BAB II
TRADISIONAL
dimiliki oleh setiap manusia perlu ada pengaturan, termasuk halnya dengan Hak
Property Rights (IPR) dan sebelumnya dikenal dengan istilah Hak Milik
Hak atas kekayaan intelektual terbagi atas dua kelompok besar yaitu:
• Paten (Patent)
14
Djulaeka, 2014, Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,Setara Press, Malang,
h. 2.
17
appelation of origin)
Hak Cipta sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, dimana Hak
1. Prinsip Keadilan
Pencipta sebuah karya atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil
dari kemampuan intelektualnya wajar memperoleh imbalan. Imbalan tersebut
dapat berupa materi ataupun bukan materi, seperti adanya rasa aman karena
dilindungi dan diakui atas hasil karyanya. Hukum memberikan perlindungan
tersebut demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak
dalam rangka kepentingannya tersebut, yang disebut dengan hak.
2. Prinsip Ekonomi
Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia. Maksudnya bahwa kepemilikan itu wajar karena
sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu suatu keharusan untuk
menunjang kehidupannya di masyarakat. Dengan demikian, Hak Kekayaan
Intelektual merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya. Dari kepemilikan
tersebut seseorang akan mendapatkan keuntungan, misalnya dalam bentuk
pembayaran royalty dan technical fee.
3. Prinsip Kebudayaan
Konsep bahwa karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk
memungkinkannya hidup. Selanjutnya, dari karya itu akan timbul suatu gerak
hidup yang menghasilkan lebih banyak karya lagi. Dengan konsepsi demikian
maka pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra sangat
besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban, dan martabat manusia.
Pengakuan atas kreasi, karya, karsa, dan cipta manusia yang dibakukan dalam
sistem Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan
dari perwujudan suasana yang diharapkan mampu membangkitkan semangat dan
minat untuk mendorong melahirkan ciptaan atau penemuan baru.
18
4. Prinsip Sosial
Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan yang
berdiri sendiri, terlepas dari manusia yang lain, tetapi hukum mengatur
kepentingan manusia sebagai warga masyarakat. Jadi manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain yang sama-sama terikat dalam satu ikatan
kemasyarakatan. Dengan demikian, hak apa pun yang diakui oleh hukum dan
diberikan kepada perseorangan , persekutuan, atau kesatuan lain, tidak boleh
diberikan untuk kepentingan perseorangan, persekutuan, atau kesatuan itu saja,
tetapi juga pemberian hak kepada perseorangan,persekutuan, dan kesatuan itu
diakui oleh hukum. Hal ini disebabkan dengan diberikannya hak tersebut kepada
perseorangan, persekutuan, ataupun kesatuan hukum itu, kepentingan seluruh
masyarakat akan terpenuhi.
Ide dasar sistem Hak Cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya
hanya berlaku pada Ciptaan yang telah mewujud secara khas sehingga dapat
dilihat, didengar atau dibaca. Dengan gambaran seperti itu menunjukkan bahwa
Hak Cipta mempunyai syarat substansif, yaitu originalitas, kreativitas, dan fiksasi.
Suatu karya dapat dikatakan memiliki unsur originalitas dan merupakan suatu
bentuk kreativitas jika merupakan hasil kreasi sendiri walaupun bisa saja
terinspirasi dari karya orang lain. Adapun elemen fiksasi mengandung maksud
suatu karya berhak mendapatkan Hak Cipta apabila telah tertuang dalam bentuk
15
Djumhana dan Djubaedillah, 2012, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 21.
19
Nomor 28 Tahun 2014 Hak Cipta, yaitu Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
ketentuan perundang-undangan.
28 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Undang- Undang Hak Cipta mengatur Hak
Cipta dan Hak Terkait. Hak yang tergolong ke dalam Hak terkait diatur dalam
16
Djumhana dan Djubaedillah, op.cit, h. 71
20
Hak Cipta.
Konvensi Berne
Konvensi Berne 1886, yaitu Convention for the Protection of Literary and
revisi, yaitu di Paris (1986), Berlin (1908), penyempurnaan di Berne (1914), revisi
Berne, yaitu:
21
Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian (yaitu
ciptaan seorang warga negara peserta perjanjian, atau suatu ciptaan yang pertama
perlindungan hukum Hak Cipta yang sama seperti diperoleh ciptaan seorang
harus memenuhi syarat apapun (must not be conditional upon compliance with
any formality)
terdapat subjek Hak Cipta, yaitu Pencipta dan Pemegang Hak Cipta. Pencipta dan
kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hukum Hak Cipta. Yang
17
Rahmi Jened, 2014, Hukum Hak Cipta (Copyright’s Law), Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 59.
