Proposal Disertasi
Proposal Disertasi
PROPOSAL DISERTASI
Armada Pustaka Mandar Membangun Budaya Literasi
Di Kabupaten Polewali Mandar : Perspektif Pendidikan Islam
Oleh :
Muhammad Qasim
NIM : 80100316033
Promotor :
Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A.
Kopromotor:
Dr. H. Arifuddin Siraj, M.Pd.
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum.,M.A.
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia idealnya menjadi sebuah negara maju. Sumber daya alam Indonesia
memiliki potensi ragam bahasa dan budaya yang merupakan modal dalam
tepatnya tahun 2045 bangsa Indonesia akan memasuki sebuah era yang
disebut dengan Era Indonesia Emas. Deskripsi dari era tersebut adalah jumlah
warga produktif lebih banyak dibanding nonproduktif dengan sumber daya
pada perhatian pemerintah namun, semua unsur warga negara memiliki hak
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. Jika sejak dini, semua
dampaknya bukan hanya pada majunya sumber daya manusia, namun akan
untuk memiliki sumber daya manusia yang memadai. Penyebab hal tersebut
3
pemerhati literasi, John W Miller dari Central Connecticut State University di New
Britain, dalam hal budaya literasi Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara
yang disurvei. Posisi Indonesia masih berada di atas satu tingkat dari sebuah negara
di benua Afrika bagian Selatan, Bostwana. Data yang disajikan oleh Statistik
UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia
baru mencapai 0,001. Artinya setiap 1000 penduduk, hanya satu orang yang
membangun titik baca atau hadir pada diskusi di kafe paling tidak dapat
1
Piötr Sztompka, The Sociology of Social Change Terj. Alamandan, Sosiologi Perubahan
Sosial (Cet.V; Prenada: Jakarta, 2010), h. 112-113
4
memberikan stimulus dalam mendekatkan media baca tulis sebagai sebuah gaya
tulis) dan orality (budaya lisan). Tersingkapnya teori gravitasi oleh Newton adalah
hasil bacaannya terhadap buah apel yang jatuh. Terdeteksinya pola penyebaran
naskah kuno, atau manuskrip perjalanan para pengelana masa lalu. Peradaban Islam
mencapai era Golden-Age pada abad ke-12 tidak terlepas pula dari kegiatan baca
tulis yang menjadi aktifitas masyarakat di Baghdad pada masa itu dan kecintaan
daya manusia, Prof Kong Yuangzhi memaparkannya dalam pengantar buku, Cheng
208 kapal dengan jumlah armada 28.000 adalah implementasi dari beragam
limpahan referensi yang selalu ia baca “Dalam setiap pelayaraannya, Cheng Ho pun
confusiusme, dan manajemen Lau Tze yang luar biasa sempurna, yang telah
dianugerahkan Tuhan pada mahluk yang bernama manusia. Seorang penulis dan
penyair Inggris, John Milton yang hidup pada abad ke-16 menyatakan “Barang
2
Kong Yuangzhi, Muslim Tiongho Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara
(Cet.V; Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2013), h .xiv.
5
desktruktif yang ada dalam diri setiap manusia, dengan menyetarakan derajat
pemusnahan buku sama dengan membunuh manusia. Hal tersebut bukan hanya
menjadi kata bijak yang mengalir dari lisan seorang John Milton, namun sejarah
kelam budaya literasi yang merupakan muara ilmu pengetahuan telah sering terjadi,
tidak terkecuali dalam peradaban Islam. Setelah Hulagu Khan dan pasukannya
Jika kembali memutar jarum sejarah, 1600 tahun sebelum dikenalnya istilah
literasi di benua Eropa atau gerakan bebas buta aksara/ gerakan gemar membaca di
Indonesia, dalam sejarah Islam terdapat bingkai historis yang berhasil
mengabadikan kejadian monumental dan menjadi titik awal lahirnya budaya baca-
tulis pada konteks masa kini dikenal dengan budaya literasi. Momentum bersejarah
tersebut, terjadi ketika Allah swt. menurunkan wahyu pertama kepada Muhammad
saw. melalui malaikat Jibril a.s.. Wahyu ini adalah penetapan atau penobatan
3
Alwy Rachman, Insting-insting Kematian, Esai Tanpa Pagar 100 Pilihan Literasi Koran
Tempo Makassar 2013 (Cet. I; Makassar: Nala Cipta Lentera, Juni 2014), h. 43.
