Anda di halaman 1dari 10

Konsep Kesatuan Usaha

Setiap badan usaha, baik yang berbentuk perusaan perseorangan, persekutuan maupun
perseroan, adalah merupakan suatu unit akuntansi tersendiri yang terpisah dari kegiatan-
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pemiliknya. Hal ini dikenal dengan istilah konsep
kesatuan usaha di mana akuntansi yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan hanya akan
mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi yang bersangkutan dengan perusahaan. Ini
berarti pula bahwa transaksi-transaksi keuangan pribadi pemilik atau para pemilik tidak
dicatat dalam akuntansi perusahaan.

Konsep kesatuan usaha adalah informasi keuangan perusahaan yang hanya


menginformasikan masalah keuangan perusahaan itu sendiri. Konsep kesatuan usaha
memandang perusahaan sebagai suatu entitas yang terpisah dari pemiliknya. Berlandas
konsep kesatuan usaha ini maka akuntansi menyajikan gambaran tentang perusahaan sebagai
entitas yang berdiri sendiri, tidak tercampur dengan pemiliknya.

Sebagai contoh, seandainya Budiman selain menyelenggarakan usaha percetakan juga


memiliki unit-unit usaha lain, maka transaksi-transaksi yang terjadi di luar usaha percetakan
tidak akan dicatat dalam akuntansi unit percetakan, melainkan dicatat dalam akuntansi
tersendiri. Hal yang sama berlaku juga dalam persekutuan dan perseroan sesuai dengan
konsep kesatuan usaha di atas.

Pemilik perusahaan bisa mengambil uang atau kekayaan lainnya dari perusahaan untuk
keperluan pribadi. Jika hal ini dilakukan pemilik, maka akibatnya kekayaan dan modal
perusahaan akan berkurang. Dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan, pengambilan
kekayaan perusahaan untuk keperluan pribadi pemilik atau lebih populer disebut
pengambilan prive, dapat dilakukan dengan cara yang sangat informal. Pemilik perusahaan
perseorangan bebas untuk melakukan pengambilan prive sedang dalam persekutuan hal ini
cukup diatur dengan kesepakatan di antara para sekutu. Tetapi pengambilan kekayaan dalam
perseroan sangat dibatasi, baik bentuk dan jumlahnya maupun saatpengambilannya. Pemilik
perusahaan tidak bisa semaunya atau sewaktu-waktu mengambil kekayaan perusahaan.
Mereka akan mendapat sejumlah pembagian laba yang disebut dividen di mana jumlah dan
waktu pembagiannya harus diputuskan dalam rapat Dewan Komisaris yang anggota-
anggotanya dipilih oleh para pemegang saham. Pembayaran dividen kepada para pemegang
saham akan mengakibatkan berkurangnya laba yang ditahan dan juga kekayaan perusahaan
yang digunakan untuk membayar dividen (biasanya kas).
Pengaruh transaksi-transaksi terhadap neraca

Dalam uraian di atas telah disinggung bahwa neraca menggambarkan posisi keuangan
perusahaan pada suatu saat tertentu. Telah ditegaskan pula bahwa jumlah kekayaan
perusahaan selalu sama dengan jumlah hutang dan modal. Seandainya neraca disusun setiap
kali setelah terjadi suatu transaksi, maka aktiva selalu seimbang (sama) dengan jumlah
Contoh-contoh transaksi dan neraca hutang dan modalnya. Namun dalam praktek hal ini
tidak pernah dilakukan perusahaan, karena neraca umumnya hanya disusun pada tiap akhir
periode tertentu. Meskipun demikian setiap orang yang mempelajari akuntansi harus selalu
membayangkan pengaruh dari setiap transaksi yang terjadi terhadap neraca. Selain itu harus
dibayangkan bahwa walaupun angka-angka dalam neraca berubah karena adanya transaksi,
tetapi jumlah aktiva selalu sama dengan jumlah hutang dan modal.

