MUTU
DAN
KEAMANAN PANGAN
DI SUSUN OLEH
ANDI SUKAINAH
DYAHWATIH
AMIRUDDIN
EKA PUTRI
KEGIATAN BELAJAR 4
UJI KIMIA DAN UJI MIKROBIOLOGI BAHAN PANGAN
A. Capaian Pembelajaran :
1. Guru mampu melaksanakan uji kimia bahan pangan
2. Guru mampu melaksanakan pengujian mikrobiologis
B. Sub Capaian :
1. Guru mampu melaksanakan pengujian Mutu bahan pangan
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, kadar air, dan
kadar abu)
2. Merinci kebutuhan peralatan laboratorium dasar mutu
3. Menetapkan kebutuhan peralatan laboratorium dasar mutu
4. Guru mampu melaksanakan pengujian mikrobiologis pada bahan
pangan
C. Pokok-pokok materi :
1. Analisis karbohidrat
2. Analisis Protein
3. Analisis Lemak
4. Analisis vitamin dan Mineral
5. Analisa kadar Abu dan Kadar Air
6. Analisa Iodat dan Bahan Beracun
7. peralatan laboratorium dasar mutu
8. Analisis Mikrobiologis
Tes Kualitatif
1. Tes Molisch
Tes ini memberikan reaksi positif terhadap semua karbohidrat, baik yang
bebas maupun yang terikat dalam senyawa, asal senyawa tersebut dapat
membentuk furfural dengan senyawa H2SO4 pekat. Lingkaran-lingkaran ungu yang
terjadi diperkirakan merupakan hasil kondensasi dari furfural dengan α-naftol yaitu
terbentuknya asam-asam keton aldonat. Bila terjadi lingkaran hijau adalah akibat
pengaruh H2SO4 terhadap α-naftol, yaitu terbentuknya 2-keto aldonic acid. Hal
ini tidak berpengaruh dalam tes.
Cara kerja :
- Ambil 1 gr contoh padat (I ml contoh air), encerkan dengan aquades dalam labu
ukur 100 ml, kocok hingga homogen (larutan contoh 1 %)
- Masukkan 5 ml sampel ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 2 tetes larutan molisch
- Kemudian tambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung
- Amati perubahan yang terjadi (test tersebut positif bila terjadi lingkaran ungu)
2. Tes Benedict
Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya gugus pereduksi dalam
karbohidrat. Apabila terdapat gugus pereduksi, ion Cu++ pereaksi akan menjadi ion
Cu+ atau Cu. Peristiwa ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah atau warna
larutan akan berubah menjadi warna karat. Tes lain yang menggunakan dasar
serupa adalah tes fehling, hanya saja pereaksi pada tes ini kurang sensitif jika
dibanding tes benedict.
Cara kerja :
- Ambil 1 ml larutan sampel kedalam tabung reaksi
- Tambahkan 5 ml reagen benedict
- Kocok dalam penangas air selama 2 menit
- Catat perubahan yang terjadi.
3. Tes Barfoed
Uji ini agak berbeda dengan uji-uji yang yang didasarkan pada reduksi
Cu2+ sebelumnya, karena dilakukan dalam suasana asam. Pereaksi pada uji ini
tidak tereduksi oleh gula-gula disakrida (misalnya laktosa dan maltosa), oleh
karenanya uji ini berguna untuk membedakan monosakarida dari polisakarida.
Cara kerja :
Campurkan 5 ml pereaksi dengan 1 ml larutan sampel karbohidrat yang hendak diuji.
Masukan kedalam penangas air yang mendidih selam 3 – 4 menit. Periksa akan
terbentuknya endapan merah Cu-oksida.
4. Tes Bial
Tes bial ini digunakan untuk mengetahui adanya gugus pentosa dalam karbohidrat.
Hasil yang positif ditunjukan dengan warna hijau terang yang timbulnya mendadak.
Cara kerja :
- Didihkan 5 ml reagen orsinol, angkat dari nyala api.
- Tambahkan beberapa tetes larutan sampel secara hati-hati
- Catat perubahan yang terjadi.
5. Tes Seliwanoff
ini menditeksi suatu ketose. Apabila suatu larutan ketose dipanaskan
dengan larutan HCl pekat, akan terbentuk senyawa levulinic asam dan hidroksimetil
furfural. Senyawa ini akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa
kompleks yang berwarna merah. Senyawa aldose memberikan warna merah lebih
lambat.
Cara kerja :
Ambil 5 ml reagen masukan dalam tabung reaksi. Tambahkan kedalam tabung
reaksi beberapa tetes larutan sampel. Panaskan larutan tersebut kedalam penangas
air. Amati perubahan yang terjadi, catat waktu yang diperlukan.
6. Tes Iodine
Tes ini dimaksudkan untuk uji polisakarida. Uji ini didasarkan pada reaksi antara
iodine dan polisakarida untuk membentuk suatu kompleks pati-iod yang berwarna
biru kehitaman. Pati serta hampir semua dekstrin, amilodekstrin dan glikogen
menunjukan hasil yang positif. Perbedaan warna yang ditimbulkan dapat dibedakan
antara amilose dan amilopektin.
Cara kerja :
Tempatkan kedalam tiap tabung reaksi larutan sampel karbohidrat sebanyak 2 ml
dengan 3 tetes larutan pereaksi. Lihat perubahan warna bagi molekul makro yang
tidak bercabang (amilose), akan memberikan warna biru. Sedang bagi molekul
makro bercabang (amilopektin) akan memberikan warna hitam kemerahan.
Tes Kuantitatif
Cara kerja :
1. Timbang 10 mg gula standard, larutkan kedalam aquadest sampai 100 ml.
2. Sediakan 5 labu ukuran 100 ml, masukan dalam tiap labu larutan (1) masing-
masing 2, 4, 6, 8, 10 ml. tambahkan aquadest sampai 100 ml aquadest dalam
tiap labu.
