Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS PERHITUNGAN TINGKAT KESUBURAN

TANAH PADA KEBUN AKADEMIK FAKULTAS


PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP

ABDUL ROHIM

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN


BUDIDAYA PERANIAN UNIVERSITAS
TADULAKO 2021

ANALISIS PERHITUNGAN TINGKAT KESUBURAN


TANAH PADA KEBUN AKADEMIK FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP

“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Matakuliah


Kesuburan Tanah dan Pemupukan”

ABDUL ROHIM
E 281 19 188

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN


BUDIDAYA PERTANIAN UNIVERSITAS
TADULAKO 2021

ii
Judul : Analisis Perhitungan Tingkat Kesuburan Tanah Pada
Lahan Akademik Fakultas Pertanian Untad
Nama : Abdul Rohim

Stambuk : E 28119 188

Kelompok : 5 (Lima)

Palu, April 2020

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Asisten Penanggung Jawab

Moh. Babullah Ahmad Moh. Babullah Ahmad


E 28116 040 E 28116 040

Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab
Praktikum
Kesuburan Tanah Dan Pemupukan

ii
i
RINGKASAN

Abdul Rohim (E28119188), “Analisis Penilaian Tingkat Kesuburan Tanah


Tingkat Akademik Fakultas Pertanian Universitas Tadulako”.

Kesuburan tanah suatu lahan pertanian berbeda-beda, tergantung dari bahan


organik yang terkandung di dalam setiap lapisan tanah, topografi, tekstur, struktur,
solum dan juga aktifitas mikroorganisme dalam tanah. Kesuburan tanah ini
mempunyai arti yang sangat penting sebab tanah subur adalah tanah yang
mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk dapat menyediakan unsur hara bagi
tanaman dengan jumlah tepat sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal.
Kesuburan tanah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah aktual dan
juga kesuburan tanah potensial. Tanah aktual adalah tanah yang kesuburanya
masih alami, belum ada proses ampur tangan manusia, sedangkan tanah Potensial
adalah tanah yang kesuburannya dapat diperoleh dengan campur tangan teknologi
yang tepat guna. Pengambilan contoh tanah biasa atau terganggu (disturbed soil)
dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya untuk kepentingan
analisa kimia yaitu Analisis B-Oraganik, pH-Tanah, N-total, P 2O5, K2O, dan KTK.
Pada prosedur penetapan reaksi tanah (pH) menggunakan dua metode yaitu,
Kolometri dan Elektrometri. Metode yang sering digunakan untuk menentukan
kadar bahan organik tanah adalah metode Walkley and Black, Nitrogen dalam
sampel tanah dihidrolisis dengan asam sulfat .NH 4 yang terbentuk didestilasi
dengan penambahan alkali (suasana basa). Fosfor dalam bentuk candangan
ditetatapkan dengan menggunakan pengestrak HCl 25%, Berdasarkan hasil analisis
rata-rata parameter yang kami telah lakukan dapat diketahui bahwa nilai pH untuk
KCL, pada sampel A diperoleh hasil 7,02 dan pada sampel B yaitu 7,04 yang
keduanya termasuk dalam kriteria Netral. Sedangkan pada H2O, pada sampel A
diperoleh hasil 7,31 dan sampel B yaiu 7,51 yang masing-masing bersifat basah
dan alkalis. Dari hasil rata-rata parameter C-organik yaitu , pada sampel A
diperoleh 2,22 dan sampel B diperoleh 2,19. Keduanya termasuk dalam kriteria
Asam. Kriteria pada tanah didasarkan pada kadar C-organik tiap sampel, bukan
dari bahan organik tanah, karena penentuan bahan organik ditentukan oleh nilai C-
organik. Pada N-Total diperoleh, pada sampel A yaitu 0,08% dengan kriteria
sangat rendah dan pada sampel B yaitu 0,08% dengan kriteria sangat rendah. hasil
P yang dipatkan, pada sampel A yaitu 24,57 dan sampel B yaitu 23,74. Sedangkan
pada hasil K pada sampel A yaitu 389,70 dengan kriteria sangat tinggi dan sampel
B yaitu 30,03 dengan kriteria sedang. hasil KTK yang didapatkan pada sampel A
yaitu 18,03 dengan kriteria sedang dan sampel B 7,53 dengan kriteria sangat
rendah. Dari hasil analisis tekstur tanah, pada kedua sampel A dan B tersebut
diperoleh hasil yang sama yaitu Pasir 68,5 %, Debu 17,5 %, Liat 17,0 % dan
masuk dalam kriteria berpasir.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan

laporan ini dengan judul Laporan Lengkap Praktikum Mata Kuliah Kesuburan

Tanah dan Pemupukan.

Dalam pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini banyak

mendapatkan bimbingan, saran, serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga

dalam pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Moh.

Babullah Ahmad selaku koordinator sekaligus Asisten Penanggung Jawab dari

kelompok 5 Praktikum Mata Kuliah Kesuburan Tanah Dan Pemupukan

Penyusun telah berupaya semaksimal mungkin dalam membuat Laporan

Lengkap ini, namun sebagai manusia yang hakekatnya ciptaan Allah SWT. Yang

tidak luput dari kesalahan dan dosa. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan

hati penyusun sangat menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga Laporan ini bisa bermanfat bagi pembacanya. Amin.

