MENGANALISIS PUISI
Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,karena
atas berkat,rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Menganalisis Puisi” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh Dosen pada bidang studi atau mata kuliah Apresiasi
Puisi.Selain itu juga makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang analisis puisi bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………
DAFTAR ISI…………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
a)Unsur Intrinsik
b)Unsur Ekstrinsik
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis
untuk tujuan estetika. Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang
maksud penulis untuk tujuan estetika.
Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk
tujuan estetika. Pengertian puisi menurut Balai Pustaka adalah gubahan bahasa yang bentuknya
dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran akan pengalaman
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus. Pengertian
puisi menurut Balai Pustaka adalah gubahan bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara
cermat sehingga mempertajam kesadaran akan pengalaman membangkitkan tanggapan khusus
lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus. Jadi berdasarkan refrensi yang penulis peroleh
maka disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipersingkat, dipadatkan
bahasanya dan diberi irama sesuai bunyi yang padu dengan pemilihan kata kiasan yang bersifat
imajinatif.
Willibrordus Surendra Broto Rendra (W.S.Rendra) lahir di Solo, Jawa tengah pada tanggal 7
November 1935. W.S Rendra adalah seorang penyair dan sastrawan Indonesia. Beliau dijuluki
“Si Burung Merak”. Julukan ini beliau dapatkan saat jalan-jalan ke kebun binatang Gembiraloka
Yogyakarta bersama sahabatnya dari Autralia dan melihat seekor burung Merak Jantan dan
berkata “Itu Rendra!” kata orang Australia itu. “Dia orangnya suka pamer. Seperti burung merak
jantan yang suka memamerkan bulu-bulu indahnya,” cerita Edi Haryono, sahabat dekat Rendra
yang menemaninya saat ke Gembiraloka. Dan begitulah W.S.Rendra dijuluki “Burung Merak”
oleh teman-temannya di Jogja. Ayah Rendra bernama R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan
ibunya bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah. Kedua orang tuanya adalah pelaku seni.
Ayahnya adalah seorang pendrama, dan juga guru bahasa Jawa dan bahasa Indonesia di sekolah
Katolik di Solo, ibunya adalah seorang penari Serimpi yang sering manggung untuk keraton
Solo.
W.S.Rendra kecil tinggal dan bersekolah di Solo hingga tamat SMA di St.Yosef. Lulus SMA
Rendra pindah ke Jakarta demi meniti karirnya, untuk berskolah di Akademi Luar Negeri namun
sesampainya di Jakarta ternyata sekolah tersebut sudah tutup. Akhirnya Rendra putar haluan,
beliau menuju Yogyakarta dan diterima di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan
Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Di UGM inilah Rendra menunjukkan bakat
seninya. Kemudian Rendra mendapatkan beasiswa dari American Academy of Dramatical Art
(AADA) untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia seni tari dan drama. Jadilah pada 1964
W.S.Rendra berangkat ke Amerika. Bakat seni Rendra sudah muncul sejak masih kecil. Sewaktu
SMP Rendra pernah menampilkan sebuah drama yang ia namakan “Kaki Palsu“. Dan di SMA
beliau juga menampilkan sebuah drama dengan judul “Orang-Orang di Tikungan Jalan” yang
menjadi juara satu di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.
Pada 1952 puisi-puisi ciptaan Rendra mulai dimuat di sebuah majalah yang bernama majalah
Siasat. Sejak saat itu puisi-puisi Rendra kerap mewarnai kolom-kolom majalah. Antara lain yang
paling terkenal dari puisi-puisi Rendra adalah adalah Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat
Baru. Selain itu puisi-puisi Rendra juga diterjemahkan dalam berbagai bahasa di antaranya
bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Jepang dan bahasa India.
Majalah Siasat. W.S. Rendra menikah pada umur 24. Beliau menikah dengan Sunarti Suwandi
yang kemudian memberinya lima orang anak yang bernama Teddy Satya Nugraha, Andreas
Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Rendra-Sunarti beserta anak-
anaknya. Pada 1967 Rendra mendirikan sebuah sekolah teater yang dinamakan “Bengkel Teater”
di Jogja. Di Bengkel Teater ini Rendra menyukai salah seorang muridnya yaitu Bendoro Raden
Ayu Sitoresmi Prabuningrat yang merupakan seorang putri Keraton Yogyakarta. Rendra
mendapat dukungan dari isteri pertamanya untuk mempersunting Sitoresmi, namun ada hal yang
menghalangi yaitu perbedaan agama, Rendra Katolik, Sitoresmi Islam.
