Disusun Oleh
NAMA : JUNIZAR
NIM : 041081904
KELAS ADPU 4433. 02
KATA PENGANTAR
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 13.446 dan
panjang garis pantai kurang lebih 81.000. Indonesia memiliki 33 Provinsi dan lebih dari 400
kabupaten berada di 5 pulau (daratan) besar (Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua)
dan sebagian besar lainnya berada di kepulauan. Modernisasi dan kemajuan zaman adalah
suatu keniscayaan dan telah memberikan kontribusi bagi kita. Namun jika tidak disertai dengan
tindakan yang bijak, maka sangat dimungkinkan akan menjadi satu masalah baru dalam
masyarakat kita, khususnya di daerah pedesaan, marginal perkotaan dan kawasan sumber daya
alam. Masyarakat desa (masyarakat adat) telah memiliki sistem tersendiri dalam membangun
dan mengelola kawasan hidupnya, yaitu dengan mengembangkan suatu kearifan, turun
temurun, yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadukan dengan norma adat, nilai
budaya, dan aktivitas pengelolaan lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya.
Ditilik dari kerentanan terhadap perubahan iklim dan bencana, maka kawasan pesisir
merupakan daerah yang memiliki resiko lebih besar dibanding dengan daratan besar atau
pedalaman. Oleh karena pertimbangan hal ini, Kementerian Kelautan Perikanan (KKP)
menggagas dan mengembangkan Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Jika
tidak dilakukan secara matang, tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal yang sama dengan
gagasan besar lainnya, yakni menjadi monumen nama tanpa karya nyata yang berhasil guna
dan termanfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah 8 provinsi kepulauan (Bali, NTB, NTT,
Maluku, Maluku Utara, Kepri, Babel, dan Sulut) di Indonesia memiliki ekosistem dengan satuan
sistem lokal yang unik. Daratan dengan penduduk dan ketersediaan pangan, air, dan energi
yang tidak seimbang antara gugus pulau yang satu dengan yang lainnya (untuk Provinsi Bali
masih terjadi pemaknaan yang berbeda antara warga dan Pemerintah Provinsi Bali). Hal ini
menyebabkan bertumbuh kembangnya kearifan lokal yang saling bergantung. Kekayaan ragam
hayati yang dimiliki bisa menjadi alternatif sumber pangan, terlebih di kawasan lautannya.
Namun harus diakui selain terbatas (daratan) apa yang ada Sesungguhnya memiliki kerentanan
yang tinggi, terlebih jika dikaitkan dengan perubahan iklim dan bencana.
Model yang sedang dan akan dikembangkan dilakukan di kawasan yang dianggap memiliki
resiko tinggi terhadap perubahan iklim, namun memiliki potensi untuk pembelajaran baik
dalam pengelolaan ekologi, pemberdayaan ekonomi maupun penguatan sosial dan kebijakan.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lombok Utara, Kawasan Gili Indah
merupakan Kawasan Unggulan pengembangan Ekonomi sektor pariwisata. Jika dilihat secara
mendalam, Gili Trawangan merupakan pulau dengan perspektif pengelolaan massife, Gili meno
dengan pengelolaan yang ekslusife, dan Gili air dengan pengelolaan yang masih mementingkan
kebudayaan dan kehidupan lokalnya.. Oleh karenanya, dirasa perlu melakukan harmonisasi
antara konsep yang tertuang dalam RTRW dan apa yang diinginkan masyarakat Desa Gili indah
agar tidak terjadi bias dan kesenjangan antara pemerintah daerah KLU dan masyarakat Gili
Indah. Harmonisasi ini sejatinya dapat menjadi jembatan bagi sustainable development, baik
Desa Gili Indah maupun KLU.
Rumusan Masalah
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Lombok Utara 2015–2020 terdapat beberapa rumusan isu yang menjadi perhatian utama
dalam pembangunan KLU, yaitu:
A. Tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial
B. Tingginya angka buta aksara dan putus sekolah
C. Kesenjangan pembangunan di pelosok terpencil
D. Lemahnya penegakan hukum dan rendahnya kualitas layanan publik
E. Menurunnya kualitas lingkungan hidup dan
F. Kurangnya ketersediaan daya dukung kapasitas infrastruktur dasar.
Mengacu pada beberapa isu strategis tersebut, maka strategi pembangunan Pemerintah
Daerah Kabupaten Lombok Utara diarahkan pada pengembangan kebijakan untuk
meningkatkan posisi Lombok Utara yang diukur dengan berbagai indikator seperti indeks
pembangunan manusia (IPM) dan serta memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan.
