Buku Petunjuk Prak KA
Buku Petunjuk Prak KA
1. Tujuan Percobaan
1. Membuat larutan standar primer dan sekunder
2. Melakukan standarisasi larutan standar sekunder
2. Tinjauan Pustaka
Suatu larutan bisa diketahui konsentrasinya dengan cara titrasi.
Menitrasi adalah proses penambahan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya ( disebut larutan standar ) ke dalam larutan yang akan
diketahui konsentrasinya. Jadi dalam melakukan titrasi dibutuhkan larutan
standar.
Larutan Standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
dengan teliti ( gram ekuivalen / liter larutan ).
Larutan Standar ada 2 macam :
1. Larutan Standar Primer.
2. Larutan Standar Sekunder.
Larutan Standar Primer :
1. Konsentrasinya tidak mudah berubah terhadap waktu, sehingga tidak
perlu distandarisasi terlebih dahulu.
2. Dibuat dari zat padat dengan kemurnian tinggi.
Contoh larutan standar primer : asam oksalat dan borax.
Larutan Standar Sekunder :
1. Konsentrasi bisa berubah, harus distandarisasi dengan larutan standar
primer.
2. Dibuat dari zat padat atau cairan yang tidak mempunyai kemurnian
tinggi.
Contoh larutan standar sekunder: larutan asam klorida dan larutan
NaOH
Waktu akhir titrasi ditandai dengan perubahan yang jelas dalam larutan yang
disebut : Titik akhir teoritis/titik statiometri/titik ekuivalen. Perubahan tersebut
disebabkan oleh :
3. Bahan
1. NaOH p.a.
2. H2C2O4.H2O
3. Na2B4O7.10 H20
4. HCl p.a
5. Phenophtalein
6. Methyl range
7. Aquades
4. Alat
1. Labu ukur 100 ml
2. Gelas beker 250 ml
3. Erlenmeyer 125 ml
4. Buret 50 ml
5. Pipet Volum 10 ml, 25 ml
6. Pipet ukur 10 ml
7. Kaca arloji
8. Botol piret
9. Pipet tetes
5. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan standar asam oksalat
1. Menimbang asam oksalat ( H2C2O4 .2H2O) sebanyak 290 – 310 mg.
2. Melarutkan asam oksalat dengan 75 ml aquadest didalam gelas beker
ukuran 250 ml.
3. Memasukan larutan asam oksalat tersebut ke dalam labu ukur dan
dikocok sampai homogen.
6. Analisis data
1. Perhitungan normalitas larutan asam oksalat
Normalitas oksalat =
Wg grek 1
g
x2 x
M gmol gmol liter
2W grek 2W
M 75l 75 M
Vasamoksalat 2W
N NaOH
V NaOH 75 M
3. Perhitungan Normalitas Borax :
Normalitas borax =
2W grek 2W
N
M 75 75 M
7. Laporan
a. Pembahasan
1. Sebutkan mana yang termasuk larutan standar primer dan sekunder
dalam praktikum!
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
LARUTAN STANDAR DAN STANDARISASI
Kelompok:
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
Hari/Tgl :