3. Sediakan 6 tabung reaksi, pipet 1 ml larutan dalam tiap labu dan masukan dalam
tabung, sisa tabung diisi dengan aquadest sampai blanko.
4. Tambahkan dalam tiap-tiap tabung 1 ml regen nelson. Reagen nelson dibuat
dengan mencampur nelson A dan B dengan perbandingan A : B = 25 : 1.
5. Panaskan semua tabung dengan air mendidih selama 20 menit. Kemudian
dinginkan dengan gelas piala sehingga suhunya 25°C.
6. Tambahkan kedalam semua tabung masing-masing 1 ml arsenomolibdat, gojog
sehingga endapan yang timbul larut.
7. Tambahkan kedalam semua tabung masing-masing 7 ml aquadest, gojog.
Perikasa adsorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
8. Buat kurva standardnya.
2. ANALISA PROTEIN
Asam amino adalah senyawa organik yang paling sedikit mengandung satu
gugus amina (NH2) dan satu gugus karboksil (COOH), dimana gugus aminanya
terikat pada atom karbon dari rantai asam asam karboksilat. Kedua gugus tersebut
merupakan gugus fungsional dari asam amino.
Adanya gugus fungsional tersebut menyebabkan asam amino memiliki sifat
amfotir dan membentuk struktur ion polar atau zwitter ion. Keadaan ini menyebabkan
asam amino mempunyai titik lebur tinggi, tidak larut dalam pelarut non polar,
sebaliknya mudah larut dalam pelarut polar.
Dari hasil hidrolisis protein secara sempurna dihasilkan 20 macam asam
amino. Beberapa diantara ke-20 macam asam amino merupakan asam amino
esensial. Selain asam amino, didapat pula asam amino yang memiliki berbagai
fungsi antara lain : sebagai koenzim A, sebagai hormon dll. Sifat-sifat asam amino
ditentukan oleh gugus fungsional yang dimilikinya.
Protein terdapat ditiap organisme, baik mikro maupun makro-organisme dan
merupakan seyawa makro molekuler dengan BM yang besar (5000-25000). Protein
merupakan bentuk polimer dari asam amino. Tiap asam amino bergandengan
dengan ketiga yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino yang satu dengan
gugus amina dari asam amino berikutnya, membentuk rantai panjang yang disebut
polipeptida.
Komposisi sebagian besar protein terdiri dari unsur – unsur pit (50-55%), H
(6-7%), O (19-24%), N (13-19%), dan sejumlah unsur-unsur lain (S, P, Fe, Mn, I, Cu,
Zn, dll.). Protein digambarkan sebagai komponen yang paling reaktif diantara
komponen-komponen bahan pangan. Senyawa ini dapat bereaksi dengan gula-gula.
Tes Kualitatif
Reagen :
HNO3 pekat, NH4OH atau NaOH 0,1 N
Alat :
pipet ukur, tabung reaksi, pipet tetes, Bunsen, penjepit tabung, labu ukur 50 ml,
Erlenmeyer, karet penghisap
Bahan :
Larutan contoh, aquades.
Cara kerja :
Ambil 2-3 ml larutan contoh dalam tabung reaksi, tambahkan 1 ml HNO3 pekat.
Amati perubahan yang terjadi. Dinginkan tabung reaksi dan perlahan-lahan
tambahkan NH4OH atau NaOH secara berlebih.
2. Uji Biuret
suasana basa, Cu2+ bereaksi dengan protein membentuk senyawa
kompleks (berwarna violet) yang terjadi dari Cu dan N dari molekul ikatan peptida
dan O dari H2O. Reaksi ini dapat berlangsung baik pada senyawa-senyawa yang
mengandung dua gugus CH2NH2, -C(NH)NH2 dan –CONH2.
Asam-asam amino tidak menunjukkan adanya reaksi dengan biuret,
sehingga reaksi biuret dapat dipakai untuk menunjukan bilamana hidrolisis protein
telah selesai. Reaksi ini sangat terganggu oleh adanya garam amonium yang
berlebihan, karena amonium akan bereaksi dengan Cu2+ menjadi Cu (OH)2 dan
bisa juga membentuk Cu (NH3)42+ akibat amonium berlebih, membentuk warna biru
tua.
Reagen :
NaOH 10 %, CuSO4 1%
Alat :
pipet ukur, tabung reaksi, pipet tetes.
Bahan :
Larutan contoh, aquades.
Cara kerja :
Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi, tambahkan 10% NaOH
sebanyak 3 ml, kocok homogen dan tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 1 % sambil
dikocok perlahan-lahan. Amati perubahan yang terjadi.
3. Uji Ninhydrin.
Uji ini digunakan untuk mengetahui keberadaan asam amino secara umum.
Penambahan larutan ninhydrin dalam suatu contoh yang mengandung asam amino
akan menghasilkan perubahan warna biru pada larutan, kecuali prolin dan OH-prolin
menghasilkan larutan berwarna kuning.
Reagen :
Larutan ninhydrin (1% triketohydrindehidrat), NaOH 0,1N, asam asetat 0,1N.)
Alat :
pH-meter, tabung reaksi, erlenmeyer 100 ml, pipet tetes, pipet ukur, bunsen, gelas
piala, labu ukur.
Bahan :
Larutan contoh, aquades.
Cara kerja :
Masukkan 5 ml larutan contoh yang telah diatur ph-nya menjadi ph 5 dan 7 kedalam
tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml larutan ninhydrin, panaskan sampai mendidih dan
dinginkan. Amati perubahan warna yang terjadi. Tes disebut positif bila timbul warna
biru.
4. Pengaruh Asam Kuat Dan Alkali Serta Pengendapan Protein.
Reagen :
HNO3 pekat, NH4OH pekat, HCl pekat, asam asetat pekat, NaOH pekat, TCA 1%,
asam pikrat jenuh, larutan ferrocyanide 4%
Alat :
tabung reaksi, pipet tetes, erlenmeyer 100 ml.
