SKRIPSI
Diajukan oleh:
Rosalia Lestari
NIM : 128114133
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan
Matius 11:28 “Marilah kepadaku, hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat
Kupersembahkan untuk:
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan selama proses pengerjaan skripsi
ini dari awal hingga akhir, sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik untuk
Penetapan Kadar Asam Askorbat dalam Sediaan Larutan Injeksi Obat Pemutih
Kulit Merek “X” dapat berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana farmasi (S.
penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
2. Prof. Dr. Sudibyo, M.S., Apt. dan Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc.
dan jalan keluar serta saran yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan
3. Dr. Christine Patramurti, M.Si., Apt. dan Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen
penguji yang telah memberikn saran dan kritik yang membangun dalam
penyusunan skripsi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dharma terutama Mas Bimo, Mas Ottok, Mas Kethul yang telah banyak
skripsi.
6. Mama, papa, mbak Tiwi, kak Kumala, Wulan, dan Elen yang telah
7. Petra Annie Anjani dan Eunike Lystia Florentien Kelana Jeversoon sebagai
penulis. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca dan dapat
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................vii
ABSTRACT ........................................................................................................ xx
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Landasan Teori........................................................................................... 16
G. Hipotesis ................................................................................................... 17
E. Alat Penelitian............................................................................................ 20
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Preparasi adisi baku dalam sampel untuk penentuan akurasi dan presisi .. 22
1. Selektivitas ............................................................................................. 24
2. Linieritas ................................................................................................ 24
3. Akurasi ................................................................................................... 25
4. Presisi ..................................................................................................... 25
5. Rentang .................................................................................................. 25
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Selektivitas ............................................................................................. 33
2. Linieritas ................................................................................................. 35
3. Akurasi ................................................................................................... 36
4. Presisi ..................................................................................................... 38
5. Rentang................................................................................................... 38
A. Kesimpulan ............................................................................................... 40
B. Saran.......................................................................................................... 40
LAMPIRAN ...................................................................................................... 44
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel VI. Hasil perhitungan % recovery dan % RSD baku asam askorbat ........ 37
Tabel VII. Hasil % perubahan uji kestabilan larutan baku asam askorbat ........... 39
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. Interaksi asam askorbat dengan fase gerak metanol : bufer fosfat..... 28
Gambar 17. Kromatogram baku asam askorbat 100 µg/mL Replikasi I ............... 50
Gambar 18. Kromatogram baku asam askorbat 125 µg/mL Replikasi I ............... 51
Gambar 19. Kromatogram baku asam askorbat 150 µg/mL Replikasi I ............... 51
Gambar 22. Kromatogram baku asam askorbat 100 µg/mL Replikasi II ............. 53
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 23. Kromatogram baku asam askorbat 125 µg/mL Replikasi II .............. 53
Gambar 24. Kromatogram baku asam askorbat 150 µg/mL Replikasi II ............. 54
Gambar 25. Kromatogram baku asam askorbat 50 µg/mL Replikasi III .............. 54
Gambar 26. Kromatogram baku asam askorbat 75 µg/mL Replikasi III .............. 55
Gambar 27. Kromatogram baku asam askorbat 100 µg/mL Replikasi III ............ 55
Gambar 28. Kromatogram baku asam askorbat 125 µg/mL Replikasi III ............ 56
Gambar 29. Kromatogram baku asam askorbat 150 µg/mL Replikasi III ............ 56
Gambar 34. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi rendah Replikasi I ...... 60
Gambar 35. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi rendah Replikasi II..... 60
Gambar 36. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi rendah Replikasi III ... 61
Gambar 37. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi sedang Replikasi I ...... 61
Gambar 38. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi sedang Replikasi I ...... 62
Gambar 39. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi sedang Replikasi I ...... 62
Gambar 40. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi tinggi Replikasi I ....... 63
Gambar 41. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi tinggi Replikasi II ...... 63
Gambar 42. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi tinggi Replikasi III ..... 64
Gambar 43. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-0 ... 67
Gambar 44. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-1 ... 67
Gambar 45. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-2 ... 68
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 46. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-3 .. 68
Gambar 47. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-4 .. 69
Gambar 48. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-0 69
Gambar 49. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-1 70
Gambar 50. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-2 70
Gambar 51. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-3 71
Gambar 52. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-4 71
Gambar 53. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-0 72
Gambar 54. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-1 72
Gambar 55. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-2 73
Gambar 56. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-3 73
Gambar 57. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-4 74
Gambar 58. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-0 . 74
Gambar 59. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-1 .. 75
Gambar 60. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-2 .. 75
Gambar 61. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-3 .. 76
Gambar 62. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-4 .. 76
Gambar 63. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-0 77
Gambar 64. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-1 77
Gambar 65. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-2 78
Gambar 66. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-3 78
Gambar 67. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-4 79
Gambar 68. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-0 79
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 69. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-1 80
Gambar 70. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-2 80
Gambar 71. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-3 81
Gambar 72. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-4 81
Gambar 73. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-0 .. 82
Gambar 74. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-1 .. 82
Gambar 75. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-2 .. 83
Gambar 76. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-3 .. 83
Gambar 77. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-4 .. 84
Gambar 78. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-0 84
Gambar 79. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-1 85
Gambar 80. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-2 85
Gambar 81. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-3 86
Gambar 82. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-4 86
Gambar 83. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-0 87
Gambar 84. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-1 87
Gambar 85. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-2 88
Gambar 86. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-3 88
Gambar 87. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-4 89
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 11. Data AUC sampel dan AUC sampel adisi, perhitungan %
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Asam askorbat dapat digunakan sebagai agen pemutih kulit. Kadar asam
askorbat dalam larutan injeksi pemutih kulit merek “X” harus memberikan efek
yang diinginkan. Untuk menjamin efikasinya, maka perlu dilakukan penetapan
kadar asam askorbat dalam sediaan obat dengan metode yang telah divalidasi.
Penelitian bersifat deskriptif non eksperimental, asam askorbat dianalisis
menggunakan sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik
dengan fase diam Phenomenex® C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm) dan fase gerak
campuran metanol : 0,01 M bufer fosfat dengan penambahan larutan 0,1 M asam
fosfat hingga pH 3 (40 : 60) dengan kecepatan alir 0,9 mL/menit dan menggunakan
detektor UV-244 nm. Parameter validasi yang digunakan adalah selektivitas,
linieritas, akurasi, presisi, dan rentang.