1. Bahan baku
No. Bahan Rapat massa Kadar Berat Volume
1. NaOH p.a. …………… …… …… ………
2. HCl p.a. …………… …… …… ………
3. Na2B4O7.10H2O …………… …… …… ………
4. H2C2O4.2H2O …………… …… …… ………
2. Data percobaan
No. Larutan Volum, mL
I II III
1. NaOH ……… ……. …….
2. H2C2O4.2H2O ……… ……. …….
3. HCl ……… ……. …….
4. Na2B4O7.10H2O ……… ……. …….
1. Tujuan Percobaan
Menyelidiki sifat-sifat asam atau garam polibasis
Menentukan kadar asam atau garam polibasis secara potensiometri
2. Tinjauan Pustaka
Asam polibasis adalah asam yang di dalam larutan akan mengalami lebih dari
satu tingkat ionisasi, dengan tetapan ionisasi masing-masing. Misalnya suatu
asam lemah berbasa n, tingkat dan tetapan ionisasinya adalah sebagai berikut:
H A
3
n 1
HA
3
( n 1 )
Sehingga apabila asam tersebut dititrasi dengan larutan basa kuat berasam satu
(misalnya NaOH) maka kan diperoleh lebih dari satu titik ekivalen yang
persamaan reaksinya serta pH titik ekivalennya sebagai berikut:
HnA + NaOH NaHn-1A + H2O pH1 = ½ (pKa1 + pKa2)
NaHn-1A + NaOH Na2Hn-2A + H2O pH2 = ½ (pKa2 + pKa3)
Dan seterusnya sampai akhirnya
Nan-1A + NaOH NanA + H2O pHn = ½ (pKw + pKan + log (G))
Apabila harga Ka sangat kecil (asam sangat lemah) maka tidak ada
indikator yang dapat digunakan untuk menetukan saat tercapainya titik
ekivalen yang terakhir. Hal ini dapat diatasi antara lain dengan titrasi secara
potensiometri.
Titrasi potensiometri adalah suatu titrasi di mana akhir titrasi tidak
ditentukan menggunakan indikator tetapi dengan mengukur perubahan
3. Bahan
1. Larutan buffer
2. Larutan standar NaOH 0,1 N
3. Larutan standar asam oksalat (dari percobaan Larutan Standard an
Standarisasi)
4. Larutan H2SO4, Na2SO3, NaHCO3
5. Aquades
6. Indikator phenophtalein
4. Alat
1. pH meter
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Pipet
5. Pengaduk magnetik
6. Gelas bekker
Vasamoksala t 2W
N NaOH
V NaOH 75 M
7. Laporan
a. Pembahasan
1. Mengapa asam polibasis memiliki tingkatan ionisasi? Tuliskan urutan
reaksi ionisasi asam polibasis yang digunakan untuk percobaan!
2. Tuliskan reaksi yang terjadi ketika asam polibasis yang digunakan
dalam percobaan dititrasi dengan larutan NaOH!
3. Mengapa pada saat larutan polibasis dilakukan titrasi terjadi
perubahan pH? Bagaimana trennya? (Lihat kurva)
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS POTENSIOMETRI
Kelompok :
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
Hari/Tgl :
Data Standarisasi Larutan NaOH
Volum larutan NaOH = …………….mL
No. Volume larutan asam oksalat
1. …………………….
pH
dan
pH/V
Surakarta, ………………………
Praktikan
1……………..
2……………..
3……………..
4……………..
1. Tujuan Percobaan
1. Membuat kurva standar polarimetri dari larutan standard yang sudah
diketahui konsentrasinya.
2. Menentukan konsentrasi suatu larutan optis aktif yang tidak diketahui
konsentrasinya dengan metoda polarimetri.
2. Tinjauan Pustaka
Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik yang terdiri dari berbagai
panjang gelombang yang dapat bervibrasi kesegala arah. Cahaya putih dapat
diubah menjadi cahaya monokromatik (hanya terdiri dari satu panjang
gelombang) dengan menggunakan suatu filter atau sumber cahaya yang
khusus. Cahaya monokromatik ini disebut cahaya terpolarisasi. Interaksi
suatu senyawa organik tertentu dengan cahaya terpolarisasi dianalisis dengan
polarimeter. Sedangkan polarimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur besaran yang terjadi akibat interaksi suatu senyawa organik dengan
cahaya terpolarisasi.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar
sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon
asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO 2 ),
fruktosa.
Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang
banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus
pada bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat
dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Yang dimaksud
dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai satu arah getar
dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu
zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir.
Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2
macam, yaitu :
4. Alat
- Peralatan polarimeter
- Labu ukur 100 mL
- Pipet
- Erlenmeyer
- Botol timbang
- Pengaduk gelas
- Corong gelas
5. Cara kerja
1. Buat larutan sukrosa 100 mL dalam labu takar dengan menggunakan 5, 10,
15, 20, dan 25 gram sukrosa.
2. Mencuci bersih tabung pemutar/kuvet, kemudian mengisi dengan air
murni/aquades, dan mengusahakan tidak sampai ada gelembung udara
yang masuk dalam tabung..
3. Putar prisma analisator sampai terlihat bidang terang. Lakukan
pengukuran ini tiga kali. Keadaan ini dicatat sebagai keadaan nol (zero
point).
4. Amati nilai posisi skala analisatornya (nilai putaran optik) dan nyatakan
dengan satu desimal.
5. Ulangi cara kerja no 3 dan 4 untuk larutan standar yang lain. Masing-
masing larutan dilakukan tiga kali pengamatan. Bersihkan kuvet setiap
penggantian larutan dengan akuades.
6. Ulangi cara kerja no 3 dan 4 untuk larutan sampel yang tidak diketahui
konsentrasinya.
7. Buat kurva kalibrasi nilai putaran optik terhadap konsentrasi larutan
standar.
8. Tentukan konsentrasi larutan sampel dari kurva kalibrasi.
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS POLARIMETRI
Kelompok :
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
4. ………………………. ……………………
Hari/Tgl :
Data Percobaan
No. Larutan Nilai Putar Optik
I II III Rata-
rata
1. 0 …………… …………. ………….. ………
2. 5 mg/ 100 mL …………… …………. ………….. ………
3. 10 mg/ 100 mL …………… …………. ………….. ………
4. 15 mg/ 100 mL …………… …………. ………….. ………
5. 20 mg/ 100 mL …………… …………. …………. ………
6. 25 mg/ 100 mL …………… …………. ………….. ………
1. Tujuan Percobaan
a. Memahami prinsip-prinsip analisis kuantitatif kompleksometri.
b. Menerapkan analisis kompleksometri untuk menentukan kadar magnesium
dalam sampel
2. Tinjauan Pustaka
Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat menjadi dasar penetapan
titrimetri adalah reaksi pembentukan ion kompleks, yang larut namun sedikit
sekali terdisosiasi. Beberapa ion logam seperti tembaga, kobalt, nikel, zinc,
kadmium dan merkurium (II) membentuk kompleks stabil dengan ligan
nitrogen seperti ammonia dan trien. Sedangkan ion logam lain tertentu
misalnya aluminium, timbel, dan bismut dikomplekskan lebih baik dengan
ligan yang mengandung atom oksigen sebagai penyumbang pasangan
elektron.
Zat tertentu yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen
teristimewa efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan logam
yang sangat beraneka ragam diantaranya yang paling dikenal adalah asam
Etilena Diamina Tetra Asetat yang kadang-kadang disebut asam (etilena
dinitrilo) tetra asetat. Dan sering disingkat dengan EDTA.
3. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. EDTA
2. Sampel larutan MgSO4. 7H2O
3. NH4Cl A.R
4. NH4OH pekat
5. Indikator EBT
6. Tri ethanol amine
7. Etanol absolut
8. Aquades
5. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Standard EDTA 0,1 M
Timbang 9,365 gram EDTA dengan teliti, masukkan ke dalam gelas beker,
larutkan dengan aquades 100 ml. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur
250 ml dan tambahkan aquades sampai batas garis dan kocok sampai
homogen.
b. Pembuatan Larutan Buffer pH 10
Melarutkan 17,5 gram NH4Cl A.R ke dalam 142 ml NH4OH pekat
kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 250 ml dan tambahkan aquades
sampai batas garis dan kocok hingga homogen.
c. Langkah-langkah Penentuan Magnesium dalam Larutan Sampel
Ambil 10 ml larutan sampel, encerkan dengan 40 ml air dan tambahkan
0,9 ml larutan buffer (pH = 10 ) dan 1-2 tetes indikator EBT . Titrasi
dengan larutan EDTA 0,1 M sampai terjadi perubahan warna dari merah
menjadi biru. Karena pembentukan kompleks tidak serentak, hendaknya
pada waktu mendekati titik akhir, titrasi dilakukan pelan-pelan dan hati-
hati sambil dikocok.
d. Indikator EBT dibuat dengan melarutkan 0,2 gram zat warna ini ke dalam
15 ml tri ethanol amine dan 5 ml etanol absolut.
7. Laporan
a. Pembahasan
1. Bahas secara jelas mengenai prinsip dasar analisis kompleksometri.
2. Bahas reaksi dan perubahan yang terjadi
3. Apa yang dimaksud dengan ion kompleks? Jelaskan!
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS KOMPLEKSOMETRI
Kelompok:
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
4. ………………………. ……………………
Surakarta, ………………………
Praktikan
1……………..
2……………..
3……………..
4……………..
1. Tujuan Percobaan
Mengetahui kadar karbonat dalam sampel secara kualitatif dan secara
kuantitatif.