4
Sulhan Yusuf, Para Pembakar Buku, Telinga Palsu 100 Literasi Pilihan Koran Tempo
Makassat (Cet.I; Makassar: Nala Cipta Liter, 2016), h. 232-234.
6
penutup para Nabi).5 Sebagaimana dalam firman Allah swt. QS al-‘Alaq/ 96: 1 :
ۡ ۡ١َۡۡكۡٱلَّذيۡ َخلَق
َۡ ٱقۡ َرأۡۡبۡٱسۡمۡۡ َرب
Terjemah
menjadi wahyu pertama yang difirmankan oleh Allah swt. kepada nabi Muhammad
saw. yang sama sekali belum mengenal baca tulis. Arab pra-Islam telah terkenal
dengan kefasihan tutur lisan dalam merangkai syair. Sehingga tidak mengherankan,
dilaksanakan kompetisi penyair di pasar Ukaz setiap pekan dengan lembaran syair
Ka’bah. Demikian pula dengan kondisi masyarakat Islam pada masa awal. Ahmad
5
T.H. Thalhas, S.E.dkk, Tafsir Pase, Kajian Surah Al-Fatihah dan Surah-surah Juz Amma,
(Jakarta: Bale Kajian Al-Qur’an Paśe, 2001), h. 247.
Bahwa dikalangan suku Quraisy pada saat Islam lahir hanya terdapat 17
Utsman, Ali, Abu Ubaidah, dan Yazid bin Abu Sufyan. 8 Bapak Sosiologi dan
terbuka asumsi orang awam bahwa wahyu tersebut adalah akumulasi kefasihan dan
hasil adaptasi dari budaya Arab pada saat itu. Menghalau pemikiran tersebut, H.M.
Demikian ayat yang pertama, di antara lima ayat dalam surat al-‘Alaq yang
pertama difirmankan Allah swt. Kata bacalah ) (اقراadalah bentuk fi’il Amr atau
kata kerja perintah yang mudah difahami ketika bersambung dengan objek. Namun
dalam ayat ini tidak tercantum sebuah identitas objek yang hendak dibaca.
8
Agus Rifai S.Ag.S.S.S.,M.A., Perpustakan Islam Konsep, Sejarah, dan Konstribusinya
dalam Membangun Peradaban Islam Masa Klasik (Jakarta; Rajawali Pers: 2014), h. 36.
9
Dr. H. Sulasman M. Hum & Dadan Rusmana, M.Ag, Filsafat Sosial Budaya di Dunia
Islam (Cet.I; CV. Pustaka Setia: Bandung, 2013), h. 319
10
H.M.H. Al-Hamid al-Husaini, Membangun Peradaban: Sejarah Muhamad saw. Sejak
sebelum diutus menjadi Rasul (Cet.I; Pustaka Hidayah: Bandung, 2000), h. 254.
8
dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut, antara,
menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui
ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya, yang semuanya bermuara pada arti
menghimpun.11
terjadinya perang Badar, tawanan yang tidak melakukan kejahatan perang, tidak
ada biaya sebagai tebusan namun memiliki kemampuan baca tulis maka Nabi
mewajibkan kepada mereka untuk mengajari sepuluh anak muslim baca tulis.
dari wahyu tersebut bukan hanya dijadikan sebagai sumber teoretis saja, namun
buta aksara dengan membuat pelbagai program unggulan seperti “Gerakan Literasi
Bangsa (GLB)”. Gerakan Literasi Bangsa (GLB) merupakan penjabaran dari
dibanding dengan keberadaan media visual seperti televisi. Televisi telah merebut
buku. Meskipun realitas menunjukkan, variasi menu yang disiarkan masih jauh
dari harapan untuk masuk katogeri televisi menjadi sebuah media pendidikan.
11
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh, Pesan, Kesan dan Keserasisan al-Qur’an (Jakarta;
Lentera Hati, 2002), h. 392-393.
12
Sim, Harian Tribun Timur, Tribun Politik, 18 Oktober 2016, h. 8.