Bahan :
contoh bahan, aquades.
Cara kerja :
Siapkan 7 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml reagen-reagen seperti
tercantum diatas. Tambahkan secara perlahan-lahan larutan contoh melalui pipet
sampai terjadi perubahan (endapan). Kocok tabung reaksi secara hati-hati dan amati
yang terjadi.
4. Pengendapan Protein
Prinsip :
Protein akan mengalami pengendapan bila ditambahkan dengan TCA (Tri Chlor
Acid ) dan asam pikrat.
Cara kerja :
Ambil 2 ml bahan, masukkan kedalam tabung reaksi. Masukkan ke dalam tabung
asam pikrat jenuh, tetesi setetes–setettes dengan menggunakan TCA 1% dan amati
yang terjadi.
Reaksi Warna
1. Percobaan Kadar N
Cara kerja :
Kapur natron (campuran NaOH dan Ca(OH)2) dalam tabung reaksi di tambahkan
larutan bahan. Dipanaskan, akan keluar amoniak, lakmus merah yang dibasahi akan
menjadi biru.
Cara kerja :
1. Kertas sering ditandai dengan jarak 3 cm dari ujung bawah, kemudian diberi
tanda dengan titik sebagai tanda zat yang akan diperiksa. Kemudian dari titik
tersebut diukur 15 cm dan ditandai.
2. Zat-zat ditotolkan pada titik tanda. Ingat : jumlah zat sekecil mungkin, kira-kira
10-50 mg
3. Sewaktu menotolkan, titik tidak boleh berdiameter lebih mm agar hasil
pemisahan menunjukkan bercak–bercak yang cukup jelas.
4. Larutan yang lama keringnya dapat dibantu dengan alat pengering (dryer).
Supaya diameter titik penotolannya tidak besar.
5. Kertas ini kemudian dicelupkan kedalam cairan 1-2 cm dari ujung bawah,
agar cairan itu (fase mobil) dapat diserap oleh serat-serat kertas sehingga
setelan menyentuh totolan , zat tersebut dapat ikut diserap dan dibawah
kertas sampai garis tertentu dalam waktu tertentu.
6. Setelah sampai pada batas yang ditentukan kertas diangkat dan dikeringkan
kemudian semprot dengan larutan nihhidrin.
7. Titik-titik yang mempunyai warna ungu dapat ditandai dengan lingkaran .
8. Bahan yang dianalisa di katakan positif jika sejajar dengan standar yang
dipakai dan dapat ditentukan dengan jenis asam aminonya.
9. Tes Kuantitatif
10. Penentuan Total Nitrogen, dengan Mikro Kjeldhal
Prinsip :
Bahan didestruksi dengan H2SO4 pekat. Nitrogen yang terdapat dalam bahan
kemudian berikatan dengan H2SO4membentuk (NH4)2SO4 pada tahap distilasi,
penambahan reagen NaOH-thio dan dengan adanya pemanasan akan
membebaskan NH3 dalam bentuk gas yang kemudian dikondensasikan dan di
tampung oleh asam borat menjadi amoniumborat. Titrasi dengan HCl akan
membebaskan kembali amonia yang kemudian berikatan dengan HCl membentuk
amonium klorida.
Alat :
Perangkat alat destruksi, alat destikasi, buret, erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur,
tiombang analitis.
Bahan :
H2SO4 pekat, NaOH-thio, tablet kjeldahl, indikator pp, asam borat 4%, indikator MR-
BCG, kertas lakmus, contoh bahan, aquades, HCl 0,02 N.
Cara Kerja :
1. Destruksi
Timbang 30 – 50 mg contoh bahan, masukkan ke dalam tabung Kjeldahl 50
ml, tambah dengan 0,5 gr tablet kjeldahl dan 2ml H2SO4 pekat. Panaskan selama 2
– 6 jam, sampai diperoleh larutan jernih dalam tabung, lalu dinginkan.
2. Distilasi
Tuang hasil destruksi ke dalam tabung distilasi. Tambahkan 5 ml aquades ke dalam
tabung Kjeldahl untuk mencuci sisa larutan. Bilas kembali tabung Kjeldahl sebanyak
3 kali menggunakan 5 ml aquades. Tambahkan 2 tetes indikator pp dengan reagen
NaOH-thio sampai suasana menjadi basa (larutan) berwarna merah muda.
Siapkan 5 ml asam borat 4 % yang telah diberi 4 tetes indikator MR-BCG dalam
erlenmeyer 125 ml. Pasang tabung distilasi, mulut dari distilling tube harus terendam
dalam asam borat. Distilat sudah tidak bersifat basa lagi (netral, uji dengan kertas
lakmus).
3. Titrasi
Hasil distilat dititrasi dengan 0,02 N HCl sampai tercapai warna merah muda.
(Blanko dibuat dengan mengganti contoh dengan aquades yang diperlukan sama
sebagaimana prosedur diatas).
Perhitungan :
𝑆 − 𝐵 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 14.008
%𝑁 = 𝑥100%
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Dimana :
S = ml titrasi contoh
B = ml titrasi blanko
N = Normalitas HCl
14.008 = Berat atom Nitrogen
Cara kerja :
1. Ambil 5 ml susu atau larutan protein dan encerkan sampai 100 ml dengan
aquadest.
2. Dari larutan diatas, ambil 5 ml dan tambahkan 10 ml larutan amido black dalam
tabung sentrifug 15 ml dan gojoglah. Diamkan selama 10 menit dan kemudian
disentrifuge (2500 rpm) selama 5 menit.
3. Ambil 3 ml supernatan dan encerkan menjadi 200 ml dalam labu ukur dan
bacalah optical dencity (OD) dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 615 nm.