2. Tinjauan Pustaka
Analisis kualitatif kadar karbonat dalam sampel dapat dilakukan dengan
menambahkan reagen sehingga terbentuk endapan karbonat, kemudian endapan
dilarutkan dalam pelarut yang spesifik. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
metode asidimetri. Sebagai titran digunakan asam klorida, sehingga selama
titrasi akan terjadi penurunan pH dan titrasi dihentikan pada titik akhir titrasi.
Pemilihan indikator didasarkan pada pH titik ekivalen.
3. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Sampel natrium hidroksida
2. Asam klorida
3. Barium korida
4. Kalsium klorida
5. Metil orange
6. Phenolphtalein
7. Natrium boraks
8. Air suling
4. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Gelas beker
2. Labu ukur
3. Buret
4. Pipet ukur
5. Pipet volum
5. Cara Kerja
a. Standarisasi Larutan Standar Asam klorida.
1. Timbanglah natrium boraks seberat 500 - 600 gram
2. Masukkan natrium boraks tersebut ke dalam gelas beker dan larutkan dengan
75 ml air suling
3. Pindahkan larutan dalam gelas beker ke dalam labu ukur 100 ml, dan
tambahkan air suling dan kocok sampai homogen
6. Catatlah volum asam klorida yang diperlukan sampai titik akhir titrasi
4. Kemudian, timbanglah sampel CaCO3 padat dalam kaca arloji secara tepat
dan teliti
6. Analisis Data
a. Standarisasi Larutan Standar Asam Klorida
V1 N 1
N2
V2
b. Analisis kuantitatif Karbonat dalam Sampel
W = massa sampel
7. Laporan
a. Pembahasan
a. Bahas reaksi-reaksi yang terjadi selama percobaan dan jelaskan
perubahan-perubahan yang terjadi.
b. Apa yang dimaksud dengan titik ekivalen dan titik akhir titrasi?
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS KADAR KARBONAT
Kelompok :
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
4. ………………………. ……………………
Hari/Tgl :
1. Data-data Bahan :
Nama Berat Kemurnian Volume
No
Bahan gram % g/cm3 mL
1
2
3
4
5
b. Analisis Karbonat.
Volum, mL
No Nama Larutan
1 2 3
1. Sampel Karbonat
2. Asam Klorida
Surakarta, ………………………
Praktikan
1……………..
2……………..
3……………..
4……………..
1. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar suatu zat dengan metode kolorimetri.
2. Tinjauan Pustaka
Kolorimetri merupakan salah satu metode analisis kimia berdasarkan
pada perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan
standar. Metode ini lebih menguntungkan dari pada metode lainnya, karena
memerlukan bahan-bahan kimia, waktu, dan kadar sampel yang relatif kecil
yaitu kurang dari 1% zat atau unsur yang ada dalam jumlah sedikit dalam
sampel larutan sejati.
Analisis kolorimetri menggunakan alat kolorimeter. Kolorimeter yang
dilengkapi dengan sel fotometer ini berfungsi untuk menggantikan mata yang
disebut kolorimeter foto listrik. Kolorimeter foto listrik dapat menghasilkan
arus dengan kekuatan yang tergantung pada banyaknya sinar yang diserap oleh
larutan. Tetapi alat jenis ini relatif mahal. Jika sebagai sumber panas
dipergunakan sinar putih yang dibuat secara sederhana, maka disebut
kolorimeter.
3. Bahan
1. Ferri ammonium
2. HCl pekat
3. KCNS 10%
4. Aquades
4. Alat
1.Tabung reaksi
2. Pipet ukur 10 mL
3. Pipet tetes
4. Labu ukur 1 L, 100 mL
5. Buret
5. Cara Kerja
1. Membuat larutan Fe3+ standar (1 mL larutan = 0,1 mg Fe3+ ). Timbang
sebanyak 0,4520 gram tawas ferri amonium, larutkan dalam air suling
secukupnya, kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 500 mL.
Tambahkan 5 mL HCl pekat, kemudian encerkan dengan air sampai 500
mL.
2. Sebanyak 10 mL larutan standar di atas (no. 1) dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL (1 mL = 0,01 mg Fe3+ ), tambahkan air, kemudian dikocok
dan dimasukkan ke dalam buret.