9
prestasi belajar, kecerdasan dan kemampuan membaca telah dilakuan oleh negara
menyatakan :
Televisi telah menjadi biang kerok resmi dan tumpuan kesalahan dari beberapa
generasi pendidikan dan orang tua yang mengkhawatirkan pengaruh buruk dari
si kotak “bodoh” pada anak muda yang mudah terpengaruh. Reputasi TV
tenggelam, sepantasnya begitu, semakin rendah dalam tahun-tahun terlahir,
sampai-sampai TV dianggap buruk bagi otak.14
televisi yang merupakan juga produk globalisasi, telah mengambil alih peranan
terdapat pula sisi yang sangat menghawatirkan yakni goyahnya hal-hal mendasar
dalam kehidupan masyarakat Indonesia seperti tatanan moral, budaya, pendidikan,
bahkan agama. Salah satu krisis paling serius yang dihadapi manusia modern adalah
mereka telah kehilangan apa yang dalam tradisi filsafat disebut sebagai meaning of
purpose of life (makna dan tujuan hidup) yang sejati. Manusia modern telah
membakar tangannya dengan api yang dinyalakannya.15 Kondisi ini semakin parah
sebab tayangan dominan mengarah pada hal-hal yang tidak berkualitas. Tayangan
13
“ISKI Tuntut Konten TV Edukatif”, (Liputan) Fajar Nusantara, 13 Oktober 2016.
14
Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan, Tradisional, (Neo) Liberal, Marsix-Sosialos,
Postmodern, (Cet.I; Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 151.
15
Azhar Arsyad dan Muhammad Sabri, Membangun Tradisi Hikmah Mengasah Inner
Capacity Ikhtiar Merancang Paradigma Keilmuan UIN Alauddin Makassar (Cet.I; Makassar:
Alauddin Press, 2009), h. 5.
10
acara talkshow, berita selebriti, cerita hantu, komedian, gaya hidup, iklan
konsumtif, dan berbagai tayangan lain yang kurang berkualitas. Tayangan sinetron
berbau “ilahi” dan kisah-kisah “setan” membuat masyarakat kita tidak percaya diri
terhadap potensinya.16
di atas faktor komersial yang disajikan. Demikian pula dengan internet. Akselerasi
informasi menjadi hal yang tidak dapat terelakkan. Semua konten dapat saksikan
secara langsung dan belum ada aplikasi yang dapat melindungi anak-anak dari
hanya fokus pada upaya preventif namun menghadirkan sebuah ruang positif yang
Indonesia sebagai bangsa yang pernah bertekuk lutut di depan penjajah dan
menghayati hasil penelitian Unesco tentang rendahnya minat baca warga Indonesia
maka tidak ada pilihan kecuali, bangun dan bangkit membela martabat Indonesia
di mata dunia. Tentunya bukan lagi dengan memanggul senjata namun dengan
Menjawab berbagai tantangan dan hasil survey atas rendahnya minat baca
16
Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan, Tradisional, (Neo) Liberal, Marsix Sosialos,
Postmodern.(Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 283-284.
11
masyarakat Indonesia, direspon baik oleh pihak Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Jumlah buku baru yang diterbitkan 711 penerbit aktif di tahun 2015
cukup beragam. Ada 80% penerbit menerbitkan buku baru dalam
rentang 10 sampai 50 judul. Sebanyak 17% penerbit menerbitkan judul
baru dalam rentang 50 sampai 200 judul dan terdapat 3% penerbit yang
menerbitkan lebih dari 200 judul buku baru dalam tahun 2015.17
Dasar 1945, tentang tujuan hidup berbangsa dan bernegara yakni mencerdaskan
akumulasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap tahunnya untuk
besarnya jumlah kucuran dan kemana akan di gunakan, namun nilai manfaat yang
bisa di persembahkan oleh warga Indonesia untuk bangsa dari anggaran tersebut.
bukan tanpa alasan. Sebab setelah peserta didik, pra dan pasca mengikuti proses
menjadi potensi sekaligus ancaman. Ruang lowong tersebut adalah ketika peserta
didik sebelum pergi dan setelah pulang dari sekolah. Potensi adalah jika atmosfir
lingkungan yang mengitari kehidupan peserta didik tersebut sarat dengan nilai-nilai
geografis sebuah wilayah. Jika sebuah wilayah didominasi oleh air, maka media
17
Tim Penyusun, Industri Penerbitan Buku Indonesia: Dalam Data dan Fakta, (Jakarta; IKAPI:
2015), h. 19.
13
pendidikan yang sesuai dengan area tersebut adalah pustaka dalam transportasi air.
