Anda di halaman 1dari 2

Alur film :

The Trial Of Chicago 7 merupakan film yang diangkat dari kisah nyata. Film ini
berlatar pada tahun 1968, Amerika. Awal film ini menceritakan suasana di persidangan, di
mana persidangan tersebut membahas aksi yang dilakukan oleh 7 pemuda yang dinilai
melakukan kekerasan, pemberontakan, dan sebagainya. Secara garis besar, film ini
menceritakan tentang kejadian yang mecoreng sistem hokum atau peradilan di Amerika pada
saat itu, yang terkesan bias sedari awal, dan tidak benar-benar menjunjung hukum. Hal ini
juga terlihat dari awal film , bahwa pihak pengadilan tidak memberikan pria kulit hitam untuk
memberikan kesaksiannya.

Secara garis besar, film ini mengangkat kisah nyata delapan aktivis anti-perang
Vietnam. Tokoh yang dijuluki Chicago 7 ini merupakan pemimpin tiga kelompok berbeda
yang menggelar demonstrasi menjelang konvensi Partai Demokrat di Chicago pada 1968.
Apabila ditilik dari sisi psikologi sosial, kelompok ini terjadi karena adanya faktor kesamaan
visi dan misi. Dan dari perkumpulan orang-orang yang memilki kesamaan ini termasuk ke
dalam Category, yaitu kelompok yang terjadi karena adanya persamaan persepsi orang yang
dianggap mirip satu sama lain. Secara garis besar, film ini merujuk pada teori psikologi sosial
tentang kelompok, terkhususnya Category. Sebagaimana para 8 pemuda yang dianggap
sekelompok orang yang melakukan aksi pemberontakan oleh pengadilan, hingga adegan-
adegan di mana sekumpulan orang-orang yang berkumpul untuk menyuarakan kesamaan
pikiran dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun salah satu karakteristik kelompok yang paling
menonjol adalah bagaimana mereka saling bergantung satu sama lain (symmetric
interdependence). Dari kelompok inilah, muncul aspirasi-aspirasi yang ingin disuarakan
melalui sebuah aksi unjuk rasa atau demonstrasi.

Berawal damai, aksi yang dipimpin Chicago 7 berakhir ricuh dengan drama baku
hantam antara kepolisian dan demonstran. Pemerintahan kala itu tak menggugat Chicago 7
karena penyelidikan menunjukkan kericuhan memang bermula dari tindakan kepolisian.
Namun, hal ini tiba-tiba berubah dan mengaggap bahwa Chicago 7 memiliki peran penting
dalam kericuhan yang terjadi. Adapun dari adegan demonstrasi ini, dapat diambil sebagai
salah satu contoh kelompok corelative, atau kelompok yang berisikan individu dengan jumlah
yang relative besar. Berkaca dari teori konformitas, drama baku hantam antara pihak
kepolisian dan demonstran merupakan hal yang tidak dapat dihindari, sebagaimana
pernyataan Asch (1951) bahwa : “semakin besar suatu kelompok, maka semakin besar pula
kemungkinan konformitas terjadi” . Adapun pengertian dari konformitas itu sendiri adalah
perubahan perilaku dalam sebuah respon agar tingkah laku mereka sesuai dengan norma yang
ada. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang terjadi pada aksi demonstrasi, di mana
semakin banyak para demonstran yang berpartisipasi, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadi kericuhan yang seharusnya dihindari. Selain itu, hal ini juga didorong oleh aksi para
polisi yang menyerang para demonstran sehingga memperkeruh suasana.

Tuduhan Chicago 7 atas tuduhan konspirasi menerobos batas daerah untuk memicu
kerusuhan tentu saja tidak sesuai denngan kenyataan yang ada. Bagaimanapun, hal yang
diinginkan oleh para pemuda ini adalah dapat memberikan suara dan pendapat mereka secara
damai, tanpa ada pihak yang terluka. Sidang demi siding berlalu, namun hasil siding selalu
menunjukkan keambiguan dan yterus-menerus ditunda karena hakim yang terlalu……
Akhirnya pada 1969, salah satu pengadilan yang disebut-sebut paling politis dan kotor
sepanjang sejarah Amerika Serikat itu pun digelar.

Di dalam suasana persidangan, hakim yang memimpin terkesan mendiskriminasi pria


kulit hitam. Hal ini terlihat ketika pria kulit hitam mencoba memberikan kesaksian dan tersu
menerus ditoloak oleh hakim tersebut. Apabila ditilik dari sudut pandang psikologi, penyebab
terbatasya pria kulit hitam untuk menyuarakan haknya adalah karea ia merupakan bagian dari
minoritas. Minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa,
suku bangsa, agama, atau bahasa tertetu yang berbeda dari mayoritas penduduk. Karena
Amerika adalah tempat tinggal untuk masyarakat yang mayoritas berkulit putih, maka pria
berkulit hitam itu disebut minoritas. Dari keadaan minoritas inilah ia mengalami banyak
kesulitan. Mulai dari ditolaknya ia untuk memberikan kesaksian, hingga terbunuhnya teman
dekat Bobby Seale, Fred Hamptomp. Sehingga dapat dikatakan kelompok minoritas memiliki
keterbatasan dan kekuasaan serta control yang lemah terhadap kehidupannya sendiri
dibanding anggota-anggota kelompok mayoritas.
Menurut Brehm & Kassim (1994), loyalitas terhadap kelompok, demikian juga terhadap
prasangka rasial lebih intens pada kelompok minoritas daripada kelompok mayoritas karea
identitas sosial mereka selalu terancam oleh kelompok mayoritas.

Yang berperan menjadi mayoritas di sini adalah warga Amerika itu sendiri, yaitu
masyarakat berkulit putih. Dengan dipegangnya persidangan oleh seorang hakim berkulit
putih, maka dapat disaksikan terdapat kesenjangan penerimaan hak terhadap terdakwa kulit
putih (7 pemuda Chicago) dengan Bobby Seale. Selain itu, di awal film, terdapat adegan
bahwa Bobby Seale melakukan aksi pemberontakan bersama 7 pemuda Chicago yang tentu
saja merugikan vonis terhadap Bobby Seale terhadap perilaku yang sebenarnya bukan ia
pelakunya.

Anda mungkin juga menyukai