PENDAHULUAN
1
tingginya resiko dekompensasi dengan komplikasi jantung yhang mengancam
jiwa.
Data-data riwayat penyakit yang ada sebagian besar berasl dari populasi
dewasa yang menderita insufisiensi aorta selama beberapa tahun. Berdasarkan
data ini, harapan hidup 5 tahun pasien angina dengan insufisiensi aorta berat
yhang tidak dikreksi adalah 50%. Setiap terjadi gagal jantung, 50% pasien
yang tidak dikoreksi akan meninggal dalam 2 tahun. Sebaliknya pasien yang
dapat terapi pembedahan memiliki mortalitas 1-5%. Diperkirakan bahwa 75%
pasien dengan insufisiensi aorta murni adalah laki-laki, sedangkan yang
disertai kelainan katup mitral, insidennya lebih tinggi pada wanita. Insufisiensi
aorta yang bersamaan dengan penyakit jantung congenital lainnyah,
insidennya tidak berhubungan dengan usia.
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada
pasien insufisiensi aorta.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan insufisiensi aorta sehingga menunjang
2
pembelajaran mata kuliah Keperawatan medikal bedah askep sistem
cardiovascular.
2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga
dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Menurut Wahab (2009), insufisiensi pulmonal adalah kelainan pada
katup aorta yang menjadi lemah ataupun membesar sehingga katup tidak
dapat menutup dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan timbulnya aliran
balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Insufisiensi katup aorta (regurgitasi)
adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastol.
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik)
darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi.
Pada regurgitasi aorta, darah mengalir kembali ke ventrikel kiri dari aorta
tepat setelah ventrikel memompakan darah ke aorta sehingga menyebabkan
curah volume sekuncup netto jantung berkurang (Guyton, 2007).
4
3. Katup seminularis arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra
dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir ke paru-paru.
4. Katup seminularis aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta
tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
Katup normal memiliki ciri yaitu aliran darah searah dan tidak terhalangi.
Katup akan membuka bila tekanan dalam ruang jantung di proksimal katup
lebih besar dari tekanan dalamruang atau pembuluh disebelah distal katup.
Sebaliknya, katup akan menutup bila tekanan distal lebih besar daripada
tekanan dalam ruang di proksimal katub. Misalnya, katup atrioventrikularis
akan membuka bila tekanan dalam atrium lebih besar daripada tekanan dalam
ventrikel serta akan menutup apabila tekanan dalam ventrikel lebih besar
daripada atrium.
Insufisiensi aorta merupakan salah satu penyakit yang menyerang katup
jantung aorta dimana katup jantung tidak dapat menutup rapat atau tidak
sempurna sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami
kebocoran sehingga mengalami regurgitasi. Disfungsi katup jantung akan
menyebabkan kinerja jantung akan meningkat dan memaksa jantung untuk
memompakan darah lebih banyak guna menggantikan jumlah darah yang
mengalami regurgitasi.
2.3 Etiologi
Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 2 macam
kelainan artifisial yaitu:
1. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada :
a. Penyakit kolagen
b. Aortitis sifilitik
c. Diseksi aorta
2. Penyakit katup artifisial
a. Penyakit jantung reumatik
b. Endokarditis bakteriali
c. Aorta artificial congenital
d. Ventricular septal defect (VSD
5
e. Ruptur traumati
f. Aortic left ventricular tunnel
3. Genetik
a. Sindrom marfan merupakan kelainan herediter dari jaringan ikat yang
mempegaruhi paru-paru, keramgka, jantung, dan pembuluh darah
yang dapat menyebabkan kelemahan dan ketidakstabilan.
b. Mukopolisakaridosis
Menurut Muttaqin (2009) insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri
dapat terjadi karena:
a) Penyakit kolagen
Dengan penuaan, protein collagen dari kelopak-kelopak klep
dihancurkan, dan kalsium mengendap pada kelopak-kelopak.