Sigi, April 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
v
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

RINGKASAN........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................ 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesuburan Tanah................................................... 7
2.2 pH ............................................................................................ 8
2.3 C-Organik dan Bahan Organik ............................................... 11
2.4 N-Total Tanah ......................................................................... 11
2.5 P2O5 dan K2O Tanah ................................................................ 12
2.6 Kapasitas Tukar Kation (KTK) ............................................... 12
2.7Analisis Tekstur Tanah ............................................................. 13
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 15
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 15
3.3 Cara Kerja .............................................................................. 16
3.3.1 Pengambilan Sampel ..................................................... 16
3.3.2 Penetapan Reaksi Tanah (pH) ....................................... 16
3.3.3 Penetapan C-Organik dan Bahan Organik Tanah ......... 17
3.3.4 Penetapan N-Total Tanah .............................................. 17
3.3.5 Penetapan P2O5 dan K2O Ekstrak HCL 25%................. 18
3.3.6 Penetapan Kapasitas Tukar Kation (KTK) .................... 19
vi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................... 21
4.2 Pembahasan ............................................................................ 22
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan Saran ............................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria Sifat Kimia Tanah .......................................................... . 10


2. Tekstur Tanah.............................................................................. . 14
3. Hasil Rata-rata Parameter Kimia Tanah ..................................... . 21

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

4. PERHITUNGAN ........................................................................ . 29
5. DOKUMENTSI ..................................................................... …. . 33
6. BIODATA PENULIS ................................................................. . 34

vi
i
vi
ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesuburan tanah adalah kondisi atau keadaan dan kemampuan tanah untuk

mendukung pertumbuhan tanaman dengan berbagai komponen di dalamnya.

Kesuburan tanah memegang peran yang penting dalam meningkatkan produksi

dan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah adalah hubungan sifat tanah (sifat

fisika, kimia dan biologi) yang di gunakan tanaman untuk bertumbuh dan

berkembang. Kesuburan tanah juga dapat di nilai secara langsung pada keadaan

tanaman yang teramati. Cara tersebut dapat di ketahui sebab-sebab yang

menentukan kesuburan tanah dan dapat diungkapan tanggapan tanaman terhadap

keadaan tanah yang dihadapinya. Kesuburan tanah suatu lahan pertanian

berbedabeda, tergantung dari bahan organik yang terkandung di dalam setiap

lapisan tanah, topografi, tekstur, struktur, solum dan juga aktifitas mikroorganisme

dalam tanah. Kesuburan tanah ini mempunyai arti yang sangat penting sebab

tanah subur adalah tanah yang mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk dapat

menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan jumlah tepat sehingga dapat

menghasilkan produksi yang optimal. Kesuburan tanah itu sendiri terbagi menjadi

dua yaitu kesuburan tanah aktual dan juga kesuburan tanah potensial. Tanah

aktual adalah tanah yang kesuburanya masih alami, belum ada proses ampur

tangan manusia, sedangkan tanah Potensial adalah tanah yang kesuburannya dapat

diperoleh dengan campur tangan teknologi yang tepat guna. Pengambilan contoh

tanah biasa atau terganggu (disturbed soil) dilakukan di atas permukaan tanah atau

horizon/lapisan lainnya untuk kepentingan analisa kimia yaitu Analisis

BOraganik, pH-Tanah, N-total, P2O5, K2O, dan KTK.


Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang

dinyatakan sebagai –log [H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial

larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH.Elektrode gelas

merupakan elektrode selektif khusus H+, hingga memungkinkan hanya mengukur

potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+.Potensial yang timbul diukur

berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl).Biasanya

digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode-elektrode pembanding

dan elektrode gelas (elektrode kombinasi).Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan

air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N

menyatakan kemasaman cadangan (potensial).

pH masam pada lahan dapat memengaruhi kelarutan P-organik dari

sumbangan pupuk organik, di mana kondisi masam maka kelarutan P dalam

bentuk tersedia sangat rendah disebabkan terjadi pengikatan (adsorpsi/retensi).

Khelasi P-organik dapat dilakukan oleh Ca/Mg yang berasal dari dolomit,

sehingga P organik sukar terlarut menjadi bentuk tersedia (P-anorganik), (Audette

et al. 2016).

Secara umum, status hara dalam tanah dapat memengaruhi produksi

tanaman disebabkan adanya serapan hara oleh akar tanaman (Chang et al. 2010).

Penyerapan hara P dari tanah oleh akar tanaman dipengaruhi oleh proses

dekomposisi bahan organik tanah terkait dengan luasan permukaan pertukaran

kation dan anion yang dipengaruhi oleh pH tanah (Moreira et al. 2011).

2
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat tanah dengan daya penahan air

yang mempengaruhi struktur tanah dan mendorong aktifitas mikrobiologi tanah

yang akan mempengaruhi struktur tanah. Bahan organik ini merupakan sumber

langsung dari unsur hara tanaman, dimana pelepasannya tergantung dari aktivitas

mikrobiologi, dan berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation (KTK). C-organik

dan N total tanah dapat meningkat jika terjadi mineralisasi nitrogen dan

menurunnya emisi CO2. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan bahan organik

tanah dan mikrob perombak. Pemberian pupuk organik baik berupa kompos

maupun pupuk hayati dapat meningkatkan C-org dan N-tot tanah, namun tidak

signifikan perbedaannya jika dibandingkan pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk).

Hal ini diduga pemberian kompos dan pupuk hayati sebaiknya dilakukan

bersamaan, karena pupuk hayati kaya akan mikrob dapat membantu perombakan

bahan organik dari kompos. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan perubahan

senyawa organik menjadi bentuk ion yang dapat tersedia dan terserap oleh

tanaman, seiring dengan adanya peningkatan produksi (Wang et al. 2015).

Pemupukan merupakan hal penting dalam kegiatan budi daya dengan

tujuan memperbaiki kualitas dan kesehatan tanah. Aplikasi pupuk organik dapat

memperkaya kandungan bahan organik, hara makro-mikro sehingga dapat

meningkatkan produksi (Zhou et al. 2013). Pemupukan organik maupun anorganik

telah banyak dilakukan dalam budi daya sayuran. Penggunaan pupuk organik

dapat dijadikan pilihan yang baik mengingat harga pupuk kimia semakin mahal

(Lim & Vimala 2012).

Jumlah bahan organik dapat dihitung dari kadar karbon organik. Untuk

menentukan bahan organik, yang terikat dengan erat di dalam tanah dan berada

3
dalam kesetimbangan di dalam lingkungan tanah, membutuhkan teknik yang

khusus. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar bahan

organik tanah adalah metode Walkley and Black dengan prinsip bahwa karbon (C)

dioksidasi pada suhu sekitar 120ºC, dengan menambahkan larutan Kalium

dikromat dan asam sulfat pekat pada contoh tanah, dengan kata lain karbon

sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi

Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau yang

terbentuk setara dengan kadar karbon.

