Nur Ekasandra - Proposal FIKS YAH
Nur Ekasandra - Proposal FIKS YAH
PROPOSAL
NUR EKASANDRA
G70118019
Stambuk : G70118019
Pembimbing I Pembimbing II
Apt. Muh. Rinaldhi Tandah, M.Sc. Apt. Khusnul Diana., S.Far., M.Sc.
NIDN: 19860202 201504 2 003 NIP. 198602022015042001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Tadulako
JKN dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dalam sistem
JKN, BPJS Kesehatan akan membayar dengan sistem paket INA-CBG’s
(Indonesia Case Base Group) untuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL) (KEMENKES RI, 2014). INA-CBG’s adalah sistem paket
pembayaran berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien (BPJS, 2014).
RSU Anutapura Palu merupakan salah satu rumah sakit pemerintah, termasuk
dalam rumah sakit tipe B dan merupakan rumah sakit rujukan bagi daerah-daerah
sekitarnya. Rumah sakit rujukan berperan dalam program JKN, dimana BPJS
melakukan pembayaran berdasarkan tarif INA-CBG’s, namun hal ini belum
efektif karena adanya ketidaksesuaian antara biaya rill dengan tarif INA-CBG’s.
Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian Mawaddah & Tasminatun (2015), di
rumah sakit kalisat Jember, yaitu terdapat perbedaan yang secara statistik
signifikan antara tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s pada pembayaran klaim
BPJS pasien diabetes melitus tipe II rawat inap di RS Kalisat. (Mawaddah &
Tasminatun, 2015). Hal yang sama juga dibuktikan pada penelitian Sari (2014), di
RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
antara tarif RS dengan tarif INA-CBG’s pada pasien diabetes melitus (Sari, 2014).
Permasalahan tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai analisis biaya antidiabetik kombinasi pada pasien diabetes melitus rawat
inap jaminan kesehatan nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran terapi antidiabetik kombinasi pada pasien JKN kode
INA-CBG’s E-4-10 diabetes melitus rawat inap di RSU Anutapura Palu?
2. Bagaimana outcome penggunaan antidiabetik kombinasi pada pasien JKN
kode INA-CBG’s E-4-10 diabetes melitus rawat inap di RSU Anutapura Palu?
3. Berapa biaya medis langsung diabetes melitus terapi antidiabetik kombinasi
pada pasien JKN kode INA-CBG’s E-4-10 diabetes melitus rawat inap di RSU
Anutapura Palu berdasarkan perspektif rumah sakit?
4. Apakah terdapat perbedaan antara biaya rill dengan tarif INA-CBG’s pada
pasien diabetes melitus di RSU Anutapura Palu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui gambaran terapi antidiabetik kombinasi pada pasien JKN kode
INA-CBG’s E-4-10 diabetes melitus rawat inap di RSU Anutapura Palu.
2. Mengetahui outcome penggunaan antidiabetik kombinasi pada pasien JKN
kode INA-CBG’s E-4-10 diabetes melitus rawat inap di RSU Anutapura Palu.
3. Mengetahui besar biaya medis langsung diabetes melitus terapi antidiabetik
kombinasi pada pasien JKN kode INA-CBG’s E-4-10 diabetes melitus rawat
inap di RSU Anutapura Palu berdasarkan perspektif rumah sakit.
4. Mengetahui perbedaan antara biaya rill dengan tarif INA-CBG’s pada pasien
diabetes melitus di RSU Anutapura Palu.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi dokter,
farmasis dan tenaga kesehatan lainnya dalam mengevaluasi biaya penggunaan
obat antidiabetik kombinasi yang harus dikeluarkan pasien dan sebagai
referensi peningkatan mutu pelayanan medis.
2. Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi yang menunjang
proses belajar mengajar untuk kepentingan pendidikan terutama terhadap
analisis biaya pengobatan kombinasi pada pasien diabetes melitus.
3. Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lain
terkait analisis biaya pengobatan kombinasi pada pasien diabetes melitus.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada analisis biaya secara
retrospektif pada biaya medis langsung meliputi biaya obat antidiabetik, biaya
kamar, biaya pelayanan, biaya laboratorium, biaya alat kesehatan serta penunjang
lain pada pasien rawat inap diabetes melitus di RSU Anutapura Palu periode
Januari sampai Desember 2020 dan Januari sampai Mei 2021.
F. Tinjauan Pustaka
1. Diabetes
Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Hiperglikemia kronis pada diabetes dikaitkan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2018).
d. Komplikasi Mikrovaskular
1) Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik merupakan penyebab paling utama terjadinya Gagal
Ginjal Stadium Akhir. Tanda dini nefropati diabetik pada DM tipe 2
yaitu ditandai dengan didapatkannya albuminuria persisten dengan
kisaran 30-299 mg/24 jam. Diagnosis nefropati diabetik ditegaskan
jika didapatkan kadar albuminuria >30 mg dalam urin 24 jam pada 2
dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan, tanpa disertai
dengan penyebab albuminuria lainnya (PERKENI, 2019).
2) Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang disebabkan
oleh iskemi pada mikrosirkulasi di mata, dimana diperparah dengan
pelepasan faktor pertumbuhan vascular yang tidak tepat (Dipiro et al.,
2020).
3) Neuropati Diabetik
Pada neuropati perifer, yang menjadi faktor penting yaitu dengan
hilangnya sensasi distal beresiko tinggi adanya ulkus kaki sehingga
meningkatkan resiko terjadinya amputasi. Kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, serta terasa lebih sakit di malam hari menjadi gejala
yang sering dirasakan pada penderita neuropati (PERKENI, 2019).
7. Antidiabetik
Antidiabetik merupakan terapi yang digunakan untuk mengatasi diabetes
melitus. terapi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi bagi penderita diabetes merupakan landasan
pengobatan seperti terapi nutrisi medis (TNM), aktivitas fisik, dan edukasi
manajemen diri diabetes (EMDD) (Dipiro et al., 2020).
Terdapat bebapa terapi non farmakologi, diantaranya (Dipiro et al., 2020):
1) Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Terapi nutrisi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang
direkomendasikan bagi penderita diabetes melitus. Penderita DM tipe
1 disarankan untuk mempertahankan berat badan yang ideal dengan
diet seimbang. Penderita DM tipe 2 perlu melakukan pembatasan
kalori agar dapat menurunkan berat badan, sebab beberapa penderita
DM tipe 2 mengalami kelebihan berat badan atau juga dikenal dengan
obesitas.
2) Aktivitas Fisik
Penderita diabetes juga disarankan untuk melakukan aktivitas fisik
sebab dengan itu dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sedikit dapat
meningkatkan control glikemik. Aktivitas fisik juga dapat mengurangi
faktor resiko kardiovaskular, berkontrubusi dalam penerunanan atau
pemeliharaan berat badan serta meningkatkan kesejahteraan.
3) Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD)
Pasien dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik tentang penyakit
mereka serta ikut serta dalam strategi manajemen diri rutin untuk
mengendalikannya, diakibatkan oleh kontrol diabetes jangka panjang
yang konsisten. Semua pasien penderita diabetes harus
direkomendasikan untuk mengikuti program edukasi manajemen diri
diabetes.
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi pada pasien penderita DM diberikan bersamaan
dengan pengaturan makanan sehari-hari serta modifikasi gaya hidup sehat.
Terapi farmakologi pada penderita DM terbagi menjadi dua yaitu obat oral
dan bentuk suntikan (PERKENI, 2019).
