2781-Article Text-5446-1-10-20131227
2781-Article Text-5446-1-10-20131227
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce
Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
This study aims to determine the safety of using the sweeteners and dyes that be used in the local snack food was available in
market city of Semarang. The population of this research is a snack of local food who has sweet and various colour in the
Semarang traditional market. Samples were selected by area probability sampling techniques and purposive sample then
obtained samples are 8 snack, the sentiling and red getuk lindri of the Bulu market, green getuk lindri of Johar market, wajik
and ketan biru from the Karangayu market, kue ku and klepon Ngaliyan markets, getuk ubi jalar from the Banyumanik
market. The rsorsinaol laboratory methods to test sweetener saccharin, the deposition method for cyclamate sweeteners, and
kromatografi paper thin layer to test the dye. The results from descriptive analysis, were showed that all snack samples not use
the saccharin and cyclamate sweeteners. the sampel are use Tartrasine and Brilliant Blue present in kue ku, klepon, ketan biru,
green getuk lindri, and getuk ubi jalar. The red getuk lindri using Carmoisine, sentiling snack using Erytrosin and red getuk
lindri using Ponceau 4R. The types of dyes used are dyes that are permitted by Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/1988.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6587
Gedung E7 Lantai 2 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: jurnal.tjp@gmail.com
72
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)
73
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)
makanan obat dan kosmetik dapat memberikan hiperaktivitas pada anak dan dapat
warna tertentu (Depkes RI, 1985). Berdasarkan menimbulkan alergi terhadap salisilat (aspirin).
sumbernya ada dua jenis zat pewarna yaitu zat Selain itu, ponceaur 4R dapat meningkatkan
pewarna alami dan zat pewarna buatan. gejala asma (http://www.balipost.co.id). Pada
Yang dimaksud dengan pewarna alami tahun 2009 Acceptable Daily Intake (ADI)
merupakan pewarna yang diperoleh dari bahan- menurunkan untuk penggunaan ponceau 4R
bahan alami baik nabati, hewani, ataupun dari 4 mg/kg menjadi 0,7 mg/kg berat badan
mineral (Ika Kurniawati, 2009:27). Beberapa per hari. Ponceau 4R dianggap karsinogenik di
pewarna alami yang banyak dikenal dan Negara, Amerika Serikat, Norwegia, dan
digunakan masyarakat seperti kunyit membuat Finlandia, dan saat ini tercatat sebagai zat yang
warna kuning, daun suji dan pandan untuk dilarang oleh US Food and Drug
warna hijau, gula merah untuk warna coklat, Administration (FDA) namun di Indonesia
daun jati atau cabai untuk menghasilkan warna penggunaannya saat ini masih diperbolehkan.
merah. Selain Ponceau 4R, juga ada pewarna sintetis
Sedangkan bahan pewarna sintetik jenis eritrosin.
merupakan bahan pewarna buatan yang dapat Eritrosin merupakan sebuah zat pewarna
memberikan warna sehingga dapat memberi sintetis yeng memberikan warna cherry-pink,
efek yang lebih menarik. Berikut adalah biasanya digunakan sebagai pewarna makanan.
beberapa jenis pewarna sintetis atau buatan Zat pewarna ini berupa tepung coklat,
antara lain tartrazin. larutannya dalam alkohol 95% menghasilkan
warna merah, sedangkan larutannya dalam air
Tartrazin merupakan pewarna makanan berwarna merah cherry. Batasan penggunaan
sistesis yang berwarna kuning. Menurut Retno yang tidak menimbulkan bahaya jika
Lestari (2012), yang dimaksud tartrazin dikonsumsi manusia yaitu 30 – 300 mg batas
merupakan pewarna kuning lemon sintetis yang PerMenKes RI per kg makanan, dan 0 – 0,6 mg
umum digunakan sebagai pewarna makanan. batas ADI per kg berat badan. Mengonsumsi
Untuk menghasilkan warna lain selain kuning eritrosin dalam dosis tinggi dapat bersifat
lemon, tartrazin dapat dicampurkan dengan biru kasinogen. Selain itu juga dapat mengakibatkan
brilian atau brilliant blue. Menurut reaksi alergi seperti nafas pendek, dada sesak,
PERMENKER RI Batas penggunaan yang tidak sakit kepala, dan iritasi kulit. Efek samping
menimbulkan bahaya jika dikonsumsi manusia lainnya yaitu meningkatnya hiperaktivitas.
yaitu 30 – 300 mg batas per kg makanan, dan 0 – Selain eritrosin ada pewarna makanan
7,5 mg batas ADI per kg berat badan. Efek karmoisin.