Nitrogen dalam sampel tanah dihidrolisis dengan asam sulfat .NH4 yang

terbentuk didestilasi dengan penambahan alkali (suasana basa).yang telah

dibubuhi indicator Conway, kemudian dititrasi dengan larutan baku asam sulfat

(H2SO4) atau asam klorida (HCl). C-organik dan N total tanah dapat meningkat

jika terjadi mineralisasi nitrogen dan menurunnya emisi CO2. Hal ini

berhubungan dengan ketersediaan bahan organik tanah dan mikrob perombak.

Pemberian pupuk organik baik berupa kompos maupun pupuk hayati dapat

meningkatkan C-org dan N-tot tanah, namun tidak signifikan perbedaannya jika

dibandingkan pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk). Hal ini diduga pemberian

kompos dan pupuk hayati sebaiknya dilakukan bersamaan, karena pupuk hayati

kaya akan mikrob dapat membantu perombakan bahan organik dari kompos. Hal

ini diharapkan dapat mengoptimalkan perubahan senyawa organik menjadi bentuk

ion yang dapat tersedia dan terserap oleh tanaman, seiring dengan adanya

peningkatan produksi (Wang et al. 2015).

Unsur Ca memengaruhi ketersediaan P, di mana kelarutan Ca yang banyak

dapat mengurangi ketersediaan P organik menjadi bentuk P-presipitasi (tidak

4
tersedia) yang dapat membentuk Ca dan Mg fosfat. Ketersediaan unsur hara Ca

dan Mg bersifat sinergis, di mana semakin tinggi kelarutan Ca diikuti kelarutan

Mg yang tinggi pula (Castan et al. 2016). Posfor dalam bentuk candangan

ditetatapkan dengan menggunakan pengestrak HCl 25%. Pengestrak ini akan

melarutkan bentuk-bentuk senyawa fosfat dalam kalium mendekati kadar P dan

K-total. Ion fosfat dalam ekstrak akan bereaksi dengan ammonium molibdat

dalam suasana asam membentuk asam fosfomolibdat. Selanjutnya akan bereaksi

dengan asam askorbat menghasilkan larutan biru molibdat. Intensitas warna

larutan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm,

sedangkan kalium diukur dengan flamefotometer.

Ation Exchange Capacity atau kapasitas tukar kation (KTK) merupakan

kemampuan tanah untuk melakukan pertukaran kation pada permukaan koloid

yang bermuatan negatif agar dapat menyeimbangkan muatannya. Muatan ini

timbul karena adanya interaksi antar unsur penyusun yang membentuk senyawa

dan mineral. Umumnya, mineral yang dijumpai di tanah adalah mineral lempung.

Nilai KTK umumnya dinyatakan dalam satuan cmolc/kg (Meimaroglou, 2019).

KTK dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekstur tanah, jenis mineral yang

terkandung di tanah dan kandungan bahan organik dalam tanah (Zaqyah, 2016)

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui tehnik

pengambilan contoh tanah, penetapan reaksi tanah (pH), Penetapan C-Organik

tanah, penetapan N-total tanah, penetapan P2O5 dan K2O tanah, dan penetapan

kapasitas tukar kation, serta analisis Perhitungan tingkat kesuburan tanah pada

percobaa yang telah dilakukan di lahan akademik maupun di dalam Laboratorium.


5
Manfaat dari praktikum ini diharapkan agar Mahasiswa dapat melakukan

tehnik analisis perhitungan tingkat kesuburan tanah pada praktikum yang telah

dilaksanakan di kebun akademik maupun di dalam Laboratorium ilmu tanah di

Universitas Tadulako.

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah kondisi atau keadaan dan kemampuan tanah untuk

mendukung pertumbuhan tanaman dengan berbagai komponen di dalamnya.

Kesuburan tanah memegang peran yang penting dalam meningkatkan produksi dan

produktivitas tanaman. Kesuburan tanah adalah hubungan sifat tanah (sifat fisika,

kimia dan biologi) yang di gunakan tanaman untuk bertumbuh dan berkembang.

Kesuburan tanah juga dapat di nilai secara langsung pada keadaan tanaman yang

teramati. Cara tersebut dapat di ketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan

tanah dan dapat diungkapan tanggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang

dihadapinya. Kesuburan tanah suatu lahan pertanian berbedabeda, tergantung dari

bahan organik yang terkandung di dalam setiap lapisan tanah, topografi, tekstur,

struktur, solum dan juga aktifitas mikroorganisme dalam tanah. Kesuburan tanah

ini mempunyai arti yang sangat penting sebab tanah subur adalah tanah yang

mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk dapat menyediakan unsur hara bagi

tanaman dengan jumlah tepat sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal.

Kesuburan tanah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah

aktual dan juga kesuburan tanah potensial. Tanah aktual adalah tanah yang

kesuburanya masih alami, belum ada proses ampur tangan manusia, sedangkan

tanah Potensial adalah tanah yang kesuburannya dapat diperoleh dengan campur

tangan teknologi yang tepat guna. Pengambilan contoh tanah biasa atau terganggu

(disturbed soil) dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya


untuk kepentingan analisa kimia yaitu Analisis B-Oraganik, pH-Tanah, N-total,

P2O5, K2O, dan KTK (Mukhlis, 2012).

2.2 Penetapan Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang

dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator

kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersedian hara dalam

tanah tersebut. Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena tiap tanaman memerlukan

lingkungan pH tertentu. Ada tanaman yang toleran terhadap perubahan pH, tetapi

ada pula tanaman yang tidak toleran terhadap perubahan pH. Disamping

berpengaruh langsung terhadap tanaman, pH juga mempengaruhi faktor lain,

misalnya ketersediaan unsur. Kelarutan Al dan Fe juga dipengaruhi oleh pH tanah.