Untuk itu, seluruh kebijakan dan program pembangunan yang akan dilakukan
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui permasalahan pembangunan pariwisata di KLU.
2. Untuk informasi strategi yang cocok bagi pengembangan pariwisata di daerah Gili
Matra.
3. Sebagai bahan pertimbangan penilaian pada tugas 1 mata kuliah perencanaan
perkotaan.
Manfaat
1. Manfaat bagi akademis, sebagai perbandingan terhadap penelitian sebelumnya.
2. Manfaat praktis, sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam upaya pengelolaan
pariwisata yang maju dan berkelanjutan.
3. Manfaat untuk pemerintah, sebagai referensi dalam menyusun kebijakan pengelolaan
sumber daya pesisir pantai yang modern dan ramah lingkungan.
BAB III
TINJAUAN LITERATUR
Kajian literatur adalah jembatan bagi peneliti untuk mendapatkan landasan teoritik sebagai
pedoman sumber hipotesis, jembatan ini sebenarnya berwujud pengetahuan tentang riset-riset
yang dilakukan oleh peneliti lain dalam area penelitian. Pengetahuan ini tidak hanya berupa
pemahaman terhadap riset-riset tersebut, tetapi juga saling-kait yang terbentuk antar riset-riset
tadi. Seperti diketahui, sebuah penelitian tidak muncul begitu saja, tetapi ia selalu mencoba
menyelesaikan atau menjawab persoalan yang ditinggalkan penelitian sebelumnya. Keterkaitan
inilah, yang jika dirangkai secara menyeluruh, menyusun “peta” penulisan proposal ini. Materi
rencana pembangunan daerah tertinggal di kabupaten lombok utara sebenarnya sudah
dilakukan oleh pihak-pihak yang lebih berkompeten seperti pemkab, para akademisi, para ahli,
para mahasiswa yang berkaitan dengan tata ruang dan wilayah. Indikator indikator yang
digunakan untuk melihat perkembangan dari daerah tertinggal menuju daerah berkembang
sudah pasti telah disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada penilaian dalam sistem
pemerintahan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Data sekunder atau tangan kedua yaitu data
yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.
Data ini biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang sebelumnya telah tersedia
(Azwar, 2007). Dalam penelitian ini mengambil data dari buku, dokumentasi, laporan, artikel
serta informasi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan pembangunan di Provinsi NTB berkorelasi pada infrastruktur dan utilitas wilayah
antara lain ketimpangan layanan antar wilayah pulau, lemahnya eksternalitas wilayah NTB serta
ketimpangan pertumbuhan antar kawasan, antar kota dan antar wilayah. Infrastruktur dan
utilitas wilayah merupakan prasyarat utama bagi percepatan pembangunan ekonomi. Dengan
infrastruktur yang tertata baik dan handal, maka pembangunan di segala bidang akan berjalan
dengan efisien dan efektif, dan memberikan manfaat serta kemakmuran yang sebesar -
besarnya bagi masyarakat di Provinsi NTB. Dengan demikian pembangunan infrastruktur
merupakan prioritas pembangunan yang merupakan alternatif upaya logis yang harus ditempuh
daerah guna
mengejar ketertinggalan dengan mengoptimalkan potensi posisi geografis yang strategis,
keragaman modal sosial (pluralitas agama, suku bangsa dan budaya), keunggulan sumber daya
lokal, dan aksesibilitas tinggi yang didukung keandalan infrastruktur dan utilitas wilayah.
Rancangan Awal Rencana Kerja (Renja) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi
NTB Tahun 2020 disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
Tentang tata cara perencanaan, pengendalian dan evaluasi Pembangunan Daerah, tata cara
evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD dan RPJMD serta tata cara perubahan
RPJPD, RPJMD dan RKPD yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun
memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan langsung perangkat
daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, serta memuat visi,
misi, tujuan dan strategi sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas PUPR Provinsi NTB yang disusun
dengan berpedoman pada Renstra Perangkat Daerah, RPJMD dan bersifat indikatif.
