Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ETIKA BISNIS
( Dalam Kelembagaan Masyarakat )
Dosen Pengampu:Muhammad Zaril Gapari, M.Pd

Disusun oleh :
Lalu Wira Bhakti
(201911520008)

PROGRAM STUDI MANAJAEMEN PENDIDIKAN ISLAM(MPI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH STIT PALAPA NUSANTARA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,Inayah, Taufik,
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya sangat sederhana .Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan ,petunjuk maupun pedoman bagi setiap pembaca sekaligus sebagai suatu referensi di
dalam mengaktualisasikan Pendidikan.

Harapan Kami semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki kembali bentuk maupun isi makalah, sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang bersfat membangun untu
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Penyusun

Lungkak, 29 Januari 2021

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGPENGANTAR…………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………........2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………….2

BAB II : PEMBAHASAN

A.Pengertian Etika
Bisnis…….............................................................................3
B. Tujuan Etika Bisnis……………………………………………………………4
C. Hubungan Etika bisnis dengan Kelembagaan Masyarakat…………………..5
D. penerapan prinsip etika bisnis dalam kelmbagaan masyarakat………………6
E. Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat…………………………………….8
BAB III : PENUTUP

a) Kesimpulan…………………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai
stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas.
Oleh karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya
stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah
pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam berbisnis. Lingkungan bisnis yang mempengaruhi
perilaku etika adalah lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat
mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan
discrimination.

Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan
supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu
bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang
tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu
antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun
tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-
prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya
dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia
yang nuansanya kini telah berubah.

Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya,
kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan
dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks.
Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena
peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apakah Pengertian Etika Bisnis itu?

2. Sebutkan dan jelaskan tujuan etika bisnis?

3. Bagaimanakah Hubungan Etika bisnis dengan Kelembagaan Masyarakat?

4. Sebut dan jelaskan penerapan prinsip etika bisnis dalam kelmbagaan masyarakat?

5. Jelaskan Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian etika bisnis

2. Untuk mengetahui tujuan etika bisnis

3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan etika bisnis dalam kelembagaan masyarakat

4. Untuk mengetahui penerapan prinsip etika bisnis dalam kelmbagaan masyarakat

5. Dapat mengetahui bagaimana bentuk Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Etika Bisnis


Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") menurut Wahyu dan Ostaria
(2006) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup analisis
dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.Etika adalah ilmu yang
berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Bekum (2004) etika
dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk.

Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normative karena ia berperan menentukan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. 46 Dari hasil analisis Bertens (2004: 6)
disimpulkan bahwa etika memiliki tiga posisi, yaitu sebagai (1) sistem nilai, yakni nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, (2) kode etik, yakni kumpulan asas atau nilai moral, dan (3) filsafat moral, yakni ilmu
tentang yang baik atau buruk. Dalam poin ini, akan ditemukan keterkaitan antara etika sebagai sistem
filsafat sekaligus artikulasi kebudayaan.

Di samping itu, filsafat menganalisa tentang mengapa dan bagaimana manusia itu hidup di dunia
serta mengatur level mikrokosmos (antar manusia/Jagad Cilik) dan makrokosmos (antar Alam dan
Tuhan/Jagad Gede). Sebagai sistem pemikiran tentunya konsep dasar filsafat digu nakan dalam
mengkaji etika dalam sebuah hubungan keseimbangan antara cipta, rasa, dan karsa. Hubungan
tersebut didasari landasan pemikiran bahwasanya ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Bisnis dengan segala macam bentuknya terjadi dalam kehidupan kita setiap hari.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2009), bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di
dunia perdagangan, dan bidang usaha. Skinner (1992) mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran
barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut Anoraga dan
Soegiastuti (1996), bisnis memiliki makna dasar sebagai “the buying and selling of goods and
services”.

1
Anoraga, Pandji. Janti, Sugiastuti. 1996. Pengantar Bisnis Modern, Kajian Dasar Manajemen Perusahaan.

3
Adapun dalam pandangan Atraub dan Attner (1994), bisnis adalah suatu organisasi yang
menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk memperoleh profit. Barang yang dimaksud adalah suatu produk yang secara fisik
memiliki wujud (dapat dilihat dengan indra), sedangkan jasa adalah aktivitas-aktivitas yang memberi
manfaat kepada konsumen atau pelaku bisnis (Yusanto dan Widjayakusuma, 2002). Bisnis adalah
suatu aktivitas yang mengarahkan pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa,
perdagangan atau pengolahan barang (produksi).

Dalam 47 terminologi bahasan ini, pembiayaan merupakan pendanaan, baik aktif maupun pasif,
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah.Sedangkan bisnis merupakan aktivitas
berupa jasa, perdagangan den industri guna memaksimalkan nilai keuntungan. Menurut Anoraga dan
Soegiastuti (1996) mendefinisikan bisnis sebagai aktivitas jual beli barang dan jasa. Straub dan Attner
(1994) mendefinisikan bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan
penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit (Muhammad,
2005).