Pada pH asam, kelarutan Al dan Fe tinggi akibatnya pada pH sangat rendah

pertumbuhan tanaman tidak normal karena suasana pH tidak sesuai, sehingga

kelarutan beberapa unsur menurun dan adanya keracunan Al dan Fe. pH tanah

umumnya berkisar dari 3.0-9.0, tapi di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi

masam dengan pH 4.0-5.5 sehingga tanah dengan pH 6.0-6.5 sering dikatakan

cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam (

Hanafiah, K.,a.2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah Sistem tanah yang dirajai oleh

ion-ion H+akan bersuasana asam.Penyebab keasaman tanah adalah ion H+dan

Al3+ yang berada dalam larutan tanah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,

konsentrasi ion H+dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk. Bahwa

bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral


8
penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari

air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan

organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah

akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan

ion H+sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah

yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang

banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

rendahnya KTK akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam meretensi dan

menyediakan hara bagi tanaman (Powlson et al. 2015).

Gambar 1.1 Contoh literatur tabel sifat kimia tanah


pH N- PTersed KTersed CaTersed Mg-
Perlakua C- Tot ia ia ia Tersed
n Organi ia
H2O KC k Cmol/k Cml/kg Cmol/k
l (%) % PPm g g
Kontrol 6,24 5,1 2,77 0,64 992,62 0,16 23,2 sangat 1,03
renda 0 sedang tinggi 8 sangat rendah tinggi sedang
h tinggi

K1 6,35 5,8 2,23 0,67 329,35 0,20 26,6 sangat1,33


9
renda 9 sedang sedan sangat rendah tinggi sedang
h g tinggi
K2 6,89 5,7 3,01 0,70 482,01 0,20 24,3 sangat 1,00
sedan 8 sedang tinggi sangat rendah tinggi sedang
g tinggi
B1 6,70 5,5 2,88 0,7 509,43 0,18 23,3 sangat 1,00
sedan 5 sedang tinggi sangat rendah tinggi sedang
g tinggi
B2 6,28 5,7 2,05 0,63 306,63 0,15 21,0 sangat 0,80
renda 0 sedang tinggi sangat rendah tinggi rendah
h tinggi
P1 6,10 5,3 2,17 0,67 469,63 0,24 44,7 sangat 1,83
renda 0 sedang tinggi sangat rendah tinggi sedang
h tinggi
P2 6,10 5,2 3,05 0,7 736,16 0,20 43,8 sangat 1,83
renda 0 sedang tinggi sangat rendah tinggi sedang
h tinggi
Sebelum 5,86 4,8 0,604 0,604 0,62 0,09 8,17 1,42
praktiku renda 8 sangat sanga sangat
sangat sedang sedang
m h rendah t rendah
rendah
renda
h
Sumber: Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Cibinong Science Center (2016).

2.3 Penetapan C-Organik

Karbon (C) organik tanah merupakan komponen fundamental dalam siklus

karbon global untuk mendukung keberlanjutan ekosistem terrestrial (Agus 2013;

Siringoringo 2014). C-organik tanah terbentuk melalui beberapa tahapan

dekomposisi bahan organik. Status C-organik tanah dipengaruhi oleh berbagai

faktor eksternal seperti jenis tanah, curah hujan, suhu, masukan bahan organik dari

10
biomasa di atas tanah, proses antropogenik, kegiatan pengelolaan tanah, dan

kandungan CO2 di atmosfer (Hairiah et al. 2001; Hairiah et al. 2011;

Yulnafatmawita et al. 2011).

Perubahan status C-organik tanah melalui proses dekomposisi dan mineralisasi

bahan organik tanah dilaporkan memiliki keterkaitan dengan sifatsifat tanah seperti

tekstur (Augustin dan Cihacek 2016), pH, kation logam dalam tanah, KTK

(kapasitas tukar kation) (Solly et al. 2019), dan kandungan nitrogen (Gärdenäs et

al. 2011).

C-organik berperan penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan

terutama sebagai indikator basis kesuburan tanah, menjaga ketersediaan hara,

perbaikan sifat fisik tanah, serta menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme

tanah (Smith et al. 2013).

2.4 Penetapan N-Total Tanah

Hubungan C-organik dengan Kadar N Tanah Setiap bahan organik yang

mengalami proses dekomposisi lanjutan dan mineralisasi mempengaruhi

komposisi C dan N dalam tanah (Powlson et al. 2015; Wisdom et al. 2017). Hasil

analisis korelasi menunjukkan secara individual kadar C-organik berpengaruh

nyata terhadap peningkatan kadar N pada jenis tanah Inceptisol, dan tidak

berpengaruh nyata pada jenis tanah Ultisol.

2.5 Penetapan P2O5 Dan K2O Tanah Ekstrak HCL 25%

Penyerapan hara P dari tanah oleh akar tanaman dipengaruhi oleh proses

dekomposisi bahan organik tanah terkait dengan luasan permukaan pertukaran

kation dan anion yang dipengaruhi oleh pH tanah (Moreira et al. 2011).

11
Pemupukan berlebih yang berlangsung lama dapat secara langsung

meningkatkan residu unsur pupuk dalam tanah, terutama P yang cenderung

diimobilisasi oleh tanah (Yan et al., 2017). Pemupukan berlebihan juga dapat

terbawa keluar areal pertanian yang mengakibatkan pencemaran badan-badan air

serta memicu proses eutrofikasi (Rowe et al., 2016; Rodrigues et al., 2016; Chen et

al., 2017

2.6 Penetapan Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Ation Exchange Capacity atau kapasitas tukar kation (KTK) merupakan

kemampuan tanah untuk melakukan pertukaran kation pada permukaan koloid

yang bermuatan negatif agar dapat menyeimbangkan muatannya. Muatan ini

timbul karena adanya interaksi antar unsur penyusun yang membentuk senyawa

dan mineral. Umumnya, mineral yang dijumpai di tanah adalah mineral lempung.

Nilai KTK umumnya dinyatakan dalam satuan cmolc/kg (Meimaroglou, 2019).