4. Buatlah blanko dengan mengganti 5 ml larutan contoh dengan 5 ml aquadest.
5. Standarisasi spektrofotometer pada OD nol dengan aquadest dan bacalah OD
blanko (dengan kuvet). Harga OD terkoreksi (OD-OD blanko) dipakai untuk
menentukan kadar protein dengan membaca kurva standard.
Catatan :
Kurva standard dibuat dengan larutan protein murni atau larutan protein yang telah
diketahui kadar proteinnya dengan konsentrasi yang makin menaik, diperlukan
dengan prosedur diatas. Gambar kurva dibuat untuk menunjukan hubungan kadar
protein dengan OD-nya. (Untuk menghitung kadar protein mula-mula jangan lupa
masukan faktor pengenceran)
Cara kerja :
a. Timbang 1 gr bahan.
b. Mengencerkan bahan dengan aquadest sampai 50 ml. Menguapkan bahan
setelah ditambah aquadest dalam dandang sampai setengah bagian.
c. Ditambah dengan aquadest sampai 50 ml dan disaring.
d. Filtrat ditambah formalin 2 ml dan indikator pp 2 tetes.
e. Titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai berwarna merah jambu.
Perhitungan :
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑆 − 𝐵 𝑥 14.008
% 𝑁 𝐴𝑚𝑖𝑛𝑜 = 𝑥100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑆 𝑥 1000
3. ANALISA LEMAK
Secara kimiawi lemak termasuk dalam kelompok senyawa organik ester yang
terbentuk dari reaksi alkohol dengan asam organik komponen pembentuk lemak
pada umumnya terdiri dari satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul
asam lemak, di kenal sebagai trigliserida.
Asam lemak terdiri dari satu rantai hidrokarbon dengan terminal gugus
karboksil. Apabila seluruh Valensi karbon tidak terpenuhi, ikatan rangkap ini
menentukan beentuk asam lemak tidak jenuh. Jumlah dan letak ikatan rangkap ini
menentukan bentu asam lemak dan lebih jauh mempengaruhi pula sifat – sifat kimia
dan fisiknya.
Minyak/lemak pada umumnya memiliki titik didih tinggi, tidak larut dalam
pelarut polar, tetapi larut dalam pelarut organik ( eter, alkohol, kloform, benzena, dll).
Dengan pelarut lemak, maka lemak dapat diekstraksi dari jaringan hewan dan
tumbuhan. Hasil ekstrasi merupakan campuran kompleks.
Dalam keadaan murni, pada umumnya lemak tidak terasa, berwarna dan berbau.
Warna lemak/minyak yang terdapat di alam disebabkan oleh macam – macam
pigmen. Asam-asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam lemak mudah mengalami
kerusakan yang akan berpengaruh pada kualitas minyak secara keseluruhan.
Oksidasi asam lemak tak jenuh misalnya akan menghasilkan macam-macam zat
yang menyebabkan ketengikan (rancid). Zat tersebut tidak dicernakan oleh usus
diantaranya bersifat racun.
Tes Kualitatif
1. Penentuan Bilangan Penyabunan
Pengertian
Angka Penyabunan adalah banyaknya milogram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabun 1 gram lemak/minyak.
Prinsip
Penyabunan adalah hidrolisa suatu ester. Penyabunan minyak dilakukan dengan
menambahkan larutan KOH alkohol berlebihan. Kelebihan KOH dapat diketahui
melalui titrasi dengan standar asam (HCI).
Reagen
1. KOH alkohol ; 4% KOH dalam alkohol 95%
2. HCl 0,5 N
3. Indikator phenolphthalein
Cara kerja :
1. Timbang teliti 10 g minyak, masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan 50 ml KOH alkohol (gunakan buret) ke dalam erlenmeyer bahan
dan blanko.
3. Siapkan penangas air dan pendingin balik (Condensor).
4. Sambung erlenmeyer dengan pendingin balik, panaskan dalam penangas air
mendidih selama 30 menit (selama penyabunan, air dalam pendingin balik
harus tetap mengalir).
5. Dinginkan, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N dengan indikator PP 3 tetes
6. Titrasi sampai larutan berwarna merah muda
7. Blanko juga dititrasi sampai warna merah muda (dengan prosedur yang sama
dengan bahan).
8. Lakukan standarisasi HCl.
Perhitungan :
Pengertian :
Angka Iodium adalah banyaknya miligram Iodium yang diikat oleh 100 gr
minyak/lemak.
Prinsip :
Adisi Iodium kedalam ikatan rangkap minyak/lemak. Kelebihan Iodium ditentukan
secara Iodio metri.
Reagen :
1. Larutan Hanus Timbang 13,2 g iodium, larutkan dalam : l glasial acetic acid
panas. Tambahkan dengan hati-hati 2 ml larutan bromin. Aduk sampai
homogen.
2. Larutan Na2S2O3 0,1 N
3. Larutan Amilum 1 %
4. Chloroform
Cara kerja :
1. Timbang teliti 0.5 g minyak, masukan kedalam erlenmayer bertutup
2. Tambahkan 10 ml Chloroform, kocok
3. Tambahkan 25 ml larutan hanus (gunakan buret)
4. Tutup erlenmayer, biarkan 30 menit di tempat gelap sambil dikocok-kocok
perlahan-lahan
5. Tambahkan 10 ml larutan Kl 15 %
6. Cuci tutup erlenmayer dan dinding dalam labu erlenmayer dengan 50 ml H2O
bebas CO2 dingin
7. Tirasi dengan Na2S2O3 0.1 N sampai warna coklat muda, segera tambahkan
2 ml amilum 1 %
8. Tirasi diteruskan sampai warna biru gelap hilang (sebelum warna biru hilang,
erlenmayer ditutup dan dikocok kuat-kuat), lanjutkan tirasi sampai warna biru
hilang
9. Buat blanko dengan Prosedur yang sam, bahan diganti pelarut
10. Lakukan standarisasi Na2S2O3
Perhitungan :
Pengertian :
Angka asam adalah banyaknya mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan bebas,
yang terdapat dalam 1 gram minyak/lemak.