samping dari penggunaan tartazin berpotensi Karmoisin merupakan pewarna
meningkatkan hiperaktivitas anak, pada 1 - 10 makanan sintetik yang memberikan warna
dari sepuluh ribu orang. Selain itu tartrazine merah segar pada makanan dan minuman.
menimbulkan efek samping langsung seperti Karmoisin tidak boleh dikonsumsi secara
urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), berlebihan, karena dapat menyebabkan alergi
asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis pada kulit dan mengaktifkan sel-sel kanker
sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih dalam tubuh (http://www.chemicalland21.com
umum pada penderita asma atau orang yang /CARMOISINE). Batasan penggunaan yang
sensitif terhadap aspirin tidak menimbulkan bahaya jika dikonsumsi
(http://www.balipost.co.id). Selain tartrasine, manusia yaitu 50 – 300 mg batas
ada ponceau 4R. PERMENKER RI per kg makanan, dan 0 – 4
Ponceau 4R merupakan pewarna merah mg batas ADI per kg berat badan. Selanjutnya
hati yang digunakan dalam berbagai produk, ada pewarna biru berlian.
termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman Biru berlian (Brilliant Blue FCF)
ringan. Ponceau 4R berpotensi memicu merupakan bahan pewarna yang dapat diberikan
74
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)
pada makanan dan substansi lainnya untuk didasarkan atas strata, random, atau daerah
mengubah warna menjadi biru. Jika dikonsumsi tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu
secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang (Arikunto, 2010:183). Tujuan tertentu yang
lama secara terus-menerus akan menyebabkan dimaksud dalam pengertian diatas yaitu
sel-sel kanker. Batas aman penggunaan yaitu 50 bertujuan untuk mengetahui jajanan kudapan
– 200 mg/ kg makanan. Bila pewarna ini apa sajakan yang terbuat dari bahan pangan
dilarutkan dalam air dan akan menghasilkan lokal singkong, ubi jalar, beras ketan dan tepung
warna hijau kebiruan beras ketan yang berasa manis dan berwarna.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Brilliant_Blue_F Dengan menggunakan variabel tunggal,
CF). penelitian dilakukan pada bulan September 2012
Berdasarkan paparan diatas, tujuan dari bertempat di laboratorium makanan dan
penelitian ini untuk mengetahui penggunaan zat minuman BBTPPI Semarang. Penelitian
adiktif berupa pemanis dan pewarna yang dilakukan secara kualitatif di laboratorium
digunakan pada kudapan bahan pangan lokal dengan metode rsorsinol untuk menguji sakarin,
yang ada di 5 pasar Kota Semarang. metode pengendapan untuk menguji siklamat,
dan kromotografi lapis kertas menggunakan
METODE benang wol untuk menguji pewarna. Hasil
pengujian tersebut dianalisis dengan analisis
Populasi dari penelitian ini yaitu kudapan deskriptif.
dari bahan pangan lokal yang berasa manis dan
berwarna yang ada di pasar tradisional Kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Semarang. Sedangkan sampelnya berjumlah 8
sampel kudapan bahan pangan lokal yaitu kue Pemanis
ku, kue klepon, getuk lindri berwarna marah dan Hasil penelitian yang telah banyak
hijau, getuk ubi jalar, kue ketan biru, kue wajik dilakukan oleh para ahli menunjukan Sakarin
dan kue sentiling. Kudapan tersebut diambil dari dan siklamat merupakan jenis pemanis buatan
pasar Bulu, pasar Johar, pasar Karangayu, pasar yang sering digunakan untuk produk makanan
Ngaliyan dan pasar Banyumanik. dan minuman. Jenis pemanis sakarin dan
Sedangkan teknik pengambilan siklamat ini sekarang sudah mudah didapat di
sampelnya menggunakan sampel wilayah dan pasaran, sehingga banyak produsen makanan
sampel bertujuan. Sampel wilayah digunakan yang menggunakan jenis pemanis sintetis ini.
untuk menentukan wilayah pasar yang akan Dengan pertimbangan diatas maka
digunakan dalam pengambilan sampel. Dengan pada uji pemanis buatan yang diujikan hanya
menggunakan secara acak sederhana (simple pada pemanis sintetis sakarin dan siklamat saja
randem sampling) maka didapat 5 pasar Kota dengan pengujian kualitatif. Berikut hasil
Semarang yaitu pasar Bulu, pasar Johar, pasar analisis kualitatif pemanis pada 8 sampel
Karangayu, pasar Ngaliyan, dan pasar kudapan yang diambil di 5 pasar Kota
Banyumanik. Sedangkan sampel bertujuan Semarang.
