Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan
A. Konsep Penyakit
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglekimia yang disebabkan defesiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Suddart, 2016).
Diabetes Miletus (DM) adalah keadaan hiperglikimia krosnis disertai berbagai
kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
pada mata ginjal syaraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalisis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer dkk, 2017).
B. Etiologi
1. Insulin (DMTI)
a. Factor Genetik:
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadi diabetes tipe 1.
b. Factor Monolosi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan.
c. Factor Lingkungan
Factor eksterneal yang dapat memicu distruksi sel B pangkreas.
2. Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI)
Penyakit mempunyai pola familiar yang kuat DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
C. Patofisiologi
Diabetes tipe I pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses
autoimmune. Hipperglekimia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati, disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikimia posprondial.
Jika konsentrasai glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
mernyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urine. Ekskresi ini disertai dengan pengeluaran cairan dalam elektokit
yang berlebihan.
Defesiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dalam lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(Polipogio), akibat penurunan simpanan kalori.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosayang berlangsung lambat (selama
bertahn-tahun) dan progresif, maka awalnya diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dapat
mencangkup kelelahan, intabilitas, poliuria, polidispi, luka pada kulit yang lama sembuh,
inveksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
D. Manefestasi Klinik
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikimia berpuasa
b. Glukosuria, dieresis osmotic, poliurin
c. Keletihan dan kelelahan
d. ketoasidosis diabetic (mal, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafa bau buah
dan perubahan tingkat kesadaran koma, kematian).
2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan) intoleransi glukosa progresif
b. Gejala sering kali ringan mencangkup keletihan, poliuria, polidipsia luka pada
kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur.
c. Komplikasi jangka panjang (retinopoli, neuropati, penyakit veskuler perifer).
E. Patways
F. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Miletus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2017).
Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah.
Penatalaksanaan kegawatdaruratan:
1. Pengatasan hipoglikemia dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe I.
2. Hipoglekemia harus diberikan 50cc D50 W dalam waktu 3-5 menit dan nilai status
pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W berganting pada hipoglikemia.
3. Pada hipoglikemia yang disebabkan oleh pemerian long-activity insulin dan pemerian
diabetes orl maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4. Hipoglikemia yang disebab oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada
penyakit hati, ginjal, dan jantung. Maka harus diatasi factor penyebab kegagalan
ketiga organ ini.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: Gula darah
Puasa >130 ml/dl, tes toleransi glukosa>200 ms/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya <330 mos m/l
5. Elektrik: Na meningkat normal, meningkat atau menurun K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menujukkan ph rendah dan penurunan Hco3.
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan homokohsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe
II).
10. Urine: gula dan aseton positif.
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK infeksi pernafasan dan infeksi luka.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Therapy DM adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
upaya mengulangi terjadinya komplikasi.
2. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada BB normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan motifasi diet sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik mudah diberikan
I. Pencegahan
a. Cara perawat home care membersihkan luka yang benar
b. Cuci tangan
c. Tekankan area kulit yang terluka
d. Bersihkan luka dengan air
e. Oleskan krim atau salep antibiotic
f. Balut dengan perban
Konsep Lansia
Diabetes Melitus (DM) berasal dari bahasa Yunani Diabenin yang artinya
“tembus” atau pancuran manis yang umum dikenalkan sebagai kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikimia (peningkatan kadar gula darah), yang terus
menerus bervariasi terutama setelah makan. Diabetes yang merupakan salah satu dari 5
kondisi kronis yang terutama memengaruhi lansia, tidak dapat disembuhkan, alih-alih
lansia dengan diabetes harus belajar untuk menguasai program pemantauan atau
perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia
membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan.
Hal ini tidak berarti bahwa perawatan harus didelegasikan kepada orang lain,
malahan perawat harus berusaha dengan giat bersama klien untuk mengimbangi deficit
terkait usia guna meningkatkan kemauan aktivitas perawatan diri yang memungkinkan.
BAB II
Asuhan Keperawatan
INDEKS KATZ
skore KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut Lain-lain Ketergantungan
pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,
D, E, F, dan G
Mandiri :
Tergantung :
Mandiri :
Tergantung :
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia
sendiri
Tergantung :
Mandiri :
Bergantung :
Mandiri :
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot, enema dan
pembalut ( pampers )
6. Makan
Mandiri :
Ikuti perintah 3-langkah : “ambil kertas di tangan kanan anda, lipat dua, dan taruh dilantai
(3 poin)
Baca dan turuti hal berikut : “tutup mata anda” (1 poin)
Tulis satu kalimat( 1 poin)
Menyalin gambar (1 poin)
Alat ukur status afektif digunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang
mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati pada banyak orang. Depresi adalah umum
pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau mental dan disorientasi, sehingga
seorang lansia depresi sering disalah mengertikan dengan demensia. Pemeriksaan status
mental tidak dengan jelas membedakan antara depresi dengan dimensia, sehingga
pengkajian afektif adalah alat tambahan yang penting.
Inventaris Depresi Beck berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap
yang berhubungan dengan depresi.
Inventaris Depresi Beck
Skore Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia di mana saya tak dapat
menghadapinnya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua, suami,
istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan sendiri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
H. Menarik Diri Dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-Raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membut keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian :
0-4 depresi tidak ada atau minimal
5-7 depresi ringan
8-15 depresi sedang
>16 depresi berat
Selain itu depresi lansia dapat diukur dengan menggunakan Skala Depresi Geriatric
Yesavage dengan penilaian jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1 (nilai 1
poin untuk setiap respons yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan).
Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (temanteman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (temanteman)
saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga saya
menyediakan waktu bersama-sama