukan
jauh hari agar penampilan berbicara remidi atau pengulangan. Ini dilakukan bagi

10
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

siswa yang memang perlu untuk melakukan kebahasaan dan nonkebahasaan yang
atau memerlukan nilai tambahan. Dalam digunakan dalam menilai melainkan guru
hal ini guru menganggarkan waktu menggolongkannya sesuai dengan materi
cadangan pada bulan Januari-Februari yang akan diajarkan. Walaupun penilaian
akhir. Sedangkan Juli-Desember guru telah dilakukan secara autentik dengan
memfokuskan untuk menjelaskan semua menilai setiap aspek kebahasaan dan
materi. Setelah materi selesai guru tinggal nonkebahasaan, penilaian tersebut
mereview dan pengambilan nilai bagi yang berlangsung kurang maksimal karena
belum tuntas. Tidak meutup kemungkinan memiliki kendala-kendala dalam
guru juga melakukan diskusi dengan rekan- pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh
rekan sejawatnya untuk menentukan ketidak merataan penilaian dari
alokasi waktu yang sesuai untuk materi keseluruhan aspek yang telah digolongkan
berbicara yang memerlukan waktu yang sesuai dengan materi yang diajarkan oleh
lama untuk melakukan praktik berbicara guru.
secara langsung. Misalnya dengan Adapun kendala-kendala penilaian
memberikan waktu lebih lama untuk materi keterampilan berbicara dalam pembelajaran
berbicara dibandingkan pelajaran lainnya. bahasa Indonesia di SMA Negeri 4
Guru telah menyadari dalam proses Denpasar antara lain: (1) kesulitan dalam
penilaian tidak semua berjalan lancar. Pasti menyiapkan siswa dalam menghadapi
saja terdapat hambatan diluar dugaan atau pembelajaran keterampilan berbicara, (2)
rencana guru. Hal tersebut terjadi karena kesulitan dalam melaksanakan penilaian
keterampilan berbahasa (berbicara) mengingat jumlah siswa yang terlalu
tidaklah mudah untuk dikuasai. Hal ini banyak dalam satu kelas, (3) keterbatasan
terlihat dari penelitian sejenis yang waktu.
dilakukan oleh Kadek Desy Indah Sari Selain itu ada tiga solusi guru dalam
(2016). Dalam penelitiannya, peneliti mengatasi kendala penilaian keterampilan
menemukan tiga hambatan dalam berbicara yaitu, (1) memberikan
mengevaluasi keterampilan berbicara yaitu kesempatan siswa untuk menyiapkan diri
(a) kesulitan dalam mempersiapkan dari jauh hari agar penampilan memuaskan,
kesiapan siswa dalam mengikuti (2) membuat perencanaan yang sitematis
pembelajaran, (b) kesulitan mengatur jam dan belajar bersama dengan guru lainnya,
pelajaran, (c) kesulitan mengatur kelas (3) memberikan teknis atau prosedur dalam
besar. Selain itu, dalam penelitian yang menghadapi tes berbicara.
dilakukan oleh Laili Mukarromah (2016) Bagi guru bahasa Indonesia hasil
terdapat persamaan yaitu sama-sama penelitian ini dapat digunakan sebagai
meneliti tentang cara guru melaksanakan salah satu cara dalam melaksanakan
penilaian keterampilan berbicara, hanya penilaian keterampilan berbicara. Guru
saja tidak terdapat kendala atau hambatan. bahasa Indonesia dalam melaksanakan
penilaian keterampilan berbicara
PENUTUP seharusnya memperhatikan setiap aspek
Ada beberapa hal yang menjadi yang dinilai. Aspek penilaian yang dibuat
simpulan dalam penelitian ini. Pertama, sebaiknya disertakan dengan deskripsi di
bentuk-bentuk penilaian keterampilan setiap aspek. Dengan deskripsi tersebut
berbicara dalam pembelajaran bahasa kejadian menduga-duga kemampuan siswa
Indonesia di SMA Negeri 4 Denpasar dalam memberikan penilaian dapat
menggunakan bentuk tes (diskusi dan dihindari karena sudah dilengkapi dengan
menceritkan kembali), nontes (observasi deskripsi di masing-masing aspek baik
dan portofolio). Ini berarti penilaian kebahasaan dan nonkebahasaan.Dengan
keterampilan berbicara sudah dilakukan memberikan uraian pada setiap aspek pada
secara autentik. kolom penilaian akan lebih mudah dalam
Terdapat dua aspek yang digunakan melaksanakan penilaian. Mengenai kendala
dalam menilai keterampilan berbicara siswa yang dihadapi oleh guru sebaiknya guru
yaitu aspek kebahasaan dan bahasa Indonesia terlebih dahulu
nonkebahasaan. Tidak keseluruhan aspek menginformasikan kepada siswa agar