Prinsip :
Asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak/minyak dinetralkan oleh KOH
Reagen :
1. Alkohol 95 % (netral)
2. KOH 0.05 N
3. Indikator Phenolptalein (pp)
Cara kerja :
1. Timbang dengan teliti 10 gr minyak, masukan kedalam labu erlenmayer
2. Tambahkan 50 ml alkohol 95 % (netral)
3. Panaskan sampai mendidih dan biarkan mendidih sambil dikocok perlahan-lahan
4. Dinginkan dan tambah iandikator PP 3 – 4 tetes
5. Tirasi dengan KOH 0.05 N sampai warna nerah muda pucatyang tidak hilang
selama 20 – 30 detik
6. Lakukan standarisasi KOH
Perhitungan :
Reagen :
1. Pelarut = 60 % asam asetat + 40 % chloroform
2. KI jenuh
3. Larutan Na2S2O3 0.1 N
4. Amilum
Cara kerja :
1. Larutkan 5 g tepat minyak (jelantah) dalam 30 ml pelarut yang terdiri dari 60
5 asam aetat + 40 % chloroform dalam erlenmayer bertutup, kocok hingga
larut
2. Tambahkan 0.5 ml larutan KI jenuh
3. Diamkan 1 menit sambil kadang-kadang dikocok, tambahkan 30 ml H2O
4. Tirasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai warna coklat muda (kocok
dengan kuat). Tambahkan 1 ml indikator amilum 1 %. Campuran berubah
menjadi biru gelap
5. Teruskan tirasi sampai warna biru hilang
6. Lakukan Standarisasi Na2S2O3 0.1 N
Catatan :
Apabila titrasi kurang dari 0.5 ml, ulangi penentuan dengfan menggunakan larutan
Na2S2O3 0.1 N
Perhitungan :
Tes Kuantitatif
1. Penentuan Kadar Lemak Kasar (Crude Fat) Metode Soxhlet
Prinsip :
Lemak diekstrasi oleh eter atau chloroform, setelah eter diuapkan lemak ditentukan
secara gravimetri.
Reagen :
¯ Diethil eter anhidrous atau Kloroform.
Cara kerja :
1. Timbang dengan tepat labu minyak
2. Timbang bahan kering (10 g)
3. Masukan dalam timbel (bahan sebelumnya dibungkus dengan kertas saring
bebas lemak).
4. Masukan timbel kedalam soxhlet apparatus
5. Tambahkan diethyl eter anhidrous/choloroforn secukupnya 2x eter turun + 10-15
ml untuk merendam timbel)
6. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan soxhlet diatas penangas air selama 6
jam
7. Lepaskan labu lemak dari apparatus, uapkan eternya (hati-hati, jauhkan dari api
terbuka)
8. Panaskan labu lemak dalam oven pada suhu 100°C selama 2 jam
9. Dinginkan dalam desikator. Timbang dengan tepat beratnya.
Perhitungan :
Catatan :
Untuk bahan basah, perhitungan kadar lemak harus memperhitungkan kadar air
kadar tersebut.
Reagen :
1. Bahan contoh dihancurkan dengan campuran pelarut chloroform-etanol 2 : 1
selama beberapa menit. Untuk 2 gram bahan digunakan 40 ml pelarut
2. Homogenat yang diperoleh didiamkan beberapa menit
3. Kemudian disaring dalam erlenmayer bertutup 50 ml lewat kertas saring. Untuk
analisa kuantitatif perlu diketahui berat erlenmayer
4. Filtrat dicuci dengan menambahkan aquadest sebanyak 0.2 volume filtrat.
Gojag dan diamkan sampai 2 bagian cairan terpisah. Cairan (bagian) aquadest
dibuang, pencucian diulangi 3 kali dengan aquadest
5. Untuk menjadikan larutan homogen kembali, dilakukan penambahan sedikit
chloroform-etanol dan metanol secukupnya
6. Larutan yang diperoleh dikeringkan dalam oven dan ditimbang setelah
mendapat berat konstan.
Larut Lemak
Larut Air
Vitamin mempunyai sifat fisis dan kimia yang spesifik, maka cara analisanya
juga spesifik. Ada tiga cara analisa vitamin yaitu :
1. Cara Biologis, yaitu merupakan cara analisis yang mula-mula dilakukan
sebelum diketahui sifat-sifat fisik dan kimia dari suatu bahan makanan. Cara
ini dilakukan dengan menggunakan hewan-hewan percobaan untuk
mengetahui peranan vitamin dalam zat hidup
2. Cara Mikrobiologis, yaitu dengan menggunakan bakteri/yeast/jamur. Untuk itu
harus ditentukan jenis mikroba yang spesifik untuk pengujian satu jenis
bahan makanan tertentu. Bahan yang dianalisa harus dimurnikan dahulu dari
bahan lain yang kemungkinannya mempengaruhi aktivitas mikroba tersebut
3. Cara Kimiawi, cara ini dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik dan kimia vitamin,
lebih cepat dan murah dibanding cara yang lain. Namun demikian dengan
cara ini hanya dapat diketahui vitamin secara kuantitatif.
Untuk mendapatkan data yang lengkap tentang kualitas dan kuantitas vitamin sering
cara biologis dan kimiawi dilakukan bersama-sama.
Sebagai contoh analisis kadar vitamin dalam praktikum akan kita lakukan penentuan
kadar karoten dengan metode spektrofotometri dan penentuan kadar vitamin C
dengan titrasi iodium. Karena disamping murah, prosedurnya relatif mudah dilakukan
dan dapat manfaat terutama untukpengembangan teknologi pangan dalam
membantu mengatasi permasalahan pangan dan gizi.
