Oleh:
KELOMPOK 3
Ebit Abidillah
Moh.Junaidi
Inayatul Hamieza
Bobi Wahyudi
Moh.Lukman Firmansyah
Halimatus Sa’diyah
Elgiya Cahyani
Desi Ratna Sari
Hidayatul Arifin
Moh. Hosnaini
Imroatul Rada
UNIVERSITAS WIRARAJA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hanturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Karunia-Nya yang
telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya sehinggasaya dapat menyelesaikan MAKALAH
ini dengan judul "ASUHAN KEPERAWATAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM ” Penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai
pihak, untuk itu ijinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Imam Muslim
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama dalam penulisan makalah ini atas bimbingan dan
arahannya dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Untuk itu saya
sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari segenap pembaca.Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester menunjukkan bahwa insidens KAD
sebesar 8 per 1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk
kelompok usia di bawah 30 tahun sebesar 13,4 per 1000 pasien DM per tahun. Walaupun
data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insidens KAD di Indonesia tidak sebanyak
di negara Barat, mengingat prevalensi DM tipe-1 yang rendah. Laporan insiden KAD di
Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit, dan terutama pada pasien DM tipe-2.
Di Negara maju dengan sarana yang lengkap, angka kematian KAD berkisar antara 9-
10%, sedangkan di Klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian
dapat mencapai 25,50%. Angka kematian KAD di RS Dr.Cipto Mangunkusumo dari tahun ke
tahun tampaknya belum ada perbaikan. Selama operiode 5 bulan (januari-mei 2002) terdapat
39 episode KAD dengan angka kematian 15%.
Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD
seperti pepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar
glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah. Kematian
pada pasien KAD usia muda, umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan
yang tepat dan rasional, serta memadai sesuai dengan dasar patofisiologinya. Pada pasien
kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
Dari data yang ada tampak bahwa jumlah pasien KAD dari tahun ke tahun relatif
cepat atau tidak berkurang dan angka kematiannya juga belum menggembirakan. Mengingat
80% pasien KAD telah diketahui menderita DM sebelumnya, upaya pencegahan sangat
berperan dalam mencegah KAD dan diagnosis dini KAD.
Ada sekitar 20% KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor
pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi,
infark miokard akut, pankreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid, menghentikan atau
mengurangi dosis insulin. Sementara itu 20% pasien KAD tidak didapatkan faktor pencetus.
Menghentikan atau mengurangi dosis insulin merupakan salah satu pencetus
terjadinya KAD. Data seri khusus KAD tahun 1998-99 di RS Dr. Cipto Mangunkusumo
menunjukkan 5% kasus menyuntik dosis insulin kurang. Musey et al melaporkan 56 kasus
KAD negro Amerika yang tinggal di daerah perkotaan. Di antara 56 kasus tersebut, 75%
telah diketahui DM sebelumnya dan 67% faktor pencetusnya adalah menghentikan dosis
insulin. Adapun alasannya adalah sebagai berikut : 50% tidak mempunyai uang untuk
membeli, 21% nafsu makan menurun, 14% masalah psikologis, 14% tidak paham mengatasi
masa-masa sakit akut. Pada seri kasus di atas 55% menyadari adanya gejala hiperglikemia,
walaupun demikian hanya 5% yang menghubungi klinik diabetes untuk mengatasi masalah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali
adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:
- Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah
sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
- Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
- Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
- Kardiovaskuler : infark miokardium
- Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan
kortikosteroid and adrenergik.
(Samijean Nordmark,2008)
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari
menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering
disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab
utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah
asidosisnya teratasi.
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi
dan syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan
takikardi). Tanda lain adalah :
Sekitar 80% pasien DM ( komplikasi akut )
Pernafasan cepat dan dalam ( Kussmaul )
Dehidrasi ( tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering )
Kadang-kadang hipovolemi dan syok
Bau aseton dan hawa napas tidak terlalu tercium
Didahului oleh poliuria, polidipsi.