Pada pembahasan berikut ini akan diuraikan berbagai tipe transaksi yang akan berpengaruh
atas neraca perusahaan. Tipe-tipe transaksi ini digolongkan menjadi dua kategori sebagai
berikut :

1) Transaksi-transaksi yang tidak berpengaruh terhadap modal.


2) Transaksi-transaksi yang berpengaruh terhadap modal.

Transaksi-transaksi yang Tidak Berpengaruh Terhadap Modal

Transaksi-transaksi tertentu bisa berpengaruh terhadap jumlah aktiva dan hutang atau
keduanya, tetapi tidak berpengaruh terhadap modal. Sebagai contoh bila perusahaan
Percetakan Rapi membeli sebuah mesin cetak secara tunai seharga Rp 1.000.000,00, maka
aktiva mesin dan peralatan akan bertambah dengan Rp 1.000.000,00 dan aktiva Kas akan
berkurang dengan Rp 1.000.000,00. Transaksi ini hanya akan mengakibatkan pergeseran
aktiva dalam neraca. Hal yang sama terjadi juga bila perusahaan menerima pembayaran dari
piutang dagang. Transaksi penerimaan pembayaran dari piutang dagang sebesar Rp
500.000,00 akan mengakibatkan bertambahnya aktiva kas Rp 500.000,00 dan aktiva Piutang
Dagang berkurang Rp 500.000,00.

Seandainya mesin yang berharga Rp 1.000.000,00 di atas dibeli tidak secara tunai tetapi
secara kredit, maka akibatnya aktiva Mesin & Peralatan akan bertambah dengan Rp
1.000.000,00 dan Hutang Dagang juga bertambah dengan Rp 1.000.000,00.

Transaksi-transaksi yang Berpengaruh terhadap Modal


Transaksi-transaksi yang dapat berpengaruh terhadap modal bisa dikelompokkan menjadi
empat tipe sebagai berikut :

Tipe Transaksi Pengaruh terhadap Modal


(1) Setoran modal oleh pemilik menambah
(2) Pengambilan prive oleh pemilik mengurangi
(3) Penghasilan menambah
(4) Biaya mengurangi

Apabila pemilik perusahaan menyerahkan kas atau kekayaan lainnya sebagai setoran modal,
maka dalam neraca perusahaan akan terjadi pertambahan pada aktiva dan modalnya.
Sebaliknya bila pemilik melakukan pengambilan prive maka aktiva perusahaan akan
berkurang dan demikian pula modalnya. Semua orang mengetahui bahwa pada umumnya
tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan modal dengan cara melakukan kegiatan yang
mendatangkan keuntungan atau laba bersih. Laba bersih perusahaan dapat ditentukan dengan
mengurangkan biaya terhadap penghasilan. Marilah kita bahas lebih lanjut apa yang
dimaksud dengan penghasilan dan biaya dalam akuntansi pada uraian berikut ini.

Penghasilan

Penghasilan perusahaan diperoleh melalui penyerahan barang atau jasa kepada para pembeli.
Penghasilan yang diperoleh biasanya diukur dengan aktiva yang diterima (umumnya berupa
kas atau piutang dagang) sebagai penukar atas barang atau jasa yang diserahkan. Perlu
ditegaskan di sini bahwa penghasilan diperoleh dan dicatat dalam akuntansi pada saat barang
atau jasa diserahkan. Penerimaan kas dari suatu penghasilan tidak selalu bersamaan waktunya
dengan saat diperolehnya penghasilan. Dalam transaksi penjualan tunai, penerimaan kas
memang terjadi bersamaan dengan timbulnya penghasilan, tetapi dalam transaksi penjualan
secara kredit timbulnya penghasilan tidak dibarengi dengan bertambahnya aktiva kas,
melainkan aktiva lain yang disebut piutang dagang. Penerimaan kas sebagai pelunasan
piutang yang terjadi di kemudian hari tidak menambah penghasilan lagi, tetapi hanya
mengakibatkan pergeseran dari aktiva Piutang Dagang menjadi aktiva Kas. Begitu pula
halnya apabila perusahaan meminjam uang atau menerima setoran modal, dalam hal ini
perusahaan tidak memperoleh penghasilan karena tidak melakukan penyerahan barang
ataupun jasa.