3. Membuat larutan standar warna.
Siapkan sejumlah tabung reaksi (misal 5 buah) dan beri nomor urut, isikan
larutan standar Fe3+ di atas (no. 2) ke dalam masing-masing tabung reaksi
dengan volume bertingkat, misal: 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL.
Tambahkan 5 mL larutan KCNS 10%, lalu encerkan dengan air suling
sampai 20 mL, kocok sampai rata, amati warna dari masing-masing larutan
dalam tabung reaksi.
4. Sejumlah 5 mL larutan sampel (disediakan dosen/asisten) dimasukkan ke
dalam tabung lain, tambah 5 mL larutan KCNS 10%, encerkan dengan air
suling sampai 20 mL, larutan dikocok sampai homogen.
5. a. Bandingkan warna larutan no. 4 dengan warna deretan larutan standar
Fe3+ (no. 3). Jika warna larutan no. 4 sama dengan salah satu larutan
standar Fe3+, maka konsentrasi larutan no. 4 tersebut sama dengan
larutan standar.
b. Jika warna larutan standar dengan no. 4 belum ada yang sama, maka
encerkan salah satu larutan standar yang warnanya sedikit lebih pekat
dengan air (dari buret) dan dikocok sampai warnanya sama dengan
warna larutan no. 4, catat tinggi permukaan cairannya. Hitunglah
konsentrasi larutan no. 4 tersebut.
7. Laporan
a. Pembahasan
- Prinsip kolorimetri kaitannya dengan analisis kadar Fe.
- Bandingkan kadar Fe dari hasil analisa kolorimetri dengan konsentrasi
yang sebenarnya yang dibuat asisten. Jelaskan sebab-sebab terjadinya
penyimpangan yang mungkin terjadi.
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS KOLORIMETRI
Kelompok :
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
4. ………………………. ……………………
Hari/Tgl :
Penentuan Kadar Fe3+ dengan Kolorimetri
Surakarta, ………………………
Praktikan
1……………..
2……………..
3……………..
4……………..
1. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat membuat larutan standar KMnO4 dan standarisasi larutan
KMnO4
2. Mahasiswa dapat menggunakan larutan standar KMnO4 untuk analisis besi
dan kalsium dalam garamnya.
2. Tinjauan Pustaka
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat, ion
permanganat berwarna merah jambu. Dalam larutannya dan oleh pengaruh
sinar matahari terurai menjadi MnO4-. Dalam larutan asam, ion permanganat
dapat memberikan reaksi (Vogel, 1985):
Mn O4 8 H 5 e
Mn 2 4 H 2O
Untuk pengasaman dipakai H2SO4, dalam hal ini HCl tidak dapat dipakai
sebab HCl akan mengoksidasi klorida Cl menjadi (Cl2). Sedangkan reaksi
yang terjadi adalah:
2 MnO4- + 10 Cl- + 16 H+ → 2 Mn++ + 5 Cl2 + 8 H2O
3. Bahan
1. Asam sulfat
2. H3PO3
3. KMnO4
4. SnCl2
4. Alat:
1. Kaca arloji
2. Pipet volum 10 mL
3. Gelas bekker
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Pemanas listrik
6. Gelas ukur 10 mL
7. Sinter glass
8. Thermometer 100 °C
9. Botol coklat
10. Penangas air
11. Desikator
12. Buret
13. Labu takar 100 mL
14. Corong
5. Cara Kerja
1. Membuat larutan KMnO4 0,1 N
Timbang sebanyak 1,6 gram dalam kaca arloji, masukkan ke dalam gelas
bekker, tambahkan air 500 mL, kemudian tutup dengan kaca arloji besar
dan larutkan. Panaskan larutan tersebut sampai mendidih selama 15- 30
menit, kemudian dinginkan sesuai temperatur kamar, saring dengan
sinterglass atau corong yang diberi glass wool (tidak boleh dengan kertas
6. Analisis Data
Hitung masing-masing analisis kadar feri, fero, besi dalam bijih besi serta
kadar Ca sesuai perhitungan sebagai berikut:
Bila dibutuhkan V1 mL KMnO4 0,1 N
Fe2+ = 0,1 x V1 x 56 mgram/ 10 mL
Fe 3
0,1 V2 0,1 V1 mLgrek / mL
10
0,1 V2 0,1 V1 56 mgram / mL
0,1 V BA Fe 10 gram / mL
1000
Ca 2 0,1 V mgrek
0,1 V 40
mgram / mL
2
mgrek garam Ca mgrek KMnO4
N Ca VCa 0,1 V mgrek
0,1 V
N Ca grek / L
VCa
7. Daftar Pustaka
Achmad, S, 2001, Analisis Kuantitatif, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Edisi ke-5, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS PERMANGANOMETRI
Kelompok :
No. NAMA NIM
1. ………………………. ……………………
2. ………………………. ……………………
3. ………………………. ……………………
4. ………………………. ……………………
Hari/Tgl :
Volum KMnO4 untuk:
Analisis kadar feri = ….mL
Analisis kadar fero = ….mL
Analisis kadar besi dalam bijih besi = …mL
Analisis kadar Ca = …mL
Surakarta, ………………………
Praktikan
1……………..
2……………..
3……………..
4……………..
1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar protein dalam suatu bahan dengan
menentukan N total secara Gunning.
2. Tinjauan Pustaka
Protein berasal dari bahasa Yunani protos berarti pertama atau penting.
Merupakan polimer yang berperan penting pada makhluk hidup, jumlahnya
berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada
hampir semua organisme (Lehninger, 1982 dan Hart, 1990). Hasil analisis
elementer berbagai macam protein menunjukkan bahwa setiap molekul
protein mengandung karbon (51-55%), hidrogen (6,5-7,3%), oksigen (20-
24%), nitrogen (15-18%), belerang (0-2,5%) dan fosfor (0-10%) (Wertheim
and Jeskey, 1956).
Adanya unsur nitrogen merupakan ciri khas senyawa-senyawa protein,
karena unsur-unsur itu tidak ditemukan dalam senyawa-senyawa lemak dan
karbohidrat sederhana. Oleh karena itu kadar protein dalam suatu bahan bisa
ditentukan dengan mengukur kadar nitrogen dalam bahan itu. Penentuan kadar
protein dengan cara ini menunjukkan protein kasar, karena selain protein
sebenarnya ada senyawaan nitrogen bukan protein yang terikut seperti asam
nukleat, ammonia, nitrat, nitrit dan sebagainya.
Pada prinsipnya analisis nitrogen dalam bahan-bahan organik
ditentukan dengan mengkonversikan nitrogen menjadi NH 3 kemudian jumlah
NH3 yang terbentuk ditentukan. Salah satu cara penentuan N total yang
banyak digunakan di laboratorium adalah cara Gunning (Griffin, 1955).
Analisis cara Gunning mengikuti prosedur Kjeldahl yang terdiri dari langkah
berikut:
A. Destruksi
Proses ini berlangsung pada saat sampel ditambah asam sulfat pekat.
Proses ini semua ikatan N dalam molekul protein (sampel) dikonversi
C. Titrasi
Amoniak yang dilepaskan selama proses distilasi akan bereaksi dengan
asam penangkapnya membentuk garam amonium. Titrasi dengan natrium
hidroksida (alkalimetri), bisa ditentukan jumlah asam yang masih tersisa
dalam larutan penangkap.
Setelah kadar N total diketahui dari analisis Gunning, maka untuk
menentukan kadar protein diperlukan faktor konversi yang menghubungkan
berat protein dengan berat N total dalam bahan:
Berat protein = Faktor konversi x berat N (3)
3. Bahan
a. Bahan yang dianalisis (sampel)
4. Alat
a. Kompor listrik
b. Labu Kjeldahl
c. Satu set alat distilasi
d. Neracan elektrik
e. Gelas Ukur
f. Labu Ukur
g. Erlenmeyer
h. Statif
i. Buret
5. Cara Kerja
A. Destruksi
Lebih kurang 1,5 gram sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl
bersama-sama dengan 10 g K2SO4, 0,2 g CuSO4 dan 25 mL H2SO4 pekat, lalu
dipanaskan dengan kompor listrik dalam almari asam. Proses destruksi
dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih. Biasanya proses pemanasan
berlangsung kurang lebih 2 jam. Diamkan labu di udara terbuka agar dingin.