Prosedur :
1. Hancurkan bahan yang ada dengan menggunakan mortar/waring blender
(jangan ditambah air)
2. Timbang 30 gr slurry (bahan yang sudah halus) dan masukan kedalam labu
seukuran 100 ml. tambahkan aquadest sampai tanda batas
3. Saring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtratnya.
4. Pipet 20 ml filtrat dan masukan ke dalam erlenmayer. Tambahkan 2 ml amilum
1 % ( jika warna filtrat terlalu pekat, lakukan pengenceran dengan aquadest)
5. Titrasi dengan menggunakan larutan iodium 0.01 N sampai titik akhir titrasi (
ditandai dengan terjadinya berubahan warna)
Perhitungan
P = Pengenceran
Prinsip :
Ekstrasi Karoten dengan menggunakan pelarut lemak yang di lanjutkan dengan
pembacaan menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 450 nm.
Reagen :
1. Petrolium Benzena
2. Aseton
3. Natrium sulfat (Na2SO4)
Prosedur :
1. Timbang 0,5 gram contoh yang telah dihancurkan. Masukan ke dalam tabung
reaksi.
2. Tambahkan 5 ml petrolium benzena dan 5 ml aseton, lakukan ekstrasi
dengan menggunakan Vortex mixer. Tuangkan supernatan (cairan bening
dari sampel) ke dalam tabung sentrifuge.
3. Lakukan ekstrasi (seperti prosedur no. 2) pada filtrat yang masih tertinggal.
(Ekstrasi dilakukan 3x, sehingga diperoleh supernatan pada 3 tabung
sentrifuge ).
4. Sentrifuge hasil ekstrasi yang ada pada tabung sentrifuge selama 2 menit
pada 600 rpm.
5. Tuangkan hasil sentrifuge tersebut ke dalam satu corong pemisah.
6. Tambahkan 25 ml aquades ke dalam corong pemisah, kemudian gojog (
corong pemisah jangan di tutup ) keluarkan aquades dari corong pemisah.
Ulangi prosedur no. 6 sekali lagi.
7. Tampung hasilnya dalam tabung reaksi yang telah berisi 0,5 gram Na2SO4.
kemudian gojog . ambil 1 ml larutan ini, masukan kedalam kuvet spektro dan
tambahkan 9 ml petrolium benzena.
8. Baca absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm.
Perhitungan :
!!!
Total karoten (S1)= 𝑥 0.33
!.!" ! ! !"#$%&
A = Absorbansi
V = volume larutan dalam kuvet (ml)
MINERAL
Mineral merupakan salah satu dari zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,
meskipun dalam jumlah sedikit namun sangat penting bagi tubuh. Sumber mineral
bagi manusia didapat dari bahhn makanan, yang dalam analisa bahan makanan
tertinggal sebagai abu, yaitu sisia yang tertiggal bila suatu salmpel bahan makan
dibakar sempurna dalam suatu tungku.
Mineral yang teerdapat dalam suatu bahan makanan dapat merupakan dua
macam garam yaitu garam organik dan anorganik. Selain kedua garam tersebut,
kadang berbentuk dsebagai senyawaan kompleks yang bersifat organis. Penentuan
mineral dalam bahan hasil pertanian dapat dibedakan dalam dua tahapan, yaitu :
penentuan abu dan penentuan individu komponen. Sebagai contoh penentuan kadar
mineral dalam percobaan akan kita lakukan penentuan kadar calsium.
1. Penentuan Kadar Kalsium Dengan Metode Titrasi KMnO4
Prinsip :
Kalsium dapat sditetapkan dengan cara titrasi oleh KMnO4 sebagai calsium oksalat
setelah dilarutkan oleh asam sulfat. Dengan mengetahui banyaknya KMnO4 yang
dipakai, maka kadar Ca pada contoh daopat diketahui.
Reagen :
1. HCl pekat
2. aquabidest
3. BCG 0.2 %
4. Na asetat 20 %
5. Asam oksalat 3 %
6. Amoniak 1 : 50
7. H2SO4 1 : 25
8. KMnO4 0.05 N
Prosedur :
1. Timbang sejumlah cuplikan yang nmengandung lebih kurang 1 mg besi
dengan teliti dalam kurs porselin
2. Arangkan perlahan-lahan dengan api kecil
3. Abukan sampai bebas arang pada suhu kurang lebih 550 °C
4. Tambahkan 5 – 10 ml HCl 6 N dan keringkan diatas penangas air
5. Tambahkan 15 HCl 3 N Panaskan diatas lempeng paemanas sampai mulai
mendidih
6. Dinginkan, setyelah dingin saring kedalam labu terukur 100 ml
7. Kedalam kurs tambahkan 10 ml HCL 3 N panaskan smpai mulai mendidih
8. Dinginkan dan cairan ditambahkan kedalam labu terukur diatas
9. Bilas kurs dengan air dan air bilasn ditambahkan kedlam labu terukur sampai
pada batas. (A)
Cara penetapan :
1. Pipet 5 ml larutan A; 3 ml, 4 ml, 5 ml, 7 ml, dan 9 ml larutan B. masukan
kedalam gelas piala 50 ml
2. tambahkan masing-masing gelas piala berturut-turut 1 ml larutan hidrokuinon 1
%, 2 ml larutan O-fenantrolin 0.25 % dan 3 tetes indikator biru brom fenol
3. Atur pH larutan menjadi 3.5 dengan menambah larutan asam sitrat 25 %
4. pindahkan larutan kedalam labu terukur 25 ml
5. Bilas gelas piala dengan air dan air bialsan ditambahkan kedalam labu terukur
dan 6. tambahkan air sampai tanda batas
7. simpan pada suhu 20 °C tidak lebih dari 2 jam
8. ukur masing serapan pada panjang gelombang 510 nm
sebagai blanko, digunakan larutan tanpa cuplikan yang diperlukan sama dengan
larutan uji
Kadar Besi Dalam 100 Gr Cuplikan adalah
!"" !""
Besi= 𝐵 𝑥 𝑥
! !"
