Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha membentuk pengalaman dan perubahan

yang dikehendaki dalam tingkah laku individu dan kelompok sesuai tujuan

pendidikan.1 Pondasi kemajuan suatu bangsa terletak pada kualitas

pendidikan, tanpa adanya pendidikan yang baik sebuah bangsa hanya akan

menjadi jajahan bangsa lain, mereka akan diombang-ambingkan dengan

banyaknya permasalahan di era modern seperti saat ini. Allah SWT berfirman

       


           
          
       
Artinya: “ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan tidak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’du: 11) 2
Seperti halnya bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan, yang dijajah

oleh jepang dan belanda hampir tiga ratus lima puluh tahun. Melewati masa

itu Indonesia akhirnya merdeka pada tahun 1945 kemudian secara perlahan

1
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005, hal 22.
2
Departemen Agama R.I, Al-Qur'an dan Terjemahannya. Bandung : Diponegoro, hal.
250.

1
2

Indonesia mulai memperbaiki seluruh sendi pembangunan bangsa termasuk

pendidikan sampai saat ini.

Namun ironinya, disaat kemajuan pembangunan berjalan semakin pesat

kita dihadapkan oleh permasalahan besar yang menjangkiti hampir diseluruh

lapisan masyarakat dan tak kunjung terselesaikan yaitu masalah degradasi

moral dan karakter.

Kerusakan moral dan karakter tampak di depan mata hampir setiap hari

bahkan setiap jam, tidak henti-hentinya media informasi menampilkan aksi

kejahatan seperti perampokan, pembunuhan, penculikan, pemerkosaan dan

lain-lain, kerusakan karakter bahkan telah masuk pada lingkungan pendidikan

dan akademisi seperti tawuran antar pelajar, narkoba, pergaulan bebas dan

lain sebagainya. Diantara bentuk kerusakan karakter bangsa yang dianggap

sangat merusak dan dapat menghambat proses pembangunan bangsa secara

menyeluruh adalah korupsi.

Mengatasi permasalah tersebut, penanaman karakter melalui lembaga

pendidikan formal merupakan solusi yang dianggap efektif yang sampai saat

ini selalu diusahakan oleh banyak pihak yang peduli dengan permasalahan

ini.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan

jiwa anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah

peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Pendidikan karakter juga

merupakan proses berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending

process), sehingga mengahasilkan perbaikan kualitas yang


3

berkesinambungan, yang bertujuan pada terwujudnya manusia masa depan

yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Melalui refitalisasi dan

penekanan karakter diberbagai lembaga pendidikan, baik formal, informal,

maupun nonformal diharapkan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai

tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan kompleks.3

M. Arfan Muammar mengutip penyataan Syed Muhammad Naquib Al-

Attas yang mendefinisikan arti pendidikan secara sistematis, menegaskan

bahwa tujuan pendidikan menurut islam bukanlah untuk menghasilkan warga

negara yang baik dan tidak pula pekerja yang baik. Sebaliknya tujuan tersebut

adalah untuk menciptakan manusia yang baik melalui penanaman adab.4

Usaha perbaikan harus selalu diupayakan karena hal ini sejalan dengan

firman Allah SWT :

        


         
          
         
Artinya: “ Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu
jika Aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan
dianugerahi-Nya Aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah
Aku menyalahi perintah-Nya)? dan Aku tidak berkehendak
menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang Aku larang.
Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama Aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada
Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku
kembali. .” (Q.S. Huud: 88). 5

3
H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014 , hal.
1-2.
4
M.Arfan Muammar, Internalisasi Konsep Ta’dib Al-Attas dalam Pengembangan
Karakter Peserta Didik, Jurnal Peradaban Islam, Tsaqofah, Fakultas Usuluddin Institut Studi
Islam Darussalam (ISID) Gontor Vol 9, No.2, November 2013, hal. 359.
5
Departmen Agama R.I, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hal. 231.
4

Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari pendidikan

moral, karana pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah

benar-salah tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang nilai-

nilai luhur dalam kehidupan.

Dalam persepektif islam pendidikan karakter mendapat perhatian yang

cukup besar seiring diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki

dan menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran islam sendiri

mengandung ajaran yang tidak hanya mengajarkan keimanan dan ibadah saja

tetapi juga aspek akhlak atau mengenai bagaimana seseorang seharusnya

bersikap dengan sebaik-baiknya. 6

Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada pembiasaan

melalui keteladanan dan pembiasaan, sehingga apa yang didengar, dilihat dan

yang dirasakan oleh peserta didik merupakan sarana pembentukan karakter,7

maka para penyelenggara pendidikan harus mengupayakan keteladanan dan

penciptaan lingkungan yang baik.