Hasil penelitian menunjukkan parameter selektivitas terpenuhi, akurasi
dan presisi yang baik pada konsentrasi tinggi (konsentrasi asam askorbat = 120
µg/mL) dengan % recovery = 100,50–101,01% dan RSD = 0,28%. Linieritas yang
dihasilkan pada metode ini telah memenuhi syarat dengan nilai r = 0,9989 pada
konsentrasi asam askorbat 50–150 µg/mL.
Kata kunci: asam askorbat, larutan injeksi pemutih kulit merek “X”, KCKT fase terbalik,
validasi
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Ascorbic acid can be used as agent for skin whitening. Ascorbic acid level
inside skin whitening “X” injection should give the desired effect. To ensures the
efficacy, it’s necessary to determine the ascorbic acid level in the dosage form with
a method that has already been validated.
This research is descriptive non exprimental. Ascorbic acid is using
Reversed High Performance Liquid Chromatography (HPLC) with stationary phase
Phenomenex® C18 (250 x 4.6 mm, 5 µm) and mobile phase methanol : 0.01 M
phosphoric buffer adjusting to pH 3 with 0.1 M phosphoric acid (40 : 60), flowrate
0.9 mL/min and detection with UV at 244 nm. Validation parameter used in this
research are selectivity, linierity, acuration, precision, and range.
This results of the study showed that selectivity reversed-phase HPLC
method is reach, accuracy and precision are at high concentration (120 µg/mL) with
% recovery = 100.50–101.01% and RSD = 0.28%. The good linierity for ascorbic
acid with values (r) of 0.9989 at 50–150 µg/mL.
Key Words: ascorbic acid, skin whitening “X” injection dosage form, KCKT reverse
phase, validation
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
obat, salah satunya sebagai sediaan injeksi pemutih kulit. Produk pemutih kulit
dapat menunjang kecantikan kulit, sehingga produk ini diminati oleh banyak
meratakan warna kulit maupun merawat kulit sehingga terhindar dari masalah
pigmentasi seperti bintik-bintik hitam, melasma, tanda bekas hamil dan keriput.
Beberapa agen pemutih kulit yang saat ini sering digunakan adalah arbutin,
vitamin C (asam askorbat), kojic acid, licorice extract, burner root extract,
melanin pada kulit, dan asam askorbat memiliki kemampuan untuk melindungi
yang relatif murah dan mengandung asam askorbat yang relatif tinggi, contohnya
sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek “X” mengandung asam askorbat
1000 mg per ampul. Jika jumlah asam askorbat tidak sesuai dengan yang tertera
pada label, maka konsumen akan dirugikan dari sudut efikasi. Menurut Farmakope
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
askorbat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari yang tertera pada
label. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetapan kadar asam askorbat dalamproduk
pemutih kulit yang mengandung asam askorbat relatif tinggi untuk menjamin
asam askorbat dalam sediaan intravena bekerja lebih efisien dan sediaan ini lebih
menggunakan metode KCKT fase terbalik oleh Ullah, Shafqat, Arshad Hussain,
Javid Ali, Khaliqurrehman dan Asad Ullah (2012) dengan judul “A Simple and
Ching, Shu-Hui Cheng, Ceshing Sheu dan Chang-Chin Kwan (2011) dengan judul
metode, validasi metode dan aplikasi metode untuk penetapan kadar asam askorbat
dalam sampel injeksi pemutih kulit (Supriyanto, 2014). Optimasi metode analisis
untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih
kulit merek “X” telah dilakukan oleh Jeversoon (2016) dengan kondisi KCKT yang
optimal menggunakan fase gerak campuran metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40
C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), dan deteksi UV-244 nm. Validasi metode merupakan
langkah yang penting untuk dilakukan dalam tahap penetapan kadar supaya dapat
1. Perumusan masalah
injeksi obat pemutih kulit merek “X” dengan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) fase terbalik menggunakan fase gerak campuran metanol : 0,01 M bufer
fosfat pH 3 (40 : 60) dengan kecepatan alir 0,9 mL/menit, fase diam Phenomenex®
C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), dan deteksi UV-244 nm memenuhi persyaratan validitas
2. Keaslian penelitian
menggunakan metode KCKT fase terbalik pernah dilakukan oleh Ullah et al.
(2012), dan Wang et al. (2011) yang terangkum dalam Tabel I. Terdapat beberapa
pada fase gerak, jenis kolom, panjang gelombang, dan sampel yang digunakan.
Kelebihan penelitian ini adalah sampel yang digunakan merupakan sediaan injeksi
pemutih kulit yang belum pernah diteliti oleh penelitian terdahulu. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan menggunakan fase
gerak campuran metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60) dengan kecepatan alir
0,9 mL/menit, fase diam Phenomenex® C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), deteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UV-244 nm, dan sampel asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat
Shafqat Ullah, Hussain A Simple and Rapid HPLC Kolom Inertsil ODS-3 C18 (250 mm x
Arshad, Javid Ali, Method for Analysis of 4,6 mm), fase gerak metanol : bufer
Khaliqurrehman, and Vitamin-C in Local fosfat (20 : 80, v/v) pH 3±0,1 dengan
Asad Ullah (2012) Packed Juices of Pakistan kecepatan alir 1,0 mL/menit, dan
panjang gelombang 240 nm
Kadar Asam Askorbat Dalam Sediaan Larutan Injeksi Obat Pemutih Kulit
Merek “X” belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat
dari permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa
3. Manfaat Penelitian
sumbangan ilmiah tentang penggunaan metode KCKT fase terbalik yang telah
divalidasi dalam penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat
pada penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih
B. Tujuan Penelitian
sehingga dapat digunakan pada penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asam Askorbat
berbentuk kristal tidak berwarna atau berbentuk serbuk kristal berwarna putih atau
kuning pudar. Asam askorbat dengan rumus kimia C6H8O6 memiliki berat molekul
176,1 gram/mol, pKa = 4,2; 11,6 (pada suhu 25oC), dan log P
(oktanol/air) = 1,8. Kelarutan dalam air 1 : 3, dalam etanol 1 : 30, dalam metanol 1
: 10, dan dalam propilen glikol 1 : 20. Dapat larut dalam aseton, tidak larut dalam
benzena, kloroform, eter, petroleum eter, minyak, lemak, dan pelarut lemak (Moffat
et al., 2011). Asam askorbat sensitif terhadap cahaya dan mudah teroksidasi (Ahuja
et al., 2007). Dosis asam askorbat adalah 0,2-3 g per hari (Moffat et al., 2011).
terbentuknya melanin pada kulit. Selain itu, asam askorbat memiliki kemampuan
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi UV. Keuntungan inilah yang mendasari
pemakaian asam askorbat dalam produk pemutih kulit (Arbab dan Eltahir, 2010).
terdiri dari asam askorbat, metil paraben, propil paraben, natrium hidroksida, dan
aqua for injection. Metil paraben merupakan pengawet berbentuk serbuk tak
berwarna yang memiliki nilai log P 2,0 dan kelarutan 1 : 400 dalam air. Propil
paraben merupakan pengawet serbuk tak berwarna yang memiliki nilai log P 3,0
dan kelarutan 1 : 2500 dalam air (Moffat et al., 2011). Natrium hidroksida sebagai
sediaan injeksi asam askorbat dan pH larutan mendekati pH darah yaitu 7,4
2007).
Penelitian mengenai agen pemutih kulit juga dilakukan oleh Ullah et al.
(2012) dan Wang et al. (2011) yang terangkum dalam Tabel I. Perbedaan penelitian
yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya terletak pada fase gerak, jenis
kolom, panjang gelombang, dan sampel yang digunakan. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase gerak campuran
metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60) dengan kecepatan alir 0,9 mL/menit,
fase diam Phenomenex® C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), deteksi UV-244 nm, dan
sampel asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek “X”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Spektrofotometri Ultraviolet
interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia
atau transisi elektronik, yaitu peningkatan energi elektron dari keadaan dasar
(ground state) ke satu atau lebih tingkat energi yang lebih tinggi (Gambar 2) atau
tereksitasi (excited state). Transisi terjadi jika energi yang dihasilkan oleh radiasi
sama dengan energi yang diperlukan untuk melakukan transisi (Watson, 2000).
Radiasi elektromagnetik pada sinar ultraviolet dan sinar tampak memiliki suatu
energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Jarak linier antara titik pada satu
gelombang dengan titik yang berada pada gelombang terdekatnya disebut sebagai
mengeksitasi elektron maka akan menyerap energi pada panjang gelombang yang
lebih banyak untuk mengeksitasi elektron maka akan menyerap energi pada
panjang gelombang yang lebih pendek (Fessenden and Fessenden, 1997). Jumlah
absorptivitas molar, tebal kuvet dan konsentrasi molekul senyawa analit (Gandjar
A= bc (1)
Keterangan: A = absorbansi
= absorptivitas molar (M-1. cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi molekul dalam senyawa analit (Gandjar dan Rohman, 2007)
konsentrasi molekul zat analit dalam satuan Molar (M), namun jika konsentrasi
molekul zat analit dalam satuan persen berat/volume (g/100 mL), maka
= x (2)
10
ultraviolet karena senyawa ini memiliki gugus kromofor dan auksokrom yang
ditunjukkan pada Gambar 6 (Ahuja dan Dong, 2005). Kromofor adalah gugus
fungsional tak jenuh yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet dan sinar
tampak (Gandjar dan Rohman, 2007), sedangkan auksokrom adalah gugus jenuh
yang bila terikat pada kromofor dapat mengubah panjang gelombang dan intensitas
baik sedikit asam ataupun sedikit basa. Larutan bufer dapat dibuat dengan
Ketahanan bufer dipengaruhi oleh pH larutan yang dibuat karena jika pH larutan
bufer sama dengan pKa asam atau basa yang membentuknya maka bufer dapat
diperhatikan dalam pemilihan bufer sebagai fase gerak pada KCKT, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kapasitas bufer, kelarutan komponen bufer, stabilitas bufer, dan serapan bufer pada
pH disebut sebagai kapasitas bufer. Hal ini dipengaruhi oleh nilai pKa asam atau
basa lemah penyusun bufer, dan kapasitas bufer berada dalamrentang pH±1,0 unit
dari nilai pKa asam atau basa lemah penyusun bufer tersebut. Nilai pKa buffer fosfat
adalah 2,1 dan kapasitas buffer fosfat dalam rentangpH 1,1–3,1 (Kazakevich
and Lobrutto, 2007). Menurut Kromidas (2005) nilai UV cut-off bufer fosfat 50 mM
analisis untuk pemisahan suatu campuran senyawa kimia. Pemisahan pada sistem
KCKT terjadi akibat adanya interaksi antara zat analit dengan fase diam dan fase
gerak yang kemudian akan menghasilkan perbedaan waktu migrasi dari zat analit
(Kazakevich and Lobrutto, 2007). Ada dua jenis KCKT dalam analisis, yaitu
KCKT fase normal dan KCKT fase terbalik. KCKT fase normal menggunakan fase
diam bersifat lebih polar daripada fase geraknya, sedangkan KCKT fase terbalik
menggunakan fase diam bersifat lebih non-polar daripada fase geraknya (Snyder et
al., 2010).
yaitu dapat digunakan untuk menganalisis senyawa yang tidak menguap atau tidak
tahan panas tanpa peruraian (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
12
Instrumen KCKT terdiri atas kolom, detektor, wadah fase gerak, pompa,
injector, dan komputer atau perekam data (Ahuja dan Dong, 2005). Salah satu jenis
kolom KCKT fase terbalik yang sering digunakan adalah tipe C18 yang tersusun
oleh suatu penyangga silika gel (SiO2). Pada bagian permukaan silika terdapat
gugus-gugus hidroksil (-OH), sehingga silika gel relatif bersifat polar. Silica gel
adalah memiliki respon yang cepat dan reprodusibel terhadap analit, memiliki
berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam sampel (Gandjar dan Rohman,
2007). Detektor UV merupakan salah satu jenis detektor spesifik yang mendeteksi
1997).
Fase gerak yang digunakan harus bersih, tidak berinteraksi dengan analit,
dan tidak toksik. Fase gerak biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bercampur dan berpengaruh pada daya elusi dan resolusi. Pada KCKT, daya elusi
dan resolusi ditentukan oleh polaritas seluruh pelarut, polaritas fase diam, dan
sifat komponen sampel. Komposisi fase gerak akan mempengaruhi pemisahan dan
waktu retensi analit. Sebelum digunakan, fase gerak harus disaring terlebih dahulu
untuk menghilangkan partikel-partikel kecil. Adanya gas dalam fase gerak juga
bagian pompa dan detektor (Rohman, 2009). Perlu diperhatikan agar nilai UV cut-
off fase gerak tidak mengganggu pembacaan hasil analit pada detektor UV. Nilai
tersebut baru dikembangkan untuk analisis senyawa tertentu, revisi dari metode
dilakukan di laboratorium yang berbeda oleh analis berbeda atau dikerjakan dengan
alat yang berbeda, untuk membandingkan kesetaraan antara dua metode (Rohman,
2009).
untuk mengevaluasi validasi metode harus diuji. Menurut The United States
14
tergantung pada sifat uji yang dilakukan untuk tujuan validasi metode analisis.