Riwayat berhenti menyuntik insulin
Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut
(Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. http://www.library.usu.ac.id )
B. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
6. Aseton plasma: Positif secara mencolok
7. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat
8. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat serum Fosfor turun
9. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
10. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik
11. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis, hemokonsentrasi
12. Ureum/creatinin: meningkat/normal
13. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut
2.7 DIAGNOSIS KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Didasarkan atas adanya "trias biokimia" yakni : hiperglikemia, ketonemia, dan
asidosis. Kriteria diagnosisnya adalah sebagai berikut :
o Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
o Asidosis, bila pH darah < 7,3.
o kadar bikarbonat < 15 mmol/L).
Derajat berat-ringannya asidosis diklasifikasikan sebagai berikut :
Ringan: bila pH darah 7,25-7,3, bikarbonat 10-15 mmol/L.
Sedang: bila pH darah 7,1-7,24, bikarbonat 5-10 mmol/L.
Berat: bila pH darah < 7,1, bikarbonat < 5 mmol/L.
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kulit pada area
epiderma
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan v Nutritional Status : makanan
metabolisme tubuh. nutrient Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : gizi untuk menentukan
- Berat badan 20 % atau lebih Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
di bawah ideal v Adanya peningkatan berat nutrisi yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya intake badan sesuai dengan tujuan pasien.
makanan yang kurang dari RDA v Berat badan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
(Recomended Daily Allowance) dengan tinggi badan meningkatkan intake
- Membran mukosa dan v Mampumengidentifikasi Fe
konjungtiva pucat kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
- Kelemahan otot yang v Tidk ada tanda tanda meningkatkan protein
digunakan untuk malnutrisi dan vitamin C
menelan/mengunyah v Menunjukkan 5. Berikan substansi gula
- Luka, inflamasi pada rongga peningkatan fungsi 6. Yakinkan diet yang
mulut pengecapan dari menelan dimakan mengandung
- Mudah merasa kenyang, v Tidak terjadi penurunan tinggi serat untuk
sesaat setelah mengunyah berat badan yang berarti mencegah konstipasi
makanan 7. Berikan makanan yang
- Dilaporkan atau fakta adanya terpilih (sudah
kekurangan makanan dikonsultasikan dengan
- Dilaporkan adanya ahli gizi)
perubahan sensasi rasa 8. Ajarkan pasien
- Perasaan ketidakmampuan bagaimana membuat
untuk mengunyah makanan catatan makanan
- Miskonsepsi harian.
- Kehilangan BB dengan 9. Monitor jumlah nutrisi
makanan cukup dan kandungan kalori
- Keengganan untuk makan 10. Berikan informasi
- Kram pada abdomen tentang kebutuhan
- Tonus otot jelek nutrisi
- Nyeri abdominal dengan atau 11. Kaji kemampuan
tanpa patologi pasien untuk
- Kurang berminat terhadap mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh Nutrition Monitoring
- Diare dan atau steatorrhea 1. BB pasien dalam batas
- Kehilangan rambut yang normal
cukup banyak (rontok) 2. Monitor adanya
- Suara usus hiperaktif penurunan berat badan
- Kurangnya informasi, 3. Monitor tipe dan
misinformasi jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Faktor-faktor yang berhubungan 4. Monitor interaksi anak
: atau orangtua selama
Ketidakmampuan pemasukan makan
atau mencerna makanan atau 5. Monitor lingkungan
mengabsorpsi zat-zat gizi selama makan
berhubungan dengan faktor 6. Jadwalkan pengobatan
biologis, psikologis atau dan tindakan tidak
ekonomi. selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : v Knowlwdge : disease Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya process 1. Berikan penilaian
informasi kognitif sehubungan v Knowledge : health tentang tingkat
dengan topic spesifik. Behavior pengetahuan pasien
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
memverbalisasikan adanya v Pasien dan keluarga yang spesifik
masalah, ketidakakuratan menyatakan pemahaman 2. Jelaskan patofisiologi
mengikuti instruksi, perilaku tentang penyakit, kondisi, dari penyakit dan
tidak sesuai. prognosis dan program bagaimana hal ini
pengobatan berhubungan dengan
Faktor yang berhubungan : v Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
keterbatasan kognitif, mampu melaksanakan dengan cara yang tepat.