Demikian pula jika lokasi dominan perbukitan atau pegunungan bahkan sampai
Fakta faktual lainnya yang relevan dengan tantangan budaya literasi, jika
khususnya budaya Mandar pada masa awal atau sistem pemerintahan yang terjadi
pada masa itu akan merujuk pada dua sumber yang sangat terbatas. Sumber pertama
adalah lisan (orality), kedua aksara lontara atau peninggalan yang masih tersisa.
Sampel dokumentasi dan buku yang membahas tentang satu sisi kehidupan
yang paling dekat dengan masyarakat Polewali Mandar seperti tradisi maritim,
hanya beberapa lembar saja yang masih dapat disaksikan pada saat ini, selain
asli dari berbagai perahu kuno khas Mandar akan dapat dapat dilihat langsung
diluar dari wilayah Sulawesi Barat. Perahu pakur dan Jomon ada di Jepang, perahu
jenis padewakang ada di Museum Nasional Indonesia, Perahu Lambo, Kapten Laut
di Museum Angkatan Laut Surabaya. Jika ditelusuri sumber tulisan yang mengulas
tentang perahu-perau tersebut sangat langka, bahkan fisik dari perahu tersebut sulit
peneliti yang mengkaji tentang hal tersebut. Selain itu terdapat faktor yang tidak
dalam ingatan sang pembuat perahu. Sehingga ketika “mpu perahu” pindah
domisili, berganti profesi bahkan mangkat, maka ilmunya pun akan hilang pula
(orality). Buku yang beredar di toko buku atau perpustakaan yang mengupas
Sampai kapan hal tersebut akan terjadi. Jika warga negara asing saja
mengarahkan seluruh potensi dirinya untuk membaca dan menulis tentang budaya
Indonesia, maka warga pribumi tentunya lebih memilih peluang luas untuk menulis
lebih luas. Selain ditopang oleh kematangan perjalanan waktu dan pengalaman
dibandingkan dengan yang lain, dan semuanya diawali dari budaya literasi.
Lantas bagaimana dengan sudut lain seperti pendidikan, sosial, dan budaya.
warga Indonesia sejak dini. Diantaranya adalah isu usia 100 tahun Indonesia
merdeka tepatnya pada tahun 2045 sebagai tolok ukur kematangan negara. 2045
menganulir statusnya sebagai negara dengan indeks membaca yang sangat rendah.
Terdapat hal yang tidak kalah juga pentingnya adalah punahnya berbagai
identitas Indonesia seperti bahasa suku yang ada di Indonesia. Hal ini merupakan
sinyal bagi budaya lain mendominasi budaya Indonesia dan kalau hal ini terjadi,
sangat membuka kemungkinan warga Indonesia akan dirujuk pada kondisi krisis
kultural yang berujung pada punahnya falsafah hidup dan karakter bangsa. Sebelum
warganya untuk tetap melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diwarisi dari
generasi ke generasi.
Suatu masyarakat menghadapi krisis apabila eksistensinya terancaman oleh
karena proses disintegrasi mengganggu sistem berfungsinya. Disini
masyarakat itu menghadapi masalah untuk “survival” atau menjadi “to be
or not to be”, maka kalau masyarakat tidak mampu mengatasinya akan
terancam dengan kepunahan.18
18
Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan Pembangunan dalam Persfektif Sejarah (Cet.3;
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), h. 45.
15
awal, paling tidak melakukan hal inovatif dan inspiratif seperti mememadukan
termaktub pada judul disertasi ini yakni Armada Pustaka Mandar dan budaya
literasi.
interpretasi dari kalangan pembaca terhadap maksud dan tujuan penelitian ini
dilaksanakan.
Pustaka Mandar membangun budaya literasi. Hal ini dimaksudkan sebab budaya
literasi merupakan hal paling dasar dalam memperoleh informasi dan pengetahuan.