Program proteksi dan berkelanjutan dilakukan setiap hari jumat pagi dengan seluruh member
penyelam dan masyarakat melakukan pembersihan laut dan pantai dari sampah plastik yang
mencemari kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra. Masyarakat dan wisatawan di edukasi
untuk terlibat melakukan proteksi terhadap laut sebagai daya Tarik utamanya. Program juga
melibatkan lintas stakeholder dan dive company melalui Gili Shark Conservation dan Gili Eco
trust dalam edukasi konservasi.
Sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Utara (KLU) sendiri merupakan salah satu sektor yang
strategis dan potensial untuk dikelola, dikembangkan dan dipasarkan. Dalam penelitian ini kita
akan berfokus pada Kawasan Wisata Gili Matra merupakan Kawasan wisata favorit yang
mempunyai daya tarik tersendiri dengan suasana dan pemandangannya yang masih asri.
Kawasan wisata Gili Matra terdiri dari tiga pulau yaitu Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili air. Gili
Matra memiliki daya tarik dan potensi dalam peningkatan pendapatan daerah yang menjadi
salah satu andalan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara.
Menurut Kepala Bagian Humas Sekretaris daerah KLU, Mujadid Muhas, pariwisata merupakan
sektor andalan untuk mendatangkan PAD KLU. PAD berupa pajak dan retribusi dari sektor
pariwisata, menyumbang 60% pendapatan pajak dan retribusi di KLU. Dari total tersebut, 80%
berasal dari aktivitas yang ada di tiga pulau Gili Matra, seperti pajak hotel dan restoran, serta
berbagai retribusi lain (dalam Nursyamsyi, 2018). Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
pariwisata terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Realisasi pendapatan pajak dan
retribusi dari Gili Matra selalu melampaui target setiap tahunnya. Peningkatan jumlah
wisatawan dan pendapatan pajak yang diperoleh akan secara langsung akan menambah
Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD memiliki peran penting dalam rangka pembiayaan
pembangunan di daerah. Berdasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing daerah,
peningkatan dalam penerimaan PAD ini akan dapat meningkatkan kemampuan keuangan
daerah. Peningkatan jumlah wisatawan yang diikuti oleh peningkatan pendapatan pajak dan
PAD KLU bukan hal yang tiba-tiba terjadi. Namun sebagai respon dari serangkaian langkah-
langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah KLU dan para pengelola kawasan
wisata Gili Matra serta masyarakat untuk menarik wisatawan untuk berkunjung. Hal inilah yang
melatarbelakangi peneliti tertarik untuk meneliti pengembangan infrastrukturisasi Gili Matra
dalam meningkatkan PAD Kabupaten Lombok Utara. Mengenai jumlah wisatawan yang datang
ke kawasan Gili dimana Wisatawan asing yang masuk ke Lombok utara hingga Juni 2019 sekitar
60 persen dari jumlah total 233.759 orang atau sekitar 147.255 orang. Namun pada 2019 dan
2020 ada penurunan PAD KLU pada sektor pariwisata karena adanya bencana gempa bumi dan
pandemi covid 19 yang membuat geliat kedatangan turis mancanegara maupun lokal. Bahkan
di tahun 2020 grafik kedatangan turis dalam maupun luar kian merosot tajam. Dan berimbas
pada lesunya perekonomian dan macetnya pembangunan infrastruktur pada bidang pariwisata
di kawasan pariwisata Gili Matra Kabupaten Lombok Utara.
Dalam konteks Ekowisata, maka sumber daya alam harus dipandang sebagai aset terbesar yang
memiliki nilai, baik secara ekonomi maupun ekologi, sehingga kegiatankegiatan yang dihasilkan
akan bersifat non eksploitatif. Pendekatan yang kemudian muncul dan harus digunakan oleh
pengembang adalah yang bersifat simbiotik, dimana para pelaku wisatawan berinteraksi positif
dengan kawasan yang dikelolanya dan bukan bersifat parasit dan eksploratif. Pengembangan
sumber daya alam yang non-ekstraktif, non-konsumtif dan berkelanjutan perlu diprioritaskan
dan dalam bidang Pariwisata pengembangan seperti Ekowisata harus menjadi pilihan utama.