F. Tujuan Etika Bisnis


1. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Pribadi (Personal). 

Pada tingkat pribadi, etika bisnis diterapkan dengan tujuan untuk tidak menyalahgunakan
properti orang lain. Selain itu, ini juga bertujuan agar organisasi atau perusahaan akan menepati
janji dalam memperluas manfaat bisnis mereka kepada masyarakat sekitar dan tidak mencari
keuntungan yang instan dengan melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. 

 2. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Kebijakan Internal Organisasi. 

Pada tingkatan ini, etika bisnis membantu organisasi atau perusahaan untuk
mempraktikkan bisnis mereka secara adil, terutama dalam berurusan dengan karyawan dan
para pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, etika bisnis juga bertujuan untuk membantu
organisasi dan perusahaan dalam memiliki komunikasi yang terbuka dan lebih baik di semua
tingkatan. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik, para karyawan akan terdorong untuk
memberikan produktivitas yang lebih baik dan mau menjalani segala kebijakan internal yang
berlaku. 2

2
PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Bekum Rafik Issa, 2004. Etika Bisnis Islami (Terjemahan Muhammad).

4
 3. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Sosial. 

Tujuan ketiga dalam etika bisnis adalah membantu organisasi atau perusahaan untuk
memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi, sehingga ini menjadi perhatian utama bagi
organisasi bisnis. Beberapa contoh dari tujuan etika bisnis ini seperti, menjaga lingkungan
agar tetap bersih, berhati-hati dalam menggunakan sumber daya alam yang langka dan
memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat dan orang-orang penting yang
terlibat. 

 4. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Pemangku Kepentingan. 

Memiliki serta menerapkan etika bisnis juga bertujuan untuk menjaga hubungan kita
dengan para pemangku kepentingan seperti, pemegang saham, pelanggan, pemasok barang,
karyawan, bank dan lembaga keuangan, pemerintah dan semua pihak lain yang terhubung
dengan organisasi atau perusahaan kita.

D. Hubungan Etika Bisnis dengan Kelembagaan Masyarakat.

Sebelum kita mengetahui hubungan antara keduanya, penulis ingin memberikan contoh seperti
apa kelembagaan yang ada di masyarakat baik dalam segi tujuan maupun jenis kelembagaan
yang ada di masyarakat.Tugas Lembaga Kemasyarakatan sebagai berikut : 
1. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;
2. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan
secara partisipatif;
3. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong-royong dan swadaya masyarakat;
4. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
a. Jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan, yaitu :
1) Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW),
2) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK),
3) Karang Taruna (KARTAR), dan
4) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
5) Lembaga Adat
6) LINMAS

5
Setelah mengetahui tujuan dan jenis dari kelembagaan tersebut diatas, maka penulis akan lebih
memperjelas terkait dengan hubungan Etika Bisnis pada kelembagaan yang ada di Masyarakat Antara lain
sebagai berikut:

1. Menjaga data-data privasi yang bersifat sangat rahasia yang dimiliki oleh klien, mitra bisnis dan
pelanggan yang ada di Masyarakat.

2. Memenuhi permintaan klien dan mitra bisnis yang telah disepakati dalam perjanjian kerja atau kontrak.

3. Bersikap sopan dan baik terhadap orang-orang yang terlibat dengan bisnis kita seperti, klien, mitra
bisnis, pelanggan, karyawan dan publik, yang ada di Lingkungan Masyarakat.

4. Tidak merusak alam dan lingkungan sekitar sesuai dengan perjanjian hukum yang telah disepakati
bersama kelembagaan yang ada di Desa atau ruang Lingkup Kemasyarakatan.

E. Prinsip Penerapan Etika Bisnis dalam Kelembagaan masyarakat


Berikut ini penjelasan dan penerapan prinsip etika bisnis bagi dalam ruang lingkup lembaga
masyarakat antara lain sebagai berikut :

a. Prinsip Kejujuran

Prinsip kejujuran harus menjadi dasar penting bagi segala bidang bisnis. Bagi sebagian
pebisnis, baik pengusaha modern maupun pengusaha konvensional menyatakan bahwa kejujuran
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis. Secara umum, bisnis yang berjalan tanpa
mengadopsi prinsip kejujuran tidak akan bisa bertahan lama.

Bagi pengusaha, kejujuran terkait dengan kualitas dan harga barang yang ditawarkan kepada
konsumen. Contoh penerapan prinsip kejujuran dapat dilihat kegiatan menjual produk berkualitas
tinggi dengan harga yang wajar dan masuk akal. 