Tabel II. Kategori metode pengujian validitas (United States pharmacopeial Convention, 2007)
Kategori Keterangan
Penentuan kuantitatif komponen-komponen utama obat atau zat aktif (termasuk
I
pengawet) di dalam produk obat jadi
Penentuan kemurnian/adanya pengotor (impurities) atau produk-produk hasil
II
degradasi. Kategori II ini dibagi lagi menjadi uji kuantitatif dan uji batas
Penentuan karakteristik/sifat-sifat khusus kinerja produk obat jadi, seperti
III
kecepatan disolusi dan uji pelepasan obat
IV Uji identifikasi
dalam produk obat jadi, maka dalam penelitian ini dilakukan validasi metode
analisis untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat
pemutih kulit merek “X” termasuk dalam kategori I (Tabel III). Parameter yang
Tabel III. Parameter validasi yang dipersyaratkan untuk validasi metode analisis (United
States pharmacopeial Convention, 2007)
Kategori II
Parameter Kategori I Uji Kategori III Kategori IV
Kuantitatif
batas
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Selektivitas Ya Ya Ya * Ya
Batas deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak
Batas kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak
Linieritas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak
*Mungkin dibutuhkan (tergantung sifat tes yang spesifik)
15
menunjukkan angka 1,0 berarti puncak kromatogram analit tidak terpisah sampai
baseline, dan nilai Rs > 1,5 menunjukkan puncak analit telah terpisah sempurna
Akurasi adalah kedekatan antara nilai kadar terukur (nilai rata-rata hasil
analisis) dengan nilai kadar sebenarnya yang diterima. Akurasi dapat dijadikan
bila memiliki nilai % recovery antara 98,0-102,0% (Tabel IV) untuk kadar analit
Tabel IV. Kriteria persen recovery yang diperbolehkan pada beberapa level analit (Gonzalez
dan Herrador, 2007)
diperoleh dari beberapa kali pengukuran sampel. Konsep presisi diukur dengan
koefisien variasi (KV) atau standar deviasi relatif (RSD) (Rohman, 2009). Suatu
metode dikatakan memiliki keterulangan/presisi yang baik jika memiliki nilai RSD
≤ 2,0% (Tabel V) untuk kadar analit 100% (Gonzalez dan Herrador, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel V. Kriteria persen RSD yang diperbolehkan pada beberapa level analit (Gonzalez dan
Herrador, 2007)
langsung dan proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Data respon
(USP, 2007). Persyaratan linieritas yang dapat diterima adalah jika memenuhinilai
yang dapat diukur secara kuantitatif dengan menggunakan metode analisis tertentu
dan menghasilkan linieritas, akurasi dan presisi yang baik (Rohman, 2009).
F. Landasan Teori
Asam askorbat merupakan salah satu agen pemutih kulit yang dapat
oksigen, paparan cahaya, peningkatan suhu, dan katalis logam. Jumlah asam
askorbat dalam produk injeksi pemutih kulit perlu untuk dipastikan kesesuaiannya
dengan klaim label supaya konsumen tidak dirugikan. Tujuan penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
untuk memvalidasi metode KCKT fase terbalik yang dapat dipergunakan dalam
penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit
merek “X”.
Asam askorbat dapat dipisahkan dari matriks sampel larutan injeksi obat
pemutih kulit berdasarkan perbedaan kepolarannya dan interaksi antara analit, fase
gerak, dan fase diam dalam sistem KCKT. Asam askorbat memiliki gugus
kromofor dan auksokrom pada strukturnya, dalam larutan asam pada panjang
dapat diaplikasikan untuk analisis kadar asam askorbat dalam larutan injeksi obat
dalam kategori 1, sehingga parameter validasi yang diuji meliputi akurasi, presisi,
G. Hipotesis
C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm) dan fase gerak metanol : 0,01 M bufer fosfat dengan
penambahan larutan 0,1 M asam fosfat hingga pH 3 (40 : 60), pada penetapan
kadar asam askorbat dalam larutan injeksi obat pemutih kulit merek “X” dapat
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
karena pada penelitian ini tidak dilakukan manipulasi pada subjek uji dan hanya
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah sistem KCKT yang telah
dioptimasi yang meliputi komposisi fase gerak dan kecepatan alir fase gerak yang
telah dioptimasi.
2. Variabel tergantung
pelarut dengan kemurnian tinggi, yaitu pelarut pro analysis. Kemurnian baku asam
askorbat yang digunakan, untuk mengatasinya digunakan baku yang telah terjamin
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
C. Definisi Operasional
1. Sistem KCKT yang digunakan terdiri dari fase diam berupa kolom
Phenomenex® (250 x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm) dan fase gerak campuran
metanol : 0,01 M bufer fosfat dengan penambahan larutan 0,1 M asam fosfat
2. Baku asam askorbat yang divalidasi adalah baku yang tercantum pada
D. Bahan Penelitian
asam askorbat (Supelco) dengan kemurnian 98,7% yang tertera pada CoA di
penyaring Whatman 0,45µm, dan produk pemutih kulit merek “X” yang
20
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat KCKT
timbangan analitik SCALTEC (max 60/210 g, min 0,001 g), alat vakum GAST,
F. Tatacara Penelitian
Fase gerak dibuat dengan mencampur antara metanol dan 0,1 M bufer
fosfat pH 3,0 (40 : 60). Campuran fase gerak tersebut disaring dengan penyaring
21
askorbat, dilarutkan dalam metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) hingga 10,0
larutan stok diambil dan diencerkan dengan metanol : bufer fosfat pH 3 (40
µg/mL.
Dibuat larutan seri dengan 3 konsentrasi berbeda yaitu 40; 50; dan 60
spektrofotometer UV-Vis
Masing-masing konsentrasi larutan seri baku asam askorbat 40; 50; dan 60
µg/mL dengan pelarut campuran metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60), discan antara
22
Diambil sejumlah 250; 375; 500; 625 dan 750 µL larutan stok asam
askorbat (2000 µg/mL), kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan
ditambahkan metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) hingga tanda batas, sehingga
didapatkan konsentrasi sebesar 50; 75; 100; 125 dan 150 µg/mL. Larutan disaring
kemudian diinjek ke sistem KCKT fase terbalik hasil optimasi Jeversoon (2016).
Sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek “X” yang mengandung
200 mg/mL asam askorbat, diambil sebanyak 50 µL dan dimasukkan ke dalam labu
takar 10 mL, diencerkan dengan metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) sampai tanda
batas sehingga diperoleh konsentrasi asam askorbat 1000 µg/mL sebagai larutan
stok sampel, kemudian diambil sebanyak 1,4 mL dan dimasukkan ke dalam labu
takar 10 mL, diencerkan dengan metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) sampai tanda
batas sehingga diperoleh konsentrasi asam askorbat 140 µg/mL. Larutan sampel
selama 15 menit.
9. Preparasi adisi baku dalam sampel untuk penentuan akurasi dan presisi
Diambil sejumlah 1,0; 3,0 dan 5,0 mL larutan intermediate asam askorbat
100 µg/mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan ditambahkan
1,4 mL stok sampel asam askorbat 200 µg/mL ke dalam masing-masing labu takar
dan diencerkan dengan metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) hingga batas tanda.
23
Jeversoon (2016).
konsentrasi 50; 75; 100; 125 dan 150 µg/mL yang telah disaring dengan
korelasi).
larutan sampel dan larutan sampel yang telah ditambahkan larutan baku
80; 100; dan 120 µg/mL yang telah disaring dengan millipore dan
sebanyak tiga kali dan dihitung nilai % recovery dan koefisien variasi.
24
Larutan baku asam askorbat dengan konsentrasi 50; 100 dan 150 µg/mL
selama 15 menit, diinjek ke sistem KCKT fase terbalik hasil optimasi Jeversoon
(2016) dalam jam yang berbeda untuk dilihat seberapa besar perubahan
dalam pengukuran selama 4 jam. Dihitung nilai persen perubahan yang diperoleh.
G. Analisis Hasil
1. Selektivitas
telah dioptimasi untuk memisahkan asam askorbat dalam larutan injeksi pemutih
rumus:
(2)
Keterangan: Rs = resolusi
tR1 = waktu retensi puncak analit pertama
tR2 = waktu retensi puncak analit kedua
W1 = lebar dasar puncak pertama
W2 = lebar dasar puncak kedua
Nilai Rs > 1,5 menunjukkan puncak analit telah tepisah sempurna satu
2. Linieritas
baku asam askorbat yang diperoleh diplotkan terhadap luas puncak pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
linieritas yang dapat diterima adalah jika memenuhi nilai r ≥ 0,998 (Kazakevich
3. Akurasi
(3)
4. Presisi
(4)
Keterangan: RSD = standar deviasi relatif
SD = standar deviasi
Suatu metode dikatakan memiliki keterulangan/presisi yang baik jika
memiliki nilai RSD ≤ 2,0% untuk kadar analit 100% (Gonzalez dan Herrador,
2007).
5. Rentang
26
Uji kestabilan larutan baku asam askorbat dihitung dari nilai persen
Xo = konsentrasi awal
BAB IV
Fase gerak yang digunakan dalam sistem KCKT fase terbalik adalah
kecepatan alir 0,9 mL/menit. Campuran metanol dan bufer fosfat bersifat polar
sedangkan kolom Phenomenex® C18 yang digunakan sebagai fase diam bersifat
lebih nonpolar, sehingga metode KCKT ini merupakan metode KCKT fase terbalik.
Sistem elusi fase gerak yang digunakan dalam penelitian adalah isokratik karena
pada sistem ini tidak dilakukan perubahan perbandingan selama proses elusi.
Prinsip kerja KCKT adalah memisahkan solut karena adanya perbedaan kecepatan
elusi saat melewati kolom KCKT. Pemisahan ini terjadi karena adanya interaksi
antara analit, fase diam, dan fase gerak (Rohman, 2009). Interaksi yang terjadi
diantara fase diam dan asam askorbat adalah interaksi gaya London, yang
ditunjukkan pada Gambar 3. Interaksi gaya London ini merupakan gaya tarikan
lemah yang disebabkan oleh dipol induksi sesaat pada suatu atom yang terjadi
karena pergerakan elektron dalam suatu orbital (Levita dan Mustarichie, 2012).
Interaksi asam askorbat dan fase gerak (metanol dan bufer fosfat) merupakan
interaksi dipol-dipol yang terbentuk antara suatu hidrogen yang terikat pada gugus
yang memiliki atom elektronegatif dengan suatu atom elektronegatif lain yang
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 4. Interaksi asam askorbat dengan fase gerak metanol : bufer fosfat
Larutan bufer fosfat terdiri dari KH2PO4, aqua demineralisata, dan asam
fosfat. Aqua demineralisata digunakan sebagai pelarut karena air ini bebas ion
atau mineral karena ion seperti ion tembaga dan besi, ion hidroksida dan kuinon
fosfat digunakan sebagai fase gerak karena dapat melarutkan asam askorbat dengan
baik, tidak berinteraksi dengan analit, tidak toksik, dan memiliki nilai UV cut-off
jauh dari panjang gelombang asam askorbat, metanol memiliki nilai UV cut-off 205
nm (Rohman dan Gandjar), sedangkan nilai UV cut-off bufer fosfat dibawah 200
29
pH dalam kolom dapat relatif stabil sehingga waktu retensi yang dihasilkan oleh
Supelco dengan kemurnian 98,7%. Larutan baku asam askorbat dibuat dengan cara
melarutkan baku asam askorbat dalam metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3(40 : 60)
yang berperan pula sebagai fase gerak dalam metode KCKT fase terbalik ini. Fase
gerak yang digunakan bersifat polar karena sebagian besar terdiri dari metanol dan
air, sehingga dapat melarutkan asam askorbat yang bersifat polar pula, selain itu
metanol dan 0,01 M bufer fosfat memenuhi syarat sebagai pelarut, yaitu murni,
dapat melarutkan asam askorbat dengan baik, tidak berinteraksidengan analit, dan
tidak toksik. Komposisi pelarut dan fase gerak yang digunakan sama, sehingga
dapat bercampur dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk
menghemat pelarut yang digunakan. Konsentrasi larutan stok asam askorbat yang
dibuat adalah sebesar 2000 µg/mL, larutan intermediate 100 µg/mL, larutan seri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
baku 50; 75; 100; 125 dan 150 µg/mL. Larutan seri baku digunakan dalam
pembuatan kurva baku asam askorbat. Sebelum larutan seri baku dimasukkan ke
dalam vial dan diinjek ke sistem KCKT, larutan tersebut disaring terlebih dahulu