22
dapat dilindungi. Seorang Pencipta harus mempunyai identitas dan status untuk
tertentu adalah seorang pemilik Hak Cipta. Pengertian pencipta berdasarkan Pasal
Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan tanpa
itu, tidak boleh seorang pun mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan seorang,
pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta,
atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
Menurut Elyta Ras Ginting Pemegang Hak Cipta terbagi menjadi dua, yaitu:18
18
Elyta Ras Ginting, 2012, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik, Citra
Aditya Bakti, Bandung, h. 183.
23
berdasarkan suatu peristiwa hukum diatur dalam Pasal 16 ayat (2) Undang-
Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian karena:
a. pewarisan
b. hibah
c. wakaf
d. wasiat
e.perjanjian tertulis; atau
f. sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perunang-
undangan.
Selain itu, Pasal 80 Undang-Undang Hak Cipta juga membolehkan Pemegang
Hak Cipta memberikan izin kepada pihak lain untuk melaksanakan Hak Cipta dan
sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 80, Undang-Undang Hak
Cipta juga memiliki konsep kepemilikan Hak Cipta disebabkan oleh undang-
undang (by law) yang diatur dalam Pasal 37, Pasal 38 dan Pasal 39 Undang-
Undang Hak Cipta. Dalam hal ini, negara atau badan hukum, seperti penerbit atau
produser rekaman dianggap sebagai Pemegang Hak Cipta secara hukum dalam
• Pencipta tidak diketahui jati dirinya atau tidak dikenal (anonymous works),
• Pencipta tidak ingin diketahui jati dirinya atau pencipta yang
menggunakan nama samaran (pseudonymous works),
• Ciptaan-ciptaan berupa ekspresi budaya tradisional,
24
• Ciptaan yang belum diterbitkan dan tidak diketahui siapa penciptanya atau
penerbitnya.
Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. Penerbitan ciptaan
b. Penggandaan ciptaan
c. Penerjemahan ciptaan
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan
e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya
f. Pertunjukan ciptaan
g. Pengumuman ciptaan
h. Komunikasi ciptaan; dan
i. Penyewaan ciptaan
Ciptaan. Pengertian mengenai Ciptaan tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,
kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk
nyata.
Jenis Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun
Di dunia terdapat dua teori yang menjadi dasar filosofi negara dalam
melindungi Hak Cipta, yaitu teori yang dikemukakan oleh John Locke yang
berpengaruh di negara penganut tradisi hukum Common Law System dan teori
memperoleh buah atas jerih payah atau upayanya, tidak peduli apapun bentuk
26
sebagai suatu sistem incentive bahwa perlindungan Hak Cipta sebagai suatu
John Locke bertitik tolak pada objeknya yaitu Ciptaan. Sehingga Ciptaan harus
kreativitas (creativity) dengan derajat yang tidak terlalu tinggi. Tradisi Common
Law System hanya mengenal Hak Ekonomi (economic right), sedangkan Hak
tentang “right, ethic, and state” yang intinya sebagai eksistensi dari kepribadian
(the existence of personality). Tradisi hukum Civil Law disebut Natural Rigt
dan kreativitas (creativity) dengan derajat yang sangat tinggi dan tidak semata-
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta hanya dimaksudkan bahwa tidak ada orang
lain yang boleh melakukan hak itu, kecuali dengan izin Pencipta. Perlindungan
19
Rahmi Jened, 2014, Hukum Hak Cipta (Copyright’s Law), Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 23.
27
Hak Cipta di negara Civil Law Sytem mencakup Hak Moral (moral right) dan
Indonesia perlindungan Hak Cipta hanya diberikan pada suatu karya cipta yang
telah memiliki bentuk yang khas (material form), bersifat pribadi, menunjukan
effort) sehingga berwujud sebagai ciptaan yang dapat dilihat, dibaca, atau
didengar.
Tidak seperti rezim HKI lainnya, Hak Cipta lahir secara otomatis, terlepas
apakah karya tersebut didaftarkan ke Kantor Hak Cipta atau tidak (tidak harus
Ciptaan diumumkan, hal ini tercantum dalam Pasal 59 ayat (1) yang berbunyi:
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
ini tercantum dalam Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
yang berbunyi:
20
Ibid, h24
21
Akham Subroto dan Suprapedi, 2008, Pengenalan HKI, Indeks, Jakarta, h. 36.