interpretasi terhadap informasi prosedur yang dijelaskan 3. Gambarkan tanda dan
yang salah, kurangnya secara benar gejala yang biasa muncul
keinginan untuk mencari v Pasien dan keluarga pada penyakit, dengan
informasi, tidak mengetahui mampu menjelaskan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. kembali apa yang dijelaskan 4. Gambarkan proses
perawat/tim kesehatan penyakit, dengan cara
lainnya. yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang
tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
BAB IV
Darah Rutin
Hematokrit 40 35 – 47 % Normal
Urin Rutin
Terapi
o Monitoring TNRS, kesadaran dan output urin tiap jam
o O2 lembab BNC 3 lt/mnt
o Periksa GDS tiap jam
o NGT (dekompresi), klien dipuasakan karena cairan lambung masih berwarna hijau
kehitaman
o AB : Ciprofloxacin 2 x 400 mg IV
o Resusitasi cairan NaCl 0,9% 1000 ½ jam I, 1000 cc 1 jam II, 1000 cc 1 jam III, 1000
cc 1 jam IV à infus Nacl 0,9% 20 gtt/mnt
o Bolus insulin 7,5 UI/KgBB/jam dilanjutkan dengan insulin drip 5 UI (100 UI insulin
dalam 500 cc NaCl 0,9%) = 25 cc/jam à insulin diturunkan menjadi 3 UI/jam = 15
cc/jam
o Periksa kalium per 4 jam, kalium < 3,5 mEq/L. Substitusi kalium dengan KCl 25 mEq
+ RL 500 cc habis dalam 6 jam dengan target kalium 4-5 mEq/L
o Periksa ureum kreatinin per 24 jam
ANALISA DATA
N Masalah
o Data Kemungkinan Penyebab Keperawatan
1. DS : DM Ketidakseimbangan
- Keluarga mengatakan (Insufisiensi atau resistensi cairan dan elektrolit
klien sudah memiliki insulin)
riwayat DM sejak ↓
tahun 2010 Riwayat DM tidak
- Keluarga mengatakan terkontrol
GDS tertinggi klien ↓
sekitar 1400 mg/dl dan Peningkatan glukagon,
rata-rata 200 mg/dl kortisol, katekolamin
- Keluarga mengatakan dan growth factor
klien memiliki riwayat hormone
poliuri, polipagi, ↓
polidipsi dan Peningkatan
penurunan BB glukoneogenesis
↓
DO : Hiperglikemia
- TD: 90/60 mmHg, ↓
HR: 120x/m, suhu Glukosuria (osmotik
35,80C, akral dingin diuresis)
pada ekstremitas teraba ↓
atas & bawah, CRT > Kehilangan cairan dan
2 detik elektrolit
- GDS : 886 mg/dL ↓
- Bibir kering, wajah Ketidakseimbangan cairan
tampak pucat dan elektrolit
- Mual muntah (+),
keluaran cairan
lambung (+), ± 150 cc,
klien dipuasakan
N Masalah
o Data Kemungkinan Penyebab Keperawatan
- Na 130 mEq/L
- Kalium 5,6 mEq/L
- PH : 7,112
- PCO2 : 7,4 mmHg
- PO2 : 154 mmHg
- HCO3 : 2,2 mEq/L
- BE : -27,9 mEq/L
- Ketonuria positif : +4/
>150mg/dl
- Ureum : 109 mg/dl
- Kreatinin : 1,95 mg/dl
- Urin output : 50 cc
pada jam-jam pertama
jumlah ± 150 cc
§ Lekosit : 25.600/mm3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan osmotik diuresis akibat
hiperglikemia.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi akibat asidosis metabolik
3. Resiko tinggi infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny P
Ruangan : IGD
No. Medrek : 0001XXXXXX
Nama mahasiswa : Fitri R
N
o
. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Hari/
Tgl Jam Tindakan Paraf
3. 13-11- 3 S:–
2014 Jam O:
14.00 · Kesadaran compos mentis
WIB · GCS 15 E4M6V5
· TD 100/70 mmHg, HR 98 x/ menit, RR 27 x/menit
dengan BNC O2 3 lt/mnt, S 36ºC
· Turgor < 2 detik
· Akral hangat
· Lekosit 11.200 /mm3
· GDS 137 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Ket:
T : Tindakan
R : Respon
DAFTAR PUSTAKA
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of Diabetic
Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus . 13th
ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738–770