Biaya
Biaya terjadi dalam proses mendapatkan penghasilan. Biasanya biaya diukur dengan harga
pokok aktiva yang dipakai atau jasa yang digunakan dalam suatu periode waktu tertentu.
Beberapa contoh jenis biaya misalnya: dipresiasi (penyusutan) mesin, sewa, gaji pegawai,
biaya listrik dan air, dan masih banyak contoh lain yang tidak mungkin disebut satu per satu.

Dalam penentuan laba bersih perusahaan, biaya harus dikurangkan terhadap penghasilan
dengan cara setepat mungkin. Ini berarti bahwa dalam proses akuntansi, biaya harus
dihubungkan dengan penghasilan untuk periode yang sama. Sebagai contoh, biaya sewa
kantor bulan Januari tanpa mendatang kapan biaya tersebut dibayar harus dihubungkan
dengan penghasilan bulan Januari dalam penentuan laba bersih bulan tersebut. Seandainya
pada tanggal 1 Januari dibayar sewa gedung untuk satu tahun penuh sebesar Rp 600.000,00,
maka biaya sewa untuk bulan Januari adalah 1/12 dari Rp 600.000,00 atau Rp 50.000,00
Kelebihan sewa yang telah dibayar sebesar Rp 550.000,00 – tidak merupakan biaya bulan
Januari melainkan dipandang sebagai aktiva yang disebut uang muka sewa. Jumlah uang
muka ini harus disebarkan pada 11 bulan berikutnya. Hal yang sama harus dilakukan pula
pada uang muka lainnya, seperti uang muka asuransi atau uang muka advertensi.

Pengeluaran kas untuk mendapatkan suatu aktiva tidak merupakan biaya dan karenanya tidak
berpengaruh pada modal. Begitu pula pengeluaran kas untuk membayar hutang, misalnya
untuk membayar hutang dagang, bukanlah biaya, sehingga tidak berpengaruh terhadap
modal. Selain itu pengambilan prive oleh pemilik meskipun jelas mengurangi modal - tidak
merupakan bia Biaya selalu berhubungan dengan usaha mendapatkan penghasilan yang
ditentukan dengan menghitung jumlah aktiva atau jasa yang dipakai dalam suatu periode
tertentu.

Dasar Accrual

Konsep tentang penghasilan dan biaya seperti diuraikan di atas, diterapkan pada perusahaan
yang menggunakan sistem akuntansi dengan dasar accrual. Dalam akuntansi accrual, biaya
yang terjadi harus dihadapkan dengan penghasilan yang diperoleh untuk menentukan angka
laba bersih dalam suatu periode waktu tertentu. Seperti telah diterangkan dalam uraian di
atas, penghasilan dan biaya untuk penentuan laba bersih tidak tergantung pada waktu di mana
kas sesungguhnya diterima atau dikeluarkan.

Perusahaan-perusahaan tertentu terutama perusahaan jasa (seperti kantor pengacara, arsitek,


kantor akuntan atau salon kecantikan) sering menyelenggarakan akuntansi dengan dasar
tunai. Berbeda dengan akuntansi accrual, maka dalam dasar tunai suatu penghasilan akan
diakui pada waktu kas diterima dan biaya dianggap terjadi pada waktu kas dikeluarkan. Dasar
ini biasanya dipilih karena sifatnya yang sederhana. Namun demikian, akuntansi dasar tunai
bisa memberikan gambaran yang menyesatkan tentang posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan. Itulah sebabnya kebanyakan perusahaan memilih akuntansi dengan dasar
accrual.