Pergolakan diseluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka parut
dan penebalan. Penyakit yang progresif menyebabkan klasifikasi
aorta tidak ada sangkut pautnya dengan piliha-pilihan gaya hidup
yang sehat, tidak seperti kalsium yang dapat mengendap pada
arteri koroner untuk menyebabkan serangan jantung.
b) Penyakit jantung reumatik
Rheumatic fever (demam rematik) adalah suatu kondisi yang
berakibat dari infeksi oleh kelompok streptococcal bacteria yang
tidak dirawat. Kerusakan pada kelopak-kelopak klep dari demam
rematik menyebabkan pergolakan yang meningkat diseluruh klep
dan lebih banyak kerusakan.
Dibawah keadaan normal, klep aortic menutup untuk mencegah
darag dari aorta yang mengalir balik dari ventrikel kiri. Pada aortic
regurgitation, klep yang sakit mengizinkan kebocoran dari darah
balik kedalam ventrikel kiri ketika otot-otot ventrikel mengendur
setelah memompa.
4. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan insuisiensi aorta adalah
bakteri (streptokokus, enterokokus, pnemokokus, stapilokokus), fungi,
riketsia dan streptokokus vidans. Mikroorganisme tersebut menginvasi
6
katup dan permukaan endotel jantung sehingga menyebabkan rematik
endokarditis. Kemudian terjadi fenomena reaksi sensitivitas seperti
pembengkakan, fibrosis dan perforasi daun katup. Kemudian terjadi
peningkatan pembentukan modul dan jaringan parut, penebalan progresif
dan pengerutan bilah-bilah katup yang menyebabkan kerusakan bilah
katup sehingga penutupan/kekakuan katup aorta tidak sempurna dan
terjadi insufisiensi aorta.
5. Hipertrofi ventrikel
Ada beberapa penyebab yang dapat mengarah pada hipertrofi
ventrikel yaitu bentuk ventrikel yang mengalami pembesaran dan dilatasi
sebagai bagian dari kompensasi jantung terhadap penyakit ini. Hal
tersebut mengakibatkan kemampuan otot papilaris untuk mendekatkan
daun-daun katup pada waktu katup menutup berkurang. Semakin lama
apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan memperlebar lubang pada
katup aorta dan mempersulit penutupan katup aorta. Serangkaian kejadian
ini akan membuat jantung mengalami insufisiensi aorta.
6. Infark miokard akut
Rupture otot papilaris yang disebabkan oleh infark miokard akut
mengakibabkan penutupan atau kekakuan katup aorta sehingga penutupan
katup aorta tidak sempurna.
7. Peningkatan tekanan hemodinamik pada katup aorta
Hal ini membuat peningkatan derajat perubahan bentuk pada katup
sehingga penutupan katup tidak sempurna.
8. Aorta artificial congenital
Kelainan bawaan yang dibawa bayi sejak lahir, misalnya kelainan
katup yang tidak bisa menutup secara sempurna saat dalam kandungan,
menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri tidak bisa mengalir secara
sempurna.
7
2.4 Patofisiologi
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk
bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen
aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik
darah dari aorta ke ventrikel kiri.
Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau
penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi
atau sobekan aorta asenden.
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam
aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ventrikel kiri, sehingga
ventrikel kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara
normal diterima dari atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta.
Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi
peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih
dari normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik
meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompensasi melalui refleks
dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas, sehingga tahanan perifer
menurun dan tekanan diastolik turun drastis.
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan
kronik. Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi
sebelumnya. Ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi
terhadap insufisiensi aorta. Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik
akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel.
8
a. Pengisian dan pengosongan denyut arteri yang cepat
b. Tekanan nadi melebar disertai peningkatan tekanan sistemik dan
penurunan tekanan diastolik
c. Tekanan diastolik rendah
6. Auskultasi : Bising diastolic, bising austinflint yang khas, Sistolic
Ejection Click disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi
9
kiri, elongasi aorta dan pembesaran atrium kiri. Elektrokardiografi
menunjukkan adanya volume berlebih pada ventrikel kiri dengan dimensi
ventrikel kiri yang sangat melebar dan gerakan septum dan dinding
posterior ventrikel kiri yang hiperkinetik. Kadang-kadang daun katup
mitral anterior atau septum interventrikular bergetar halus (fluttering).
2. Insufisiensi aorta akut
Insufisiensi aorta akut biasanya timbul segera mendadak dan banyak,
sehingga belum sempat terjadi mekanisme kompensasi yang sempurna.