Penetapan fokus penelitian ini sebagai respon atas kondisi sosial masyarkat
informan yang memahami budaya Indonesia serta masih rendahnya minat baca
warga Indonesia dan keinginan untuk memamparkan secara deskriptif upaya masif
berikut :
maupun masyarakat.
berikut :
pendidikan Islam;
C. Rumusan Masalah
berbagai media modern yang menjadi kompetitor budaya literasi, maka perlu
dibangun sebuah gagasan ilmiah dan solusi kreatif bagaimana merubah fakta
melakukan berbagai upaya dalam membangun minat baca warga Indonesia. Namun
buku. Disinilah kehadiran budaya didesain sebuah wadah yang lebih mendekatkan
Inovasi ini tidak mesti disandarkan pada pemerintah namun dapat pula
dilakukan oleh setiap warga negara, baik individu, komunitas untuk membangun
budaya baca seperti inisisasi yang telah dilakukan oleh para pemuda di Polewali
18
Mandar. Butuh daya dorong yang kuat untuk merealisasikan kegiatan yang secara
Hal tersebut merupakan beberapa poin yang membuat tema ini sangat
menarik untuk dikaji secara ilmiah dalam bentuk disertasi. Dalam rangka
masalah :
Polewali Mandar ?
2. Bagaimana sistem operasional Armada Pustaka Mandar dalam membangun
Mandar ?
Penelitian ini lahir dari ragam rujukan yang memiliki relevansi dengan tema
pembahasan yang telah dikaji oleh para peneliti terdahulu dan membahasa budaya
dan literasi. Referensi dalam disertasi ini diperoleh dari disertasi, jurnal nasional/
internasional, proseding dan hasil penelitian. Hal ini menjadi kesatuan dan menjadi
pola dalam membangun kerangka dan batang tubuh pembahasan pada bab-bab
selanjutnya.
referensi mengingat latar belakang program studi penulis adalah pendidikan Islam.
19
derajat bangsa Indonesia pada dunia Internasional. Jika berbicara tentang orientasi
berangkat dari negara berkembang menjadi negara maju, masih terlalu dini untuk
Indonesia belum menjadi perhatian serius. Meskipun tanah, air dan udara Indonesia
sarat dengan potensi sumber daya alam sangat melimpah bahkan jarang dimiliki
oleh negara lain, namun jika sumber daya manusianya masih terbatas maka hal ini
terjadinya arus historis dan fakta yang kuat tentang keterlibatan Islam dalam
membangun budaya literasi. Orientasi referensi yang kedua adalah rujukan yang
membahas tentang budaya sebab dalam budaya, merupakan hal yang sangat dekat
atmosfir literasi, budaya merupakan sebuah medium yang sangat tepat, sebab
budaya ada pada setiap sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Sampai menyusun
Polewali Mandar, merujuk pada berbagai rujukan yang diperoleh melalui studi
pustaka.
memiliki peran siginifikan dalam melakukan perubahan sosial. Hal ini disebabkan,
berperan serta dalam mendidik anak, maka dimasa datang Indonesia akan menjadi
negara maju. Pendidikan dalam hal ini yang dimaksudkan adalah Pendidikan Islam.
20
Selain menjadikan pendidikan Islam sebagai pondasi awal, Pendidikan Islam juga
pusaran kelam yang tidak mudah untuk ditepis, yakni orang tua menjadikan sekolah
ini disebabkan kota adalah titik episentrum dari hiruk pikuk aktifitas manusia
dengan segala fasilitas yang kompleks di berbagai wilayah. Tentunya, hal ini jarang
merupakan sesuatu yang wajar, jika sebagian besar warga pedesaan maupun
penelitian Usman mengulas, terdapat sisi keterbatasan orang tua dalam mendidik
anaknya, baik dari segi pendidikan maupun kesempatan. Hasil penelitian pada
mendukung dalam hal Pendidikan anak sehingga jika dilihat dari estimasi waktu
antara lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, maka lingkungan di luar
Terdapatnya waktu luang antara waktu pulang sekolah sampai tiba waktu
19
Usman Alwi, “Implementasi Pendidikan Islam dalam Keluarga (Studi pada Sepuluh Keluarga
Nelayam di Desa Bonto Manai Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep)”, Disertasi (Makassar;
Pascasarjana UIN Alauddin 2016,), h. 234.
21
waktu inilah penting hadir sebuah media yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi tumbuh kembangnya anak di kemudian hari. Diantara media
tersebut adalah mendekatkan anak dengan media baca. Hasil penelitian tersebut
mendidik anak.
Tulisan ini dimuat pada Jurnal Teknologi Pendidikan Tahun 2015. M. Yusuf T
meneliti tentang strategi belajar, literasi pengetahuan, dan webquest. Tulisan ini
yang lain dapat pula diperoleh, mahasiswa di perguran tinggi mengalami kendala
dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh menjadi pengetahuan baru.
derajat tertinggi dari berbagai istilah yang sederajat dengan peserta didik,
narasi tertulis, maka boleh jadi hal ini tidak muncul begitu saja, mengingat untuk
terhadap pelbagai masalah dan mengolahnya kedalam bentuk teks maupun non
teks, sejatinya sejak dini dilakukan.