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
Tabel 1 Hasil Analisis Kualitatif Pemanis
Jenis Kudapan Bahan Pemanis
Pangan Lokal Sakarin Siklamat
Tepung Beras Ketan
Kue ku Tak ternyata Tak ternyata
Klepon Tak ternyata Tak ternyata
Beras Ketan
Ketan biru/ketan entan Tak ternyata Tak ternyata
75
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)
Ubi Jalar
Getuk ubi jalar Tak ternyata Tak ternyata
Sumber : Hasil uji laboratorium makanan dan minumam di BBTPPI (2012)
Zat pemanis sintetis sakarin dan siklamat coklat kemerah-merahan Kedua pemanis
yang digunakan dalam 8 kudapan hasil tak tersebut aman untuk dikonsumsi karena terbuat
ternyata. Hal ini menunjukan bahwa kudapan dari bahan alami berupa sari air tebu dan air nira
tersebut tidak menggunakan zat pemanis sintetis kelapa.
berupa sakarin dan siklamat.
Dari 8 sampel kudapan berbahan dasar Pewarna
bahan pangan lokal kemungkinan yang Hasil pengujian laboratorium berupa
digunakan merupakan pemanis alami dari jenis analisis kualitatif terhadap jenis pewarna
sukrosa berupa gula pasir dan gula jawa. Gula makanan yang digunakan pada 8 kudapan
pasir merupakan serbuk kristal yang berwarna berbahan dasar pangan lokal yang ada di 5 pasar
putih dan berasa manis. Gula pasir terbuat dari Kota Semarang menunjukkan bahwa tidak
sari air batang pohon tebu. Sedangkan gula terdapat pewarna sintetis yang berbahaya
jawa, atau gula kelapa, atau ada yang menurut daftar zat pewarna yang dinyatakan
menyebutnya dengan gula merah merupakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan Menteri
gula yang terbuat dari air nira kelapa. Pada gula Kesehatan RI. No 722/Menkes/Per/IX/1988).
jawa biasanya berbentuk bundar, berwarna Berikut hasil analisis kualitatif pewarna.
Singkong
Senteling Merah Erytrosin
Getuk lindri merah Merah Ponceu 4R
Getuk lindri hijau Hijau Tartrasine dan Brilliant
Blue
Ubi Jalar
Getuk ubi jalar Kuning Tartrasine
Sumber : Hasil uji laboratorium makanan dan minuman di BBTPPI (2012)
Keterangan:
*)
berdasarkan pengamatan awal
76
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)
**)
berdasarkan uji laboratorium dengan membandingkan standar tabel perubahan warna serat wool
dengan beberapa pereaksi.manik.
77
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)
pemanis berupa sakarin, siklamat, maupun Indra Chahaya S. 2003. Bahan Tambahan
campuran keduanya. Zat pewarna yang Makanan, Manfaat dan Dampaknya
digunakan pada 8 kudapan berbahan dasar Terhadap Kesehatan. Info Kesehatan,
bahan pangan lokal yang terdapat di 5 pasar Maret 2003
Kota Semarang semuanya menggunakan Indrie Ambarsari, Qanytah & Sarjan. Penerapan
pewarna sintetis berupa tartrasine, brilliant blue, Standar Penggunaan Pemanis Buatan
carmolsine, erythrosin dan ponceu 4R. Pewarna Pada Produk Pangan. Warta penelitian
tersebut merupakan pewarna yang Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004
diperbolehkan untuk campuran makanan Retno Lestari A. 2012. Bahan Kimia Berbahaya
menurut Permenkes No. Pada Makanan (Tartazine).
722/MenKes/Per/1988. http://retno-ani-lestari.blogspot.com.
Diakses 30 september 2012, Pkl.15:17
DAFTAR PUSTAKA WIB.
Siti Fatonah. 2005. Higien dan Sanitasi Makanan.
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Semarang : UNNES press
Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif
Renika Cipta. Kualitatif dan R&D. Bandung :
[Departemen Kesehatan Republik Indonesi]. Alfabeta.
1985. Peratutan Menteri Kesehatan Usmiati S. dan Yuliani. Pemanis Alami dan
Republik Indonesia. Tentang Zat Buatan untuk Kesehatan. 2004. Warta
Pewarna Tertentu Yang Dinyatakan Penelitian dan Pengembangan
Berbahaya. Jakarta Tanaman Industri 10 (1): 13 – 17.
Ika Kurniawati Y. 2009. Mengenal Zat Adiktif
Makanan. Jakarta : Sinar Cemerlang
78