campuran metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60). Penggunaan tiga level
dapat menunjukkan semakin besar konsentrasi yang diukur maka puncak spektra
yang dihasilkan semakin tinggi (berbanding lurus). Spektra asam askorbat dapat
Gambar 5. Spektra penentuan panjang gelombang maksimum asam askorbat dalam pelarut
campuran metanol : bufer fosfat (40 : 60) pH 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(2011) adalah 243 nm, sedangkan pada pengukuran didapatkan panjang gelombang
maksimum adalah 244 nm. Asam askorbat dapat memberikan serapan di daerah
UV karena senyawa ini memiliki gugus kromofor dan auksokrom seperti pada
yaitu di daerah 242-244 nm, sehingga panjang gelombang 244 nm dapat digunakan
kandungan senyawa yang tertera pada label produk, yaitu: asam askorbat, natrium
hidroksida, metil paraben, propil paraben, dan aqua pro injection. Tes identifikasi
dalam sistem KCKT ini menggunakan nilai waktu retensi dari senyawa asam
askorbat yang terdapat dalam baku asam askorbat. Tes ini bertujuan untuk
membuktikan adanya asam askorbat dalam sampel injeksi obat pemutih kulit
merek “X”. Di dalam sampel, asam askorbat dapat diketahui dari nilai waktu
retensi yang mirip dengan nilai waktu retensi asam askorbat pada baku. Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
retensi asam askorbat yang diperoleh merupakan waktu analit untuk melewati fase
sehingga asam askorbat yang bersifat polar memiliki waktu retensi yang singkat
karena sistem KCKT yang digunakan merupakan sistem KCKT fase terbalik. Pada
Gambar 7 terlihat bahwa baku asam askorbat memiliki waktu retensi selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3,033 menit, dan pada Gambar 8 (kromatogram sampel) terdapat puncak pada
3,033 menit pula. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam sampel injeksi pemutih
kulit merek “X” terdapat asam askorbat, sesuai yang tertera pada label produk
tersebut.
1. Selektivitas
akurat respon analit di antara seluruh komponen sampel (Harmita, 2004). Menurut
Gandjar dan Rohman (2007), puncak analit telah terpisah sempurna satu sama lain
fase diam Phenomenex® C18 dan fase gerak metanol : 0,01 M bufer fosfat dengan
penambahan larutan 0,1 M asam fosfat hingga pH 3 (40 : 60) pada panjang
puncak di sebelahnya dalam sampel pada waktu retensi 3,095 menit sebesar 11,443
sebelahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
gelombang di atas 220 nm, senyawa asam dehidroaskorbat (Gambar 10) memiliki
gugus kromofor yang lebih pendek daripada asam askorbat, sehingga senyawa ini
memiliki nilai panjang gelombang yang lebih pendek pula daripada nilai panjang
gelombang asam askorbat. Panjang gelombang yang digunakan pada penelitian ini
pada 244 nm dengan konsentrasi asam askorbat yang tinggi, sehingga berdasarkan
Gambar 10. Asam askorbat dan produk degradasinya (Nováková et al., 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Di dalam sampel terdapat metil paraben, propil paraben, dan NaOH. Jika
plasebo diinjekkan dalam sistem KCKT fase terbalik pada panjang gelombang
244 nm ini, maka NaOH tidak terdeteksi, puncak metil paraben dan propil paraben
memiliki waktu retensi yang lebih lama daripada puncak asam askorbat. Hal
kepolaran antara asam askorbat, metil paraben, dan propil paraben. Metil paraben
(Gambar 11) dan propil paraben (Gambar 12) yang masing-masing memiliki nilai
log P 2,0 dan 3,0, memiliki index lipofilisitas yang besar dibandingkan dengan
asam askorbat yang memiliki nilai log P -1,8. Berdasarkan teori tersebut, peneliti
dapat menyatakan bahwa puncak asam askorbat terpisah dari puncak matrik
sampel.
Gambar 11. Metil paraben (Moffat et al., 2011) Gambar 12. Propil paraben (Moffat et al., 2011)
2. Linieritas
proporsional antara respon detektor yang terukur dan konsentrasi analit. Penentuan
linieritas menggunakan persamaan regresi linier pada kurva baku. Pada penelitian
ini, pembuatan kurva baku menggunakan lima seri konsentrasi (ICH, 2005) baku
asam askorbat yang terdiri dari konsentrasi 50; 75; 100; 125 dan 150 µg/mL.
36
pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan kurva baku, yaitu nilai
intersept (A) dan slope (B). Nilai A dari persamaan y = Bx+A merupakan baseline
error yang seharusnya pada konsentrasi nol respon yang dihasilkan juga nol, tetapi
jika pada konsentrasi nol terdapat respon maka hal ini dapat mengacaukan data
yang ada, sedangkan nilai B yang diharapkan adalah yang semakin besar atau
mendekati sudut 45o. Pada pemilihan kurva baku digunakan persamaan kurva baku
replikasi I karena nilai A replikasi I yang paling kecil di antara nilai A dari ketiga
replikasi. Kurva baku pada penelitian ini dengan nilai r =0,9989 telah memenuhi
3. Akurasi
dengan nilai konsentrasi analit sebenarnya yang diterima. Parameter akurasi dapat
dinyatakan dalam % recovery. Jika asam askorbat yang tertera pada label kemasan
merupakan zat aktif dari sediaan injeksi tersebut dan kadar asam askorbat yang
tertera pada label kemasan berada dalam rentang kadar analit 10-100%, maka
metode ini dapat dikatakan akurat jika memiliki % recovery sebesar 98,0-102,0%.
37
sejumlah sampel yang kadarnya tidak diketahui secara pasti sehingga diukur
sebagai sampel adisi, dilakukan pula pengukuran pada sampel tanpa baku, sehingga
dari kedua pengukuran tersebut didapatkan konsetrasi baku yang terukur dalam
sampel adisi tersebut. Hal ini mengikuti aturan dari ICH bahwa akurasi sebaiknya
dilakukan pada tiga level konsentrasi (80, 100, dan 120%) dan setiap level
sembilan data % recovery. Selisih antara konsentrasi sampel adisi dan sampel
digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 80; 100; dan 120 µg/mL.