Contoh-contoh Transaksi dan Neraca

Setelah kita mempelajari konsep-konsep yang mendasari penyusunan laporan keuangan,


marilah kita pelajari penerapannya dengan contoh-contoh berikut ini.

Misalkan pada tanggal 1 Desember Nyonya Pratiwi memutuskan untuk mendirikan sebuah
salon kecantikan yang diberi nama salon "Cantik". Transaksi-transaksi yang terjadi selama
bulan pertama (bulan Desember) akan dikemukakan di bawah ini. Setiap kali selesai
mencatat suatu transaksi langsung dibuat neracanya, sehingga akan Nampak pengaruh dari
tiap-tiap transaksi terhadap neraca.

(1) Pada tanggal 1 Desember 1983 Ny. Pratiwi menanamkan uangnya sebesar Rp
20.000.000,00 dalam salon kecantikan. Transaksi ini mengakibatkan aktiva kas

(2) Ny. Pratiwi menyewa sebuah rumah untuk tempat menyelenggarakan kegiatan
usahanya. Pada tanggal 1 Desember dibayar sewa, rumah bulan Desember sebesar
Rp 300.000,00. Transaksi ini meng- gambarkan terjadinya biaya sewa untuk bulan
Desember. Akibat dari transaksi ini adalah : aktiva kas berkurang Rp 300.000,00 dan
Modal berkurang Rp 300.000,00.
(3) Pada tanggal 1 Desember Ny. Pratiwi membeli peralatan salon seperti kursi, alar
pengering rambut dan alat keriting rambut seharga Rp 10.000.000,00 secara tunai.
Transaksi pembelian peralatan ini menyebabkan aktiva kas berkurang Rp
10.000.000,00 dan aktiva peralatan salon bertambah dengan Rp 10.000.000,00.

(4) Pada tanggal 5 Desember Ny. Pratiwi membeli perlengkapan salon berupa bahan-
bahan pembersih kulit, bahan-bahan make-up, bahan pewarna rambut, shampo dan
sebagainya seharga Rp 400.000,00 secara kredit. Transaksi ini menyebabkan aktiva
Persediaan Perlengkapan Salon bertambah Rp 400.000,00 dan menimbulkan hutang
(hutang bertambah) sebesar Rp 400.00,00. Dalam transaksi ini meskipun aktiva
bertambah tetapi tidak terjadi pertambahan dalam modal. Dalam hal ini perubahan
(pertambahan) terjadi pada hutang. Perlengkapan salon yang dibeli diperkirakan akan
dapat digunakan untuk beberapa bulan. Berhubung Ny. Pratiwi tidak mengetahui
secara pasti jumlah perlengkapan salon yang akan terpakai (akan menjadi biaya)
selama bulan Desember, maka perlengkapan ini diperlakukan sebagai aktiva yang
disebut Persediaan Perlengkapan salon. Kelak apabila jumlah pemakaian
perlengkapan telah dapat diketahui, maka biayanya akan dapat ditentukan (lihat
contoh 11).
(5) Dalam waktu dua minggu salon kecantikan "Cantik" telah mendapat langganan yang
cukup banyak. Sebagai promosi mereka bisa membayar dalam waktu beberapa
minggu. Jumlah tagihan kepada para langganan hingga tanggal 15 Desember
berjumlah Rp 1.600.000,00

(6) Tanggal 20 Desember, dibayar hutang atas pembelian perlengkapan salon tanggal 5
Desember yang lalu sebesar Rp 200.000,00. Transaksi ini akan menyebabkan Hutang
Dagang dan Kas berkurang sebesar Rp 200.000,00. Dengan demikian baik hutang
dagang maupun aktiva menjadi berkurang. Pembayaran ini tidak menimbulkan
biaya, sebab hal ini hanya merupakan penyelesaian kewajiban yang telah dicatat
sebelumnya dan tidak ada perlengkapan salon baru yang diterima.
(7) Tanggal 31 Desember, dibayar gaji para pegawai salon bulan Desember sebesar Rp
450.000,00. Jumlah ini adalah merupakan biaya untuk bulan Desember, di mana
aktiva dan modal menjadi berkurang karena jumlah ini merupakan pemakaian jasa
bulan Desember. Dengan demikian Kas dan Modal akan berkurang dengan Rp
450.000,00