KTK dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekstur tanah, jenis mineral yang

terkandung di tanah dan kandungan bahan organik dalam tanah (Zaqyah, 2016)

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kemampuan kompleks pertukaran tanah

untuk menjerap dan mempertukarkan kation-kation. Nilai KTK liat dapat

dipengaruhi oleh C-organik dan jumlah kation. Tanah dengan KTK yang tinggi

mempunyai daya menyimpan unsur hara yang tinggi, tetapi pada tanah masam,

KTK liat yang tinggi mungkin juga disebabkan oleh Al dd yang tinggi (Tan,

1991). Nilai KTK tanah sangat dipengaruhi oleh (1) reaksi tanah, (2) tekstur atau

jumlah liat, (3) jenis mineral liat, (4) bahan organik, dan (5) pengapuran dan

pemupukan. Kapasitas tukar kation (KTK) berbanding lurus dengan pH,

kehalusan tekstur dan jumlah bahan organik


12
2.7 Analisis Tekstur Tanah

Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu

partikel tanah yang diameter efektifnya 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi

bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi

dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif

dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan

kelas tekstur tanah di lapangan.

Sifat fisik tanah perlu diperhatikan dan diketahui karakteristiknya untuk

menjaga tanah terutama dari kerusakan yang mungkin terjadi apabila lahan

tersebut digunakan, beberapa diantaranya yaitu tekstur, warna, kadar air dan

strukrur tanah. Sifat fisik tanah berbeda dari suatu tempat ke tempat lain.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan faktor pembentuk tanah, yakni

iklim, bahan induk, organisme, topografi dan waktu. Pada tanah dengan kondisi

iklim, bahan induk dan organisme yang sama, sifat-sifat tanah akan dipengaruhi

oleh topografi, karena waktu merupakan faktor yang pasif, maka selain bahan

induk, sifat-sifat tanah akan lebih dominan dipengaruhi oleh topografi (Rusdiana,

2012).

Tabel 1.2 Contoh literature tabel analisis tekstur tanah

13
14
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada hari Sabtu, 3 April 2021 di

Kebun Akademik, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Praktikum analisis

kesuburan tanah dilaksanakan pada hari Senin, 19 April 2021 pukul 14.30 sampai

17.00 WITA dan Selasa, 20 April 2021 pukul 07:30 sampai 17:30 WITA di

Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu Sekop Kecil, Kantong plastic, Label, Alat-tulis

Menulis, Neraca analitik, Botol kocok, pipet ukur/volume, gelas kimia, Mesin

pengocok, Labu semprot dan pH meter, magnetik stirrer, Buret, pengaduk magnit,

Labu ukur, gelas ukur, Erlemeyer, alat destilasi dan alat destruksi, Beaker glass,

tabung digestion, Ayakan, Sendok, Roll Film, Pipet Mikro, Tabung Reaksi, Kertas

saring, Vortex, Spektrofotometer, Flamefotometer, Alat penyuling amoniak

(Kjedahl otomatic), Corong dan wadah penampung.

Adapun bahan yang digunakan yaitu, H2O, KCl, Kalium dikromat, Asam

sulfat pekat (H2SO4), Ferro amonium sulfat (FeSO4(NH4)SO4.6 H2O) atau

Ferro sulfat ( (FeSO4).7 H2O), Asam Fospat (H3PO4), Natrium florida (NaF),

Aquades, indikator difenilamin, Asam Klorida (HCl), Asam Borak (H3BO3),

Natrium Hidroksida (NaOH), Campuran Selenium/Katalisator, Sampel tanah,

Standar P, Preaksi P, dan Standar K, Larutan Amonium asetat (NH4OAc),

etanol/alcohol.
3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah

Adapun cara pengambilan sampel tanah yaitu, pertama permukaan tanah

dibersihkan dahulu dari rerumputan atau gulma, tanah kemudian diambil dengan

menggunakan metode silang sampai kedalaman 20 cm dari permukaan, lalu tanah

dimasukkan ke dalam kantong plastic sebanyak ± 1,0 kg, selajutnya contoh tanah

diberi label di bagian luar dan dalam dari kantong plastik tersebut, terakhir kering

anginkan sampel tanah tersebut di atas ketas yang sudah di lipat persegi panjang

pada suhu ruang.

3.3.2 Penetapan Reaksi Tanah (pH)

Adapun prosedur penetapan reaksi tanah (pH) menggunakan dua metode

yaitu, Kolometri dan Elektrometri. Berikut langkah kerjanya, pertamaTimbang 5 –

10 gr contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan kedalam botol

kocok A dan B, ditambah 12,5 ml air bebas ion (pH H2O) kedalam botol A dan

12,5 ml KCl (pH KCl) kedalam botol B (Volume air dan KCl bisa berubah sesuai

rasio pengukuran yang digunakan), lalu kocok dengan mesin pengocok selama 30

menit kemudian didiamkan sampai contoh tanah mengendap, kalibrasi pH meter

yang akan digunakan dengan larutan buffer pH 4,0 dan pH 7,0, kemudian ukur pH

larutan contoh tanah.Nilai pH dilaporkan dalam 1 desimal.

3.3.3 Penetapan C-Organik dan Bahan Organik Tanah

Adapun cara kerja penetapan C-organik dan bahan organik tanah yaitu,

Pertama menimbang 0,5 gr contoh tanah yang lolos ayakan 0,5 mm (0,05 – 0,1 gr

untuk tanah organik/gambut) dan dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml,

kemudian tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1N sambil digoyang-goyang, dan tambahkan


16
10 ml H2SO4 dan goyang secara perlahan-lahan. Setelah tercampur sempurna,

larutan didiamkan selama 20 – 30 menit, selanjutnya tambahkan 100 ml aquades,

5 ml NaF , 5 ml H3PO4 dan 15 tetes indikator difenilamin, titrasi larutan dengan

Ferro ammonium sulfat 0,5 N atau Ferro sulfat 1 N. Pada tahap awal ion krom

berwarna hitam, keungu-unguan dan titik akhir penitaran adalah hijau terang.

Lakukan cara yang sama dan waktu yang sama untuk blanko.

% 𝐶 − 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘

3.3.4 Penetapan N-Total Tanah

Adapun cara kerja yaitu, timbang teliti 1,000 g sampel tanah kedalam

tabung digestion tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan campuran selen/katalis ± 2 g

atau seujung sendok teh, kerjakan penetapan blanko. Panaskan/destruksi selama 1

½ jam, kemudian destilasi dengan menambahkan 35 ml NaOH 40 %, tampung

destilat dalam asam borat sebanyak 25 ml. Destilasi diakhiri apabila volume

destilat dalam penampung sudah mencapai 50-75 ml. Destilat di titrasi dengan

larutan asam baku, yaitu H2SO40,050 N atau HCl 1 N hingga titik akhir yaitu

perubahan warna dari hijau menjadi merah muda.

Perhitungan :

3.3.5 Penetapan P2O5 dan K2O Tanah Ekstrak HCl 25%

Adapun cara kerjanya yaitu, timbang teliti 2 gr sampel tanah yang telah

dihaluskan (lolos ayakan 2 mm) dan masukkan kedalam botol kocok (rol

film).Tambahkan10 ml larutan HCl 25 % dengan menggunakan pipet ukuratau


17
pipet volume 10 ml.Kocok selama 30 menit (diamkan selama 1 x 24 jam)

kemudian saring dengan mengunakan kertas saring dan tampung

larutan/filtratnya.

Pengukuran P, pertama masukkan ipet 0,5 ml larutan/filtrate kedalam

tabung reaksi kemudian tambahkan 2 ml aquades (pengenceran 5x) dan kocok

dengan vortex sampai homogen. Selanjutnya pipet larutan tersebutdan deret

standar P sebanyak 1 ml masing-masing kedalam tabung reaksi. Tambahkan

masing-masing 5 ml pereaksi campuran, kocok dengan vortex hingga homogen

kemudian diukur dengan spektro fotometer pada panjang gelombang693 nm

dengan deret standar P sebagai pembanding.

Pengukuran K, tambahkan Pipet 0,5 ml larutan/filtrate dengan 9,5 ml

aquades (pengenceran 20 x), kocok dengan vortex hingga homogen kemudian

diukur dengan Flame fotometer/fotometer nyala dengan deret standar K sebagai

pembanding.

Perhitungan:

3.3.6 Penetapan Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Adapun cara kerjanya yaitu, Pertama timbang 1 gr contoh tanah kering

udara yang lolos ayakan 0,5 mm dan dimasukkan kedalam wadah/gelas

kimia/botol plastik, tambahkan 25 ml larutan NH4OAc 1N pH 7,0 dan aduk

dengan batang pengaduk dan diamkan selama satu malam, lalu saring dengan
18
kertas saring pada corong dan tamping filtratnya dengan wadah lain, pindahkan

semua tanah pada botol kertas saring dengan cara membilas sisa-sisatanah tersebut

dengan larutan NH4OAc dengan menggunakan botol semprot plastic atau pipet

ukur, cuci tanah pada kertas saring dengan 20 – 30 ml larutan NH4OAc dan

biarkan sampai mendrainase sempurna. Ulangi pencucian selama beberapa kali,

cuci tanah pada kertas saring dengan 25 – 30 ml etanol/alcohol untuk setiap kali

pencucian .biarkan mendrainase sempurna sebelum mengulangi pencucian

sebanyak 2 – 3 kali, pindahkan tanah dan kertas saring kedalam labu Kjedahl 800

ml lalu tambahkan 200 ml aquade, masukkan pipet 25 ml H3BO3 kedalam

erlemeyer 250 ml, asang labukjedahl yang berisi contoh tanah dan erlemeyer

berisi H3BO3 pada alat destilasi dan mulai destilasi sampai destilat yang

ditampung pada erlemeyer mencapai 100 – 150ml, lepaskan erlemeyer dan

titrasinya dengan larutan HCl 0,1 N hingga warna hijau berubah menjadi merah

muda. Gunakan blanko dengan mendestilasi aquades dengan pereaksi sama

dengan contoh tanah.

Perhitungan :

KTK (me/100 g tanah) = t – b x N HCl

Ket :
t = volume HCl untuk titar contoh (ml) N = normalitas HCl b =
volume HCl untuk titar blanko (ml) W = berat contoh tanah.

19
20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari Percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2.1. Hasil Rata-rata Parameter


N Kode pH Corga N- P K KT Kriteria
o. samp nik K
el
KC H2O Pasi Deb Liat
L r u
1 A 7,02 7,31 2,22 0,0 0,00 289, 17, 65,5 17,5 17,00
8 94 70 83 % % %
Krite Netr Netr Asam SR SR ST S Lempung
ria al al Berpasir
2 B 7,04 7,51 2,22 0,2 0,00 300, 17, 65,5 17,5 17,00
1 91 35 88 % % &
Krite Netr Alka Asam SR SR ST S Lempung
ria al lis berpasir
Keterangan :

SR = Sangat Rendah
R = Rendah
S = Sedang
T = Tinggi
ST = SangatTinggi
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis rata-rata parameter diatas dapat diketahui bahwa

nilai pH untuk KCL , pada sampel A diperoleh hasil 7,02 dan pada sampel B

yaitu 7,04 yang keduanya termasuk dalam kriteria Netral. Sedangkan pada H2O,

pada sampel A diperoleh hasil 7,31 dan sampel B yaiu 7,51 yang masing-masing

bersifat basah dan alkalis.

Bahan organik memiliki kemampuan mengkhelat logam Al3+, sehingga

tidak terjadi reaksi hidrolisis Al3+, dimana dari reaksi hidrolisis Al3+ dihasilkan 3

ion H+ yang dapat mengasamkan tanah ( Mukhlis dkk,2011).

Dari hasil rata-rata parameter C-organik diatas, pada sampel A diperoleh

2,22 dan sampel B diperoleh 2,22. Keduanya termasuk dalam kriteria Asam.

Kriteria pada tanah didasarkan pada kadar C-organik tiap sampel, bukan dari

bahan organik tanah, karena penentuan bahan organik ditentukan oleh nilai

Corganik

Dari tabel diatas pada N-Total diperoleh, pada sampel A yaitu 0,08%

dengan kriteria sangat rendah dan pada sampel B yaitu 0,21% juga, dengan

kriteria sangat rendah. Nitrogen (N) merupakan unsur esensial bagi tumbuhan. N

dibutuhkan dalam jumlah yang banyak (Hanafiah et al. 2010).

Dari hasil P yang dipatkan, pada sampel A yaitu 0,0094 dan sampel B

yaitu 0,0091 dengan kriteria sangat rendah. Sedangkan pada hasil K pada sampel

A yaitu 289,70 dengan kriteria sangat tinggi dan sampel B yaitu 300,35 dengan

kriteria sangat tinggi pula. Posfor dalam bentuk candangan ditetatapkan dengan

menggunakan pengestrak HCl 25%. Pengestrak ini akan melarutkan bentukbentuk

senyawa fosfat dalam kalium mendekati kadar P dan K-total. Ion fosfat dalam

ekstrak akan bereaksi dengan ammonium molibdat dalam suasana asam

membentuk asam fosfomolibdat. Selanjutnya akan bereaksi dengan asam askorbat

menghasilkan larutan biru molibdat. Intensitas warna larutan dapat diukur dengan
22
spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm, sedangkan kalium diukur

dengan flamefotometer. Kandungan cadangan P tanah yang rendah menandakan

rendahnya kandungan bahan organik dan miskin mineral yang mengandung P,

sehingga menyebabkan kandungan P-total tanah yang rendah. P dalam tanah

berasal dari desintregasi mineral yang mengandung P seperti mineral apatit, dan

dekomposisi bahan organik (Munawar, 2013 dalam Zulkarnain, 2014).

Dari hasil KTK yang didapatkan pada sampel A yaitu 17,83 dengan

Sedang dan sampel B 17,88 dengan kriteria sangat Sedang. Nilai KTK tanah

sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat,

bahan organik, dan pengapuran dan pemupukan. Kapasitas tukar kation (KTK)

berbanding lurus dengan pH, kehalusan tekstur dan jumlah bahan organic

Dari hasil analisis tekstur tanah, pada kedua sampel A dan B tersebut

diperoleh hasil yang sama yaitu Pasir 68,5 %, Debu 17,5 %, Liat 17,0 % dan

masuk dalam kriteria berpasir. Dan penambahan bahan organik mampu

meningkatkan pH tanah, unsur N dan hara makro lainnya yang dibutuhkan bagi

pertumbuhan tanaman. Sehingga tanaman memperoleh cukup nutrisi untuk

pertumbuhannya dibandingkan tanah berpasir, seperti yang dinyatakan oleh

Yulipriyanto (2010) bahwa tanah pasir pada umumnya lebih sedikit mengandung

23

bahan organik dan nitrogen karena tanah bertekstur pasir mempunyai kelengasan

rendah, mudah terjadi oksidasi, secara alami penambahan sisa tanaman sedikit.

Kadar N Daun (%).

Dari hasil Analisis kimia tanah yang telah kami lakukan terdapat

kurangnya kesitambungan hara pada sampel tanah kebun akademik Untad,

padahal adanya kesetimbangan hara dalam tanah sangat penting memengaruhi


kelarutan suatu unsur atau lebih. Jadi, tanah dikatakan subur jika terjadi

kesetimbangan hara, bukan karena suatu unsur lebih banyak jika dibandingkan

dengan yang lain. Pelarutan unsur hara dalam tanah mengikuti hukum faktor

pembatas, yaitu unsur itu terlarut dengan baik jika terjadi kekurangan konsentrasi

unsur tersebut dalam tanah. Kesetimbangan hara yang harmonis dalam tanah

sangat memengaruhi penyerapan yang baik, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan produksi tanaman (Pincus et al. 2016).

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil Praktikum yang telah kami amati adalah bahwa nilai

parameter tanah yang berada di Kebun akademik Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako dapat dikatakan cukup rendah, hal ini bisa disebabkan karena beberapa

faktor seperti tanah kekurangan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg),

kemudian kandungan unsur tembaga (Cu), alumunium (Al) dan besi (Fe) yang

berlebihan pada tanah, Proses dekomposisi bahan organik yang mengeluarkan

kalsium (Ca) dari dalam tanah, serta erosi yang disebabkan oleh hujan yang

24
berlebihan, aktifitas manusia, dan pengaruh kemiringan tanah, serta penggunaan

bahan kimia yang berlebihan dan terus-menerus.

5.2 Saran

Dari pelaksanaan praktikum yang telah dilakukan, saran saya dalam

pelaksanaan praktikum mohon asisten memberikan bimbingan untuk berdo’a

bersama di setiap awal dan akhir praktikum, demi kelancaran sebuah praktikum

sehingga ilmu yang didapatkan bernilai ibadah serta bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Audette Y, O'Halloran IP, Evans LJ, Martin RC, Voroney RP. 2016. Kinetics of
phosphorus forms applied as inorganic and organic amendments to a
calcareous soil II: effects of plant growth on plant available and uptake
phosphorus. Geoderma. 279: 70–76.
Chang KH, Wu RY, Chuang KC, Hsieh TF, Chung RS. 2010. Effects of chemical
and organic fertilizers on the growth, flower quality and nutrient uptake
of Anthurium andreanum, cultivated for cut flower production. Scientia
Horticulturae. 125(3): 434–441.
Farrasati, 2015. C-organik Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara:
Status dan Hubungan dengan Beberapa Sifat Kimia Tanah Soil Organic
Carbon in North Sumatra Oil Palm Plantation: Status and Relation to
Some Soil Chemical Properties. Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat
Penelitian Kelapa Sawit Medan, Sumatera Utara. Jurnal Tanah dan Iklim
Vol. 43 No. 2, Hal.157-165
Hanafiah AS, T Sabrina dan H Guchi. 2010. Biologi dan Ekologi Tanah.
Kusmiyarti, T. Budi,DKK. 2015. Evaluasi Status Kesuburan Tanah Pada Lahan
Pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan.
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. ISSN: 2301-6515. Vol. 4, No. 4, Hal :282292
Lim AH, Vimala P. 2012. Growth and Yield Responses of Four Leafy Vegetables
to Organic Fertilizer. Journal of Tropical Agriculture and Food Science.
40(1): 1–11.
Meimaroglou, Nikiforos dan Charalampos Mouzakis. 2019. Cation Exchange
Capacity (CEC), texture, concistency and organic matter in soil
assessment for earth construction: The case of earth mortars.
Construction and Building Materials 221, 27-39.
Matos-Moreira M, Lopez-Mosquera ME, Cunha M, Oses MJS, Rodríguez T,
Carra EV. 2011. Effects of Organic Fertilizers on Soil Physicochemistry
and on the Yield and Botanical Composition of Forage over 3 Years.
Journal of the Air & Waste Management Association. 61(7): 778–785
Mukhlis, Sariffudin dan H Hanum. 2011. Kimia Tanah. Teori dan Aplikasi. USU
Press, Medan.
Nuro Fiqolbi, Dody Priadi, dan Enung Sri Mulyaningsih. 2016. EFEK PUPUK
ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI
KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.) (Effects of Organic
Fertilizer on the Soil Chemistry Properties and Yield of Kangkong