Ekspektasi mengenai hasil penelitian ini, kelak generasi yang menjadi objek
pengguna Aramada Pustaka Mandar, telah memiliki pondasi dan ikatan moril
dengan budaya literasi yang sejatinya memang harus dibangun dari awal. Bukan
hanya dibangun, namun perlu ada untaian rantai edukatif menjadikan kebiasaan
membaca dan menulis sebagai budaya. Jika ini terjadi secara masif di seluruh
22
masyarakat yang berkualitas bukan hanya dari sumber daya alam namun unggul
dipengaruhi oleh ke dalaman informasi dan data yang telah diperoleh dari bahan
pustaka atau hasil bacaan dan diolahnya menjadi sebuah pengetuhan baru yang
berguna untuk masyarakat. Literasi bukan lagi sebatas kemampuan membaca dan
menulis namun jauh lebih luas dari itu. Pemaknaan literasi telah jauh lebih
pengetahuan baru.
Literasi pengetahuan adalah suatu bentuk kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang setelah memperoleh data atau informasi dan mengolahnya
menjadi pengetahuan baru dieskperiskan baik secara verbal maupun tertulis.
Dengan kata lain, pengetahuan baru adalah perspektif individu atas
serangkaian input yang dia terima baik berupa teks maupun non-teks.20
Jurnal Ilmu Komunikasi dan Informasi Perpustakaan Tahun 2010. Tulisan ini
keniscayaan, dan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan berbagai layanan
dapat berjalan dengan lebih cepat, akurat dan efesien.21 Sitti Maryam menemukan
M. Yusuf. T, “Pengaruh Strategi PEmbelajaran dengan Webquest dan Efikasi Diri terhadap
20
Peningkatan Literasi Pengetahuan, Jurnal Teknologi Pendidikan 17, no.1 (April 2015): h. 16.
21
Siti Maryam, “Kemampuan Teknologi Informasi SDM Perpustakaan di lingkungan UIN
Jakarta, al-Maktabah, Jurnal Ilmu Komunikasi dan Informasi Perpustakaan 10, Nomor 01 (Juli 2010): h.
31.
23
(TI) yang cukup memadai.22 Masih dalam tulisan yang sama, bedasarkan Sitti
Maryam memaparkan :
Teknologi bukanlah jawaban untuk semua masalah yang kita hadapi, ia
hanya merupakan alat yang dapat membantu perpustakaan mencapai
tujuannya, paling tidak dengan teknologi kinerja perpustakaan diharapkan
akan lebih baik, lebih menarik perhatian, dan pengguna (pemustaka) selalu
berharap yang lebih dari yang disediakan perpustakaan. TI merupakan
instrument master bagi perpustakaan dalam rangka penyebaran sumber
pengetahuan.23
budaya literasi. Hal ini menjadi menarik untuk diulas mengingat pengoperasian dari
Armada Pustaka Mandar dalam membangun budaya literasi berangkat dari media
yang terbatas bahkan sangat tradisional. Meskipun demikian pada berbagai etape
langkahnya dalam membangun budaya literasi. Bukan hanya itu penggagas perahu
pustaka telah melakukan inspirasi budaya literasi melalui berbagai media termasuk
ini dimuat dalam Jurnal English and Literature Journal Tahun 2016. Evi Salasiah
mengembangkan kebiasaan menulis bagi peserta didik. Hal ini tentunya tidak
mudah sebab kedalaman menulis seseorang sangat dipengaruhi oleh luas dan
22
Siti Maryam, “Kemampuan Teknologi Informasi SDM Perpustakaan di lingkungan UIN
Jakarta, h. 41.
23
Siti Maryam, “Kemampuan Teknologi Informasi SDM Perpustakaan di lingkungan UIN
Jakarta, h. 35.
24
dalamnya bacaan seseorang terhadap sebuah tema tulisan. Evi Salasiah A, dan
Khairil menemukan bahwa diantara media yang tepat untuk melahirkan kebiasaan
lokal atau dalam pembahasan tulisan tersebut dipakai istilah Strengthening local
cuture awareness.
Local culture awareness is still need to be kept in teaching foreign language
by reinforcing local culture knowledge of the students in the process of
learning. In teaching English especially in class of writing, the usage of
local culture knowledge is applied by putting it as variety of writing topic
in their writing class. This activitity helps students a lot in writing as the
topic given has been familiar familiar for them..Reinforcing the usage of
local culture knowledge can be agood way in improving students; writing
skill and reserving their own local culture.24
merupakan upaya untuk menyimpan ragam informasi dan pengetahuan yang kelak
dapat dipanggil melalui ingatan tatakala seorang penulis hendak menulis atau
melakukan penelitian. Rangkaian menulis akan dapat tersusun secara sistematis jika
terdapat media yang dapat memotivasi terhadap implementasi dari hasil bacaannya.
mengulas tentang Pendidikan literasi dengan kemajuan sebuah negara. Hal ini
sangat penting diangkat mengingat sebuah bangsa yang maju dapat dilihat
kehidupan sehari-hari. Literasi dalam hal ini mencakup kemampuan manusia dalam
memaksimalkan seluruh potensinya. Jika hal ini yang terjadi secara global, maka
24
Evi Salasiah A, dan Khairil , “Strengthening Local Cuture Awareness In Teaching Writing; A
Case Study at Muhammadiyah University of Pare-Pare. English and Literature Journal 03, No. 01 (Juni
2016): h. 94.
25
bukan hanya perkembangan namun dapat mengantar sebuah negara menjadi negara
maju.
Developing literacy education through massive investment in human
capital is the first step in enhancing sustainability literacy. There are two
mindsets on the attainment of the 17-point sustainable development goals.
First, is on decreasing human vulnerability with focus on nine goals.
Second, is on increasing sustainability with focus on eight goals. Literacy
education on the environment, production, preventative actions, personal
income generation and improved human capacity, social justice through
the sustenance of democratic institutional structure among others, will
enhance sustainable development in any knowledge economy. It is
recommended that; sustainability of literacy education should be part of
public policy instruments to promote sustainable development. Second, for
literacy education to drive knowledge economy it must be futures, values,
systems, and strategic thinking respectively to ensure sustainable
development.25
Menuju usia satu abad ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis dalam
mengantar bangsa Indonesia ini menuju gerbang kemerdekaan sesungguhnya.
Telah merdeka dari penjajahan pada era revolusi fisik dan tentunya merdeka dari
semua atribut keterbelakangan seperti buta aksara latin maupun al-Quran, ekonomi
Loving Attitude Through Education Character. Tulisan ini dimuat pada Jurnal
Nasional “al-Ulum” dengan predikat terakreditasi Dikti. Penelitian ini
25
Jonathan E. Oghenekohwo dan Ekima A. Frank-Oputu, Literacy Education and Sustainable
Development in Developing Societies, International Journal of Education & Literacy Studies, 5 No. 2
(April 2017): h. 130.
26
Prestasi Indonesia dalam 100 Tahun, harus disiapkan dari sekarang. Belum
cukup jika hanya mengandalkan tongkat dan kayu jadi tanaman sebagai istilah lain
ketersediaan sumber daya manusia. Dan hal ini harus dilakukan mulai dari sekarang
dan tentunya diantara media yang tepat untuk hal tersebut adalah berawal dari hal
Informasi, Hasil peneletian ini terangkum dalam kumpulan karya ilmiah pada
Proseding Konferensi Internasional Islam, Literasi dan budaya lokal tahun 2014.
internet.
Hal ini senada dengan hasil penelitian Hasil Penelitian Siti Maryam,
26
Dalmeri dan Antonius Atosokho Gea, Toward Peace Loving Attitude Through Education
Character, Al-Ulum 15, No.12 (December 2015): h. 484.
27
Arwendira, “Konektivisme dalam Persfektif Literasi Informasi”, Proseding Internasional
Islam. Literasi dan Budaya Lokal, (Cet. I; Makassar: UIN Alauddin Press, 2014), h. 256.