11
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

belajar di rumah mengenai materi yang Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsi-prinsip dan
akan dipelajari selanjutnya, guru juga dapat Teknik: Evaluasi Pengajaran.
memberikan batasan waktu kepada siswa Bandung: Remaja Rosdakarya.
saat berbicara sehingga siswa dapat lebih Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet.
serius dalam mempersiapkan diri untuk 2014. Pembelajaran Keterampilan
tampil berbicara. Kesulitan dalam menilai Berbahasa Indonesia: Teori dan
siswa sebaiknya guru harus lebih aktif Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
mencari informasi pelaksanaan penilaian Sari, Kadek Desy Indah. 2016.
keterampilan berbicara dan melakukan “Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran
diskusi dengan rekan sesama guru bahasa Keterampilan Berbicara (Bercerita)
Indonesia lainnya sehingga dapat membuat dengan Materi Cerpen pada Siswa
sistem atau prosedur penilaian yang kelas IXD SMP Negeri 3 Singaraja”.
sistematis dan terencana. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Bagi peneliti lain penelitian ini hanya Pendidikan Bahasa dan Sastra
terbatas pada teknik penilaian keterampilan Indonesia, FBS Universitas
berbicara saja. Dengan keterbatasan dan Pendidikan Ganesha.
kekurangan ini, peneliti lain hendaknya Solihah, Atikah dkk. 2007. Studi Komparatif
mengkaji penilaian dari aspek-aspek lain, Kompetensi Berbicara Siswa SMA
khususnya dari aspek keterampilan dan Siswa SMK. Jakarta: Pusat
berbahasa lainnya. Bahasa.
Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar
DAFTAR PUSTAKA Metodelogi Penelitian Bahasa.
Aries, Erna Febru. 2011. Asesmen dan Singaraja: Universitas Pendidikan
Evaluasi. Malang: Aditya Media Ganesha.
Publishing. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Arikunto, Suharsimi 2009. Dasar-dasar Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Kualititatif, dan R&D. Bandung:
Jakarta: Bumi Aksara. Alfabeta.
Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode
Profesional: Melahirkan Murid Unggul Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Menjawab Tantangan Masa Depan. Remaja Rosdakarya.
Jakarta: Al-Mawardi Prima. Supardi. 2015. Penilaian Autentik:
Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan
Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Psikomotor (Konsep dan Aplikasi).
Bumi Aksara Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hidayah, Laila Fitri Nur. 2016. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara
“Implementasi Penilaian Autentik Sebagai Suatu Keterampilan
Kompetensi Berbicara Kelas VII di Berbahasa. Bandung: Angkasa.
SMP Negeri 1 Teras”. Skripsi (tidak Wendra, I Wayan. 2013. Buku Ajar
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Keterampilan Berbicara. Singaraja:
Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Universitas Pendidikan Ganesha.
Muhammadiyah Surakarta.
Kunandar. 2015. Penilaian Autentik.
(Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013): Suatu
Pendekatan Praktis disertai dengan
Contoh. Ed. Rev. Jakarta: Rajawali
Pers.
Muzamiroh, M.Latifatul. 2013. Kupas
Tuntas Kurikulum 2013: Kelebihan
dan Kekurangan Kurikulum 2013.
Surabaya: Kata Pena.

12

Anda mungkin juga menyukai