Gejala sesak nafas yang berat akibat tekanan vena pulmonal yang
meningkat secara tba-tiba. Dengan demikian beratnya gagal jantung
peninggian tekanan artificial semakin melemah. Hal ini akan menyulitkan
diagnosis. Pemeriksaan elektrokardiografi dan foto rongen bisa normal
karena belum cukup waktu untuk terjadinya dilatasi dan hipertrofi, tetapi
pada ekokardografi terlihat kelebihan volume ventrikel kiri, penutupan
artificial katup mitral dan kadang endokarditis bacterial dapat diagnosis
dengan katup vegetasi.
10
4. Kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini akan terlihat ventrikel kiri tampak opag selama
penyuntikan bahan kontras ke dalam pangkal aorta.
5. Pemeriksaan cardiac iso enzim
Pada pasien dengan insufisiensi aorta dalam pemeriksaan ini akan
terlihat peningkatan enzim jantung yaitu cpk dan ckmb.
11
2.9 Asuhan Keperawatan
Insufisiensi aorta dapat menyebabkan overload ventrikel kiri, disfungsi,
syok, dan kematian. Insufisiensi aorta kronik merupakan proses yang lebih
indolen yang pada akhirnya akan menimbulkan gejala yang disertai disfungsi
ventrikel dan gagal jantung.
Pengkajian
Nama Pasien : an. C
No. Register : 130512-312-01
Umur : 15 tahun
Ruangan Rawat : Anthurium 312
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Hayam Wuruk 3/30
Diagnosa medis : Insufisiensi Pulmonal
Tanggal MRS : 10 November 2012
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit dikaji untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita pasien yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
penyebab lain dari kelainan katup aorta pasien. Penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya insufisiensi aorta yaitu
a) Penyakit kolagen
b) Penyakit jantung reumatik
c) Hipertrofi ventrikel
d) Infark miokard akut
e) Peningkatan tekanan hemodinamik pada katup aorta
f) Aorta artificial congenital
g) Ventricular septum defect (VSD)
h) Rupture traumatic
12
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam hal ini yang dimaksudkan ialah dengan melihat riwayat
kesehatan keluarga baik dengan cara anamnesa atau wawancara
maupun melihat data kesehatan keluarga apabila ada. Biasanya apabila
salah satu anggota keluarga sebelumnya pernah memiliki riwayat
penyakit jantung maka dapat dicurigai adanya suatu kelainan
kongenital dalam hal ini bawaan seperti penyakit jantung bawaan,
sehingga penyebab dari kelainan katup aorta pasien adalah turunan.
Lingkungan rumah dan gaya hidup pasien juga perlu dikaji untuk
mengetahui penyebab lain dari insufisiensi aorta. Insufisiensi aorta
dapat disebabkan oleh bakteri dan mikroorganisme (streptokokus,
enterokokus, pnemokokus, stapilokokus), fungi, riketsia dan
streptokokus vidans) yang selanjutnya dapat menimbulkan penyakit
seperti endokarditis, demam reumatik, dan lain-lain yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat penutupan dari katup aorta.
2. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Sesak nafas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Denyutan dan bendungan arteri leher (karotid) terlihat jelas; dipneu
saat ortopneu; paroksismal nokturnal dispneu; biasanya pasien
mengalami angina pectoris; takipneu; batuk menetap atau nokturnal;
terlihat cemas: gelisah, pucat, berkeringat, fokus menurun, gemetar;
terjadi edema pada daerah ektremitas.
b. Palpasi
Denyutan arteri karotid lambat dengan volume nadi kecil, denyutan
arteri teraba di daerah perikordium, tekanan nadi melebar (perbedaan
tekanan sistolik dan diastolik), denyutan nadi di jari terasa kuat, cepat
dan tajam, dan tiba-tiba kolaps (denyut water hammer);
c. Perkusi
Bunyi redup pada daerah dada akibat terjadi edema pulmonal dan
penumpukan sputum.