26
(Ipomoea reptans Poir.). Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Cibinong Science Center. Jurnal Ilmu Tanah. Hal
: 29–39.
Pincus L, Margenot A, Six J, Scow K. 2016. On-farm trial assessing combined
organic and mineral fertilizer amendments on vegetable yields in central
Uganda. Agriculture, Ecosystems and Environment. 225: 62–71.
Prabowo, R.Renan, Subantoro.2021. ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR
TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA
SEMARANG. Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid
Hasyim Semarang.Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta. Hal 59-64.
Powlson DS, Hirsch PR, Brookes PC. 2001. The role of soil microorganisms in
soil organic matter conservation in the tropics. Nutrient Cycling in
Agroecosystems. 61, Hal.41-51.
Prasetyo BH, Suharta N. 2004. Properties of low activity clay soils from South
Kalimantan. Jurnal Tanah Dan Iklim. Vol.22, Hal.: 26-39.
Rusdiana, O., dan R.S. Lubis. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik
Tanah Terhadap Cadangan (Carbon Stock) Pada Hutan Sekunder. J.
Silvikultur Tropika 3:1:14-21.
Rodrigues, M., P.S. Pavinto, P.J.A. Withers, A.P.B. Teles, W.F.B. Herrera. 2016.
Legacy phosphorus and no tillage agriculture in tropical oxisols of the
Brazilian savanna. Sci. Total Environ. 542: 1050-1061.
Silwasty, K. 2015. ATUS UNSUR HARA DAN pH TANAH DI DESA SEA,
KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA
STATUS NUTRIENTS AND pH LAND IN THE VILLAGE SEA,
PINELENG
DISTRICT MINAHASA. Jurnal Ilmu Tanah. Vol.(2), Hal. 87-122.
Yulipriyanto M. 2010. Biologi Tanah dan Penerapannya. Graha Ilmu, Jakarta.
Zaqyah, Irene. 2016. Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah Pada Lahan
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) dan Kebun Campuran
di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar,Kabupaten Lampung
Tengah. Digital Repository UNILA.
Zulkarnain. 2014. Status Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batu
Bara Yang Telah Di Reklamasi. Jurnal Media Sains.7(1):96-99

27
LAMPIRAN Perhitungan Analisis
Kimia Tanah

1. Penetapan C-Organik

Dik : Blanko = 8,44

Sampel 1 = 5,5025

Sampel 2 = 5,5086

Perhitungan :

% C - Organik =

= 5,85 x 1 x 0,38

= 2,22

2. Penetapan N-Total Tanah

Dik ; Blanko =0,26

Berat sampel =10,06

Sampel 1 = 0,86

Sampel 2 = 1,67

Perhitungan :

Sampel

28
Sampel 2 =

3. Penetapan P

Dik : Sampel A = 24,573

Sampel B = 23,742

Ml Ekstrak = 10 ml

Berat sampel= 2,0048

Perhitungan :

% 𝑃2𝑂5 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

Sampel 1=

=24,573 x 0,01 x 0,0049 x 5 x 1,57 x 1

= 0,0094

Sampel 2=

= 23,742 x 0,01 x 0,0049 x 5 x 1,57 x 1

=0,0091

29
4. Penetapan K

Dik : S1 = 24,2 ppm

S2 = 25,1 ppm

Ml Ekstrak = 10 ml

Berat sampel= 2,0048

Perhitungan :

Sampel 1

= 289,70

Sampel 2

= 300,35

4. Penetapan Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Dik: t1 = 2,38 ml

T2 = 1,32 ml

B = 0,56
NHCl = 0,1 N

W1 = 1,0092

W2 = 1,0065

Ditanya KTK =…?

Rumus :
KTK (me/100 g tanah) = ( t – b) x N HCl

30
KTK (me/100 g tanah) = (2,38 – 0,56) x 0,l

W1 = 1.82 x 0,1 x

= 0,18 x 99,08

= 17,83

W2 = 1.82 x 0,1 x

= 0,18 x 99,35

= 17,88

31
DOKUMENTASI

Gambar 2.1 Pengambilan Sampel Tanah di Kebun Akademik UNTAD

Gambar 2.2 Analisis perhitungan sifat kimia tanah di Lab. UNTAD


BIODATA PENULIS

32
Penulis bernama lengkap Abdul Rohim, lahir di

Desa Laantula Jaya, pada tanggal 26 Juni 2000.

Penulis merupakan anak dari pasangan suami-istri

bernama Ahmad Sarlin dan Sulaikah. Dan anak

kesembilan dari sembilan bersaudara. Penulis

pertama kali masuk sekolah di Sekolah Dasar

Negeri 01 Laantula Jaya pada tahun 2007 dan

tamat tahun 2013. Kemudian ditahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan

pada tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 01 Wita Ponda dan lulus

pada tahun 2016. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah

Menengah Kejuruan di SMK Negeri 1 Tojo Barat dan tamat pada tahun 2019.

Kemudian pada tahun 2019 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi kejenjang S1

di Universitas Tadulako dan diterima melalui jalur Seleksi Bersama, di Fakultas

Pertanian, Program Studi Agroteknologi, saat ini penulis berada disemester 4.

33

Anda mungkin juga menyukai