27
Hal ini memang perlu dianalisa dengan kaidah ilmiah. Pencantuman kata
sebagai bagian dari ilmu pendukung pengelolaan bahan pustaka, bahkan terdapat
pula berbagai situs yang memiliki kredibilitas ilmiah yang dapat dipertanggung
Internasional, Scopus dan Thomson dan berbagai situs penyedia tulisan karya
sarannya telah tersedia. Seperti computer, listrik, jaringan internet, dan tentunya
semua ini memerlukan kesiapan anggaran dan sumber daya manusia dalam
pengoperasiannya. Sebaiknya untuk membangun budaya literasi, tentunya
memaksimalkan semua material yang ada dilingkungan sekitar yang bersifat praktis
lokal tahun 2014, mengemukakan tulisan dengan judul Urgensi Literasi Informasi
28
Hildawati Almah, “Urgensi Literasi Informasi (Information Literacy) dalam Era Globalisasi,
Perpustakaan, Masyarakat dan Peradaban Islam”, Proseding Internasional Islam, Literasi dan Budaya
Lokal, (Cet. I; Makassar: UIN Alauddin Press, 2014), h. 266.
28
dengan jumlah anggota berasal dari lebih 140 negara. IFLA merilis rencana
Teknis Perpustkaan. Buku tersebut memuat isi klasifikasi bahan pustaka atau
pengelolaan dengan ritme yang berbeda yakni manajemen Armada Pustaka Mandar
dalam memberikan layanan pemakai atau layanan publik layanan sirkulasi (layanan
beragam pula.
Setiap orang adalah individu, maka setiap perpustakaan juga
diorganisasikan secara tersendiri. Namun, tetap ada satu pola umum yang
bisa dijadikan sebagai patokan atau contoh untuk pengorganisasian
perpustakaan. Secara tradisional fungsi perpustakaan dikelompokkan
kedalam dua bagian: bagian layanan teknis dan bagian layanan publik.
Hal ini menjadi poin penting mengingat Armada Pustaka Mandar, memiliki
kuantitas dan menggunakan bahan pustaka dengan jumlah yang tidak sedikit.
Bukan hanya itu, objek pengguna jasa layanan Armada Pustaka Mandar pustaka
Arifuddin Ismail, Pergumulan Islam dan Budaya Lokal, Tulisan ini dalam
bentuk buku yang merupakan hasil penelitian dalam disertasi yang telah diujikan
pada studi program Doktor (S3) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Suatu hal yang sangat menarik adalah pertemuan antara kebudayaan global
(modernitas) yang didominasi oleh kebudyaan global (barat) yang didominasi
oleh kebudyaan barat dan kebudyaan local (tradisionalitas). Pertemuan kedua
arus kebudyaan tentu saja melahirkan sejumlah model adaptasi yang terjadi
dalam model adaptasi ini. Pertama model dominasi, Kedua adalah Model
integrasi, dan Model Resistensi.31
Jika diperhatikan secara saksama pada pelbagai hasil penelitian diatas, dapat
budaya literasi dan tentunya dukungan kebijakan pemerintah yang berpihak pada
bahwa penelitian ini lebih memfokuskan pada tiga tema Pendidikan, budaya
30
Irvan Mulliyadi, Evaliasi Layanan Informasi dan Perpustakaan (Cet. I; Alauddin University
Press: Makassar, 2011), h. 4.
31
Arifuddin Ismail, Agama Nelayan Pergumulan Islam dengan Budaya Lokal (Cet. I;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Juni 2012), h. 34-35.
30
literasi, dan Armada Pustaka Mandar. Sehingga pada bab-bab selanjutnya keitga
tradisional suku Mandar yang pada masa lalu digunakan sebagai perahu dagang,
namun sampai saat ini keberadaannya jarang ditemukan bahkan dianggap punah.
Menariknya dalam zaman modern ini, lahir ide membuat transformasi baru
membangkitkan kembali tradisi bahari suku Mandar dengan membuat langkah yang
prestise bagi pemuda di Polewali Mandar dan patut untuk dijadikan inspirasi dan
1. Tujuan Penelitian
Setiap karya ilmiah memiliki tujuan dan kegunaaan. Prof. Dr. Rukaesih A.
Maolani, M.Si dan Dr. Ucu Cahyana, M.Si. dalam buku Metodologi Penelitan
merupakan aspek yang saling memiliki hubungan, bahkan tujuan penelitianlah yang
32
Prof. Dr. Rukaesih A. Maolani, M.Si dan Dr. Ucu Cahyana, M.Si. Metodologi
Penelitian Pendidkan (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 166.
31
bab. Informasi spesifik mengenai tujuan penelitian ini, dapat diperhatikan sebagai
berikut :
Pustaka Mandar;
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
budaya literasi;
budaya literasi;
Islam;
b. Kegunaan Praktis