Tabel VI. Hasil perhitungan % recovery dan RSD baku asam askorbat yang terukur
tinggi adalah 100,50-101,01% (dapat dilihat pada Tabel VI). Pada level konsetrasi
rendah, konsentrasi yang digunakan lebih kecil daripada level konsentrasi tinggi,
sehingga perubahan sedikit saja memberikan nilai % recovery dalam rentang yang
38
4. Presisi
memiliki presisi yang baik jika nilai RSD ≤ 2,0% untuk kadar analit 100%. Dalam
penelitian ini, nilai RSD baku asam askorbat dalam sampel adisi yang diperoleh
pada level konsentrasi rendah = 7,94%, level konsentrasi sedang = 5,05%, level
digunakan lebih kecil daripada level konsentrasi tinggi, sehingga perubahan sedikit
saja memberikan nilai RSD lebih besar daripada nilai RSD level konsentrasi tinggi.
5. Rentang
Parameter rentang pada penelitian ini tidak terpenuhi karena hanya satu
level konsentrasi yang memenuhi parameter akurasi, presisi, dan linieritas, yaitu
labil seperti asam askorbat. Pengujian kestabilan larutan baku asam askorbat
minimal dilakukan dalam rentang waktu dari saat pembuatan larutan baku asam
askorbat hingga berakhir semua pengukuran larutan baku asam askorbat tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran larutan baku asam askorbat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kurang lebih selama 2 jam, sehingga jika larutan baku tetap stabil selama 2 jam
maka pengukuran asam askorbat selama 2 jam ini dapat digunakan secara pasti
dalam kuantifikasi. Menurut Ahuja dan Dong (2005), larutan baku dapat dikatakan
stabil jika persen perubahan yang terjadi kurang dari 2% selama waktu yang
konsentrasi 50; 100 dan 150 µg/mL selama 4 jam. Pada Tabel VII menunjukkan
besarnya perubahan yang terjadi pada uji kestabilan larutan baku asam askorbat.
Berdasarkan data pada Tabel VII dapat dilihat bahwa persen perubahan yang terjadi
pada 50; 100 dan 150 µg/mL kurang dari 2%, maka larutan baku asam askorbat
yang diukur selama 4 jam merupakan larutan baku yang stabil dan dapat digunakan
untuk kuantifikasi baik dalam validasi metode analisis maupun pengukuran kadar
Tabel VII. Hasil % perubahan uji kestabilan larutan baku asam askorbat konsentrasi
50; 100; dan 150 µg/mL
BAB V
A. Kesimpulan
Metode KCKT fase terbalik dengan fase diam Phenomenex® C18 (250 x
4,6 mm, 5 µm) dan fase gerak metanol : 0,01 M bufer fosfat dengan penambahan
larutan 0,1 M asam fosfat hingga pH 3 (40 : 60), pada penetapan kadar asam
dengan nilai (r) sebesar 0,9989, akurasi dan presisi pada level konsentrasi tinggi
(120 µg/mL).
B. Saran
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Analisis Farmasi, cetakan I, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hal. 220-225, 228-243, 339.
Gonzalez, A.G., and Herrador, M.A., 2007, A Practical Guide to Analytical
Method Validation, Including Measurement Uncertainty and Accuracy
Profiles, Trends in Analytical Chemistry, Department of Analytical
Chemistry, Vol. 26, No. 3, pp. 227-238.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 1, No. 3, hal. 117-134.
Jeversoon, E.L.F.K., 2016, Optimasi Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik untuk
Penetapan Kadar Asam Askorbat dalam Sediaan Larutan Injeksi Obat
Pemutih Kulit Merek “X”, Skripsi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Yogyakarta.
Kazakevich, Y., and Lobrutto, R., 2007, More Practical Problem Solving in
HPLC, Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA Weinheim, Germany, p.
34.
Kromidas, S., 2005, More Practical Problem Solving in HPLC, Wiley-VCH
Verlag GmbH, Jerman, p. 34.
Levita, J., dan Mustarichie, R., 2012, Pemodelan Molekul dalam Kimia Medisinal,
Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 22-25.
Lullmann, H., Mohr, K., Ziegler, A., Bieger, D., 2000, Color Atlas of
Pharmacology, Edisi II, Thieme Stuttgrat, New York, p. 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Moffat, A.C., Osselton, M.D., and Widdop, B., 2011, Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons in Pharmaceuticals, Body Fluids and Postmortem Material,
4th Edition, Pharmaceutical Press, USA, pp. 923, 1670, 1976.
Nováková, L., Solichová, D., and Solich, P., 2008, HPLC Methods for
Simultaneous Determination Ascorbic Acid and Dehydroascorbic Acids,
Trends in Analytical Chemistry, 27 (10), pp. 950, 956.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hal. 111-116, 217, 223-226, 232, 380.
Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, cetakan II, Liberty, Yogyakarta, hal. 9.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd edition, John Wiley & Sons, Inc., New York, pp. 296-
300.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Dolan, J.W., 2010, Introduction to Modern
Liquid Chromatography, 3 rd edition, John Wiley & Sons, Inc., New
York, p. 311.
Sulistiyaningsih, R., 2007, Pengujian Potensi Sediaan Injeksi Kering Amoksisilin
dalam Aqua pro Injeksi pada Variasi Suhu Penyimpanan dan Konsentrasi,
Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung, hal. 4.
Supelco, 2001, Buffered Mobile Phases in Reversed-Phase Liquid
Chromatography, Sigma-Aldrich Co., http://www.lcresources.com,
diakses tanggal 10 Maret 2016.
Suprianto, 2014, Pengembangan Metode Penetapan Kadar Campuran Pemanis,
Pengawet, dan Pewarna Secara Simultan dalam Sirup Esens dengan
Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Tesis, Universitas
Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Thongchai, W., Liawruangrath, B., and Saisunee L., 2007, High Perfomance
Liquid Chromatograpic Determination of Arbutin in Skin-Whitening
Creams and Medicinal Plant Extracts, J.Cosmet. Sci., Vol. 58, pp. 35-44.
Ullah, A., Hussain, A., Ali, J., Khaliqurrehman, and Ullah, A., 2012, A Simple and
Rapid HPLC Method for Analysis of Vitamin C in Local Packed Juices of
Pakistan, Middle-East Journal of Scientific Research, Vol. 12 (8), pp.
1085-1091.