13
d. Auskultasi
Bunyi jantung S1 lebih keras dibandingkan S2, palpitasi, adanya
gallop dan bising artificial, takikardi. Kadang ditemukan bising sistolik
(sistolic ejection click), bising mid/late diastolik (bising Austin Flint),
dan thrill. Pernapasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan
mengi.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi
Pada insufisiensi aorta kronik diadapatkan adanya pembesaran
ventrikel kiri yang ditandai dengan voltase dan repolarisasi dengan
gelombang Q prominen. Pada insufisiensi akut berat tidak disertai
dengan adanyai hipertrofi ventrikel kiri dan voltase QRS normal.
b. Sinar-X dada atau radiologi
Pada pemeriksaan ini akan tampak pembesaran jantung (cardio-
thoragic ratio meningkat), distensi vena paru, hidrothorax, lapangan
paru bercak-bercak karena edema paru, dan bayangan hili paru tebal
dan melebar.
c. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini terlihat struktur dan gerakan katup yang abnormal.
d. Kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini akan terlihat ventrikel kiri tampak opag selama
penyuntikan bahan kontras ke dalam pangkal aorta.
e. Pemeriksaan enzim jantung
Pada pasien dengan insufisiensi aorta dalam pemeriksaan ini akan
terlihat peningkatan enzim jantung yaitu cpk dan ckmb.
14
5. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds: mengeluh pusing, penurunan curah Penurunan
sesak napas, mual, jantung perfusi
berkeringat dingin, nyeri ↓ jaringan
dada. kongesti vena
Do: hipertensi, takikardia, sekunder terhadap
disritmia, diaforesis, kulit kerusakan fungsi
dingin dan pucat, dispnea, katup (regurgitasi)
oliguri.
15
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard yang ditandai
dengan pasien mengatakan, “Mbak, dada saya terasa sakit saat bernafas
dan melakukan aktivitas yang terlalu berat.”, dan setelah dilakukannya
pengukuran tekanan darah didapatkan hasil tekanan darah pasien160/100
mmHg dan nadi pasien 130x/menit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan yang ditandai dengan pasien bertanya, “
Mbak, kenapa ya kok akhir-akhir ini saya mudah sekali letih dan lemas?”,
dan setelah dilakukannya pengukuran tekanan darah didapatkan hasil
tekanan darah pasien 160/100 mmHg dan nadi pasien 130x/menit.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Penurunan curah Pasien dapat menunjukan 1. Manajemen asam
jantung berhubungan perbaikan curah jantung. basa
dengan perubahan KH: Aktivitas-aktivitas :
dalam -Pertahankan
1. Tingkat kecemasan
preload/peningkatan kepatenan jalan
Tidak dapat
tekanan atrium dan napas
beristirahat (5)
kongesti vena -Pertahankan
Berjalan mondar
Data Subjektif ( DS kepatenan akses
mandir (5)
): selang IV
Meremas-remas
- Klien mengatakan -Monitor pola
tangan (5)
nafasnya sesak. pernapasan
Distres (5)
Klien mengeluh -Monitor intake dan
Perasaan gelisah output
nyeri dada
(5) Atasi demam dengan
Data Objektif ( DO
2. Tingkat kelelahan tepat
):
Kelelahan (5) 2. Monitor asam
- Ekstremitas bawah
Kelesuan (5) basa
klien teraba dingin.