Keterangan :
B = Bobot besi dalam mg yang didapat
V = Volume larutan uji yang dipipet
Bu = Bobot cuplikan yang ditimbang
Reagen :
1. HCl 6 N
2. HCl 3 N
Prosedur :
Larutan uji
1. timbang secara teliti sejumlah cuplikan setara lebih kurang 100 ml fosfor
didalam kurs
2. arangkan dengan api kecil
3. abukan didalam muffel sampai bebas arang sampai suhu 550 °C
4. tambahkan 5 – 10 ml HCl 6 N dan keringkan diatang penangas air
5. tanbahkan 15 ml HCl 3N dan panaskan diatas lempeng pemanas sampai mulai
mendidih
6. dinginkan dan saring kedalam labu terukur 100 ml
7. kedalam kurs ditambahlagi 10 ml HCl 3 N panaskan
8. dinginkan dandidinginkan kemudina tambahkan kedalam labu terukur
9. bilas kursair, dan bilasan ditambahkan kedalam labu terukur dan tambahair
sampai tanda batas.(A)
Larutan baku
1. timbang 0.286 gr kalium dihidrogen fosfst yang telah dikeringkan selama 2 jam
pada suhu 105 °C
2. larutkan dalam 100 ml air (B)
Cara penetapan :
1. pipet larutan A sebanyak 2 ml ; 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml larutan B,
masukan kedalam 6 labu terukur 100 ml yang berbeda
2. tambahkan air 50 – 60 ml dan dibasahkan dengan beberapa tetes amonia
pekat dan diasamkan dengan nitrat (1 : 2)
3. tambahkan 25 ml pereaksi Vanadat-molibdat dan encerkan sampai tanda,
dicampur dan didiamkan selama 10 menit
4. ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang lebih kurang
470 nm
5. sebagai blanko, digunakan larutan tanpa cuplikan yang diperlukan sama seperti
larutan uji
Keterangan :
B = Bobot fosfor dalam mg yang didapat
V = Volume larutan uji yang dipipet
Bu = Bobot cuplikan yang ditimbang
b–c
b–c
Keterangan :
a = berat botol timbang
b = berat botol timbang + sampel (bahan) awal
c = berat botol timbang + sampel (bahan) setelah dikeringkan
d–a
Keterangan :
a = berat kurs porselin
c = berat kurs porselin + sampel (bahan) setelah dikeringkan
d = berat kurs porselin + abu
Reaksi :
¯ KIO3 + 5KI + 6HCl ——> 6KCI + 3I2 + 3 H2O
¯ I2 + 2Na2S2O3 ———-> 2NaI + Na2S4O6
¯ I2 + larutan amilum ( kanji ) menghasilkan warna biru
¯ Warna biru akan hilang jika larutan dititrasi dengan larutan Na2S2O3
Bahan :
¯ Larutan KIO3 0,005 N
¯ Larutan Na2S2O3 0,005 N
¯ Na CI p.a.
¯ Larutan H3PO4 85%
¯ Larutan kanji
¯ Kalium Iodida
Cara kerja :
1. Pembuatan larutan standar primer KIO3
Timbang dengan teliti 21,3 gram KIO3 p.a. Larutkan sampai volume 1000 ml
dalam labu takar. Larutan ini normalitasnya 0.1 N. Untuk membuat larutan 0,005 N,
3. ambil 50 ml dengan pipet gondok masukkan kedalam labu takar 1000 ml. 4.
tambahkan aquades sampai tepat pada garis batas.
Perhitungan
Standirisasi larutan thio-sulfat 0,005 N dimaksudkan untuk mencari equivalensi
larutan thio-sulfat terhadap KIO3.
Langkah 1 :
Larutan 0,005 N KIO3
= 21,3 x 50/1000 gram KIO3/ml
= 1,065 ml gram/ml
Langkah 2 :
5 ml larutan 0,005 N KIO3
= 5 x 1,065
= 5,325 ml gram KIO3.
Langkah 3 :
Larutan Na2S2O3 yang dipakai untuk titrasi = A ml equivelen Thio Sulfat.
= 5,325/A (ml gram KIO3/ml thio-sulfat )
!
Kadar KIO3 dlm contoh = 213
!
Bahan :
¯ Saus tomat
¯ Benang wool
¯ HCl pekat
¯ NaOH 2 %
¯ H2SO4 pekat
¯ HCl encer (1+9)
¯ NaOH 10 %
¯ NH4OH 12 %
¯ Eter
¯ Asam asetat 0,5 %
¯ NaOH 0,5 %
Cara kerja :
Cara 1
¯ Larutan 1 sendok kecil saos tomat dalam air 30 ml, asamkam dengan HCl. Jika
perlu saring dan tampung dalam gelas piala.
¯ Masukkan benang wool ( kurang lebih 20 cm ) didihkan selama 30 menit.
¯ Angkat benang wool dan cuci dengan air dingin
¯ Keringkan dan potong menjadi 4 bagian
¯ Uji masing-masing dengan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10 % dan NH4OH
12 % amati perubahan warna dan catat
Cara 2
¯ Larutkan 1 sendok kecil saos tomat dalam 24 ml air
¯ Basahkan dengan 5 ml NaOH 10 %. Jika ada zat yang tidak larut ambil contoh
yang sama, didihkan dengan NaOH 2 % selama 1 menit kemudian saring
¯ Ekstraksi larutan atau filtrat dengan 30 ml eter. Jika perlu cuci ekstrak dengan
0,5 % pisahkan dengan corong pemisah
¯ Asamkan dengan 10 ml asam asetat
¯ Uji dengan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10 % dan NH4OH 12 %
¯ Amati perubahan warna yang terjadi.