Keteladanan dalam pembentukan karakter merupakan usaha pendidikan

yang efektif dan efisien. Hal ini dibuktikan oleh keberhasilan praktik

pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.8 Disebutkan dalam

Firman Allah SWT :

          
      
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

6
Mulyasa, Manajemen, hal. 5.
7
Ibid, hal. 9.
8
Abdullah Syukri, Gontor, hal. 134.
5

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap


(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.”(Q.S. Al-Ahzab : 21)9

Selain itu lembaga pendidikan juga harus mampu menciptakan

pembiasaa-pembiasaan yang baik terutama yang sesuai dengan nilai-nilai

luhur bangsa ini sebagaimana dalam UU No. 2 thun 1989 tentang system

Pendidikan Nasional dan juga termuat dalam SK dirjen Dikti.

No.38/DIKTI/Kep/2002, dijelaskan bahwa “Tujuan pendidikan Pancasila

mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa . . . “ tujuan pendidikan Pancasila tersebut

akan mengarahkan terciptanya budaya religius disebuah lembaga

pendidikan.10

Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Kabupaten Tebo, beralamat di desa

karang dadi merupakan sekolah yang cukup besar dilihat dari jumlah

siswanya yaitu sekitar 480 siswa, sekolah ini memepunnyai misi mencetak

lulusan yang berilmu pengetahuan berlandaskan iman dan takwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai misi tersebut khususnya dalam

membekali siwa-siswanya dengan iman dan takwa, SMAN 7 Tebo telah

melakukan banyak upaya, salah satunya melalui pendidikan karakter, beberpa

upaya untuk membentuk karakter peserta didik yang telah dilakukan

diantaranya adalah ditunjuknya guru Bimbingan Konseling, menerapkan

9
Departmen Agama R.I Al-Qur'an dan Terjemahannya, hal. 420.
10
Kaelan, M.S, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2014, hal. 15.
6

Kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada ranah afektif dan lain

sebagainya, namun hasilnya belum terlihat maksimal.

Melihat keadaan tersebut peneliti tertarik dan merasa perlu untuk

melalakukan penelitian mengenai karakter peserta didik dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan analisis tentang pembentukan karakter

bangsa melalui pendidikan karakter peserta didik di lembaga pendidikan.

Berdasarkan observasi awal peneliti di SMAN 7 Tebo didapati bahwa

pendidikan karakter sudah dilaksanakan tetapi belum mendapatkan hasil yang

maksimal, ada beberapa masalah yang berpengaruh pada kuat atau lemahnya

karakter peserta didik yang layak untuk dijadikan perhatian yaitu :

1. Mengapa proses pendidikan selama ini masih berorientasi pada ranah

kognitif. Sekalipun telah diterapkan kurikulum 2013.

2. Mengapa pengetahuan dan kesadaran siswa terhadap pentingnya karakter

yang baik masih lemah.

3. Apakah pembiasaan-pembiasaan dalam berperilaku yang baik

dilingkungan sekolah sudah maksimal.

4. Apakah penerapan disiplin siswa sudah maksimal.

5. Sudahkah peran guru PAI maksimal dalam membentuk karakter peserta

didik.

6. Bagaimana pengawasan orang tua dan masyarakat terhadap perilaku

remaja.
7

7. Apakah seluruh warga sekolah sudah bekerjasama dalam menciptakan

lingkungan yang kondusif untuk pendidikan karakter.

8. Bagaimana pengamalan nilai-nilai agama islam oleh peserta didik dan

seluruh warga sekolah, yang mayoritas adalah muslim.

Dengan demikian penulis mengangakat judul penelitian ini adalah :

Pengaruh Keteladanan Guru PAI, Budaya Religius Terhadap Karakter

Siswa Di SMA Negeri 7 Kabupaten Tebo.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas dan agar

penelitian ini lebih terarah maka peneliti membatasi masalah pada pengaruh

keteladanan dan budaya religius terhadap karakter siswa di SMAN 7 Tebo.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas, peneliti dapat merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara keteladanan Guru

PAI terhadap karakter siswa di SMAN 7 Tebo?

2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara budaya religius

terhadap karakter siswa di SMAN 7 Tebo?

3. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara ketedanan Guru

PAI terhadap budaya religus di SMAN 7 Tebo?

E. Tujuan Penelitian
8

Adapun tujuan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah

diatas adalah :

1. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh keteladanan Guru PAI terhadap

karakter siswa di SMAN 7 Tebo.

2. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh budaya religius terhadap

karakter siswa di SMAN 7 Tebo.

3. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh ketedanan Guru PAI terhadap

budaya religus di SMAN 7 Tebo.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoritis maupun

praktis .

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal

pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca

khususnya di bidang pendidikan karakter, dan memberikan informasi

mengenai konsep pembangunan karakter di sebuah lembaga pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter peserta didik di

SMAN 7 tebo.

b. Sebagai bahan evaluasi dalam proses pendidikan karakter khususnya

bagi SMAN 7 Tebo.


9

c. Sebagai salah satu persyaratan bagi peneliti dalam menyelesaikan

program sarjana Strata Satu (S.1) di Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) Yasni Muara Bungo.

Anda mungkin juga menyukai