Alam perasaan Aktivitas-aktivitas :
-CRT >4 detik depresi (5) -Ambil spesimen
Kehilangan selera secara berurutan
16
-RR: 26 x/menit makan (5) untuk menentukan
17
mengecek pasien
baik secara fisik dan
psikologis sesuai
dengan kebijakan
tiap agen atau
penyedia layanan
-Pastikan tingkat
aktivitas pasien yang
tidak membahayakan
curah jantung atau
memprovokasi
serangan jantung
-Intruksikan pasien
tentang pentingnya
untuk segera
melaporkan bila
merasakan nyeri
dada
-Dokumentasikan
disritmia jantung
-Catat tanda dan
gejala penurunan
curah jantung
2 Nyeri akut Nyeri berkurang atau 1. Pengurangan
berhubungan dengan hilang. kecemasan
iskemia jaringan KH: Aktivitas-aktivitas :
miokard. -Gunakan
1. Status kenyamanan
Data Subjektif pendekatan yang
Kesejahteraan
(DS) : tenang dan
fisik (5)
-Klien Mengeluh meyakinkan
Kontrol terhadap
nyeri dada. -Nyatakan dengan
gejala (5)
jelas harapan
-Klien mengatakan Kesejahteraan
terhadap perilaku
18
dadanya seperti psikologis (5) klien
tertusuk-tusuk. Lingkungan fisik -Berikan informasi
19
langsung dengan
baik pada atau
disekitar lokasi yang
terkana dampak
3. Aplikasi panas
dingin
Aktivitas-aktivitas :
-Periksa suhu
aplikasi, terutama
ketika menggunakan
aplikasi panas
-Tentukan durasi
aplikasi, berdasarkan
respon verbal,
perilaku, dan
biologis individu
-Tentukan waktu
untuk semua aplikasi
dengan hati-hati
-Instruksikan
indikasi mengenai
frekuensi dan
prosedur aplikasi
-Evaluasi dan
dokumentasikan
respon terhadap
aplikasi panas dan
dingin
20
antara suplai oksigen aktivitas. kreatif yang tepat
dan kebutuhan KH : - bantu klien
pasien. 1. status jantung paru memperoleh
Data Subjektif (DS) Tekanan darah transportasi untuk
: sistole (5) (dapat mengikuti)
-pasien mengatakan Tekanan darah aktivitas, jika
lemas diastole (5) memang diperlukan
-pasien mengatakan Denyut nadi - bantu klien untuk
letih perifer (5) mengidentifikasi
Data Objektif (DO) Denyut jantung aktivitas yang
: apikal (5) diinginkan
-TD : 140/100 Irama jantung (5) - bantu klien untuk
mmHg 2. tingkat kelelahan mengidentifikasi
-nadi pasien Kelelahan (5) aktivitas yang
130x/menit. bermakna
Kelesuan (5)
- bantu klien untuk
Alam perasaan
menjadwalkan
depresi (5)
waktu-waktu
Kehilangan selera
spesifik terkait
makan (5)
dengan aktivitas
Penurunan libido
harian
(5)
2. Manajemen
3. istirahat
energi
Jumlah istirahat
Aktivitas-aktivitas :
(5)
- anjurkan senam
Pola istirahat (5)
aerobik sesuai
Kualitas istirahat
kemampuan pasien
(5)
- monitor/catat
Beristirahat
waktu dan lama
secara fisik (5)
istirahat/tidur pasien
Beristirahat - bantu pasien
secara mental (5) identifikasi pilihan
21
aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan
- anjurkan tidur
siang bila diperlukan
- bantu pasien untuk
menjadwalkan
periode istirahat
3. Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivitas :
- ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
- singkirkan benda-
benda berbahaya dari
lingkungan
-berikan kamar
terpisah, seperti
diindikasikan
-sediakan kasur yang
kokoh
-berikan musik
pilihan
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
22
Insufisiensi aorta adalah kelainan pada katup aorta yang menjadi lemah
ataupun membesar sehingga katup tidak dapat menutup dengan sempurna.
Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 2 macam
kelainan artifisial yaitu, dilatasi pangkal aorta, penyakit katup artifisial, dan
genetik. Tanda dan gejala yang biasa dirasakan oleh pasien dengan aorta
regurgitasi adalah sebagai berikut, rasa lelah, dyspnea saat aktivitas, palpitasi,
angina dengan hipertropi ventrikel kiri, temuan hemodinamik (pengisian dan
pengosongan denyut arteri yang cepat, tekanan nadi melebar disertai
peningkatan tekanan sistemik dan penurunan tekanan diastolik, tekanan
diastolik rendah),dan auskultasi (bising diastolic, bising austinflint yang khas,
Sistolic Ejection Click disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi). Ada dua
macam manifestasi klinik pada insufisiensi aorta yaitu, insufisiensi aorta
kronik dan akut. Pada prosedur diagnostik dapat pula dilakukan
elektrokardiografi, sinar-X dada, ekokardiografi, kateterisasi jantung,
aortografi, dan penigkatan cardiac iso enzim.
4.2 Saran
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang
tepat untuk penggantian katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup
buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk
koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua
pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya
gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus
diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
23
Herdman, Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Wahab, Samik A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang
Tidak Sianotik. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan denga Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
24