Secara Kuantitatif
¯ Timbang 10 – 20 gr sampel yang sudah ditumbuk halus ( 20 mes ), tambahkan
100 ml aquades dalam labu kejeldal dan menserasikan selama 2 jam
¯ Kemudian tambahkan lagi 100 ml aquades dan distilasi dengan uap (stem
distilation). Distilat dityampung dalam erlen meyer yang sudah diisi dengan 20
ml 0,02 N AgNO3 dan 1 ml HN3.
¯ Setelah distilat mencapai 150 ml, distilat dihentikan. Distilat kemudian disaring
dengan krusgooch, endapan yang mungkin ada dicuci dengan air.
¯ Kelebihan AgNO3 dalam distilat dititrasi dengan K-tiosianat memakai indikator
ferri.
1 ml AgNO3 = 0,54 HCN
Berat HCN = 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑐𝑡ℎ 𝑥 20 𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑋 0,54 𝑚𝑔
Sumber : https://medicom.co.id/products/pipet-tetes-kaca-pendek-
onemed-box-isi-100pcs
l. Corong gelas
Secara umum alat ini terbagi menjadi dua jenis yaitu corong yang
menggunakan karet atau plastik dan corong yang menggunakan
gelas. Bagian dari corong terdiri dari mulut dan batang corong.
Corong Gelas juga memiliki ukuran dari terkecil hingga terbesar
Panjangnya sesuai dengan diameter atas corong, ukuran diameter 50,
75, 100, 150, dan 200 mm, sehingga dalam prakteknya dapat dengan
mudah memasukkan cairan ke dalam wadah yang digunakan untuk
praktek.
Fungsi Corong Gelas
Sumber : http://www.labsmk.com/2017/01/fungsi-corong-kaca.html
m. Automatic disgestion unit
Kejaldahl Digestion Unit adalah alat untuk menganalisis nitrogen dan
tekad protein, dengan blok pemanas alumunium yang memiliki
homogenitas termal yang sangat baik dengan suhu kerja maksimum
450oC.
Sumber : http://www.labdepotinc.com/c-96-hot-plates.php
g. Corong
h. Bola karet
Sumber : http://ekadarmachem.blogspot.com/2017/03/alat-alat-
laboratorium-kimia.html
6. Peralatan analisa kadar serat
a. Crussible
b. Gelas kimia 500ml
c. Erlenmeyer
d. Kertas saring
e. Gelas piala/gelas beaker
Alat ini terbuat dari kaca umumnya kaca borosilikat ataupun dari plastik
yang digunakan untuk menampung zat kimia yang korosif seperti asam
atau zat-zat lainnya yang sangat reaktif biasanya terbuat dari PTFE
ataupun bahan-bahan yang reaktivitasnya rendah.
Gelas Beaker dapat ditutup dengan kaca pengamat untuk mencegah
kontaminasi dan penyusutan zat. Alat ini seringkali ditandai dengan
ukuran pada sisi Beaker. Sebagai contoh, Beaker dengan volume 250
mL ditandai dengan garis-garis yang mengindikasikan volume zat
tertampung sebesar 50, 100, 150, 200, dan 250 mL. Keakuratan
ukuran ini sangat bervariasi.
Fungsi Gelas Beaker
a) Untuk mengukur volume larutan atau bahan yang tidak
membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
b) Sebagai wadah untuk menyimpan dan membuat larutan.
c) Sebagai wadah untuk memanaskan bahan diatas hot plate,
khusus untuk beker glass yang terbuat dari kaca borosilat
d) Gelas Beaker biasa digunakan untuk tempat mencampur,
memanaskan cairan, mereaksikan bahan, dan membawa sampel
cair atau padat.
e) Gelas beaker juga digunakan untuk menampung cairan titrasi dan
filtrat hasil penyaring
Sumber : http://www.labsmk.com/2017/01/fungsi-gelas-piala-
beaker.html
f. Spatula
g. Neraca analitik
h. Oven
i. Kaca arloji
Kaca Arloji adalah lempeng kaca, berbentuk lingkaran dan sedikit
cekung, digunakan oleh para ahli kimia untuk menguapkan cairan dan
menutup beaker selama percobaan. Kaca Arloji juga dapat digunakan
untuk menaruh zat padat pada saat ditimbang.
Sumber : http://ditya-garin.blogspot.com/2013/06/alatalat-
laboratorium.html
C. ANALISA MIKROBIOLOGIS
Pengujian mikrobiologi secara umum dilakukan untuk memenuhi suatu
kriteria mikrobiologi tertentu, baik yang ditetapkan secara wajib oleh pemerintah
(standard), persyaratan sukarela untu memenuhi suatu pedoman tertentu yang
dikeluarkan oleh pemerintah, asosiasi, perusahaan itu sendiri (guideline), atau pun
persyaratan wajib yang terkait dengan hubungan dengan suplier (specification).
Disamping nilai n dan c, sampling plan juga dilengkapi dengan m dan M. Nilai
m merupakan cerminan dari jumlah mikroorganisme pada produk apabila GMP/GHP
diterapkan dengan baik. Untuk pengujian patogen dalam sampling plan 2 kelas,
umumnya m adalah nol dengan suatu ukuran sampel tertentu, misalnya 25 g.
Dengan demikian maka ketiadaan patogen dalam sampel dapat diartikan sebagai
batas deteksi < 1 CFU per 25 g atau < 4 per 100 g produk. Jumlah bakteri dalam
keseluruhan lot tersebut dapat diperkirakan apabila standar deviasi atau keragaman
sampel diketahui. Dalam rencana sampling 3 kelas, m memiliki nilai tertentu
sementara M adalah jumlah bakteri yang dianggap tidak memenuhi syarat. Nilai M
dapat ditetapkan dari jumlah mikroorganisme pembusuk yang memberikan
penyimpangan (odor, misalnya), atau jumlah mikroorganisme dalam lingkungan yang
tidak dapat diterima berdasarkan data-data monitoring lingkungan, atau jumlah
patogen yang telah dari data keracunan telah dilaporkan dapat membahayakan
kesehatan.