(8) Tanggal 31 Desember, diterima pembayaran dari para langganan yang telah
menerima jasa salon kecantikan hingga tanggal 15 Desember sebesar Rp 700.000,00.
Transaksi ini menyebabkan Kas bertambah dan Piutang Dagang berkurang sebesar
Rp 700.000,00 Dengan demikian transaksi ini hanya menyebabkan terjadinya
pergeseran dalam aktiva. Perlu diperhatikan bahwa dalam hal ini tidak terjadi
penambahan penghasilan karena penghasilan telah dicatat pada tanggal 15 Desember
yang lalu.

(9) Selama dua minggu terakhir bulan Desember tagihan yang diberikan kepada
langganan berjumlah Rp 1.800.000,00. Transaksi ini sama dengan transaksi nomor
(5) di atas. Oleh karena itu Piulang Dagang dan Modal bertambah dengan Rp
1.800.000,00.
(10) Pada tanggal 31 Desember, Ny. Pratiwi mengambil uang untuk keperluan pribadi
sebesar Rp 600.000,00. Transaksi ini disebut pengambilan prive di mana kas dan
Modal berkurang dengan jumlah Rp 600.000,00. Transaksi semacam ini merupakan
kebalikan dari transaksi penyetoran modal yang dilakukan Ny. Pratiwi.

(11) Persediaan perlengkapan salon yang masih tersisa pada tanggal 31 Desember
berjumlah Rp 300.000,00. Hal ini berarti bahwa selama bulan Desember telah
dipakai perlengkapan salon seharga Rp 100.000,00. Seperti kita ketahui semula
Salon Kecantikan "Cantik" membeli perlengkapan salon seharga Rp 400.000,00
(lihat transaksi pembelian tanggal 5 Desember). Pada akhir periode dihitung jumlah
persediaan yang masih ada dan jumlah ini dikurangkan dari persediaan semula (yang
dibeli) untuk menentukan biaya pemakaian perlengkapan salon periode yang
bersangkutan. Transaksi ini mengakibatkan aktiva Persediaan Perlengkapan salon
dan Modal Ny. Pratiwi berkurang dengan Rp 100.000,00
(12) Pada tanggal 31 Desember, diterima tagihan rekening listrik dan rekening air
masing-masing sebesar Rp 25.000,00 dan Rp 15.000,00 Rekening-rekening ini
belum dapat dibayar pada bulan Desember. Hal ini merupakan transaksi terjadinya
biaya untuk bulan Desember. Mengingat bahwa biaya-biaya ini belum dibayar
sampai akhir bulan Desember, maka akibatnya Hutang Dagang bertambah dan
Modal Ny. Pratiwi berkurang sebesar Rp 40.000,00.

Ringkasan kegiatan-kegiatan di atas dan pengaruhnya terhadap persamaan dasar akuntansi


dapat dilihat pada gambar 1 - 3. Hasil akhir ringkasan ini sudah tentu akan sama dengan
neraca yang disusun setelah transaksi nomor 12 di atas. Dari ringkasan dan neraca tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagai hasil kegiatan usaha salon, modal Ny. Pratiwi yang semula
berjumlah Rp 20.000.000,00 telah berkembang menjadi Rp 21.910.000,00 atau terjadi
kenaikan sebesar Rp 1.910.000,00. Seandainya Ny. Pratiwi tidak melakukan pengambilan
prive sebesar Rp 600.000,00 (lihat transaksi no. 10), maka modal Ny. Pratiwi akan bertambah
dengan Rp 2.510.000,00.

Anda mungkin juga menyukai