3
Pustaka Belajar, Yokyakarta. Bertens, K. 2004. Etika. Gramedia. Jakarta. B.F. Skinner. 1938.The Behavior of
Organisms: An Experimental Analysis.Cambridge, Massachusetts: B.F. Skinner

6
Kejujuran memiliki dampak besar pada proses menjalankan bisnis karena ketika pengusaha
tidak jujur, maka akan menjadi awal kemunduran dan kehancuran bisnis. Apalagi untuk bisnis di
era digital seperti sekarang ini, tingkat persaingannya sangat tinggi menuntut prinsip kejujuran
sebagai prinsip etika bisnis yang harus dipegang teguh untuk mempertahankan loyalitas
konsumen.

b. Prinsip Integritas Moral

Prinsip integritas moral yang diterapkan dengan baik sangat berguna untuk menjaga nama
baik perusahaan. Selain itu, prinsip ini akan kepercayaan konsumen terhadap. Penerapan prinsip
integritas moral harus dilakukan oleh semua pihak, baik pemilik bisnis, karyawan, dan
manajemen lembaga masyarakat..

c. Prinsip Kesetiaan

Prinsip kesetiaan selalu berkaitan dengan proses menjalankan sebuah bisnis yang dilakukan
oleh pekerja, baik manajemen, atasan, dan bawahannya. Prinsip kesetiaan dapat diterapkan
dengan cara kerja dan keseriusan dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.Penerapan prinsip kesetiaan berarti bahwa pebisnis dan elemen-elemen yang ada di
dalamnya tidak boleh membingungkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan.

7
F. Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai
stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan
komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders
dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan
pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam berbisnis.

Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan lingkungan
mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery,
coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis
harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja
atau karyawan.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika
bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan
pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud
dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi
meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini
telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis.
Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta
perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait
begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan
dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang
seimbang.

Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk
“uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh
kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu
terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam
keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap
tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk
kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian
latihan keterampilan, dan lain sebagainya.
4

4
Foundation.ISBN 1-58390-007-1,ISBN 0-87411-487-X. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2009.

8
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam
perusahaan  itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia
pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum
juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa
hal antara lain adalah :

1.   Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen

Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya
dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :

a.   Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan
perbandingan harga terhadap produknya. Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak
kelompok orang yang dikenal sebagai stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders,
suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus
mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja.
Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering
berperan untuk keberhasilan dalam berbisnis.

Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan
lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis
yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam
perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau
vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa
serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis
maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-
prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini
tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam
hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.

9
Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis.
Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari
pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-
pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada
pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha
belum mendapatkan perhatian yang seimbang.

Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya
sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga
yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi
pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang
berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di
sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dan
lain sebagainya.

Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari
dalam perusahaan  itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis.
Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan
bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan
bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :

1. Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen

Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan,
oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya
dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :

a. Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan
perbandingan harga terhadap produknya.

b.  Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya, sehingga
produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi serta kandungan atau zat-zat yang
terdapat didalam produk itu.

10
c. Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi
suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang ternyata jelek 
(busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut kepada
pembelinya.

2.Hubungan dengan karyawan

Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan
ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau
kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK
(pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan
yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak
diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota
keluarga sendiri.

 3.Hubungan antar bisnis

Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang
lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen
tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi
benturan-benturan kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya
etika pergaulan bisnis yang baik.

4.Hubungan dengan Investor

Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go
publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para
insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor
untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang
serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak
permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada
masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk menanamkan
uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh
perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham
haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go
public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi
terhadap hal ini.

11
 5.Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan

Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan


hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik
dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau sebagianya.
Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik. Pemberian servis dan terutama
garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis
yang menjual produknya yang ternyata jelek  (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau
mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

6.Hubungan dengan karyawan

Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus
berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi
beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer,
demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).
Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi
yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah
peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri.

7.Hubungan antar bisnis

Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain. Hal
ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun
distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang
baik.

8.Hubungan dengan Investor

Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go publik”
harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon
investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan
investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia
sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin
menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga
sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat
berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon
pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek
perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap
informasi terhadap hal ini.

12
9.Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan

Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan


hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar
sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau sebagianya. Keadaan tersebut
merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.

5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua. Balai Pustaka. Jakarta. Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald J. 2008.
Bisnis ,ed 8 jilid 1. Erlangga. Jakarta. Madura Jeff, 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta

13
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga
mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat ini, baik-
buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan,
konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara
supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan
beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.

Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang”
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh
kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu
terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam
keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap
tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk
kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian
latihan keterampilan, dan lain sebagainya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. Janti, Sugiastuti. 1996. Pengantar Bisnis Modern, Kajian Dasar Manajemen Perusahaan.

. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Bekum Rafik Issa, 2004. Etika Bisnis Islami (Terjemahan Muhammad).

Pustaka Belajar, Yokyakarta. Bertens, K. 2004. Etika. Gramedia. Jakarta. B.F. Skinner. 1938.The Behavior of
Organisms: An Experimental Analysis.Cambridge, Massachusetts: B.F. Skinner Foundation.ISBN 1-58390-007-
1,ISBN 0-87411-487-X. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
kedua. Balai Pustaka. Jakarta. Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald J. 2008. Bisnis ,ed 8 jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Madura Jeff, 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai