9430 22359 1 SM
9430 22359 1 SM
Abstrak. Infeksi saluran kemih (ISK) sangat sering terjadi pada pasien rarvat jalan, sama halnya dengan infeksi
nosokomial. Didalam klinik sering dibagi dalam ISK tanpa komplikasi dan ISK berkomplikasi. Penyebab ISK tanpa
komplikasi umumnya Escherichia coli, namun demikian pada ISK berkomplikasi dapat juga disebabkan oleh
kuman Gram-negatif dan Gram-positif dan sering menyebabkan resisten terhadap antibiotik. Falsafah dari
pengobatan ISK adalah mengusahakan pengobatan yang cepat dan eiektif serta menccgah terjadinya resistensi
terhadap antibiotik. (JKS 2008; I: 61-65)
Kata kunci : Infeksi saluran kemih (lSK), pengobatan antibiotik, resisten antibiotik
Abstract. Bacterial urinary tract infections (UTIs) are frequent infections in the outpatient as well as in the
nosocomial setting. The stratification into uncomplicated and complicated UTIs has proven to be clinically useful.
ln uncomplicated UTIs Escherichia coli is the leading organism, whereas in complicated UTIs the bacterial
spectrum is much broader including Gram-negative and Gram-positive and often multiresistant organism.The aim
of treatment are rapid and effective response to the therapy and prevention of emergence of resistance to
antimicrobial chemotherapy in the microbial environment. (JKS 2008; l: 6I-66)
6l
--
1. Kadar kepekaan terhadap antibiotik dan Kadar ekresi dalam urin yang tinggi(Z 75%)
konsentrasi antibiotik dapat dilihat dalam dapat dilihat dari gatifloxacin (80%),
darah. Akan tetapi kadar dalam jaringan levofloxacin (84Y,), lomefloxacin (757o) dan
grnjal, lapisan dalam dinding kantung kemih ofloxacin (81%). Kadar ekresi dalam urin
atau prostat akan menentukan dalam intermediate (40-75%) dapat dilihat pada
pengobatan ISK. Hal ini karena konsentrasi golongan ciprofloxacin (43%), enoxacin
dalam tubuh manusia sangat susah untuk (53o/,), fleroxacin (67%) dan kadar ekresi
dinilai, begitu juga konsentrasi dalam urin dalam urin rendah (< 40o/") dapat dilihat pada
atau kadar aktivasi antibiotika dalam urin golongan gemifloxaci n (28%), moxifloxacin
sering menjadi kendala dalam mengevaluasi (20%), norfoloxacin (20W, pefloxacin
substansi antibiotik dalam pengobatan ISK.12 (14%) dan sparfloxacin (l 0%).r3'ra
Ekresi dalam urin dan determinasi aktivasi
dari antibiotik adalah hal yang sangat penting Kini, parameter farmakokinetilq kadar antibiotik
untuk melihat terapi yang rasional dalam dalam serum dan kadar ekresi dalam urin adalah
pengobatan ISK.I2 dasar evaluasi dalam pemberian antibiotik dalam
2. Sebagai contoh, ekresi dari golongan pengobatan ISK.l4
fluroquinolone dalam urin sangat berbeda.
62
Maimun, Penanganan infeksi saluran kemih
Tabel 1. Kelompok dan dosis dari pemberian kernoterapi untuk pengobatan ISK pada orang
dewasa.l2
Trblc 1 - Grcu7r erd ,3er5u oI uat cl. €soth.npcudo for tbe rematlt of t rI ia adul6
Antjb:o.i. !3rFs A-qriricrobial subsEnce Daily dosage
omI i.v./i-m.
Masalah yang sangat besar dalam pemberian Uro-vaxomR adalah ekstrak bakteri yang
antibiotik saat ini adalah kedaruratan dan mengandung komponen immuno-stimulating,
peningkatan resistensi antibiotik yang sangat derivat dari 18 uropatogen strain E. Coli dan
cepat. Penyebab resistensi yang meningkat ini diberikan secara oral. Dari satu penelitian
diduga ada kaitan dengan pemakaian antibiotik multicentre, double-blind, 453 penderita wanita
yang tidak rasional sehingga bakteri mengalami yang diberikan Uro-vaxom* dapat menurunkan
mutasi (clones) yang didukung oleh faktor 34o/o angl<a kejadian ISK dibandingkan dengan
mediko sosial dalam masyarakat. Pendekatan placebo. Akan tetapi tidak ada data yang
dengan pola melihat tingkat resistensi dapat membandingkan Uro-vaxomR dengan antibiotik
mencegah risiko tidak efektifrrya pemakaian dalam mencegah ISK berulang.
antibiotik pada masa akan datang. Epidemiologi SffovacR adalah ekstrak seluruh sel bakteri yang
dan resistensi antibiotik sangat bervariasi dalam merupakan derivat dari uropathogenic strain E.
hal penyebab infeksi, golongan obat, daerah dan Coli, P. mirabilis. M. morgani, K. Pneumonia
dekade tertenfu.la'15 dan E. Faecalis. Preparat ini diberikan secara'
intramuskuler juga untuk mencegatr ISK
Vaksinasi berulang. Dalam satu penelitian prospektif pada
Saat ini ada 2 vaksin yang tersedia dan 4l penderita ISK
uncomplicated berulang,
direkomendasi untuk penderita ISK persentase re-infeksi dalam 6 bulan adalah4l,%
uncomplicated berulang . Uro-vaxomR dan pada penderita yang mendapatkan SulcoUrovac
StrovacR. sedangkan pada kelompok placebo 96yo.'r
63
I
I
J\IRNAL KEDOKTEMN SYIAH KUALA Volume I Nomor I Aprii 2008
64
Maimun, Penanganan infeksi saluran kemih
65
E
patogenesis resistensi antibiotik kadang- (500mg) in plasma and urine of male and female
Pr healthy volunteers receiving a sigle oral dose
kadang diluar perkiraan.
ls' Wagenlehner FME . Weidner and Naber KG.
Vaksinasi menjadi topik yang sangat penting
Pe
p€
- Emergence of antibiotic resistence amongst hospital -
kt
pada masa yang akan datang acqured urinary tract infrctions snd
p2
- Proses pengobatan penyakit infeksi sangat phsmrscokinetic/pharmacodynamic concidarations. J
dinamis sehingga pengelolaan penyakit of Hospital Infections. (2005), 60, I
ol
infeksi haruslah selalu di up-dote.
ti,
pr
pr
Daftar Pustaka
l_
K
1. Gallaghar S.A, Hemphill R.R. Urinary Tract Infection
P : Epidemiology, Detection, and Evaluation. Dikutip
rl dari http://wwq'. yahoo.com. 2005
d 2. Simon H, Cannistra S.A. Etkin M.J et al : Urinary
t Tract Infection, dikutip dari bttp-l$yU&C!:
conected.com.200I
k
3. l{owes D.A, Kantor S.S, Urinary Tract Infection,
t Female. 2005,(cited 2005 April 25) Available from
\ httu//rvrvw.eMedici ne
T .com/EN,IERG/topic.62 6.htm. com.
4. Howes D.A, Kantor S.S, Urinary Tract Ini-ection,
Male. 2005,(cited 2005 April 25) Available from
I
http://w"r,* e Med i ci ne
.
.corilEN{ERG/topic.62 6.htm.com
5. Hoepelman AMI, Meiland R dan geerlings SE.
Pathogenesis and mangement ofbacterial urinary tract
infections in adult patients with diabetes mellitus.
lnternational Journal of Antimicrobial Agents 22,
(2003), s35-343
Q. Tolkoff-Rubin N.E, Cotran R.S and Rubin R.H.
Urinary Tract Infection, Pyelonephritis, and Reflux
Nephorpathy. In : Brenner B.M, The Kidney, 7th Ed,
Philladelphia: Saunder^' -^ ^ 1.p.1314-1556.
7. Nicolle L.E. Epidemic Urinary Tract Infection,
dikutip dari http://wr.vq ;ape.com/viervar:ticle
8. Nicolle L.E. Urinary lraor ^nfection. ln : Greenberg
A, cheung A.K, Coffman T.M et al. Primer on Kidney
Disease, 3th Ed, Academic Press, California,200l
9. Stamm W.E. Urinary Tract lnfection and
Pyelonephritis. In : Braunwald E, Fauci A.S, Kasper
D.L et al. Harrison's Intemal Medicine, 15" Ed, Mc
Graw-Hill, New York, 2001
10. Alan Meyrier. UrinaryTract lnfections. In :
Nephrology.McCraw-Hill,London 283, 200 I
-.11. Takahashi P,Trang M and Evans J. Antibiotic
Prescribing and outcomes Following Treatment of
Symptomatic Urinary Tract Infections in Older
Women. J Am Med Dir Assoc (2004); 5: SI2-Sl5
12. Wagenlehner FME and Neber KG dan Wagenlehner
FME. Treatment of Bacterial Urinary Tract Infections
: Presence and Future. European Urology 49(2006),
235 - 244
13. Stein GE and Schooley S. Urinary concentrations and
of newer fluroquionolones in
bactericidal activities
healthy volunteers. International Journal of
Antimicrobial Agents 24, (2004), 168-17 2.
14. Wagenlehner FME et al. Pharmakokinetics of
ciprofloxacin XR (1000mg) versus levofloxacin
i
I 66
tI
I
I
I