United States Pharmacopeial Convention, 2007, United States Pharmacopeia,
Edisi 30, United States Pharmacopeial Convention, Inc., Rockville.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Wang, A., Cheng, S., Sheu, C., and Kwan, C., 2011, Simultaneous Determination
of Five Whitening Agents by Ion-Pair Reversed-Phase High Performance
Liquid Chromatography, Int. Journal of Applied Science and
Engineering, Vol. 9 (4), pp. 287-299.
Watson, D.G., 2000, Pharmaceutical Analysis: A Textbook for Pharmacy Students
and Pharmaceutical Chemists, Churchill Livingstone, London, pp. 76- 80.
Wechtersbach, L., and Cigic, B., 2007, Reduction of Dehydroascorbic Acid at Low
pH, Journal of Biochemical and Biophysical Methods, Vol. 70, pp. 767-
772.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
46
47
Gambar 14. Kromatogram asam askorbat yang terpisah dari puncak di sebelahnya
Rs = 11,443
48
LAMPIRAN 6. Skema pembuatan larutan baku asam askorbat dan perhitungan kadar
larutan baku
1. Skema pembuatan larutan baku asam askorbat
Larutkan dalam metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) dalam labu 10,0 mL hingga batas tanda,
sehingga mendapat stok dengan konsentrasi 2000 µg/mL.
Ambil larutan stok masing-masing sebanyak 250; 375; 500; 625 dan 750 µL ke dalam labu
10,0 mL, tambahkan dengan metanol : bufer fosfat pH 3 (40 : 60) hingga batas tanda sehingga
diperoleh konsentrasi seri larutan baku 50; 75; 100; 125 dan 150 µg/mL.
49
50
51
52
2. Replikasi II
53
54
3. Replikasi III
55
Gambar 27. Kromatogram baku asam askorbat 100 µg/mL Replikasi III
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 28. Kromatogram baku asam askorbat 125 µg/mL Replikasi III
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
Gambar 29. Kromatogram baku asam askorbat 150 µg/mL Replikasi III
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Persamaan kurva baku yang digunakan adalah kurva baku replikasi I, yaitu:
y = 70202x - 296485
12000000
y = 70202x - 296485
10000000
Area Under Curve (mAU)
R² = 0,9979
8000000
6000000
Series1
4000000 Linear (Series1)
2000000
58
2. Replikasi II
59
3. Replikasi III
60
61
Gambar 36. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi rendah Replikasi III
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
62
63
64
Gambar 42. Kromatogram sampel adisi level konsentrasi tinggi Replikasi III
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
LAMPIRAN 11. Data AUC sampel dan AUC sampel adisi, perhitungan % recovery,
perhitungan konsentrasi baku yang terukur, perhitungan RSD baku asam askorbat yang
terukur
1. Nilai AUC sampel dan sampel adisi yang terukur
2. Perhitungan % recovery
Pada konsentrasi rendah replikasi I, AUC sampel = 4687498 dan AUC sampel adisi =
5482436. Konsentrasi sampel dan sampel adisi dihitung menggunakan persamaan kurva baku y
= 70202x – 296485.
70202 x = 4983983
x = 70,99 µg/mL
70202 x = 5778921
x = 82,32 µg/mL
% recovery = x 100%
= x 100%
= 114,73%
Baku asam askorbat yang terukur = konsentrasi sampel adisi – konsentrasi sampel
= 11,32 µg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada konsentrasi rendah rata-rata konsentrasi baku yang terukur = 10,68 µg/mL dan nilai SD =
= 7,94%
67
LAMPIRAN 12. Kromatogram baku asam askorbat untuk pengujian stabilitas larutan baku
asam askorbat replikasi 1, 2, dan 3 pada konsentrasi 50; 100; dan 150 µg/mL
1. Replikasi 1
Gambar 43. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-0
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
Gambar 44. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-1
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 45. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-2
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
Gambar 46. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-3
69
Gambar 47. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-4
Gambar 48. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-0
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 49. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-1
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
Gambar 50. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-2
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 51. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-3
Gambar 52. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-4
72
Gambar 53. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-0
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
Gambar 54. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-1
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 55. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-2
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
Gambar 56. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-3
74
Gambar 57. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-4
2. Replikasi 2
Gambar 58. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-0
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 59. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-1
Gambar 60. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-2
76
Gambar 61. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-3
Gambar 62. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-4
77
Gambar 63. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-0
Gambar 64. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-1
78
Gambar 65. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-2
Gambar 66. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-3
79
Gambar 67. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-4
Gambar 68. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-0
80
Gambar 69. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-1
Gambar 70. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-2
81
Gambar 71. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-3
Gambar 72. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-4
82
3. Replikasi 3
Gambar 73. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-0
Gambar 74. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-1
83
Gambar 75. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-2
Gambar 76. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-3
84
Gambar 77. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 50 µg/mL pada jam ke-4
Gambar 78. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-0
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 79. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-1
Gambar 80. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-2
Fase diam : Phenomenex® C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm
Fase gerak : metanol : 0,01 M bufer fosfat pH 3 (40 : 60)
Kecepatan alir : 0,9 mL/min
Volume injeksi : 20 µL
Detektor : UV-244 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 81. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-3
Gambar 82. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 100 µg/mL pada jam ke-4
87
Gambar 83. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-0
Gambar 84. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-1
88
Gambar 85. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-2
Gambar 86. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-3
89
Gambar 87. Kromatogram uji stabilitas larutan baku 150 µg/mL pada jam ke-4
90
LAMPIRAN 13. Data AUC uji stabilitas larutan baku, perhitungan % perubahan uji
stabilitas larutan baku asam askorbat
1. Nilai AUC uji stabilitas larutan baku asam askorbat
Pada kadar teoritis 50 µg/mL replikasi I, AUC larutan baku pada jam ke-0 = 3839183 dan AUC
larutan baku pada jam ke-1 = 3836529. Konsentrasi larutan baku pada jam ke-0 dan pada jam ke-
70202 x = 4135668
x = 58,91 µg/mL
70202 x = 4133014
x = 58,87 µg/mL
=| | x 100%
= 0,068%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
92
Biografi Penulis
penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Mikrobiologi (2014, 2015, dan
2016), praktikum Kimia Analisis (2015), praktikum Kimia Organik (2015), dan
mengikuti kegiatan dan organisasi antara lain: Herbal Garden Team (2014-2015),
makrab HGT (2014), pernah mengikuti beberapa seminar yaitu seminar Motivasi