28
atas landasan filosofis tiap-tiap hak kebendaan termasuk Hak Cipta fungsi sosial.
maka diharapkan Hak Cipta itu tidak dikuasai dalam jangka waktu panjang di
dapat dinikmati oleh rakyat atau masyarakat luas sebagai pengejawantahan dari
asas tiap-tiap hak mempunyai fungsi sosial. Hak Cipta bila dilihat sepintas adalah
merupakan Hak Cipta mutlak dari si Pencipta atau si Pemegang Hak. Akan tetapi
Hak Cipta.
Dasar pertimbangan lain adalah hasil karya cipta pada suatu ketika harus
dapat dinikmati semua orang dan tidak hanya oleh orang yang menciptakannya
hak si Pencipta itu berakhir, maka orang lain dapat menikmati hak tersebut secara
bebas, artinya orang lain boleh mengumumkan atau memperbanyak tanpa harus
minta izin kepada si Pencipta atau si Pemegang Hak, dan ini tidak dianggap
22
OK.Saidin, 2002, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 108.
29
23
Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, h. 80.
30
i. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dibaca dengan Program
Komputer atau media lainnya; dan
j. komilasi ekspresi budaya tradisional selam kompilasi tersebut merupaka karya
asli.
3. Tanpa batas waktu.
yang tergolong ke dalam ekspresi budaya tradisional. Hal ini dapat dilihat dari
Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang berisi: Hak Cipta
dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat, atau suku bangsa
24
Afrillyana Purba, op.cit, h. 91.
31
pertunjukan, invesi, penemuan ilmiah, desain, merek, nama dan simbol, informasi
suatu bentuk pengetahuan yang dibangun oleh sekelompok orang yang digunakan
masyarakat.25
dasarnya moral dan keluhuran budi. Ternyata, manusia dengan melalui karyanya,
25
Afrillyana Purba, loc.cit, h. 93.
32
karya manusia dan semakin canggih dengan segala inovasi teknologinya untuk
karya intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi sastra yang mengandung
(1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara.
(2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi
budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
pengembannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara
atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ekspresi budaya tradisional menurut penjelasan Pasal 38 ayat 1 Undang-
Undang No 28 Tahun 2014 adalah yang mencakup salah satu atau kombinasi
a. Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun
puisi, dalam berbai tema dan kandungan isi pesan, yang berbentuk karya
sastra ataupun narasi informatif;
b. Musik, mencakup antara lain, vokal, instrumental, atau kombinasinya;
c. Gerak, mencakup antara lain, tarian;
d. Teater, mencakup antara lain, pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat;
26
Ketut Artadi, 2011, Kebudayaan Spiritualis Nilai Makna dan Martabat Kebudayaan
Dimensi Tubuh Akal Roh dan Jiwa.Cet ke II, Pustaka Bali Post, Denpasar, h.124.
27
33
e. Seni rupa, baik bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang terbuat dari
berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik,
kertas, tekstil, dan lain-lain atau kombinasinya; dan
f. Upacara adat.
Penyebutan konvensional yang digunakan untuk isu ini adalah ekspresi folklor.
mengatasi masalah ini, dengan mengundangkan apa yang disebut dengan Model
tersebut, penggunaan kata folklore makin sering menuai kritik karena seolah-olah
Hal ini meliputi ekspresi lisan, seperti misalnya kisah, efik, legenda, puisi,
teka-teki dan bentuk narasi lainnya; kata, lambang, nama dan simbol; ekspresi
34
dalam bentuk gerak, seperti tari, drama, upacara, ritual. Sebagai tambahan,
definisi ini juga mencakup ekspresi yang kasat mata, seperti produksi seni,
khususnya gambar, desain, lukisan termasuk lukisan tubuh dan juga berbagai
kolektif yang merupakan ciri dari identitas dan warisan suatu komunitas, dan telah
perorangan yang memiliki hak atau tanggung jawab untuk melakukannya sesuai
bahwa setiap Ciptaan yang tidak diketahui Penciptanya, maka Hak Cipta atas
Tradisional adalah supaya menghindari gangguan dari pihak asing yang ingin
28
Afrillyana Purba, loc.cit, h. 103.
35
mengklaim Hak Cipta atas Ekspresi Budaya Tradisional tersebut. Jangka waktu
Ciptaan yang tergolong ke dalam ekspresi budaya tradisional diatur dalam Pasal
60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang berisi: Hak Cipta atas