WS Rendra pun akhirnya memeluk agama Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat di
hari pernikahannya dengan Sitoresmi pada tanggal 12 Agustsu 1970 dan dua rekannya yaitu
Taufiq Ismail dan Rosidi sebagai saksinya. W.S. Rendra tertarik Islam sudah cukup lama yaitu
ketika melakukan persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum dirinya
menikah dengan Jeng Sito.
Dari pernikahannya dengan Sitoresmi, Rendra dikaruniai empat anak yaitu Yonas Salya, Sarah
Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati.
Di samping kemualafan Rendra dan poligaminya banyak kritik dari berbagai kalangan tentang
sosok W.S. Rendra kala itu. banyak orang menilai beliau adalah publik figur yang haus publisitas
dan gemar popularitas.
Kontroversial Rendra memuncak pada tahun 1979 ketika beliau menceraikan kedua isterinya
demi menikahi seorang perempuan bernama Ken Zuraida. Dan dikaruniai dua orang anak yaitu
Isaias Sadewa dan Maryam Supraba.
Ken Zuraida-Rendra W.S. Rendra meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur
73 tahun karena menderita jantung koroner. Jenazah WS Rendra kemudian dikebumikan di
kompleks Bengkel Teater, Cipayung-Citayam, Depok selepas shalat jum’at. Makamnya tak jauh
dari makam Mbah Surip
I.3Tujuan
Memberikan informasi mengenai pengertian puisi menurut parah ahli dan pendapat penulis dan
juga unsur unsur serta jenis jenis puisi yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Unsur Intrinsik puisi adalah sesuatu yang terkandung dalam puisi itu sendiri,dan
dimempengaruhi puisi sebagai karya sastra.
2.1.1:Unsur Batin
1.Tema
Tema merupakan gagasan/pikiran pokok yang akan ungkapkan dalam puisi yang akan
dibuat.
Tema dapat digali (eksplorasi) dari pengalaman hidup pribadi atau orang lain, kejadian
yang pernah dialami ,atau hasil karya imajinasi.
2.Nada
3.Rasa
4.Amanat
Pada puisi, amanat atau tujuan merupakan pesan yang terkandung di dalam sebuah puisi.
Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak
langsung.
2.1.2:Unsur fisik
1.Diksi
Dalam puisi, kata-kata yang digunakan bersifat konotatif dan puitis.
Konotasi atau kias berarti memiliki kemungkinan makna lebih dari
satu (banyak).
Puitis berarti mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata yang digunakan dalam
kata sehari-hari.
2.Imaji
Citraan adalah susun kata pengimajian atau pengandaian untuk memperjelas atau
memperkonkret apa yang dimaksudkan oleh penyair. Puisi bukan hanya untuk sekadar
dibaca, tetapi juga harus dipahami maknanya. Nah, dengan citraan inilah penyair
memperjelas puisinya.
3. Kata Konkret
4. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah irama atau ritme yang digunakan penyair untuk menimbulkan efek
estetis (keindahan atau puitis) pada karya puisi yang dihasilkannya. Cara ini dilakukan
dengan memanfaatkan kekayaan bahasa yang dimiliki oleh penyair melalui pengulangan
bunyi, pengulangan kata, dan kalimat
5. Rima
Rima adalah persamaan bunyi yang berulang secara teratur pada kata yang letaknya
berdekatan di dalam satularik atau antarlarik. Nah, fungsi rima yaitu untuk menciptakan
konsentrasi kekuatan bahasa atau menciptakan daya gaib pada kata yang diulang.
6.Tipografi
Tipografi adalah ukiran bentuk puisi yang biasanya berupa susunan baris ke bawah. Ada
juga penulis yang menyebut istilah tipografi dengan sebutan tata wajah puisi. Baik
tipografi maupun tata wajah memiliki pengertian yang sama, yaitu salah satu unsur puisi
yang menjadikan puisi lebih indah karena tata wajahnya dibuat seperti lukisan tertentu.
Unsur Ekstrinsik adalah unsur pembangun puisi dari luar,unsur nilai dalam puisi ii meliputi yang
berkaitan dengan pendidikn,seni,ekonomi,politik,sosial,budaya,adat istiadat,hokum,dan lain-lain.
1. Biografi
Unsur biografi berkaitan dengan latar belakang atau riwayat hidup dari seorang penyair. Antar
penyair pasti memiliki biografi atau latar belakang yang berbeda sehingga akan mempengaruhi
karya puisi yang diciptakan.
2. Nilai
Nilai-nilai puisi adalah konsep-konsep kebenaran atau hal-hal yang dianggap berguna dan
penting untuk kehidupan manusia yang terangkum di dalam puisi. Nilai puisi sangat erat
kaitannya dengan pesan dan amanat. Jadi, setelah mengetahui pesan dan amanat yang terkandung
di dalam puisi, maka pembaca dipastikan telah mengetahui nilai-nilai puisi.