C. Titrasi
Larutan asam penangkap dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Titrasi
dihentikan jika larutan berubah dari ungu ke biru kehijauan. Volume larutan
NaOH yang diperlukan dicatat.
6. Analisis Data
Dari analisis cara Gunning yang dilakukan, diperoleh data berupa
volume larutan NaOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan kelebihan
larutan HCl penangkap.
Apabila digunakan VA mL larutan HCl penangkap dengan
normalitas NA gek/L dan untuk titrasi digunakan larutan NaOH dengan
normalitas NB yang mencapai titik ekivalen pada volume VB mL, maka:
Larutan HCl mula-mula = (VA NA) mgek
Sisa larutan HCl setelah distilasi = (VB NB) mgek
= gek NaOH 0,1 N untuk titrasi
Jumlah NH3 hasil distilasi = (VA NA-VB NB) mgek
= jumlah mgek larutan HCl yang bereaksi
Apabila dimasukkan faktor konversi (F) sesuai dengan jenis bahan yang
dianalisis, maka berat protein (Wp, mg) dalam bahan adalah:
7. Daftar Pustaka
1. Griffin, R.C., 1955, Technical Methods of Analysis, McGraw-Hill Book
Company, Inc, New York.
2. Hart, H., 1990, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, Edisi keenam,
Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Lehninger, 1982, Dasar-dasar Biokimia, Jilid 1, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
4. Wertheim, E. and Jeskey, H., 1956, Introductory Organic Chemistry,
McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.
8. Laporan
a. Pembahasan
1. Bahas reaksi-reaksi yang terjadi dalam tahapan penentuan kadar
protein.
Jelaskan tiap-tiap langkah yang dilakukan.
2. Tentukan kadar protein sampel.
3. Bandingkan hasil pengukuran yang diperoleh dengan data yang tersedia
untuk sampel yang bersangkutan.
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS KADAR PROTEIN
Kelompok:
No Nama NIM
1 ……………………………... …………………………………….
2 ……………………………... …………………………………….
3 ……………………………... …………………………………….
4 ……………………………... …………………………………….
Hari/ Tanggal:
1. Bahan Baku
2. Data Percobaan
Hasil Analisa Protein Kasar:
Berat Sampel = ..... gram
No Larutan Volume
1 NaOH ..................................
2 HCl ..................................
1. Tujuan Percobaan
1. Menentukan bilangan penyabunan sampel minyak dan lemak.
2. Menentukan bilangan asam sampel minyak dan lemak.
2. Tinjauan Pustaka
Lemak dan minyak merupakan suatu senyawa organik golongan ester,
tersusun atas gliserol dan asam lemak berantai panjang (C 12 sampai C24)
dinamakan sebagai trigliserida atau tri ester dari gliserol (Fessenden and
Fessenden, 1984). Lemak dan minyak disebut pula sebagai lipida (Yunani,
lipos = lemak). Persamaan umum pembentukan trigliserida dari 1 molekul
gliserol dengan 3 molekul asam lemak digambarkan seperti berikut
(Wilbraham and Matta, 1984):
CH2 O C (CH2)10CH3
CH2OH O O
6. Analisis Data
Bilangan Penyabunan
Titer blanko titer contoh N HCl BM KOH
berat sampel
mL KOH N KOH BM KOH
Bilangan Asam
Berat sampel (gram )
7. Daftar Pustaka
1. Apriyanto, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Sedarnawati, and Budiyanto,
S.,1989, Analisis Pangan, IPB, Bogor.
2. Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1984, Kimia Organik 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
3. Wilbraham, A. and Matta, M.S., 1984, Pengantar Kimia Organik dan
Hayati, ITB, Bandung.
4. Winarno, F.G., 2002, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
b. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS SIFAT MINYAK DAN LEMAK
Kelompok:
No Nama NIM
1 ……………………………... …………………………………….
2 ……………………………... …………………………………….
3 ……………………………... …………………………………….
4 ……………………………... …………………………………….
Hari/ Tanggal:
1. Bahan Baku
Angka Asam
No Kriteria Satuan
1 Berat minyak/ lemak sampel ……………………….. g
2 Normalitas KOH-etanol ……………………….. N
3 Volume titrasi sampel ………………………. mL
Surakarta, …………………………..
Praktikan:
1. ……....
2.……….
3..………
4..………