Lebih lanjut wood (2002) memberikan batasan-batasan tentang Prinsip-prinsip Ekowisata yang
meliputi;
1. Meminimalisir dampak negatif terhadap alam dan budaya yang dapat merusak tujuan.
2. Mendidik pelancong tentang pentingnya konservasi.
3. Tekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab, yang bekerja secara kooperatif
dengan otoritas lokal dan orang-orang untuk memenuhi kebutuhan lokal dan
memberikan manfaat konservasi.
4. Pendapatan langsung ke konservasi dan pengelolaan kawasan alami dan dilindungi.
5. Menekankan perlunya zonasi pariwisata regional dan untuk rencana pengelolaan
pengunjung yang dirancang baik untuk kawasan atau kawasan alami yang dijadwalkan
menjadi destinasi ramah lingkungan.
6. Menekankan penggunaan studi garis dasar lingkungan dan sosial, serta program
pemantauan jangka panjang, untuk menilai dan meminimalkan dampak.
7. Berusaha keras untuk memaksimalkan manfaat ekonomi bagi negara tuan rumah, bisnis
lokal dan masyarakat, khususnya orang-orang yang tinggal di dan berdekatan dengan
kawasan alami dan dilindungi.
8. Berusaha memastikan bahwa pengembangan pariwisata tidak melebihi batas sosial dan
lingkungan dari perubahan yang dapat diterima sebagaimana ditentukan oleh para
peneliti bekerja sama dengan penduduk setempat.
9. Bergantung pada infrastruktur yang telah dikembangkan selaras dengan lingkungan,
meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil, melestarikan tanaman dan satwa liar
setempat, dan menyatu dengan lingkungan alam dan budaya.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kustiawan, Iwan. 2016.Perencanaan Kota.Universitas terbuka!;Tangerang selatan
Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Diskominfo Kabupaten Lombok Utara.2019. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Lombok Utara 2015–2020.( Diakses 25 April 2021, 11.30)
Gatot Yulianti. Achmad Fahrudin, Nellyana Kusmaningsih. Analisis Permintaan Rekreasi dan
Strategi Pengembangan Wisata Bahari 01 Gili Trawangan Kabupaten Lombok Utara
Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2007.( Diakses 25 April 2021, 10.45)
Dinas PUPR Provinsi NTB. 2020. Rencana Kerja Tahun 2020 . ( Diakses 25 April 2021, 11.30)
Imam Wisnu Taqwin, Afifuddin, Khoiron. Pengembangan Infrastruktur Gili Matra Dalam
Meningkatkan PAD. Jurnal Respon Publik volume 13, No. 4, Tahun 2019, Hal 47-52
(Diakses 25 April 2021, 11.30)
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Basis data kawasan Konservasi .2019. (Diakses 25
April 2021, 11.30)
Widyarini. 2019. Jurnal Destinasi Pariwisata. (diakses pada tanggal 25 April 2021, 20.37).
Direktorat Jenderal Cipta Karya Balai Prasarana Permukiman Wilayah Nusa Tenggara Barat,
Koordinasi Percepatan Kegiatan Infrastruktur Di Kabupaten Lombok Utara. ( Diakses 25
April 2021, 11.30)
Nila Sylvi Ratnadila. Perencanaan Skenario untuk Pembangunan Desa Tertinggal: Sebuah
Telaah
Kritis.Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Volume 12(2) Agustus 2018 Hal. 111-128
( Diakses 25 April 2021, 11.30)..
Muthalib, AA dkk. 2016. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Diakses 25
April 2021, 11.30)
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. (2006). Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta;
PUSBAR UGM & ANDI YOGYAKARTA. (Diakses 25 April 2021, 11.30)
I Made Murdana. 2019. Pendekatan Unique POINT Selling (UPS) dalam Reformulasi Strategi
Pemasaran Pulau Gili Trawangan Pasca Gempa. (Diakses 25 April 2021, 11.30)
Nursyamsyi.2018. Pariwisata Gili Sumbang 45 Persen PAD Lombok Utara
.https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/06/11/pa5nf6370-pariwisatagili-
sumbang-45-persen-pad-lombok-utara. (diakses pada tanggal 26 April 2021, 12.30)
UU no 32 tahun 2004 pasal 157 tentang sumber sumber pendapatan asli daerah.