1) Obat Antihiperglikemia Oral
Obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 6 golongan, berdasarkan
cara kerjanya, yaitu (PERKENI, 2019):
a) Pemacu sekresi insulin
(1) Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan terapi farmakologi DM yang efek
utamanya yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin oleh beta
sel pankreas. Hipoglikemia serta peningkatan berat badan
adalah efek samping utama yang sering muncul ketika
mengkonsumsi obat ini. Orang tua, serta penderita gangguan
fungsi hati dan ginjal di peringatkan untuk berhati-hati dalam
mengkonsumsi obat ini karena berisiko tinggi mengalami
hipoglikemia.
(2) Glinid
Glinid adalah salah satu terapi DM yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea, namun lokasi reseptornya berbeda. Hasil
akhir pengobatan berupa penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Efek samping yang sering muncul yaitu
hipoglikemia. Obat jenis ini sudah tidak tersedia di Indonesia.
b) Peningkat sensitivitas terhadap insulin
(1) Metformin
Metformin memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa
hati atau yang dikenal dengan gluconeogenesis, serta
memperbaiki glukosa di jaringan perifer. Metformin
merupakan lini pertama dalam beberapa kasus besar DM tipe
2. Dispepsia, diare dan beberapa gangguan saluran pencernaan
merupakan efek samping yang mungkin terjadi.
(2) Tiazolidinedion (TZD)
Tiazolidinedion merupakan golongan obat yang memiliki efek
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di jaringan perifer.
c) Penghambat Alfa Glukosidase
Cara kerja obat ini yaitu dengan menghambat enzim alfa
glukosidase di saluran pencernaan sehingga menghambat absorbs
glukosa dalam usus halus. Penumpukan gas dalam usus
merupakan salah satu efek samping yang terjadi akibat
mengkonsumsi obat ini, sehingga sering menimbulkan flatus.
Contoh obat golongan ini adalah acarbose.
d) Penghambat enzim Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 inhibitor)
Obat ini bekerja dengan menghambat inaktivasi dari glucagon-like
peptide (GLP)-1 dengan cara penghambat DPP-4 akan
menghambat lokasi pengikatan pada DPP-4. Penghambat DPP-4
merupakan agen oral, dan yang termasuk dalam golongan ini
adalah vildagliptin, linagliptin, sitagliptin, saxagliptin dan
alogliptin.
e) Penghambat enzim Sodium Glucose co-Transporter 2 (SGLT-2
inhibitor)
Obat ini bekerja dengan menghambat reabsorpsi glukosa di
tubulus proksimal dan meningkatkan ekskresi glukosa melalui
urin. Obat ini juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan
serta tekanan darah.
Tabel 6.2 Profil Obat Antihiperglikemia Oral yang Tersedia di
Indonesia
Golongan Cara Kerja Efek Samping Penurunan
Obat Utama Utama HbA1c
3) Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi antidiabetik merupakan terapi dengan menggunakan
kombinasi obat antihiperglikemia oral maupun insulin yang dimulai
dengan dosis rendah, dimana harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda (PERKENI, 2019).
9. Biaya
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang hilang dari pilihan nilai
terbaik, biaya tidak selamanya berbentuk uang, namun dapat juga berbentu
jasa ataupun barang dari sumber daya tersebut. Dalam bidang kefarmasiaan
pelayanan resep pada pasien juga dikategorikan sebagai biaya. (Andayani,
2013)
Terdapat beberapa kategori biaya, yaitu (Andayani, 2013):
a. Biaya medis langsung (direct medical cost)
Biaya ini merupakan biaya yang digunakan secara langsung dalam
memberikan terapi, seperti biaya produk kemoterapi, biaya rawat inap,
biaya kunjungan dokter, biaya kunjungan medic dan lain-lain.
b. Biaya langsung non medis langsung (direct nonmedical cost)
Biaya ini didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
segala pengeluaran yang diakibatkan suatu penyakit dari pengobatannya.
Contohnya biaya transportasi.
c. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang secara tidak langsung
dikeluarkan oleh pasien maupun keluarga pasien, dimana disebabkan oleh
hilangnya produktivitas karena suatu penyakit ataupun kematian yang
dialami oleh pasien. Contoh : hilangnya produktivitas karena sakit.
d. Biaya tidak teraba (intangible cost)
Biaya tidak teraba merupakan biaya yang disebabkan oleh adanya terapi
suatu penyakit. Contohnya biaya untuk menurunkan nyeri, sakit, ataupun
lemah karena suatu penyakit.
Tujuan JKN yaitu agar dapat memberikan acuan bagi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS), Pemerintah baik pusat, propinsi, maupun
kabupaten/kota. JKN juga bertujuan sebagai acuan bagi pemberi pelayanan
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS seperti Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan serta oihak terkait dalam
penyelenggara JKN (PERMENKES RI, 2014).
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi farmakoekonomi dengan menggunakan metode
observasional dan rancangan penelitian cross sectional berdasarkan perspektif
Rumah Sakit. Data diperoleh dari rekam medis pasien diabetes melitus, data
berkas klaim BPJS dan bukti pembayaran pengobatan pasien diabetes melitus
di instalasi rawat inap RSU Anutapura Palu 2020-2021. Data tersebut
kemudian akan diakumulasikan untuk mendapatkan rata-rata dan total biaya
rill serta biaya tarif INA CBG’s pasien diabetes melitus, sehingga akan
diketahui persentase kesesuaian biaya rill dan tarif INA CBG’s pada pasien
diabetes melitus rawat inap di RSU Anutapura Palu tahun 2020-2021.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni-Oktober 2021.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian pasien diabetes mellitus yang
menggunakan antidiabetik kombinasi dan menjalani rawat inap di RSU
Anutapura Palu periode 2020-2021. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling dimana data populasi dijadikan
sebagai jumlah sampel pada penelitian ini.
Untuk kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut :
Kriteria Inklusi :
1) Pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan diagnosis
diabetes melitus yang menjalani rawat inap di RSU Anutapura Palu
periode 2020-2021.
2) Pasien yang memuat informasi dasar seperti diagnosis, identitas, biaya
medis langsung serta terdapat kode INA-CBG’s E-4-10
3) Pasien dengan rekam medis yang lengkap meliputi nomor rekam
medis, data laboratorium, nama obat yang digunakan.
4) Pasien dengan data pembiayaan lengkap dan telah di klaim BPJS
Kesehatan.
Kriteria eksklusi
1) Data rekam medis pasien diabetes melitus rawat inap yang tidak
lengkap.
2) Pasien naik kelas VIP.
3) Pasien meninggal.
4) Pasien yang keluar kategori tarif INA-CBG’s diabetes melitus.
4. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi karakteristik demografi
(usia, jenis kelamin, ruang perawatan, kelas perawatan,), karakteristik klinis
(diagnosis rekam medis, obat antidiabetik kombinasi, outcome terapi)
karakteristik biaya (biaya obat antidiabetik, biaya kamar, biaya pelayanan,
biaya laboratorium, biaya alat kesehatan serta penunjang lain), dan kesesuaian
biaya INA CBG’s.
5. Definisi Operasional
a. Karakteristik Demografi
1) Usia merupakan selisih waktu sejak pasien dilahirkan dengan waktu
masuk rumah sakit.
Kategori :
a) 15-34 Tahun
b) 35-50 Tahun
c) 51-65 Tahun
d) >65 Tahun
Skala : Interval
2) Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dan laki-laki
secara biologis sejak pasien dilahirkan.
Kategori :
a) Laki-laki
b) Perempuan
Skala : Nominal
3) Kelas perawatan merupakan tingkatan kelas ruangan yang ditempati
oleh pasien diabetes melitus di RSU Anutapura Palu.
Kategori :
a) Kamar perawatan III
b) Kamar perawatan II
c) Kamar perawatan I
d) Kamar perawatan Intermediet
Skala : Ordinal
4) Lama perawatan merupakan durasi perawatan yang diperoleh pasien
diabetes melitus, yang dimulai dari tanggal masuk perawatan hingga
tanggal keluar perawatan.
Kategori :
a) < 6 hari
b) 6 hari
Skala : Interval
b. Karakteristik Klinis
1) Diagnosis rekam medis, diabetes melitus merupakan penyakit kronis
yang disebabkan dengan meningkatnya kadar gula darah hingga berada
diatas normal. DM merupakan penyakit kronis yang juga berlangsung
jangka panjang . Diabetes melitus di RSU Anutapura Palu dari data
rekam medis dengan kode E-4-10-I, E-4-10-II, dan E-4-10-III.
2) Obat Antidiabetik kombinasi merupakan gambaran terapi kombinasi
yang diberikan pada pasien diabetes melitus yang diperoleh
berdasarkan hasil rekam medis pasien dengan menggunakan lembaran
observasi.
3) Outcome terapi merupakan target terapi yang diukur dengan
menggunakan GDS saat pasien keluar rumah sakit. Target terapi
adalah Glukosa Darah Sewaktu >200 mg/dL.
Kategori
a) Outcome tercapai
b) Outcome tidak tercapai
Skala : Nominal
c. Karakteristik Biaya
1) Biaya merupakan biaya medis langsung berdasarkan perspektif rumah
sakit.
2) Biaya medis langsung merupakan seluruh biaya yang berhubungan
langsung dengan terapi diabetes melitus, meliputi biaya obat
antidiabetik, biaya kamar, biaya laboratorium, biaya obat penyakit
penyerta, biaya alat kesehatan dan penunjang kesehatan lainnya.
3) Biaya obat antidiabetik merupakan seluruh jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk mengatasi diabetes mellitus selama masa perawatan.
4) Biaya kamar inap merupakan biaya yang digunakan oleh pasien
diabetes melitus selama masa perawatan.
5) Biaya laboratorium merupakan biaya pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan pasien berdasarkan daftar biaya laboratorium di RSU
Anutapura Palu.
6) Biaya obat penyakit penyerta merupakan biaya obat yang digukan
untuk menangani penyakit penyerta.
7) Biaya alat kesehatan merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk
alat kesehatan selama masa perawatan.
8) Biaya penunjang kesehatan lainnya merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk penunjang kesehatan lainnya selama menjalani masa perawatan.
7. Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan sudut pandang instalasi rumah sakit yang
meliputi :
a. Analisis dekskriptif yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
deksripsi dari karakteristik subjek penelitian yaitu :
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Kelas perawatan
4) Lama perawatan
5) Diagnosis utama
6) Obat antidiabetik
7) Outcome terapi
b. Perhitungan outcome terapi
Perhitungan outcome terapi ditentukan berdasarkan persentase jumlah
pasien yang mencapai target GDS terkendali dibagi dengan jumlah seluruh
pasien yang mendapatkan terapi antidiabetik kombinasi.
c. Perhitungan total biaya medis langsung dengan menggunakan rumus:
Total Biaya Medis Langsung : B1+B2+B3+B4+B5+B6
Keterangan :
B1 = Biaya obat antidiabetik
B2 = Biaya kamar
B3 = Biaya laboratorium
B4 = Biaya obat penyakit penyerta
B5 = Biaya alat kesehatan
B6 = Biaya penunjang kesehatan lainnya
d. Perhitungan biaya rata-rata
Perhitungan biaya rata-rata yaitu dengan menjumlahkan masing-masing
komponen biaya yang digunakan selama masa perawatan di rumah sakit
kemudian dibagi total paisen. Persentase dihitung dengan menjumlahkan
masing-masing komponen biaya yang digunakan selama menjalani
perawatan di rumah sakit kemudian dibagi total pasien lalu dikalikan
dengan 100%.
e. Perhitungan kesesuaian biaya dengan menggunakan rumus :
Kesesuaian biaya ; Jumlah biaya INA-CBG’s – Jumlah Biaya medis
langsung.
DAFTAR PUSTAKA